Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Hemofilia B tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai pemenuhan
tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan


dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan
semoga dengan hadirnya makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca
sekalian.

Makassar, 06 Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hemofilia ................................................................ 3

B. Hemofilia A .............................................................................. 3

C. tanda dan gejala hemofilia ....................................................... 4

D. pengobatan hemifilia ............................................................... 4

E. pencegahan pendarahan pada hemofilia .................................. 5

F. klasifikasi hemofilia ................................................................ 5

G. Komplikasi Akibat Hemofilia .................................................. 6

H. Pertolongan Pertama pada Penderita Hemofilia ....................... 6

I. Pengobatan hemofilia ............................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 9

B. Saran ......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua
kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih
sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya
diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.
Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku
dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang
penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia
akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan
darahnya. Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan
perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami
benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah
melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti
lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita
hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada
bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.
Kita hidup didunia ini pasti tidak terlapas dari apa yang bernama
penyakit atau sesuatu yang membuat diri kita tidak nyaman dan ingin
menghilangkannya secapat mungkin. Penyakit di dunia ini banyak jenis
dan penyebabnya. Ada yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan yang
lainnya Ada penyakit yang kurang berbahaya,menengah, sampai
mengancam jiwa kita. Ada yang dapat disembuhkan maupun sulit
disembuhkan dan memerlukan waktu singkat maupun sangat panjang.
Tetapi yan jelas semua jenis penyakit itu ada yang menyebabkan dan ada
obatnya.
Penyakit yang kurang berbahaya seperti: batuk, pilek, pusing, dan
lain lain. Penyakit yang menengah seperti: patah tulang, ambeyen,
demam, terkilir, dan lain lain. Sedangkam penyakit yang dapat
mengancam jiwa antara lain: kanker, kegagal fungsi dari berbagai organ
vital dalam tubuh individu, HIV, Antrag, dan lain lain.
Dalam hal ini kami akan mengususkan pada salah satu penyakit
yang cukup terkenal tetapi diderita oleh orang orang kusus saja yaitu
penyakit hemofilia atau sukar membekunya sel darah merah karena
kekurangan sejumlah factor pembekuan darah tertentu. Secara umum jenis
penyakit hemofilia merupakan penyakit keturunan. Karena penyakit ini
termasuk jenis penyakit yang terkanal dan cukup unik kami ingin
mengetahui lebih lanjut tentang penyakit yang satu ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hemofilia ?
2. Bagaimana tanda dan gejala hemofilia ?
3. Bagaimana pengobatan hemifilia ?
4. Bagaimana pencegahan pendarahan pada hemofilia ?
5. Bagaimana itu klasifikasi hemofilia ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
hemofilia.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tanda-tanda dan grjala hemofilia.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengobatan hemofilia.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan
pendarahan.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu klasifikasi hemofilia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertia Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan
adanya kekurangan faktor p3mbekuan darah. suatu penyakit yang
menyebabkan gangguan perdarahan karena kekurangan faktor pembekuan
darah. Akibatnya, perdarahan berlangsung lebih lama saat tubuh mengalami
luka. Hemofolia A timbul jika ada kelainan gen yang menyebabkan
kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII).
Dalam keadaan normal, protein yang menjadi faktor pembeku darah
membentuk jaring penahan di sekitar platelet (sel darah) sehingga dapat
membekukan darah dan pada akhirnya menghentikan perdarahan. Pada
penderita hemofilia, kekurangan protein yang menjadi faktor pembeku darah
tersebut mengakibatkan perdarahan terjadi secara berkepanjangan.
Hemofilia merupakan kelainan perdarahan herediter terikat seksi
resesif yang dikarakteristikkan oleh defisiensi faktor pembekuan esensial
yang diakibatkan oleh mutasi pada kromosom X. Hemofilia adalah gangguan
perdarahan bersifat herediter yang berkaitan dengan defisiensi atau kelainan
biologic factor VIII dan factor IX dalam plasma. (David Ovedoff, Kapita
Selekta Kedokteran)
Hemofilia adalah penyakit berupa kelainan pembekuan darah akibat
defisiensi (kekurangan) salah satu protein yang sangat diperlukan dalam
proses pembekuan darah. Protein ini disebut faktor pembekuan darah. Pada
hemofilia berat, gejala dapat terlihat sejak usia sangat dini (kurang dari satu
tahun) di saat anak mulai belajar merangkak atau berjalan. Pada hemofilia
sedang dan ringan, umumnya gejala terlihat pada saat dikhitan, gigi tanggal,
atau tindakan operasi.
Hemofilia diturunkan melalui kromoson X secara resesif. Karena itu,
hemofilia umumnya diderita oleh anak laki-laki. Penyakit ini tidak
dipengaruhi oleh ras, geografi, maupun kondisi sosial ekonomi. Saat ini
diperkirakan terdapat 350.000 penduduk dunia yang mengidap hemofilia. Di
Indonesia, Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI)
memperkirakan terdapat sekitar 200 ribu penderita. Namun, yang ada dalam
catatan HMHI hanya 895 penderita. Hemofilia, menurut dr Djajadiman Gatot
SpA (K), memiliki dua tipe, yakni tipe A dan B. Hemofilia A terjadi akibat
kekurangan faktor antihemofilia atau faktor VIII. Sedangkan hemofilia B
muncul karena kekurangan faktor IX.
Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku
bangsa.Hemofilia paling banyak di derita hanya pada pria. Wanita akan
benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan
ibunya adalah pemabawa sifat (carrier). Dan ini sangat jarang terjadi.
Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia
dilahirkan, akan tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu terditeksi di tahun
pertama kelahirannya.
B. Klasifikasi hemofilia
1. Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama:
a. Hemofilia klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling
banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah
b. Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8
(Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada
proses pembekuan darah.
Hemofilia A disebut juga hemofilia klasik merupakan suatu
penyakit atau gangguan perdarahan yang bersifat herediter akibat
kekurangan faktor pembekuan VIII yang diturunkan secara sex linked
resesif. Namun demikian sekitar 30% tidak mempunyai riwayat keluarga,
kemungkinan hal ini disebabkan karena mutasi gen spontan.
Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku
bangsa.Hemofilia paling banyak di derita hanya pada pria. Wanita akan
benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia
dan ibunya adalah pemabawa sifat (carrier). Dan ini sangat jarang terjadi.
Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia
dilahirkan, akan tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu terditeksi di
tahun pertama kelahirannya.
C. Patofisiologi Hemofilia A
Dasar abnormalitas pada hemofilia A adalah defisiensi/abnormalitas
protein plasma yaitu faktor anti hemofili (AHF = anti hemophilic
factor/VIII). Dalam keadaan normal, dalam plasma F.VIII bersirkulasi dalam
bentuk ikatan dengan faktor von Willebrand (vWF). Faktor vWF disebut juga
F.VIII Antigen (F.VIIIAg) berfungsi sebagai pembawa F.VIII. Fungsi F.VIII
dalam proses koagulasi dinamakan F.VIII C. Produksi vWF dikode oleh gen
otosomal. Pada hemofilia A, vWF diproduksi dalam kualitas normal dengan
jumlah normal atau meningkat.
D. Ciri-ciri hemofilia
Seseorang diduga menderita hemofilia bila mengalami gangguan
perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami
benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah
melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut,
pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat
membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang
vital seperti perdarahan pada otak.
D. Tanda dan Gejala Hemofilia
Hemofilia (Hemophilia) adalah suatu penyakit keturunan, yang artinya
ia dapat diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut
dilahirkan. Hemofilia atau Hemophilia dapat bervariasi dalam tingkat
keparahannya, tergantung pada tipe mutasi (kerusakan genetik) yang terjadi.
Derajat gejala tergantung pada kadar faktor pembekuan yang terkena.
Penyakit hemophilia berat didefinisikan sebagai aktivitas faktor <1%, 1%
sampai 5% aktivitas faktor dikatagorikan sebagai penyakit yang sedang, dan
lebih besar dari 5% merupakan aktivitas faktor penyakit ringan. Luas
perdarahan juga tergantung pada keparahan (jumlah aktivitas faktor) dan
adalah serupa pada kedua jenis hemofilia, A dan B.
Pada hemofilia berat (A atau B), perdarahan dimulai pada usia dini dan
mungkin terjadi secara spontan. Orang dengan hemofilia ringan mungkin
hanya akan mengalami perdarahan berlebihan ketika mengalami cedera atau
trauma.
Wanita carrier hemofilia dapat juga memiliki derajat variabel aktivitas
faktor, beberapa mungkin memiliki tingkat aktivitas factor yang mendekati
normal dan tidak menunjukkan kecenderungan perdarahan, sementara
beberapa yang lain mungkin memiliki kurang dari 50% sehingga mungkin
mengalami perdarahan lebih sering daripada perempuan yang bukan carrier.
Pada hemofilia berat, episode perdarahan biasanya dimulai dalam 2
tahun pertama kehidupan. Perdarahan hebat setelah sunat pada laki-laki
kadang-kadang merupakan tanda pertama dari penyakit hemofilia. Gejala bisa
terjadi kemudian pada pasien dengan kondisi penyakit sedang atau ringan.
Perdarahan akibat hemophilia dapat terjadi di bagian manapun di tubuh.
Lokasi umum untuk mengalami perdarahan adalah sendi, otot, dan saluran
pencernaan. Situs yang spesifik dan jenis perdarahannya didiskusikan
dibawah ini.
Hemarthrosis (perdarahan hebat dalam sendi) adalah karakteristik dari
hemophilia. Lutut dan pergelangan kaki merupakan organ yang paling
sering terkena. Perdarahan menyebabkan penggelembungan pada ruang
sendi, nyeri yang signifikan dan terus menerus. Seiring waktu, kerusakan
sendi terjadi, dan operasi penggantian sendi dapat menjadi diperlukan
untuk mengatasinya.
Perdarahan ke dalam otot dapat terjadi ditandai dengan pembentukan
hematoma(compartment syndrome).
Pendarahan dari mulut atau mimisan mungkin terjadi. Perdarahan setelah
prosedur dental adalah umum, dan mengeluarkan darah dari gusi dapat
terjadi pada anak-anak ketika gigi baru tumbuh.
Perdarahan dalam saluran pencernaan dapat menimbulkan darah dalam
tinja.
Perdarahan dalam saluran kemih dapat mengakibatkan darah dalam
urin(hematuria).
Perdarahan intrakranial (perdarahan ke dalam otak atau tengkorak) dapat
menyebabkan gejala seperti mual, muntah, dan / atau kelesuan.
Peningkatan perdarahan setelah operasi atau trauma adalah karakteristik
dari hemophilia.
Jika anda mengalami tanda dan gejala seperti yang telah
disebutkan, serta keluarga anda mempunyai riwayat keturunan Hemofilia
(hemophilia), segera konsultasikan dengan dokter anda.
E. Pencegahan Perdarahan pada Penderita Hemofilia
Jika Anda terdiagnosis menderita hemofilia, beberapa upaya yang
dapat dilakukan guna mencegah perdarahan adalah:
Menjaga kebersihan gigi agar terhindar dari penyakit gigi dan gusi yang
dapat menyebabkan perdarahan.
Menghindari olahraga yang melibatkan kontak fisik. Lakukan olahraga
yang direkomendasikan oleh dokter guna menguatkan otot dan sendi.
Melindungi diri dari luka. Misalnya adalah dengan menggunakan helm
atau sabuk pengaman ketika
Menghindari penggunaan obat pengencer darah yang dapat
menghambat pembekuan darah.
Menghindari obat nyeri yang berpotensi meningkatkan perdarahan.
F. Pertolongan Pertama pada Penderita Hemofilia
Ada 4 (empat) cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pertolongan
pertama pada pasien hemofilia yang mengalami perdarahan. Lakukan hal ini
sesegera mungkin walaupun penderita akan menerima pengobatan faktor
pembekuan darah.
1. Istirahatkan
Sendi yang mengalami perdarahan diistirahatkan. Letakkan lengan
ataupun kaki yang mengalami perdarahan ke atas bantal. Jangan
menggerakkan persendian yang terluka atau mencoba berjalan dengan
kondisi seperti ini.
2. Kompres air dingin (es)
Letakkan kantung es di atas handuk basah pada bagian yang terluka.
Biarkan selama lima menit. Kemudian, diamkan bagian yang terluka
tanpa es selama 10 menit. Lakukan hal tersebut berulang-ulang dan
selama bagian yang terluka masih terasa panas. Tindakan ini berguna
untuk meringankan rasa sakit sekaligus memperlambat laju perdarahan.
3. Berikan tekanan
gunakan perban elastis untuk membalut persendian yang terluka.
Tekanan yang tidak terlalu keras dari perban dapat memperlambat laju
perdarahan dan menyokong persendian. Gunakan cara ini pada
perdarahan otot, terutama bila terjadi perdarahan pada syaraf.
4. Tinggikan
Letakkan bagian tubuh yang mengalami perdarahan di tempat yang
lebih tinggi dari posisi jantung. Tindakan ini akan menurunkan tekanan
pada bagian yang terluka sehingga dapat memperlambat laju keluarnya
darah.
G. Pengobatan Hemofilia
Rekombinan faktor 8 atau 9 yang diberikan dalam bentuk suntikan
maupun transfusi. Pemberian transfusi rutin berupa kriopresipitat-AHF untuk
penderita hemofilia A dan plasma beku segar untuk penderita hemofilia B.
Terapi lainnya adalah pemberian obat melalui injeksi. Baik obat maupun
transfusi harus diberikan pada penderita secara rutin setiap 7-10 hari. Tanpa
pengobatan yang baik, hanya sedikit penderita yang mampu bertahan hingga
usia dewasa.
Namun perlu diketahui ada obat-obatan tertentu yang tak boleh
diminum penderita hemofilia, yakni golongan obat yang memengaruhi kerja
trombosit yang berfungsi membentuk sumbatan pada pembuluh darah.
Pasalnya, hemofilia merupakan masalah perdarahan. Minum obat ini hanya
akan memperburuk perdarahannya. Detailnya, penderita hemofilia tidak boleh
mengonsumsi obat yang mengandung aspirin, obat antiradang jenis
nonsteroid, ataupun pengencer darah seperti heparin. Sementara, obat yang
mengandung acetaminophen dapat dipakai untuk mengatasi demam, sakit
kepala dan nyeri.
Ada pula hal lain yang harus diperhatikan. Setiap penderita hemofilia
harus mengenakan gelang atau kalung penanda hemofilia demi kewaspadaan
medis. Kenapa begitu? Karena hemofilia memang tidak populer dan tidak
mudah didiagnosis. Jadi, ketika yang bersangkutan mengalami kecelakaan
atau keadaan darurat lainnya, gelang/kalung tersebut akan sangat membantu
personel medis untuk segera menanganinya. Yang tak kalah penting, setiap
penderita hemofilia harus mengetahui kondisi hemofilianya, selain
mengetahui obat apa yang harus diterimanya dalam keadaan darurat dengan
selalu membawa keterangan tentang dirinya. Ia harus tahu bahwa ia tidak
boleh mendapat suntikan ke dalam otot karena bisa saja menimbulkan luka
atau perdarahan.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh penderita Hemofilia adalah :
1. Mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan menjaga berat
tubuh agar tidak berlebihan. Pasalnya, berat badan berlebih dapat
mengakibatkan perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki (terutama
pada kasus hemofilia berat).
2. Penderita hemofilia sangat perlu melakukan olahraga secara teratur untuk
menjaga otot dan sendi tetap kuat dan untuk kesehatan tubuhnya. Kondisi
fisik yang baik dapat mengurangi jumlah masa perdarahan. Namun
penderita hemofilia harus menemukan sendiri aktivitas fisik apa yang
dapat dan yang tidak dapat dilakukannya. Banyak orang dengan
hemofilia ringan ikut dalam semua jenis olah raga, termasuk olah raga
aktif seperti sepakbola dan olahraga berisiko tinggi. Sementara bagi
penderita hemofilia berat, aktivitas serupa dapat menimbulkan
perdarahan yang parah. Yang jelas, olah raga yang sangat dianjurkan
adalah berenang.
3. Penderita mesti rajin merawat gigi dan gusi serta rajin melakukan
pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi secara rutin, paling tidak setengah
tahun sekali. Kenapa? Karena kalau giginya bermasalah semisalnya harus
dicabut, tentunya dapat menimbulkan perdarahan.
4. Mengikuti program imunisasi. Catatan bagi petugas medis adalah suntikan
imunisasi harus dilakukan di bawah kulit dan tidak ke dalam otot, diikuti
penekanan pada lubang bekas suntikan paling tidak selama 5 menit.
5. Hindari penggunaan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan.
Penderita hemofilia dianjurkan jangan sembarang mengonsumsi obat-
obatan. Langkah terbaik adalah berkonsultasi lebih dulu pada dokter..
Pada masa lalu, pasien biasanya menerima infus darah atau
plasma untuk mengontrol episode perdarahan. Meskipun tindakan ini
membantu, akan tetapi tingkat faktor pembekuan, terutama faktor VIII dan
IX, tidak pernah mencapai tingkat yang diperlukan untuk membuat
pembekuan darah benar-benar efektif. Prosedur ini juga tidak bisa
mempertahankan tingkat pembekuan darah tetap stabil, dengan kata lain,
pendarahan serius hanya ditangani sebagian.Kriopresipitat, yang dibuat
melalui proses pengendapan dari plasma beku (mulai tahun 1965) merupakan
pengobatan pertama yang benar-benar efektif untuk hemofilia A. Konsentrat
beku-kering.
Dibuat dari plasma manusia yang cukup mengandung tingkat
Faktor VIII dan IX mulai tersedia pada akhir tahun 60-an dan awal tahun-
70an. Penemuan ini memungkinkan pasien untuk dapat melakukan perawatan
di rumah dan menggunakannya ketika diperlukan, sehingga pasien bisa
bepergian, meninggalkan rumah, pergi bekerja, dan menikmati kemandirian.
Namun, sejumlah besar pasien kemudian menjadi terinfeksi patogen yang
ditularkan melalui darah, seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV.
Mulai pertengahan tahun 1980-an, pemilihan donor yang ketat
dan prosedur inaktivasi virus mampu mengurangi risiko penularan virus
melalui darah menjadi hampir nol. Pada tahun 90-an, para ilmuwan telah
mampu untuk membuat faktor (rekombinan) sintetis menggunakan sel
mamalia dan konsentrat rekombinan inilah yang sekarang banyak digunakan.
Pengobatan hemofilia diberikan berdasarkan pada tingkat
keparahan dan untuk pasien dengan hemofilia A atau B melibatkan terapi
penggantian faktor pembekuan. Untuk itu, terdapat dua pendekatan yang
dilakukan:
1. On demand yaitu memberikan pengobatan untuk menghentikan
pendarahan berkepanjangan ketika perdarahan terjadi. Hal ini lebih
sering terjadi pada penatalaksanaan pasien dengan hemofilia ringan.
2. Pengobatan pencegahan (profilaksis) pendekatan ini menggunakan
obat untuk mencegah episode perdarahan dan komplikasi selanjutnya,
seperti kerusakan sendi atau otot. Lebih umum digunakan untuk
pasien dengan hemofilia sedang atau berat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya
kekurangan faktor pembekuan darah. suatu penyakit yang menyebabkan
gangguan perdarahan karena kekurangan faktor pembekuan darah. Akibatnya,
perdarahan berlangsung lebih lama saat tubuh mengalami luka. Hemofolia A
timbul jika ada kelainan gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan
VIII (FVII).
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang
diturunkan melalui kromosom X. Penyakit ini lebih banyak menyerang laki-
laki karena hanya mempunyai kromosom X, sedangkan wanita hanya sebagai
pembawa atau carier. Hemofilia dibedakan menjadi 2 yaitu hemofilia tipe A
yang disebabkan karena kurangnya faktor pembekuan darah ke VII dan
hemofilia tipe B yang disebabkan karena kurangnya faktor pembekuan darah
ke IX. Salah satu tanda dan gejalanya ialah terjadinya perdarahan pada
jaringan, karena dapat dengan mudah mengalami perdarahan jika terjadi
trauma sedikit saja. Kurangnya faktor pembekuan darah tersebut dapat diatasi
dengan melakukan transfusi dengan teknik virisidal.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Murwani,Arita. 2008. Perawatan Pasien Penyakit Dalam.Mitra Cendikia Press:


Yogjakarta

Suryo. 1986. Genetika Manusia.Gajah Mada University Press: Yogjakarta

Anda mungkin juga menyukai