Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata
api sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang,
maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri
korban mempunyai wewenang dalam melakukan pemeriksaan seperti yang
tercantum pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP yang
menjelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli
tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran
tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga
karena tindak pidana. Oleh karena itu dokter yang memeriksa perlu secara hati-
hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang didapatnya1.
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling
umum di Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab
kematian adalah akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah
akibat bunuh diri. Di Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar
70.000 jiwa korban luka tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa.
Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu beban
berat bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada
umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan
keahlian baik oleh seorang dokter yang menangani bagian kegawatdaruratan
korban luka tembak maupun para ahli patologi dan forensik.
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter
harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka
tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak
tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali
korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi
yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya memberikan
informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi,
tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Senjata dan Amunisi


1. Senjata Api
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
perledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan
tinggi melalui larasnya. Berikut adalah jenis-jenis senjata api2:
a. Berdasarkan Panjang Laras:
1) Laras pendek.
a) Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang
berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru
pada posisi siap untuk di tembakkan.
b) Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan
menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan
dalam sebuah magasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual
ke dalam ruang ledaknya.

Gambar 1. Senjata api laras pendek

2
Gambar 2. Pistol semi otomatis Gambar 3. Revolver

2) Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,
mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi
menjadi dua yaitu:
a) Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan
butir-butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang
untuk memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan
halus dan tidak terdapat rifling.
b) Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri,
mampu melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai
kapasitas magasin yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru
senapan dengan kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang
antara peluru senapan standard dan peluru pistol)

Gambar 4. Senjata api laras panjang

3
b. Berdasarkan Alur Laras
1. Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan
dalam laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari
diameter anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu,
saat melalui laras, dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan
ini akan memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi
ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran.
Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah
putaran ke kanan (Smith and Wesson).3,4
a. Senjata api dengan alur ke kiri
1) dikenal sebagai senjata tipe COLT
2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis
anak peluru.
b. Senjata api dengan alur ke kanan
1) dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON ( tipe SW )
2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan
0.46
3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari
bagian basis anak peluru.

Gambar 5. Senjata api beralur5

4
2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada
satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.

2.2 Teori Luka


Terdapat empat teori luka yaitu5:
1. Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:
a. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara
peluru dan lapisan otot/jaringan.
b. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.
2. Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin
tidak memadai untuk mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.
a. Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya.
Olengannya adalah sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari
peluru.
b. Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau
jalurnya cukup panjang, olengannya akan mencapai 90, jadi
menonjolkan sisi pembukaan yang maksimum.
c. Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180 dan
meluncur dengan gerakan mundur.
3. Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak
merusak tatanan lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang
merusak ketenangan air saat meluncur di atas danau.
a. Semakin besar energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru,
semakin banyak energi yang hilang, dan kerusakan tatanan jaringanpun
semakin besar.
b. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga
sementara.
c. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-
5 sampai 10 ribu detik saja.

5
1) Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa
berangsur-angsur meliwati getaran dan kontraksi yang semakin
sebelum hilang sama sekali, meninggalkan bekas luka yang
permanent.
2) Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter
peluru.
3) Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebuah peluru non-fragmen,
yang merusak bentuk akan terjadi bilamana peluru meluncur pada
sisinya.
d. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak
di kepala. Disini struktur yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat
mengurangi tekanan dengan cara meledak/pecah.
e. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh
terhempasnya jaringan hanya berperan kecil, kalaupun ada, peran
karena luka oleh peluru pistol, karena pada kenyataannya peluru
pistol hanya memiliki energi kinetik yang relatif kecil.
f. Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire yang oleh sifat dari
kecepatan tingginya memiliki jumlah energi kinitik yang sangat besar.
Rongga besar dan tekanan gelombang besar dapat dihasilkan yang
sebenarnya dapat mengkacaukan, memecahkan, dan juga dapat merobek
organ-organ yang tidak terkena secara langsung oleh peluru, tetapi itupun
hanya dalam jarak yang dekat dengan jalurnya. memperlihatkan
kecepatan tinggi dan energi kinetik dari aneka macam jenis amunisi.
4. Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh
yang meninggalkan luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek.
Sebaliknya peluru senjata militer cenderung untuk tidak merobek tubuh.
Kecuali dalam peluru M16 (5.56 x 45 mm).

2.3 Arti Klinis Luka Tembak


Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila

6
sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada
dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak
peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut
dikenal sebagai kelim memar (contusio ring)9.
Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya
tergantung pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka
contusio ringnya akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio
ringnya akan lebih lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang terkecil
pada kulit. Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga
akan memberi gambaran pada luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita
hitam, tetapi kelim lemak ini tidak selalu terdapat misalnya pada senjata yang
jarang dibersihkan. Pada waktu senjata ditembakkan, maka yang keluar dari laras
senjata api adalah9:
1. Api
2. Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, roetneerslag)
3. Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar
4. Mesiu yang tidak terbakar
5. Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya
6. Anak pelurunya sendiri

2.4 Mekanisme Luka Tembak


Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada
semua trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena
adanya transfer energi dari luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka
tembak. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi
kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik
yang lainya8,10.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk
rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan
dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan
mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ

7
dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang
berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan
harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi8,10.

Gambar 6. Mekanisme luka tembak10

2.5 Deskripsi Luka Tembak


Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api
bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih
hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung
jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat.
Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement dan
menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi
dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua
kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang
dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak
mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka
yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari2 :
1. Lokasi
a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri
garis pertengahan tubuh
b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar

8
a. ukuran dan bentuk
b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. luka bakar
d. lipatan kulit, utuh atau tidak
e. tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. grains powder
a. deposit bubuk hitam, termasuk korona
b. tattoo
c. metal stippling
4. Perubahan
a. oleh tenaga medis
b. oleh bagian pemakaman
5. Track
a. penetrasi organ
b. arah
- depan ke belakang (belakang ke depan)
- kanan ke kiri(kiri ke kanan)
- atas ke bawah
c. kerusakan sekunder
- perdarahan
- daerah sekitar luka
d. kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. titik penyembuhan
b. tipe misil
c. tanda identifikasi
d. susunan
7. Luka keluar
a. lokasi
b. karakteristik

9
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat
penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah
akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh
mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka
sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan
apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran
luka.
a. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat
digunakan dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari
tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai
berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan
atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami
luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan
ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak
jarak dekat, sedang, dan jauh.
b. Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta
perubahan warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan
mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips, panjang luka dihubungkan
dengan pengurangan sudut tembak. Senapan akan memproduksi lebih sedikit
kotoran, kecuali jika jarak dekat. Petunjuk ini berguna untuk pembanding
dengan shotgun. Luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut olique
akan membentuk luka seperti anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam
perubahan gambaran luka karena adanya kontraksi otot. Petunjuk lain yang
penting untuk menginterpretasikan, yaitu :

10
1) Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan
dialihkan arah keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
2) Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar
dari permukaan tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran. Tembakan
senjata api dengan Sallow Cone akan melewati setiap bagian tubuh tapi pada
bagian permukaan tangensial tubuh. Posisi yang paling sering ditemukan
kemungkinan pada samping dada, dibawah axilla.Jika lengan dinaikkan tidak akan
ikut terkena, sebaliknya akan terlihat luka pada dinding dada, dan bagian sisi
dalam lengan atas. Daerah lainnya adalah bagian samping wajah, dimana jika
terkena tembakan, bagian wajah tersebut akan terkoyak dan kemungkinan telinga
akan ikut terkoyak.
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada
pleura dan paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena Hematothorak
dengan atau tanpa luka laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala
terkena, menghancurkan tulang tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan
intracranial, meskipun peluru logam tidak menembus kranium. Enapan juga dapat
menyebabkan luka tangensial.1,4

2.6 Identifikasi Luka Tembak


1. Luka Tembak Masuk
Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda, dibandingkan
dengan menembak seseorang pada dada, pada saat mempertahankan diri anda dari
serangan yang bersifat fatal, adalah penting untuk membedakan luka masuk dari
luka keluar. Dalam hukum kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal
tersebut, berarti dapat membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama
dan kemungkinan hukuman mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak
ada tuntutan. Untungnya, aplikasi dari beberapa konsep dasar biasanya akan
memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka masuk dan luka keluar.
Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tepi
yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi

11
tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika
menekan masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun
eksentris. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal
tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit
berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara
tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit
dengan membentuk sudut, maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang
eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari
abrasi tepi yang eksentris mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai
tambahan, semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat
mengenai kulit.
Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki
sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru
kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam
perjalananya dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung ketika menabrak
kulit sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada luka. Luka masuk
yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak berfungsi baik atau oleh
karena amunisi yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru jenis
Ricochets atau peluru yang mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela
yang bergerak otomatis, sebelum mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam
setelah mengena media perantara, hal ini yang menyebabkan terbentuknya abrasi
tepi yang tidak khas pada luka tembak masuk, ketika peluru mengena kulit. Jenis
lain dari luka masuk yang tidak khas terjadi ketika mulut senjata api mengalami
kontak langsung dengan kulit di atas permukaan tulang, seperti pada tulang
tengkorak atau sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini akan
menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar
peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan subkutan, dimana gas
tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka tembak masuk
menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian
tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampakan seperti
bintang. Luka tembak masuk dapat dibedakan lagi, yaitu :

12
a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru.
b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru dan butir-butir mesin yang tidak habis terbakar.
c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit.
Dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas api.
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai
sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh korban
tersebut akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau
komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut .

2. Luka Tembak Keluar


Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak
keluar. Ketika senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru
biasanya tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala
akan mudah untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek luka tembak
keluar.4
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka
tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk.
Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti
bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di
prediksi. Latar belakang variasi bentuknya adalah sebagai berikut:
a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya
masuk
b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh
sehingga memberi bentuk iregular saat keluar.
c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1
kesatuan melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket,
maka jaket dapat terpisah komplit atau sebagian.
d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat
fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.

13
e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur
anatomi apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit
berhubungan dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.
Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak teratur,
tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya
bergerigi,laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang membuka dan
kemungkinan fraktur komunitf. Luka tembak pada dada dan perut selalu sulit
keluar karena adanya hambatan yang cukup besar. Tidak adanya penahan pada
kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam
beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka tembak
sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh
abrasi.
Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka
tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan
apabila pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk
terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber
kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit.

Gambar 7. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah
kanan

14
2.7 Klasifikasi Luka Tembak
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka
tembak masuk dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan
karakteristiknya masing-masing, yaitu:
1. Luka Tembak Masuk
a. Luka tembak tempel (kontak)
Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan
tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke
permukaan kulit sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit.
Gambaran akan tampak beda jika terdapat pakaian diantara moncong senjata dan
kulit. Pada jaringan lunak, seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan
tampak kecil dan sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding
luka. Jika antara moncong senjata denga kulit menempel kuat akan ada sedikit
bahkan tidak ada nyala api dan debu, kecuali kalau pakaian menutupinya. Dalam
luka, pada jaringan akan ada beberapa bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau
partikel-partikel amunisi. Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih,
dibandingkan dengan peluru senjata api sehingga jelaga bisa tidak
ditemukan.Biasanya hyperemia terdapat disebelah luar cetakan diameter moncong
senjata, dan karbon monoksida akan diserap oleh Hemoglobin dan Mioglobin
disekitar kulit luka dan pada bekas yang lebih dalam. Kemungkinan akan ada luka
memar yang kadang meluas meskipun bentuknya tidak simetris dan jarang.
Perluasan jaringan karena gas yang masuk memaksa kulit lebih keras melawan
ujung laras, dan jejak moncong senjata mungkin akan terbentuk. Jika luka tempel
di atas tulang terutama tulang tengkorak, terjadi fenomena yan sama dengan luka
senjata api. Tampak gambaran linier atau seperti bintang6.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas
masuk kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini
menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan

15
senjata api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara
ibu jari dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit,
dapat dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang
kepala dengan selaput otak keras (tabula interna).2,5,9

Gambar 8 . luka tembak tempel

Gambar 9. Luka tembak tempel

b. Luka tembak jarak dekat


Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inci
adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim
jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang
terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka
tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar
tepi luka dan disepanjang saluran luka. Kelim tato yang biasa tampak pada luka
jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek
penapisan oleh jelaga7.

16
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar
kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat.
Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang
diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah
diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan.
Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun5.
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh
peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-
tanda schot hand. Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana
pada sekitar luka tembak masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis
terbakar.
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu
yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat
zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan
kecil.Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang
digunakan. Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka
ragam, tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan
bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur,
menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan
lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan
lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut,
makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum
dipakai adalah dengan mengukur dua koordinat, potongan longitudinal dan
transversal. Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata
yang sama, amunisis yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka
terlihat yang sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.2,5,9

17
Gambar 10. Luka Tembak Jarak Dekat

c. Luka tembak jarak jauh


Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh.
Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka
yang ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka
yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular.
Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-
perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu
sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru1,5.
Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah
anak peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak
jarak jauh ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah
tembakan tegak lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya
konsentris, bundar. Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya
oval.
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong
senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan
butir-butir mesiu.
a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar
jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau
terbakar sebagian.
b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat
dilihat pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau
kelim lemak.

18
Gambar 11. Luka Tembak Jarak Jauh

2. Luka Tembak Keluar (Luka Tembus)


Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak
masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi
dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit
dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang
luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.1
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan
mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi
berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau
kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat
lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga
diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena
dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan
menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang
besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka
tembak keluar berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya
saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka
tembakan keluar sebesar uang logam. Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa
kemungkinan, yaitu:
a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk,
maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga
berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa
menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.

19
b. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka
hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh
dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

Gambar 12. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar

Adapun faktorfaktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar


dari luka tembak masuk adalah:1
Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada
dalam tubuh dan membentur tulang.
Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya
karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung
ke ujung (end to end), keadaan ini disebut tumbling.
Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut yawing.
Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan
luka tembak keluar menjadi lebih besar.
Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar,
maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan
memperbesar luka tembak keluarnya.

20
Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk,
hal ini disebabkan:1
- Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,
sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu
diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan
berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity.
- Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan
keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan
lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk.

2.8. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar


Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar11
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
1. Ukurannya kecil, karena peluru Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
menembus kulit seperti bor teratur dibandingkan luka tembak
dengan kecepatan tinggi masuk, karena kecepatan peluru
berkurang sehingga menyebabkan
robekan jaringan
2. Pinggiran luka melekuk kearah Pinggiran luka melekuk keluar karena
dalam karena peluru menembus peluru melekuk keluar
kulit dari luar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
4. Bisa tampak kelim lemak Tidak terdapat kelim lemak
5. Pakaian masuk ke dalam luka, Tidak ada
dibawa oleh peluru yang masuk
6. Pada luka bisa tampak hitam, Tidak ada
terbakar, kelim tato, atau jelaga
7. Pada tulang tengkorak, Tampak seperti gambaran mirip kerucut
pinggiran luka bagus bentuknya
8. Bisa tampak warna merah terang Tidak ada
akibat adanya zat karbon
monoksida
9. Disekitar luka terdapat kelim Tidak ada
ekimosis
10. Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
11. Pemeriksaan radiologi atau Tidak ada
analisa aktivitas netron
mengungkapkan adanya lingkaran
timah atau zat besi di sekitar luka

21
2.9. Efek Luka Tembak
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan
yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras
senjata api tersebut. Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap
penembakan adalah1:
anak peluru
butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
asap atau jelaga
api
partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak
yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila
penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat
pada tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang
dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang
keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet,
tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka.
Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan
menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
Kecepatan
Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
Bentuk dan ukuran peluru
Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan
menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru
yang kecepatannya lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan
lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.

22
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila
terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
dengan jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal
tersebut disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh
bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur
atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan
sehingga terjadi kelim lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke
segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh
akan terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang
terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas
dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang
terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat
diketahui dari bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah
tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai
pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat
atau kelim lemak (grease ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk
luka yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya
mempunyai densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru
disertai pula dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat

23
kulit di atasnya, sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak beraturan atau
berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter
lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah
masuknya peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan
dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu
dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound

2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling


a. Butir butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk
ke dalam kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-
bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik
hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit,
tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida,
sedangkan smoke less powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang
dicampur dengan karbon dan gravid

3) Akibat asap (smoke effect): jelaga


a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk
asap atau jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen
35%, CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen
dan methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm

24
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit,
sehingga bila dihapus akan menghilang.

4) Akibat api (flame effect): luka bakar


a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang
akan mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching,
charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan
terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm,
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm

5) Akibat partikel logam (metal effect): fouling


a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu
peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam
sebagai akibat pergesekan tersebut
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka
terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian
korban.

6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras


a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel
yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft
contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian
tubuh, dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan
moncong senjata

25
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong
senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang
terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka,
sedangkan pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut
akan tampak sebagian sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato,
oleh karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga
dan butir mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan
kulit, sehingga terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tato.

7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk


Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya
cukup tebal, maka dapat terjadi:
Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang
luka tembak

2.10 Pengutaraan Jarak Tembak dalam Visum et Repertum


Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas
adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau
penentuan jarak tembak tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-
kelim tersebut selain kelim lecet. Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak
dari jarak dekat, maksimal 30 cm. Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak
dari jarak dekat, maksimal 60 cm, dan seterusnya. Bila hanya ada kelim lecet, cara
pengutaraannya adalah sebagai berikut: Berdasarkan sifat lukanya luka tembak
tersebut merupakan luka tembak jarak jauh, ini mengandung arti :
Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan
atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian
terbakar.

26
Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara
korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain
sebagainya
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat
sekali, yaitu maksimal 15 cm (Idris, 1997). Menurut hadikusumo (1998), luka
tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan gambaran bundaran laras
senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight) akibat
panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut
masuk ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan
disekitar luka. Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang
menempel pada daerah sekitar luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis
senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya dari pada
mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih dengan
cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk
cincin kontusionya konsentris dan bundar1.

27
BAB III
LAPORAN KASUS

Laporan kasus
Dilaporkan sebuah kasus pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Umum Sultan Sulaiman di Sei Rampah,
menerangkan atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Resor Resort
Serdang Berdagai, Tertanggal 17 9 - 2017, No. Pol: B/ 820 / IX / 2017,
maka pada tanggal 17 - 9 - 2017, pukul 02.30. Waktu Indonesia Barat,
bertempat di Rumah Sakit Umum Sultan Sulaiman, telah dilakukan
pemeriksaan luar terhadap mayat yang menurut surat surat tersebut memiliki
identitas sebagai berikut:
Nama : Lisan Jaya, Jenis Kelamin : Laki-laki, Umur : 23 tahun, Pekerjaan :
Wiraswasta, Agama : Islam, Kewarganegaraan : Indonesia, Alamat : Jln.
Melinda Kel. Batang Terap. Perbaungan.Kab. Sergai
HASIL PEMERIKSAAN:
Dari pemeriksaan luar atas tubuh jenazah tersebut ditemukan fakta-fakta
sebagai berikut :

A. IDENTITAS JENAZAH :
1. Identitas Umum:
Pembungkus jenazah: Tidak dijumpai, Penutup jenazah: Tidak dijumpai,
Benda disamping jenazah: Tidak dijumpai, Pakaian Mayat: Memakai baju kaos
warna hitam tidak berkerah lengan pendek dengan corak bunga warna putih
tanpa ukuran tanpa merk, memakai celana panjang, bahan jeans warna biru
muda tanpa merek tanpa ukuran, memakai celana dalam segi tiga warna oranye
tanpa merek tanpa ukuran, Perhiasan: Tidak dijumpai. Sosok mayat dikenal,
jenis kelamin : laki-laki, berkhitan, umur : 23 tahun, perawakan gemuk, warna
kulit putih, panjang badan : 168 centimeter, berat badan: 80 kilogram, rambut
lurus, pendek warna hitam, dan tidak mudah dicabut.

2. Identitas Khusus
Tato: Tidak dijumpai, Jaringan parut: Tidak dijumpai, Tanda lahir: Tidak
dijumpai, Tahi lalat: Tidak dijumpai, Cacat fisik: Tidak dijumpai

TANDA KEMATIAN
Lebam mayat: Dijumpai pada daerah tengkuk, punggung, pinggang dan
bokong, yang hilang pada penekanan, Kaku mayat: Dijumpai pada

28
persendian, rahang, leher, anggota gerak atas dan bawah yang mudah dilawan,
Pembusukan: Tidak dijumpai

B. PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR


1. Permukaan Kulit Tubuh:
a. Kepala:
Daerah berambut:
Dijumpai panjang rambut depan tiga sentimeter, samping kanan dua
sentimeter, samping kiri dua sentimeter dan bagian belakang satu
koma lima sentimeter. Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan
Wajah:
Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

b. Leher. Bahu. Perut: Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

29
c. Dada
Dijumpai tiga luka tembak keluar,
luka tembak keluar ke satu pada dada sebelah kanan diatas puting
susu kanan, pinggir luka tidak rata, arah kulit luka keluar, bentuk luka
bulat, ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter,
luka tembak keluar kedua pada dada kanan disamping puting susu
kanan ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima
sentimeter.
luka tembak keluar ketiga pada dada kiri, diatas puting susu kiri,
ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, pada
perabaan tidak dijumpai tanda-tanda patah tulang.

d. Alat Kelamin: Dijumpai alat kelamin laki-laki dan berkhitan.Tidak


dijumpai kelainan
e. Perut: Tidak dijumpai kelainan
f. Punggung
Dijumpai tiga luka tembak masuk pada punggung, pinggir luka tidak rata,
sudut luka tumpul, bentuk bulat arah kulit luka ke dalam,
luka tembak masuk pertama pada punggung sebelah kanan atas,
ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter.
luka tembak masuk kedua pada punggung sebelah kanan bagian
bawah ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima
sentimeter,
luka tembak masuk ketiga pada punggung sebelah kiri ukuran panjang
satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter

30
g. Pinggang. Bokong. Dubur: Tidak dijumpai kelainan

h. Anggota gerak:
o Anggota Gerak Atas:
Kanan
Dijumpai luka tembak masuk pada lengan kanan atas ukuran panjang
satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter

Kiri: Tidak dijumpai kelainan.


o Anggota Gerak Bawah:
Kanan. Kiri; Tidak dijumpai kelainan.

2. Bagian Tubuh tertentu:


a. Mata:
Alis mata. Bulu mata. Kelopak mata. Bola mata: Tidak dijumpai
kelainan

b. Hidung:
Bentuk hidung: Tidak dijumpai kelainan
Permukaan kulit hidung: Dijumpai luka lecet dipangkal hidung
dengan panjang tiga sentimeter, lebar dua sentimeter
Lubang hidung: Dijumpai darah keluar dari lubang hidung

31
c. Telinga:
Bentuk telinga. Permukaan daun telinga. Lubang telinga: Tidak
dijumpai kelainan
d. Mulut:
Bibir atas, bibir bawah, selaput lendir bibir, lidah: tidak dijumpai tanda-
tanda kekerasan.
Rongga mulut: Terbuka. Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan
Gigi-geligi
o Gigi rahang atas: Gigi lengkap,dengan jumlah enam belas gigi geligi
o Gigi rahang bawah: Gigi lengkap,dengan jumlah enam belas gigi
geligi
Langit-langit mulut: Tidak dijumpai kelainan

e. Alat kelamin: Laki-laki, sudah berkhitan, tidak dijumpai kelainan


Kantung buah pelir: Teraba dua buah biji pelir, tidak dijumpai
kelainan

C. PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM:


Tidak dilakukan sesuai dengan permintaan visum et repertum dari kepolisian
No. Pol: B/ 820 / IX / 2017, penyidik Ras Maju Tarigan, SH, pangkat , AKP,
NRP 75080384

32
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengertian traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek


yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih
hidup. Kegunaannya, selain untuk kepentingan pengobatan (cabang ilmu
kedokteran bedah) juga untuk kepentingan forensik karena dapat diaplikasikan
guna membantu penegak hukum dalam rangka membuat terang tindak pidana
kekerasan yang menimpa tubuh seseorang.
Dalam kaitannya dengan forensik tersebut, traumatologi dapat
dimanfaatkan untuk membantu menentukan: jenis penyebab trauma, (2) waktu
terjadinya trauma/kekerasan, (3) akibat trauma, (4) konteks peristiwa penyebab
trauma, (5) arah datangnya luka (6) perkiraan waktu kematian dan (7) aspek
medikolegal.
4.1. Jenis penyebab trauma
Jenis trauma pada korban ini yaitu trauma mekanik akibat luka tembak.
Terdapat 7 buah lubang bekas tembakan. 3 diantaranya luka tembak tembus dan 1
luka tembak tidak tembus pada lengan. Pada tiga luka tembus terdapa 3 luka
tembak masuk dan 3 luka tembak keluar.
Pada dada dijumpai tiga luka tembak keluar, hal ini sesuai dengan ciri-ciri
luka. Luka tembak keluar ke satu pada dada sebelah kanan diatas puting susu
kanan, pinggir luka tidak rata, arah kulit luka keluar, bentuk luka bulat, ukuran
panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, pada luka tembak keluar
kedua pada dada kanan disamping puting susu kanan ukuran panjang satu
sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter. Luka tembak keluar ketiga pada dada
kiri, diatas puting susu kiri, ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima
sentimeter, pada perabaan tidak dijumpai tanda-tanda patah tulang Tidak
ditemukan cincin lecet, jelaga maupun tatoase.
Pada punggung dijumpai tiga luka tembak masuk dengan ciri-ciri pinggir
luka tidak rata, sudut luka tumpul, bentuk bulat arah kulit luka ke dalam, luka
tembak masuk pertama pada punggung sebelah kanan atas, ukuran panjang satu

33
sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter. Luka tembak masuk kedua pada
punggung sebelah kanan bagian bawah ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol
koma lima sentimeter, luka tembak masuk ketiga pada punggung sebelah kiri
ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter. Pada lubang
terdapat darah.
Pada lengan kanan atas dijumpai luka tembak masuk pada lengan kanan
atas ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter,pinggir luka
tidak rata, sudut luka tumpul, bentuk bulat arah kulit luka ke dalam.
Dari hasil pemeriksaan dada, punggung, dan lengan kanan atas dapat
dipastikan telah terjadi luka karena tembakan (luka tembak). Tiga luka
tembak dari punggung tembus kedada dan satu luka tidak tembus di lengan
kanan atas.

4.2. Waktu terjadinya trauma/kekerasan


Pada dada, punggung, dan lengan kanan terdapat sebuah luka terbuka
yang mengeluarkan darah dari dalam luka.
Seleain itu dari hasil pemeriksaan dada serta punggung terdapat juga
bercak-bercak darah pada seluruh permukaan tubuh korban hal ini
menandakan telah terjadi perdarahan hebat (profuse bleeding) yang berarti
organ dalam (intravital) masih berfungsi saat terjadi trauma, sehingga dapat
dipastikan bahwa waktu terjadinya trauma/kekerasan adalah
antemortem atau trauma tersebut terjadi sebelum korban meninggal.
Pada dada kanan dan kiri, punggung kanan dan kiri, serta lengan kanan
atas tidak terdapat pembengkakan pada tepi luka. Sehingga dapat dipastikan
umur luka/dari saat trauma hingga korban meninggal dari
pemeriksaan makroskopis adalah 12 jam.

4.3. Akibat trauma


Dari aspek medik, tampak jelas bahwa terjadi konsekuensi dari luka
yang ditimbulkan oleh trauma yang berupa: kelainan fisik/organik dimana
terjadi perdarahan pada rongga dada yang menyebabkan kematian.

34
Dari aspek yuridis, tampak jelas bahwa korban meninggal, sehingga
dapat dikategorikan luka berat dimana luka dapat mendatangkan bahaya
maut.
Tubuh kita ternyata membawa darah yang cukup banyak. Pada orang
dewasa, rata-rata terdapat 4,5 - 5,5 liter darah (sekitar 10 persen dari BB)
yang bersirkulasi dalam tubuh.
Kelompok perdarahan akhir adalah tingkat 4, terjadi saat seseorang
kehilangan lebih dari 40 persen volume darahnya. Perdarahan berat ini
membutuhkan tindakan segera atau pasien tak akan mungkin bertahan.
Dalam kondisi ini akan terjadi hypovolemic shock.
Diperkirakan pada korban ini mengalami perdarahan grade 4 dimana
tubuh kehilangan 40% volume darahnya. Yaitu:
40% x 5liter = > 2liter kehilangan darah

4.4. Konteks peristiwa penyebab luka


Dari ciri-ciri luka pada pemeriksaan dada, punggung dan bagian tubuh
lain didapatkan luka pada lokasi yang tidak dapat dijangkau tangan korban,
tidak ditemukan adanya luka-luka percobaan (tentative wounds) maupun
luka tangkisan (defensive wounds), maka dapat dipastikan bahwa latar
belakang terjadinya trauma yang mengakibatkan korban meninggal adalah
karena pembunuhan/ ditembak.

4.5 Arah datangnya luka


Berdasarkan pemeriksaan diatas luka tembak berasal dari punggung korban
kemudian menembus dada korban. Dan terdapat luka tembak yang berasal
dari samping kanan korban yang mengenai lengan atas.

4.6. Perkiraan waktu kematian


Dari pemeriksaan lebam mayat: didapatkan lebam pada daerah tengkuk,
punggung, pinggang dan bokong, yang hilang pada penekanan. Dari

35
pemeriksaan lebam mayat, waktu kematian diperkirakan 1 jam sebelum
pemeriksaan.
Dari pemeriksaan kaku mayat: dijumpain pada persendian, rahang, leher,
anggota gerak atas dan bawah yang mudah dilawan. Dari pemeriksaan kaku
mayat, waktu kematian diperkirakan 1 jam sebelum pemeriksaan.
Dari pemeriksaan pembusukan dan modifikasinya: tidak didapatkan bau
busuk dan tanda-tanda pembusukan lainnya. Dari pemeriksaan pembusukan
dan modifikasinya, waktu kematian diperkirakan < 24 jam sebelum
pemeriksaan.
Dari 3 hasil pemeriksaan perkiraan waktu kematian di atas, dapat
disimpulkan bahwa korban meninggal 1-2 jam sebelum pemeriksaan.
Pemeriksaan otopsi dimulai pada pukul 02.30 WIB. Maka perkiraan
waktu kematian korban terjadi antara pukul 00.30 WIB hingga pukul
01.30 WIB pada hari pemeriksaan.

4.7 Aspek Medikolegal


Pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP yang
menjelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya.

36
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan temuan dari pemeriksaan atas jenazah tersebut maka saya


simpulkan bahwa jenazah adalah seorang laki-laki, dikenal, berkhitan, umur dua
puluh tiga tahun, warna kulit putih, kesan gizi baik. Dari hasil pemeriksaan luar
dijumpai empat luka tembak masuk, tiga dipunggung, satu dilengan kanan atas,
dijumpai tiga luka tembak keluar pada dada, dijumpai luka licet pada batang
hidung, dijumpai keluar cairan darah dari kedua lubang hidung.
Waktu terjadinya trauma adalah antemortem atau trauma tersebut terjadi
sebelum korban meninggal. Umur luka/dari saat trauma hingga korban meninggal
dari pemeriksaan makroskopis adalah 12 jam. Luka tembak terbuka
dikarenakan gaya kinetik anak peluru, suhu panas anak peluru, semburan api serta
percikan mesiu yang terbakar dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh
lapisan kulit hingga jaringan di bawahnya dan menimbulkan luka tembak keluar
serta perdarahan masif di dalam rongga dada. Dari aspek medik, terjadi kelainan
fisik/organik dimana terjadi perdarahan pada rongga dada sehingga menyebabkan
kematian. Dari aspek yuridis, dikategorikan luka berat. Latar belakang terjadinya
trauma yang mengakibatkan korban meninggal adalah karena pembunuhan.
Perkiraan waktu kematian adalah 1-2 jam sebelum pemeriksaan (korban
meninggal antara pukul 00.30 WIB hingga pukul 01.30 WIB pada hari
pemeriksaan).
Penyebab kematian korban adalah mati lemas akibat perdarahan yang
banyak oleh kekerasan benda tumpul (anak peluru).

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta:


Binarupa Aksara; p.131-168.

2. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory


Handbooks, Practice and Resource.

3. Algozi Agus M. 2011. Luka Tembak. (online). (www.fk.uwks.ac.id/elib/


Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses tanggal 18 April
2011).

4. Ashari irwan. 2011. Luka Tembak. (online).


(http://www.irwanashari.com/luka-tembak/, diakses tanggal 18 April 2011).

5. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online).
(http://www.freewebs.com/ gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm,,
diakses tanggal 18 April 2011).

6. Anonim. 2011. Forensic Pathology. (online). (http://library.med.utah.edu/


WebPath/FORHTsML/FOR039.html , diakses tanggal 19 April 2011).

7. Windi, dkk. 2006. Traumatologi Forensik. (online).


(http://www.freewebs.com/ traumatologie2/traumatologi.htm, diakses tanggal
20 April 2011).

8. Pounder D.J. 2008. Department of Forensic Medicine, University of Dundee,


Lecture Note, Gunshot Wounds. (online). (http://www.dundee.ac.uk/
forensicmedicine/notes/gunshot.pdf, diakses pada 20 April 2011).

9. Anonim. 2007. Arti Klinis Luka Tembak. (online).


(http://medlinux.blogspot.com/ 2007/11/arti-klinis-luka-tembak.html, diakses
pada 20 April 2011).

10. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,


Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.
page. 72-140.

11. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V.
Jakarta : Widya Medika. Hal. 75-81

38
39

Anda mungkin juga menyukai