Anda di halaman 1dari 4

BRUCELLOSIS PADA SAPI

Endhie D. Setiawan

(Balai Penelitian Veteriner)

PENDAHULUAN PATOGENESIS

Sapi dapat tertular brucellosis melalui saluran


Brucellosis pada sapi merupakan penyakit he-
pencernaan setelah memakan atau meminum ba-
wan menular yang ditandai oleh abortus (keluron)
han (makanan) yang tercemar oleh bahan yang di
pada kebuntingan tua. Kejadian abortus pada se
abortuskan . Sedangkan manusia dapat tertular se-
kelompok sapi yang sedang bunting dapat menca-
telah minum susu sapi atau kambing yang terinfeksi
pai 5-90%, tergantung pada frekuensi penularan,
tanpa dipasteurisasi terlebih dahulu .
virulensi kuman, kondisi inang dan sebagainya (Su-
Dengan suatu percobaan dapat dibuktikan bah-
bronto, 1985) .
wa penularan pada sapi dapat juga melalui selaput
Penyakit ini menjadi masalah di kalangan pe-
lendir konjuntiva, goresan pada kulit atau dengan
ternak, antara lain karena : (a) sudah menyebar luas
inseminasi yang semennya tercemar oleh kuman
ke 25 propinsi di Indonesia, (b) ada kesan sulit di
brucella (Brubaker, 1985) .
diagnosa maupun diobati, (c) menghambat laju po-
Setelah kuman masuk ke dalam tubuh, akhir-
pulasi ternak, (d) tidak sedikit menimbulkan keru-
nya menyebar dan menetap pada organ tubuh me-
gian ekonomi dan (e) menular pada manusia (zoo-
lalui pembuluh darah dan limfe. Terkumpulnya ku
nosis) (Setiawan, 1989) .
man di dalam saluran reproduksi terutama di pla-
Kerugian ekonomi akibat brucellosis pada sapi
centa dan endometrium sapi yang sedang bunting
dapat terjadi antara lain karena : (a) abortus, (b) ste-
rilitas dan infertilitas, (c) kematian dini anak-anak sangat didukung oleh adanya zat penumbuh yang
dikenal dengan nama eritritol (sifat spesifitas jaring-
sapi dan (d) penurunan dan penghentian produksi
an).
(Ristic & McIntyre, 1981).
Pada bentuk infeksi yang akut, kuman brucel-
la selain bermukim di dalam placenta, juga di da-
ETIOLOGI lam lambung dan paru-paru foetus (janin) dan di
keluarkan bersama-sama foetus dan cairan uterus
Brucellosis pada sapi disebabkan oleh sejenis waktu abortus .
kuman (bakteri) yang disebut Brucella abortus. Ku- Pada bentuk infeksi yang kronis, pada sapi be-
man ini tergolong genus Brucella, famili Brucella tina dewasa kuman bermukim di dalam kelenjar
ceae . Sifat-sifat kuman ini adalah : Gram negatif, susu, kelenjar limfe supramammae, retrofaringeal,
berbentuk batang halus (kokus basilus), panjang iliaka interna dan eksterna . Oleh karena itu kuman
0,6- 1,5 mikron dan lebar 0,5-0,7 mikron (Mey- dapat dikeluarkan bersama air susu . Pada sapi jan-
er, 1984). tan, kuman brucella bermukim di dalam testis, epi-
Dewasa ini diketahui bahwa Brucella abortus didimis, vas diferen dan kelenjar vesikularis, sehing-
memiliki 9 biotipe (biotipe 1 - 9) . Perbedaan di an- ga kuman dapat dikeluarkan bersama semen
tara biotipe tersebut didasarkan atas perbedaan (mani) sewaktu ejakulasi (Nicoletti, 1980 ; Partodi-
sifat-sifat biologik dan biokemiknya, dan yang pa- hardjo, 1980) .
ling banyak ditemukan pada sapi adalah biotipe 1
(Meyer, 1984) .
Sifat-sifat biologik lainnya dari kuman B. abor-
SIMTOMATIS
tus adalah bila terdapat di luar tubuh inang tidak ta-
han terhadap pemanasan dan desinfektan. Sifat ini Gejala yang utama dari brucellosis pada sapi
penting diketahui dalam hubungannya dengan adalah abortus pada umur kebuntingan 6 - 7 bulan
upaya penanggulangannya, yakni dengan memu- ke atas . Abortus sendiri terjadi karena rapuhnya
tus siklus penularannya . Kuman B. abortus bila ter- pertautan placenta fetalis dengan placenta mater-
dapat di dalam tubuh inang, dapat tumbuh di da- nalis sehingga terpisah sebagai akibat bersarang-
lam sel (fakultatif intraseluler) dan sulit untuk difa- nya kuman brucella di tempat itu . Setelah abortus
gosit oleh sel-sel makrofag (Frienchick dkk., 1985) . 2 - 3 kali biasanya infeksi menjadi menetap atau

22
WARTAZOA Vol. 2 No. 1 -2, September 1991

kronis, tidak memperlihatkan tanda-tanda klinik dan Uji Serum Aglutinasi menentukan titer anti-
sapi yang bersangkutan dapat kembali bunting nor- bodi terhadap kuman brucella dan berdasarkan ke-
mal . Akan tetapi sapi-sapi demikian tubuhnya te- tentuan FAO/WHO, nilai diagnostik (positif) adalah :
rus menerus mengeluarkan kuman brucella yang 100 IU/ml (sapi yang tidak divaksin) dan 200 IU/ml
bersifat patogen bagi sapi lain maupun bagi manu- (sapi yang divaksinasi dengan Strain 19) . Apabila
sia (dikenal dengan sapi carrier) (Ristic & McInty- titernya kurang dari setengah nilai di atas, dikata-
re, 1981) . kan tersangka. Nilai kepercayaan uji ini mencapai
Gejala klinis brucellosis pada sapi jantan ada- 70-90% .
lah radang pada epididimis, radang testis (orchitis) Uji ikat komplemen merupakan uji yang pema-
dan pembengkakan pada persendian lutut (arthri- kaiannya meluas di seluruh negara untuk diagnosa
tis) . brucellosis pada sapi, karena kepekaan dan kete
Kelainan patologis yang ditemukan pada pla- patannya melebihi uji-uji sebelumnya . Nilai keper-
centa adalah perdarahan, nekrose dan ada eksudat cayaannya mencapai 97 - 98%.
bersifat purulen . Pada foetus yang diabortuskan ter Uji cincin air susu pada prinsipnya bila terda-
jadi autolisis, oedema, haemorhagis pada tenunan pat antibodi akan berikatan dengan lemak yang
dan jaringan tubuh serta permukaannya dipenuhi mengapung di atasnya . Antigen kuman brucella
oleh mukonium . Pada kelenjar limfe, hati, limpa dan yang telah diwarnai dengan hematoksilin akan ber-
sumsum tulang serta bagian-bagian lain dari sistem ikatan dengan antibodi (menggumpal) dan menga-
retikulo endotelial terbentuk nodul granulomotose pung di atas permukaan air susu membentuk cin-
yang dikenal dengan brucerkel (benjolan) dan da- cin yang berwarna ungu/violet. Nilai kepercayaan
lam keadaan yang lebih buruk lagi terjadi abses uji ini mencapai 73-92% .
(Fensterbank, 1987) . Uji alergik . Prinsip pemeriksaan ini adalah me-
lihat adanya reaksi pada kulit seekor sapi yang men-
derita brucellosis setelah disuntik dengan antigen
ekstrak kuman brucella (brucellin) (Sutherland,
1983) . Nilai kepercayaan uji ini mencapai 70-
DIAGNOSA 90% .
Pemeriksaan bakteriologik. Diagnosa ini meru-
pakan upaya untuk menemukan atau mengisolasi
kuman penyebabnya yakni B. abortus . Untuk pe
IMUNOLOGIK
meriksaan mikroskopik dapat dilakukan dengan
membuat preparat sentuh dari organ tempat ber- Sapi yang terinfeksi oleh kuman brucella mem-
sarangnya kuman kemudian diwarnai dengan pe- berikan respon imunologik sebagai upaya tubuh un-
warnaan Koster atau Ziel Nielsen . Untuk biakan ku- tuk mengatasi atau mempertahankan diri dari se
man dapat dibiakkan bahan yang berasal dari spe- rangan kuman brucella . Ada 2 macam respon imun
simen setelah melalui prosedur yang lazim dilaku- yang terjadi yaitu (1) respon imunologik humoral
kan di laboratorium bakteriologi (Meyer, 1984) . dan (2) respon imunologik seluler (Sutherland,
Pemeriksaan serologik. Pemeriksaan ini prinsip- 1980) .
nya menentukan adanya antibodi terhadap kuman Respon imunologik humoral. Respon ini dipe-
brucella di dalam serum atau cairan tubuh . Bebe rankan oleh antibodi yang dihasilkan oleh sel lim-
rapa cara yang sifatnya masih konvensional dapat fosit B (sel B) ata's rangsangan antigen kuman bru
dipakai dalam pengujian seperti : Uji Rose Bengal cella. Selanjutnya antibodi yang terbentuk akan ber-
(RBT), Uji Serum Aglutinasi (SAT), Uji Ikat Komple- peran dalam hal: (a) menetralisir toksin atau bahan
men (CFT) dan Uji Cincin Air Susu (MRT) . Bebera- lain yang dihasilkan kuman brucella, (b) bersama
pa pemeriksaan yang non konvensional yang juga komplemen akan menghancurkan atau melisis ku-
dapat dipakai dalam pengujian antara lain : Radio Im- man brucella dan (c) mengaglutinasi kuman brucella
muno Sorbent Assay (RIA) dan Enzime Linked Im- sehingga memudahkan sel-sel fagosit atau sel
muno Sorbent Assay (ELISA). makrofag memfagositnya.
Uji Rose Bengal menggunakan antigen kuman Respon imunologik seluler. Respon ini diperan-
B. abortus yang diberi zat warna Rose Bengal, agar kan oleh limfokin yang dihasilkan oleh sel limfosit
memudahkan pembacaan bila terjadi aglutinasi . Uji T (sel T) atas rangsangan antigen kuman brucella .
ini sifatnya sebagai penyaringan terhadap reaktor Selanjutnya sel T melakukan fungsinya dengan ja-
dan nilai kepercayaannya mencapai 60-70% . Ian : (a) menghancurkan kuman brucella, diperan-

