Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN LENGKAP AMAMI 1 (P)

PENETAPAN KADAR KALSIUM, MAGNESIUM DAN KESADAHAN TOTAL PADA


SAMPEL AIR METODE KOMPLEKSOMETRI

Di susun oleh:

Nama : Muh. Ikhsan


Nim : 163146453019
Kelas : 16 A
Kelompok : 3 (tiga)

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KESEHATAN


STIkes MEG REZKY
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sebagaimana dengan diadakanya percobaan analisis kesadahan karena tingkat

kesadahan air sangat berpengaruh terhadap kulitas air tersebut. Kesadahan air

adalahkandunganmineral-mineraltertentu di dalam air, umumnyaionkalsium(Ca)

danmagnesium(Mg) dalam bentukgaramkarbonat.Air sadahatauair kerasadalah air yang

memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkanair lunakadalah air dengan kadar mineral

yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa

merupakan ionlogamlain maupun garam-garambikarbonatdansulfat. Metode paling

sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengansabun. Dalam air lunak, sabun

akan menghasilkanbusayang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan

busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam

satuanppmberatpervolume(w/v) dari CaCO3.

Cara paling mudah untuk mengetahui air yang selalu anda gunakan adalah air

sadah atau bukan dengan menggunakan sabun. Ketika air yang anda gunakan adalah air

sadah, maka sabun akan sukar berbiuh, kalaupun berbuih, berbuihnya sedikit. Kemudian

untuk mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika Cara yang lebih

kompleks adalah melaluititrasi kompleksometri. Titrasi kompleksometriatau kelatometri

adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan
membentuk suatukomplekssenyawa.Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi

akibattitrandantitratyang saling mengkompleks.Kelatyang terbentuk melalui titrasi terdiri

dari dua komonen yang membentukligandan tergantung pada titran serta titrat yang

hendak diamati.Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang

membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.

B.TUJUAN

Tujuan dari analisia kesadahan adalah untuk mengetahui tingkat kesadahan air

sampel dan mengetahui kualitas air berdasarkan tingkat kesadahan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kesadahan air

Di dalam air seringkali terkandung mineral yang terlarut, misalnya CaCl2,

CaSO4, Ca(HCO3)2, MgSO4, Mg(HCO3)2 dan lain-lain tergantung dari sumber airnya.

Air yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+ dalam jumlah yang cukup banyak disebut

air sadah. Penggunaan air sadah ini menimbulkan beberapa masalah diantaranya sukar

berbuih bila digunakan untuk mencuci dengan sabun, menimbulkan kerak pada ketel bila

direbus karena air sadah mengendapkan sabun menjadi scum dan mengendapkan CaCO3

bila dipanaskan. Air yang hanya sedikit atau tidak mengandung ion Ca2+ atau Mg2+

disebut air lunak.

Air sadah terutama disebabkan adanya Ca(HCO3)2 yang terlarut dalam air. Ion

kalsium dan bikarbonat, antara lain berasal dari proses pelarutan batu kapur CaCO3

dalam lapisan tanah oleh air hujan yang mengandung sedikit asam.

CaCO3(s)+H2O(l)+CO2(g) →Ca(HCO3)2(aq)

batu kapur

air hujan

kalsium bikarbonat

Air yang menetes di dalam gua mengandung Ca(HCO3)2 yang terlarut dan

CaCO3 yang tidak larut. CaCO3 yang tertinggal di langit-langit gua semakin bertambah
panjang membentuk stalaktit dan air yang menetes membawa CaCO3 yang semakin

menumpuk di dasar gua makin tinggi membentuk stalagmit. Air yang terus mengalir

mengandung Ca(HCO3)2 terlarut merupakan air sadah. Untuk mengetahui kesadahan

suatu air dapat dilakukan penambahan tetesan air sabun terhadap suatu contoh sampel air

sampai terbentuk busa. Air sadah memerlukan lebih banyak air sabun untuk membentuk

busa, sedangkan air lunak hanya membutuhkan sedikit air sabun untuk membentuk busa.

Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan

beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang

menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di

rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum

yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan

ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan

berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar ion. Air sadah

digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion yang iikat oleh kation (Ca2+,

Mg2+).

B. Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan

kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan

jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa

kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks


banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu

pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan

diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi

reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang

terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian

adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula

kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut

penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan

EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat.

EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino

yang dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat

(termasuk kalsium) dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang

melalui urine. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi

dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau

disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul,

misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang

mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang

dalam molekul.

Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan

bagian dari titrasi pengompleksian contohnya proses determinasi kesadahan air. Di


dalamnya bentuk protonated Eriochrome Black T berwarna biru. Lalu berubah menjadi

merah ketika membentuk komplek dengan kalsium, magnesium atau ion logam lain.

Nama lain dari Eriochrome Black T adalah,Solochrome Black T atau EBT

(Anonima,2010).Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil.

Bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu

tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator

Calmagite.Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T

(Harjadi,1993).
BAB III

METODE PERCOBAAN

B.Alat dan Bahan


 Alat
Erlenmeyer,Buret,Statif,Klem,Corong gelas,Labu ukur,Neraca analitik,Gelas
kimia,Pipet tetes, pipet ukur,Hot plate
 Bahan
Sampel air kran,Aquades,Larutan EOTA 0,01 cm,Larutan buufer pH

10,Kalsium karbonat,Indikator EBT,NaoH 1 N,KCN 10%,Asam klorida (HCL

1:1),Indikator mobil red,Indikator murexid.

C.Prosedur kerja

- Standarisasi larutan EDTA 0,01 M dengan larutan CaCOз 0,01 M


1. Dipipet 10 ml larutan standar CaCOз 0,01 M dimasykkan kedalam
erlenmeyer
2. Ditambahkan 100 ml aquades dan 1 ml larutan biffer pH 10
3. Ditamabahkan 30-50 mg indikator EBT
4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari
merah keunguan menjadi biru
5. Dicatat volume titran
6. Diulangi prosedur diatas minimal duplo
7. Dihitung molaritas EDTA
M CaCO3 x V CaCO3
𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 =
V EDTA
- Kesadahan total
1. Diambil 25 ml sampel air kran kedalam labu takar kemudian di encerkan
sampai 80 ml
2. Setelah di encerkan, dipindahkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 1,2
ml larutan buffer pH 10 ditambahkan 30-50 mg indikator EBT
3. Dilakukan titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan
warna merah keunguan menjadi biru
4. Dicatat volume titran
5. Diulangi prosedur diatas minimal duplo
6. Dihitung kesadaran total sampel air

V titran x M EDTA x BM CaCO3 x 1000


𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑜3)/𝐿 =
V sampel (mL)

- Kadar kalsium pada sampel air

1. Ditambah 25 ml sampel air kran kedalam label tokar kemudian diencerkan


sampai 50 ml
2. Setelah diencerkan dipindahkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 25
ml larutan NaOH 1 N (secukupnya) sampai dengan pH 12-13
3. Apabila larutan sampel keruh, ditambhakan 1-2 ml larutan kalium sianida
(KCN) 10%
4. Ditambahkan 30-50 mg indikator murexid
5. Dilakukan titrasi dengan larutan EOTA 0,01 m sampai terjadi perubahan
warna merah muda menjadi ungu
6. Dicatat volume titran
7. Diulangi prosedur diatas minimal duplo
V rata titran x M EDTA x BM Ca x 1000
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚 (𝑚𝑔 𝐶𝑎)/𝐿 =
V sampel (mL)
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A.tabel hasil pengamatan

1. Kesadahan total pada sampel air kran


Volume Volume Volume
Perubahan warna
Air Kran Larutan Buffer titran EDTA
V1 = 25 mL V1 = 2 mL V1 = 4,8 mL Warna merah keunguan
menjadi biru
V2 = 25 mL V2 = 2 mL V2 = 4,7 mL Warna merah keunguan
menjadi biru

2. Kadar kalsium pada sampel air kran


Volume Volume
Volume NaOH Perubahan warna
Air Kran titran EDTA
V1 = 25 mL V1 = 2 mL V1 = 3,7 mL Warna merah muda
menjadi ungu

V2 = 25 mL V2 = 2 mL V2 = 3,3 mL Warna merah muda


menjadi ungu

2.Analisis Data

a. Kesadahan Total
Diketahui :
V1 = 4,8 mL
V2 = 4,7 mL
Vrata titran = V1 + V2
2
= 4,8 + 4,7
2
= 4,75 mL
M EDTA = 0,01 M
BM CaCO3 = 100
V sampel = 25 mL
Ditanya :
Kesadahan total = ...?
Penyelesaian :

Kesadahan total (mg CaCO3)/L = V titran x M EDTA x BM CaCO3 x 1000


V sampel

= 4,7 mL x 0,01 M x 100 x 1000


25 mL

= 4,750
25
= 190 mg/L
b. Kadar kalsium pada sampel air kran
Diketahui :
V1 = 3,7 mL
V2 = 3,3 mL
V rata titran = V1 + V2
2
= 3,7 + 3,3
2
= 3,5 mL
M EDTA = 0,01 M
BM Ca = 40
V sampel = 25 mL
Ditanya :
Kadar Ca = ...?
Penyelesaian :
V rata titran x M EDTA x BM Ca x 1000
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚 (𝑚𝑔 𝐶𝑎)/𝐿 =
V sampel (mL)
3,5 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑎 𝑥 1000
=
25
1,400
=
25
= 56 mg/L

C.Kadar magnesium pada sampel air kran

Diketahui :
V rata titran kes. tot = 3,75 mL
V rata titran Ca = 3,5 mL
M EDTA = 0,01 M
BM Mg = 24
V sampel = 25 mL
Ditanya :
Kadar Magnesium = ...?
Penyelesaian :

(V titran kes. tot − V titran Ca) x M EDTA x BM Mg x 1000


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 =
V sampel (mL)
(4,75 𝑚𝐿 − 3,5 𝑚𝐿)𝑥 0,01 𝑀 𝑥 24 𝑥 1000
=
25 𝑚𝐿

1,25 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 24 𝑥 1000


=
25 𝑚𝐿

= 12 mg/L
BAB V

PEMBAHASAN

Penentuan kesadahan sampel air dengan metode kompleksometri dilakukan


dengan menggunakan larutan EDTA sebagai pentitrasi (titran). Titran yang
digunakan untuk penentuan kadar kesadahan haruslah larutan baku primer. Karena
larutan EDTA merupakan larutan baku sekunder, maka sebelum digunakan sebagai
titran, dilakukan standarisasi larutan baku EDTA dengan larutan baku primer
CaCO3 dan diperoleh konsentrasi larutan baku primer EDTA. Ca2⁺
Sebelum penambahan indikator, larutan CaCO3 dan sampel air diencerkan
dengan aquades bertujuan untuk mencegah pengendapan CaCO3. Apabila kadar Ca2⁺
terlalu tinggi, endapan dapat muncul dalam waktu 5 menit, hal tersebut harus dicegah
karena akan mengurangi kadar kesadahan terlarut. Semakin banyak ionCa2⁺ yang
terendapkan menyebabkan semakin sedikit ion Ca2⁺ yang berikatan dengan EDTA,
sehingga kadar kesadahan yang diperoleh menjadi lebih sedikit (tidak sesuai
kenyataan).
Pada standarisasi EDTA dan penentuan kesadahan total sampel air,
dilakukan penambahan buffer pH 10 untuk menjaga keseimbangan pH (agar tidak
terjadi perubahan pH) sehingga dapat menghindari terjadinya pengendapan
CaCO3 pada pH rendah, sebab logam – logam alkali tanah seperti kalsium dan
magnesium membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah
dan mudah mengendap.
Indikator yang digunakan berbentuk serbuk sebab indikator tersebut tidak
stabil bila dalam bentuk larutan. Indikator EBT yang ditambahkan pada sampel air,
akan membentuk kompleks berwarna merah anggur dengan sejumlah kecil ion Ca2⁺.
Ca2⁺ + EBT → Ca – EBT
merah anggur
Kemudian dilanjutkan dengan titrasi oleh EDTA. Setelah jumlah molekul
EDTA yang ditambahkan sama (ekuivalen) dengan jumlah ion kesadahan dalam
sampel, maka kompleks indikator-logam akan pecah, pada saat titik akhir titrasi (ada
sedikit kelebihan EDTA) sehingga menghasilkan warna biru keunguan.
Ca – EBT + EDTA → Ca – EDTA + EBT
Pada penentuan kesadahan kalsium, EDTA akan bereaksi terlebih dahulu
dengan ion Ca2⁺ kemudian baru dengan ion Mg2⁺. Pengaturan sampel air menjadi pH
12-13 dengan penambahan NaOH bertujuan untuk mengendapkan Mg2⁺ sebagai
Mg(OH)2 sehingga konsentrasi ion Ca2⁺ pada sampel air dapat ditentukan secara
terpisah dari konsentrasi ion Mg2⁺. Pemilihan indikator murexid untuk penentuan
kesadahan kalsium sebab indikator tersebut hanya peka terhadap ion Ca2⁺. Indikator
murexid yang ditambahkan pada sampel air, akan membentuk kompleks berwarna
merah muda dengan sejumlah kecil ion Ca2⁺ pada pH 12-13.
Pada praktikum kali ini kami dapat hasil pada kesadahan total yaitu 190 mg/L
pada kadar kalsium yaitu 56 mg/L dan pada kadar magnesium yaitu 12 mg/L.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kami dapat simpulkan hasil yang kami dapatkan pada
kesadahan total yaitu 190 mg/L pada kadar kalsium yaitu 56 mg/L dan pada kadar
magnesium yaitu 12 mg/L.

Anda mungkin juga menyukai