Anda di halaman 1dari 18

Lembar Pengesahan

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik II dengan judul Persamaan Arhenius


dan Energi Aktivasi yang disusun oleh :

Nama : Andi Sukmawati Mahmud

Kelas :A

NIM : 081304065

Kelompok : VI

telah diperiksa oleh asisten dan coordinator asisten dan dinyatakan diterima.
I. Judul Percobaan :
Persamaan Arhenius dan Energi Aktivasi

II. Tujuan Percobaan :


1. Menjelaskan hubungan laju reaksi dengan temperature
2. Menghitung energy aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan
Arhenius

III. Landasan Teori


Pada tahun 1889 Arhenius mengusulkan sebuah persamaan empiric yang
menggambarkan kebergantungan konstanta laju reaksi pada suhu. Persamaan yang
diusulkan Arhenius itu adalah sebagai berikut :


k = Ae

dimana : k = kontanta laju reaksi


A = factor frekuensi
Ea = energy aktivasi

Persamaan di atas seringkali ditulis dalam bentuk logaritma seperti terlihat pada
persamaan berikut :


ln K = ln A -

Dari persamaan di atasterlihat bahwa kurva ln K sebagai fungsi dari akan berupa garis
lurus dengan memotng ( intersep ) sumbu ln K pada ln A dan gradien/slope

ln K -

( Tim Dosen Kimia Fisik II, 2010 : 5).

Kedua faktor A dan Ea dikenal sebagai parameter Arhenius. Plot dari log K
-1
terhadap T adalah linear untuk sejumlah besar reaksi dan pada temperature sedang.
Hubungan antara konstanta laju pada dua temperature adalah

2 1 1
ln = ( - )
1 1 2

Plot E (energi) terhadap perkembangan dari (kordinat reaksi) diperlihatkan


dalam gambar berikut. Lingkungan dalam kurva tersebut memberikan energi aktivasi.
Perbedaan antara energi reaktan dan produk dikenal sebagai panas reaksi. Jadi energy
aktivasi untuk reksi sebaliknya akan menjadi

Ea (r) = Ea (f) - H
Energi reaktan

produk

koordinat reaksi

( Dogra,1990:651-652)

Energi aktivasi adalah energy kinetic minimum yang diperlukan untuk


partikel-partikel pereaksi untuk membentuk kmpleks teraktivasi (Anonim, 2010).

Di dalam ilmu kimia, energi aktivasi merupakan istilah yang diperkenankan


oleh Svante Arhenius yang didefinisikan sebagai energi yang harus dilampaui agar
reaksi kimia dapat terjadi. Energi aktivasi biasa juga diartikan sebagai energi
minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Enrgi aktivasi
sebuah reaksi biasanya dilambangkan dengan Ea, dengan satuan kilo joule per mol
(Anonim, 2010).

Terkadang suatu reaksi kimia membutuhkan energy aktivasi yang teramat


sangat besar, maka dari itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung
dengan pasokan energi yang lebih rendah (Anonim, 2010).

A produk

Energi aktivasi dapat didefinisiskan sebagai energy minimum yang dibutuhkan A agar
A menghasilkan produk. Situasi ini dapat diilustrasikan pada Gambar 12.14 yang
memperlihatkan bola yang menggelinding melalui sebuah bukit. Bila bola tidak
1
memiliki cukup energi (= 2m 2 ), bola ini tidak akan mampu menaiki bukit. Tetapi,
apabila bola ini mempunyai enegri yang cukup untuk mencapai puncak bukit, tanpa
bantuan dari luar bola ini akan mencapai kaki bukit pada sisi yang berlawanan. Tinggi
bukit dalam hal ini adalah energi aktivasi. Dalam hal molekul A, molekul ini
memperoleh energi melalui tumbukan dengan molekul lain. Terlihat pada Bab I bahwa
distribusi Boltzmann meramalkan bahwa dalam setiap waktu ada sejumlah reaksi
molekul ( sebesar / ) akan mempunyai energy yang besarnya lebih besar
daripada Ea. Dalam hal ini Ea adalah energy penghalang yang harus diatasi.

Keadaan akhir (produk)

Gambar 12.14. Bola yang menggelinding melalui bukit energy


penghalang ( Bird, Tony,1987 : 285-286 ).

Dalam beberapa kasus, ketergantungan pada temperature tidak sesuai


dengan persamaan Arhenius. Akan tetapi, kita masih mungkin menyatakan kekuatan
ketergantungan itu dengan mendefinisikan energy pengaktifan sebagai :

ln
Ea = RT2 ( )v

Definisi ini menyederhanakan definisi sebelumnya untuk energi pengaktifan yang


tidak bergantung pada temperatur. Jadi dengan d (1/T) = -d T/T, kita dapat menata
ulang persamaan menjadi :
ln
Ea = -R ( 1/ ) v

yang terintegrasi menjadi persamaan awal jika Ea tidak bergantung pada temperatur.
Walaupun demikian, definisi dalam persamaan 14 a bersifat lebih umum karena Ea
dapat diperoleh dari kemiringan grafik anta Ln k terhadap I/T. Persamaan 14
amenunjukkan bahwa makin tinggi energy pengaktifan, makin kuat pula
ketergantunagan konstanta laju pada temperatur. Jadi, energy pengaktifan yang tinggi
mempunyai arti bahwa konstanta laju berubah dengan cepat terhadap temperatur (
Atkins, 1997 : 347 ).

IV. Alat dan Bahan


a. Alat :
1. Tabung reaksi 10 buah.
2. Rak tabung reaksi.
3. Gelas kimia 500 mL 1buah.
4. Pipet tetes.
5. Gelas kimia 100 mL.
6. Gelas ukur 10 mL 2 buah.
7. Penjepit tabung.
8. Termometer 110C.
9. Kaki tiga dan kasa asbes.
10. Stopwatch.
11. Botol semprot.
b. Bahan :
1. Larutan kanji 3%.
2. Ammonium bisulfat (( NH4)2s2O8) 0,04 M.
3. Tiosulfat.
4. KI.
5. Aquades.
6. Es batu.
7. Spritus.
8. Kertas label.
9. Korek.
10. Tissue.

V. Prosedur Kerja
Prosedur kerja :
Cara kerja pembuatan kanji
1. Menyiapkan system seperti tabel, pada tabung-tabung reaksi yang terpisah :
Sistem Tabung I Tabung II
S2O8 2- H2O I- H2O S2O3 kanji
I 5 mL 5 mL 10 mL - 1 mL 1 mL
II 7 mL 3 mL 8 mL 2 mL 1 mL 1 mL

2. Dengan menggunakan gelas kimia, memanaskan air.


3. Memanaskan masing-masing sebuah tabung 1 dan tabung 2 sampai suhunya
sama dengan suhu air dengan jalan meletkkan kedua tabung reaksi di atas air
dengan suhu 65C.
4. Mencapurkan isi kedua tabung reaksi dengan cara memasukkan isi tabung 1 ke
tabung 2 dan menuangkan kembali ke tabung 1 secepat mungkin dan
menjalankan stopwatch.
5. Mengukur waktu yang diperlukan campuran sampai tampak warna biru untuk
pertama kali (suhu awal) dan sampai semua larutan warna biru (suhu akhir).
6. Mengulangi prosedur untuk suhu-suhu 55C, 45C, 35C, dan 25C.
VI. Hasil Pengamatan
3 gram kanji + 100 mL air panas laruta kanji 3%.

Sistem I
Suhu rata- Waktu Temperatur 1/T Ln 1/t 1/t
rata (C) (sekon) (K) (x 10-3K)
49,5 280 322,5 3,10 -3,3242 3,5714
42,5 566 315,5 3,170 -4,0174 1,7668
35,5 1013 308,5 3,241 -6,9078 0,9872
30,5 1285 303,5 3,295 -7,1309 0,7782
28,5 1834 301,5 3,317 -7,6009 0,5453

Sistem II
Suhu rata- Waktu Temperatur 1/T Ln 1/t 1/t
rata (C) (sekon) (K) (x 10-3K)
49 295 322 3.106 -5,6840 3,3898
42 460 315 3,175 -6,1193 2,1739
36 740 309 3,236 -6,5713 1,3514
31 1186 304 3,289 -7,1309 0,8432
29 1510 302 3,311 -7,2644 0,6623

VII. Analisis Data



Dari persamaan ln K = ln A - digunakan untuk berbagai suhu

ln K2 = ln A - 2

ln K1 = ln A - 1

ln K2 K1 = - 2 + 1

2 1 1
ln 1 = - ( 2 - 1 )

2 1 1
ln 1 = ( 1 - 2 )

1 1
ln K2 K1 = - ( 2 - 1 )

1 1
ln K2 K1 = ( 1 - 2 )

untuk system I

Mencari Ea

4,0174
1. = - 8,314 / ( 3,190.10-3 - 3,101.10-3) K-1
3,3242

1,2085 = - 8,314 / ( 6,900.10-5 )

10,0475 J/mol = -Ea ( 6,900.10-5 )


-Ea = 145615,94 J/mol
Ea = -145,6159 kJ/mol

6,9078
2. = - 8,314 / ( 3,241.10-3 - 3,170.10-3) K-1
4,0174

1,7195 = - 8,314 / ( 7,100.10-5 )

14,2595 J/mol = -Ea ( 7,100.10-5 )


-Ea = 201350,70 J/mol
Ea = -201,3507 kJ/mol

7,1309
3. = - 8,314 / ( 3,295.10-3 - 3,241.10-3) K-1
6,9078

1,0323 = - 8,314 / ( 5,400.10-5 )

8,5825 J/mol = -Ea ( 5,400.10-5 )


-Ea = 158935,20 J/mol
Ea = -158,9352 kJ/mol

7,6009
4. = - 8,314 / ( 3,317.10-3 - 3,295.10-3) K-1
7,1309

1,0659 = - 8,314 / ( 2,200.10-5 )

8,8619 J/mol = -Ea ( 2,200.10-5 )


-Ea = 402813,64 J/mol
Ea = -402,8136 kJ/mol

(145,6159+ 201,3507+ 158,9352+ 402,8136 ) /


Ea = 4

Ea = -227,1789 kJ/mol

Perhitungan dari grafik

1. Ea

=

7,603,32
= 8,314
0,003320,00310
10,92
= 8,314
0,00022

0,00022 Ea = -90,789
Ea = -412672,73 J/mol
Ea = -412,6727 kJ/mol
2. A
Ln A = = 0
Ln A = -1,3
A = 0,2725
Untuk system II

Mencari Ea

6,1193
1. = - 8,314 / ( 3,175.10-3 - 3,106.10-3) K-1
5,6840


1,0766 = - 8,314 / ( 6,900.10-5 )

8,9509 J/mol = -Ea ( 6,900.10-5 )


-Ea = 129723,19 J/mol
Ea = -129,7232 kJ/mol

6,5713
2. = - 8,314 / ( 3,236.10-3 - 3,175.10-3) K-1
6,1193


1,0739 = - 8,314 / ( 6,100.10-5 )

8,9284 J/mol = -Ea ( 6,100.10-5 )


-Ea = 146367,21 J/mol
Ea = -146,3672 kJ/mol

7,1309
3. = - 8,314 / ( 3,289.10-3 - 3,236.10-3) K-1
6,5713


1,0852 = - 8,314 / ( 5,300.10-5 )

9,0224 J/mol = -Ea ( 5,300.10-5 )


-Ea = 169856,60 J/mol
Ea = -169,8566 kJ/mol

7,2644
4. = - 8,314 / ( 3,311.10-3 - 3,289.10-3) K-1
7,1309

1,0187 = - 8,314 / ( 2,200.10-5 )

8,4659 J/mol = -Ea ( 2,200.10-5 )


