0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas tentang diagnosis dan pemeriksaan sinusitis maksilaris. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis seperti nyeri dan pembengkakan di pipi, serta hasil pemeriksaan seperti rinoskopi, transiluminasi, sinografi, dan CT scan. CT scan dianggap sebagai metode terbaik untuk melihat kelainan dan luasnya sinusitis maksilaris.
Dokumen ini membahas tentang diagnosis dan pemeriksaan sinusitis maksilaris. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis seperti nyeri dan pembengkakan di pipi, serta hasil pemeriksaan seperti rinoskopi, transiluminasi, sinografi, dan CT scan. CT scan dianggap sebagai metode terbaik untuk melihat kelainan dan luasnya sinusitis maksilaris.
Dokumen ini membahas tentang diagnosis dan pemeriksaan sinusitis maksilaris. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis seperti nyeri dan pembengkakan di pipi, serta hasil pemeriksaan seperti rinoskopi, transiluminasi, sinografi, dan CT scan. CT scan dianggap sebagai metode terbaik untuk melihat kelainan dan luasnya sinusitis maksilaris.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat diketahui biasanya penderita didahului oleh rinitis atau sakit gigi. Penderita merasakan adanya cairan yang menetes di belakang hidung ( post nasal drip ). Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso esdokopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khasnya adalah adanya pus di meatus medius.
3.2. Pemeriksaan Sinusitis Maksilaris
Untuk mengetahui adanya kelainan pada sinus maksilaris dilakukan ispeksi luar, palpasi dan sunuskopi. Selain itu perlu dilakukan transiliminasi, radiologi dan Ct Scan ( gold standart ). Inspeksi Pemeriksaan yang diperhatikan ialah adanya pembengkakan pada muka. Pembengkakan dipipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerah merahan mungkin menunjukkan sinusitis maksilaris. Palpasi Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk digigi menunjukkan adanya sinusitis maksilaris. Transiluminasi Pemeriksaan ini menunjukkan adanya perbedaan sinus kanan dan kiri. Lampu diletakkan di tulang pipi ( Zygoma ), kemudian dilihat di daerah palatum, apakah ada penyinaran di infra orbital atau pipi. Penilaian transiluminasi adalah dengan membandingkan apakah ada daerah terang pada daerah sinus maksilaris kanan dan kiri. Jika ada daerah terang disebut transiluminasi negatif ( - ). Hal ini belum berarti tidak ada kelainan. Ji8ka salah satu daerah sinus tersebut gelap , disebut transiluminasi positif ( + ), dan berarti ada sinusitis. Tapi bila kedua daerah sinus tersebut gelap belum berarti ada sinusitis. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan yang normal. Sinus yang sakit akan tampak lebih gelap. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi dari sinus paling bagus diperoleh dengan proyeksi Waters dengan muka menghadap kebawah dan proyeksi Waters dengan modifikasi tegak. Foto posisi Waters tampak adanya odema mukosa dan cairan dalam sinus. Jika cairan tidak penuh akan tampak gambaran air fluid level. CT Scan Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus maksilaris adalah pemeriksaan CT Scan. Potongan CT Scan yang rutin dipakai adalah koronal. Pada trauma yang relatif luas , opasifikasi timbul sebagai akibat perdarahan dalm sinus. Fraktur terlihat berupa putusnya kontinuitas dinding sinus, dasar orbita, atau lingkar orbita inferior. Bila gigi atau akar gigi bergeser ke arah antrum, maka keberadaannya dapat dipastikan dan ditentukan lokasinya dengan film atau foto periapikal, yang didukung foto oklusal. Tomografi sinus akan sangat membantu dalam mendiagnosis fraktur dinding dasar orbita dan dalam penggambaran luas lesi ganas/ jinak. Penggambaran dengan CT Scan memungkinkan penentuan luas kerusakan yang disebabkan oleh trauma secara tepat atau perluasan lesi jinak atau ganas.