23
ENDHIE D . SETIAWAN: Brucellosis Pada Sapi

kan oleh sel T sitotoksik, (b) mengaktifkan sel, Pengobatan . Pada kejadian di lapang, pengo-
makrofag sehingga mampu memfagosit kuman bru- batan dengan antibiotik kurang berhasil . Akan te-
cella dan (c) menghambat migrasi sel makrofag agar tapi dalam kondisi laboratorium dapat diatasi de
tetap pada daerah infeksi sehingga infeksinya tidak ngan pemberian rifampicin maupun tetracyclin
menyebar ke daerah lain (Enright dkk., 1984) . (Stuart, 1982).
Bentuk lain dari respon imun seluler adalah imu-
nitas dengan perantaraan sel (cell mediated immu-
KESIMPULAN DAN SARAN
nity/CMI) dan ini dapat dilakukan dengan membe
rikan sel limfosit yang telah diaktifasi oleh kuman
Dari ulasan yang dikemukakan dalam naskah
brucella .
ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1 . Brucellosis pada sapi merupakan penyakit re-
PENANGGULANGAN
produksi yang menular yang merupakan masa-
Upaya penanggulangan brucellosis pada sapi lah bagi peternak dan menimbulkan kerugian
di Indonesia, didasarkan atas SK . Dirjen Peternak- ekonomi yang cukup berarti .
an No . 491 . TN . 550/Kpts/DJP/Deptan/1986. Tgl. 2 . Perlu kiranya penanganan yang serius agar ting-
17 Juli 1986, Tentang Ketentuan Pengendalian Pe- kat prevalensinya menjadi serendah-rendahnya
nyakit Hewan Brucellosis . Mencakup di dalamnya dan bila mungkin bebas dari brucellosis . Untuk
upaya pencegahan dan pemberantasan. ini diperlukan ketepatan diagnosa, program vak-
Pencegahan . Beberapa tindakan yang dilaku- sinasi yang teratur, pengawasan lalu lintas ter-
kan antara lain : (a) sanitasi dan higiene, (b) mem- nak, karantina dan sanitasi serta higiene
berikan sertifikat bebas brucella dan (c) melaksa- perkandangan .
nakan vaksinasi.
Melakukan sanitasi dan higiene, terutama DAFTAR PUSTAKA
pada tatalaksana makanan dan perkandangan, me-
rupakan pemutusan alur penularan . Hal ini berhu Brubaker, R.R . 1985 . Mechanism of bacterial viru-
bungan dengan sifat kuman brucella yang peka ter- lence . In Ornston, L.N ., A. Balows and P.
hadap kekeringan/pemanasan dan desinfektan . Baumann (Edits) . Annual Review of Microbio
Sertifikat bebas brucellosis diberikan apabila logy . Vol . 39, Annual Review Inc . Palo Alto,
dengan uji serologik dua kali dengan selang waktu California .
30 hari seekor sapi hasilnya tetap negatif . Hanya
sapi yang mempunyai sertifikat ini yang dapat di- Enright, F.M ., J .V . Walker, G. Jeffers and B.L .
masukkan ke suatu daerah atau diantarpulaukan . Deyoe. 1984 . Celluler and humoral responses
Dalam hal pemasukan sapi antar daerah, penga- of B. abortus infected bovine foetuses . Am . J .
wasan lalu lintas ternak dan fungsi karantina ha- Vet. Res . 45 : 424-430.
rus dilaksanakan dengan seksama . Fensterbank, R. 1987 . Brucellosis in cattle, sheep
Melakukan vaksinasi baik dengan vaksin hidup and goats. Technical Series No . 6. O.I .E . Paris.
yang sudah dilemahkan maupun dengan vaksin
mati, terutama yang diberikan kepada anak-anak Frienchick, P .J ., R.J .F . Markham and A .H . Cocha-
sapi umur 3-8 bulan dan sapi dara, diharapkan rane . 1985 . Inhibition of phagosom lisosom
mampu memberikan imunitas sampai kepada ke- fusion in macrophages by soluble extracts of
buntingan ke 5 (Enright dkk ., 1984 ; Sutherland, virulent B. abortus. Am . J. Vet . Res. 46 (3) :
1980) . 332-335 .
Pemberantasan . Pola pemberantasan pada da-
Meyer, M .E . 1984 . Bruccella . In Carter, G .R . (Edit) .
sarnya adalah bila ditemukan sapi reaktor, sapi ter-
Diagnosis Procedures in Veterinary Bacterio-
sebut dikeluarkan dari kelompok dan di potong . Se
dangkan sapi yang sehat dari daerah bebas brucel- logy and Mycology . 4th ed . Charles C. Thomas
losis tidak perlu divaksinasi, tetapi bila berasal dari Publisher. Springfield, Ilinois .
daerah tertular sapi yang sehat harus divaksinasi Nicoletti, P. 1980 . The epidemiology of bovine bru-
terutama anak sapi dan sapi dara . Sapi reaktor dari cellosis . In Brandly, C.A . and C.E . Cornelius
daerah tertular dikeluarkan dan dipotong . Tindakan (Edits). Advances in veterinary science and
administratif adalah menghindari pemasukan bibit comparative medicine . Vol. 24. Academic
sapi dari daerah tertular ke daerah bebas brucel- Press. New York, London .
losis.

24
WARTAZOA Vol. 2 No . 1 -2, September 1991

Partodihardjo, S . 1980 . Ilmu Reproduksi Ternak . Subronto . 1985 . Ilmu Penyakit Ternak . Gajah
Mutiara. Jakarta . Mada University Press . Yogjakarta .

Ristic, M . and I. McIntyre . 1981 . Diseases of Cattle Sutherland, S.S . 1980 . Immunology of bovine
in the Tropics . Economic and Zootic Rele- brucellosis . Vet Bull . 50 (5) : 359-368.
vance. Martinus Nijhoff Publisher . Boston,
London . Sutherland, S.S . 1983 . Assesment of an intra-
dermal test for detection of bovine brucellosis .
Setiawan, E.D . 1989 . Penelitian Brucellosis pada Vet . Res . Comm . 6: 297.
Sapi di Indonesia. Balai Penelitian Veteriner.
Bogor .

Stuart, F.A . 1982 . Comparison of rifampicin and


tetracyclin based regimens in the treatment of
experimental brucellosis . J . Infec . 5: 27 - 34 .

Anda mungkin juga menyukai