-Ea = 384977,27 J/mol
Ea = -384,9773 kJ/mol

(129,7232+ 146,3672+ 168,8566+ 384,9773 ) /


Ea = 4

Ea = -207,7311 kJ/mol

Perhitungan dari grafik

1. Ea

=

7,266,12
= 8,314
0,003310,00318
13,38
= 8,314
0,00013

0,00013 Ea = -111,241
Ea = -855700 J/mol
Ea = -855,700 kJ/mol

2. A
Ln A = = 0
Ln A = -4,4
A = 0,0123
VIII. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara laju reaksi
dengan temperatur sehingga yang divariabelakan dalam percobaan ini yaitu
temperatur. Pertama dari sistem pertama dibuat dua tabung yang berbeda. Tabung I
diisi dengan 2 mL S2O82- dan 5 mL H2O sedangkan untuk tabung II diisi dengan
larutan iod 10 mL, 1 mL S2O82- dan 1 mL kanji. Larutan kanji yang digunakan yaitu
larutan kanji 3% dimana dibuat dengan cara melarutkan 3gr kanji dalam 100 mL air
karena larurtan kanji mudah rusak. Setelah itu kedua tabung dimasukkan ke dalam
penangas air dan disamakan suhunya antara suhu tabung dengan suhu penangas 65C.
Setelah suhunya sama, larutan pada tabung I dimasukkan ke tabung II dan
dikembalikan dalam tabung I secepat mungkin agar suhunya tidak turun sambil
menyalakan stopwatch sampai larutan berubah menjadi biru pada awal dan mencatat
suhunya sebagai suhu awal dan pada saat larutan biru seluruhnya sebagai suhu akhir.
Pada system ini akan diketahui pengaruh temperatur untuk sistem yang
sama. Ternentuknya warna biru pada awal percampuran disebabkan adanya reaksi
antara iodm dengan ammonium bisulfat. Dalam hal ini iod akan dioksidasi menjadi I2
oleh ammonium bisulfat, membentuk warna biru sesuai dengan reaksi berikut :
S2O82- + 2I- 2SO4 + I2
Red : I2 + 2e- 2I-
Oks : 2S2O3 2- S4O62- + 2e-
Rx : I2 + 2S2O3 S4O62- + 2I-

Setelah itu melakukan hal yang sama untuk suhu 55C, 45C, 35C, dan
25C. Digunakan perbandingan 10C karena umumnya laju reaksi meningkat dengan
meningkatnya temperatur dan harganya kira-kira dua kali lipat tiap kenaikan 10C
sesuai dengan persamaan Arhenius.
Dari percobaan diperoleh untuk suhu 65C, waktu yang diperlukan yaitu
280 sekon, suhu 55C = 566 sekon, 45C = 1013 sekon, suhu 35C = 125 sekon, dan
suhu 25C = 1834 sekon. Sedangkan untuk system kedua digunakan komposisi yang
berbeda. Untuk tabung I diisi dengan 7mL S2O82- dan 3 mL air sedangkan tabung II
diisi dengan 8 mL iod, 2 mL air, 1 mL S2O32, dan 1 mL kanji. Waktu yang
diperlukan pada suhu 65C = 295 sekon, untuk suhu 55C = 460 sekon, untuk 45C =
740 sekon, untuk 35C = 1185 sekon, dan untuk 25C = 1510 sekon.
Dari kedua sistem dapat disimpulakan bahwa temperatur berbanding
terbalik denagn waktu sesuai dengan teori karena reaksi berlangsung lebih cepat jika
suhu tinggi akibat tumbukan semakin banyak karena gerakan yang semakin cepat dan
komposisi S2O82- yang berubah menyebabkan waktu yang diperlukan lebih sedikit.
1
Dari grafik Ln 1/T dan
diperoleh Ea untuk system I = -412,6727 kJ/mol
sedangkan dari teori/ perhitungan Ea = -227,1789 kJ/mol dengan nilai A = 0,2725.
Untuk system II nilai Ea dari grafik yaiti -855,700 kJ/mol dengan nilai A = 0,0123
sedangkan berdasarkan perhitungan Ea = -207,7311 kJ/mol.
Perbedaan data yang diperoleh kemungkinan disebabkan perhitungan
yang kurang teliti.

IX. Penutup
a. Kesimpulan
1. Laju reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur.
2. Energy aktivasi (Ea) untuk sistem I berdasarkan perhitungan = -227,1789
kJ/mol dan grafik = -412,6727 kJ/mol dan untuk sistem II nilai Ea berdasarkan
perhitungan = 207,7311 kJ/mol dan grafik = -855,700 kJ/mol.
3. Nilai A untuk system I = 0,2725 dan untuk system II = 0,0123.
b. Saran
Disarankan kepada praktikan agar berhati-hati dalam percobaan untuk mengurangi
kesalahan.
Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Energi Aktivasi. http://kimia/energi aktivasi.html.

Anonym.2010. Persamaan Arhenius. http;//www.wikipedia.org.

Atkins. 1997. Kimia Fisik Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.

Bird.Tony. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : Gramedia


.
Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal Soal. Jakarta : UI.Press.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Makassar :
Jur.Kimia FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai