Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipofisasi adalah suatu cara untuk merangsang ikan untuk memijah atau terjadinya
pengeluaran telur ikan dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa. Pemijahan sistem
hipofisasi menurut Muhammad et al., (2003), ialah merangsang pemijahan induk ikan
dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa. Teknik penyuntikan dengan pemijahan buatan atau
induced breeding yaitu merangsang ikan untuk kawin (Simanjuntak, 1985). Menurut
Sumandinata (1981), yang dimaksud dengan pemijahan adalah peristiwa pertemuan antra
ikan jantan dan ikan betina yang bertujuan untuk pembuahan telur oleh spermatozoa.
Diperlukan ikan donor dan ikan resipien untuk dapat melakukan tehnik hipofisasi, yaitu
tehnik induksi yang digunakan untuk memacu / merangsang ikan agar cepat memijah. Ikan
donor adalah ikan yang diambil kelenjar hipofisasinya, biasa digunakan jenis ikan mas atau
karper (Cyprinus carpio). Ikan donor dan ikan resipien (penerima) diharapakan masih satu
famili, maka digunakan ikan nilem (Osteochilus hasellti). Pemijahan dapat dilakukan dengan
cara induced spawning, yaitu induk-induk ikan tersebut dirangsang pemasakan serta
pengeluaran telur untuk kemudian dapat dipijahkan. Syarat ikan untuk dapat dirangsang
pemijahannya yaitu ikan tersebut dalam keadaan matang kelamin (Soeseno, 1982).

Kelenjar hipofisa mempunyai peran yang sangat penting, dimana kelenjar yang dihasilkan
berupa hormon yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan. Kerusakan dalam
pengambilan ekstrak hormon mengakibatkan hormon tersebut tidak berfungsi. Hormon yang
berpengaruh dalam pemijahan ikan adalah gonadotropin yang berfungsi dalam pematangan gonad
dan mengontrol ekskresi hormon yang dihasilkan oleh gonad (Hurkat dan Mathur, 1986).

Manfaat dari hipofisasi diantaranya (Santoso, 2006) :

1. Mampu mempercepat proses pemijahan.

2. Mengatur jumlah dan jadwal produksi benih ikan sesuai keinginan.

3. Meningkatkan produksi benih dan menjamin ketersediaan benih secara terkendali.

4. Menekan kematian benih karena lingkungan hidup ikan diatur lebih baik.

5. Alternatif untuk menghasilkan benih berkualitas, dalam jumlah yang cukup dan
kontinu.
6. Jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara tepat.

7. Telur yang dibuahi sperma lebih banyak daripada telur yang dibuahi dalam
perkawinan alami.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Membuat ekstrak kelenjar hipofisa
2. Melakukan penyuntikan hormone hipofisa dan hormone sintesis pada ikan jantan dan betina
3. Menghitung dan membandingkan masa laten pemijahan antara induk ikan yang disuntik
hormone hipofisa dan hormone sintesis
4. Membandingkan jumlah telur yang dihasilkan antara pemijahan alami dan buatan
BAB II

METODOLOGI

1.1. Waktu Pelaksanaan


Hari/Tanggal : Kamis, 12 Juli 2012
Tempat : Laboratorium Benih Politani Pangkep

1.2. Alat dan Bahan


Nama Alat Spesifikasi Jumlah Kegunaan
Penggerus jaringan 1 set Menghancurkan
(tissue grinder) kelenjar hipofisa
Centrifuge 1 buah Mengekstrak
hormone hipofisa
Spuit Volume 2 ml 1 set Menyuntik induk
Alat bedah 1 set Mengambil kelenjar
hipofisa
Jarum spuit No. 17 dan 22 5 buah Menyuntik induk
Jarring pembungkus 1 buah Membungkus induk
ikan
Karet busa 1 buah Meletakkan induk
Timbangan duduk Skala max, 5 kg 1 buah Menimbang induk
Bak pemijahan 6 buah Memijahkan induk
Baskom Volume 10 liter 6 buah Menampung ikan
Perlengkapan aerator 6 set Memelihara ikan
Kakaban 1 meter 6 buah Melekatkan telur

Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Kegunaan


Induk ikan mas jantan Fase TKG III, berat 1 9 ekor Ikan resipien
kg
Induk ikan mas betina Fase TKG III, berat 1,5 3 ekor Ikan resipien
kg
Ikan mas 800 g/ekor 1 ekor Ikan donor
Larutan fisiologis fresh 100 ml Mengencerkan
hormon
Ovaprim Hormone sintesis
aquadest 5 liter Membuat ekstrak
hipofisa
Tissue 1 rol Membersihkan /
mengeringkan

1.3. Prosedur Kerja


A. Tahap persipan
1. Tiap kelompok mempersiapkan alat dan bahan yang akan diperlukan
2. Isi masing-masing bak pemijahan induk diisi air sekitar 80%, masukkan
kakaban dan beri air secukupnya (Beri label : Kelompok A, B, dan C)
3. Timbang masing-masing induk lalu masukkan pasangan induk (1 ekor jantan
dan 1 ekor betina) ke dalam masing-masing bak pemijahan yang telah di
siapkan.
4. Buat larutan hipofisa dengan cara sebagai berikut :
1. Potong kepala ikan donor sampai putus pada tepi overculum.
2. Letakkan kepala ikan yang telah di potong dengan posisi mulut
menghadap ke atas, lalu sayat mulai dari dekat lubang hidung ke bawah.
3. Buka tengkorak ikan agar otaknya dapat terlihat dengan jelas.
4. Bersihkan lemak, darah atau jaringan-jaringan yang biasa menutupi otak
dengan menggunakan kapas atau kertas tissue, lalu angkat otak tersebut.
Biasanya kelenjar hipopisa tertinggal pada sella tursica berupa butir
berwarna putih.
5. Ambil kelenjar hipopisa tersebut secara hati-hati dengan menggunakan
pinset, lalu hancurkan dalam penggerus jaringan dengan cara memutarkan
batang alunya sambil di tekan dan sambil di beri aquadest sekitar 0,2 ml.
6. Setelah benar-benar hancu, tambahkan lagi aquadest sehingga menjadi 1-2
ml atau tergantung kebutuhan.
7. Dengan menggunakan spuit berjarum besar, pindahkan suspensi ke
centrifuge hingga jaringan-jaringan kasar mengendap. Sebagai hasilnya di
peroleh suspensi yang agak jernih, suspensi inilah yang di ambil untuk di
suntikkan pada ikan repisien.
5. Tahap penyuntikan
1. Dengan menggunakan spuit berjarum kecil, lakukan penyuntikan terhadap
induk ikan lele jantan dan betina secara intraperiontal atau intramuscular.
Pada bak kelompok A di suntik dengan larutan ovaprim, pada bak B di
suntik dengan Hipofisa dosis 0,5 ml/kg berat badan induk, sedangkan pada
bak C tidak di suntik, catat waktu penyuntikan.
2. Induk-induk tersebut selanjutnya di pelihara dalam bak pemijahan dan di
amati sesering mungkin selama proses pemijahan.
3. Lakukan pengamatan saat induk memijah dan catat waktu pemijahannya
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil
perlakuan Waktu Waktu Masa laten
penyuntikan pemijahan
Penyuntikan 4.40 sore 03.25 pagi 11 jam
ovaprim
Penyuntikan 5.24 sore 11.00 malam 6 jam
kelenjar hipofisis
Tanpa perlakuan 5.40 sore 23.30 malam 6 jam
(alami) (penggabungan)

1.2. Pembahasan

BAB IV

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai