Anda di halaman 1dari 4

Epidemiologi

Insiden infeksi gonokokal masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di


seluruh dunia, menyebabkan morbiditas di negara berkembang dan mungkin
berperan dalam meningkatkan penularan HIV. Dilaporkan terdapat hingga
301.174 kasus baru pada tahun 2009 di Amerika Sekirat (NIAID, 2011).
Di Amerika Sekirat, insiden tertinggi terutama pada wanita usia 15 19
tahun dan 20 24 tahun pada pria. Berdasarkan etnis, terbanyak pada etnis Afrika-
Amerika dan terendah pada etnis Asia atau keturunan Pulau Pasifik.
Insiden infeksi gonokokal lebih tinggi di negara berkembang daripada di
negara maju. Namun, insiden pasti dari IMS sulit untuk dipastikan di negara-
negara berkembang karena masalah pengawasan dan kriteria diagnostik yang
bervariasi. Studi di Afrika telah menunjukkan bahwa IMS nonulseratif seperti
gonore sebagai tambah IMS ulseratif) merupakan faktor risiko independen untuk
penularan HIV(Ram and PA, 2012).
Penularan terjadi lebih efeisien dari laki-laki ke perempuan daripada
sebaliknya. Tingkat penularan pada wania dari sekali berhubungan seksual tanpa
pelingdung dengan partner terinfeksi adalah sekitar 40 60 %. Infeksi gonokokal
orafaringeal terjadi pada sekitar 20% wanita yang mempraktekkan fellatio dengan
partner terinfeksi (Ram and PA, 2012).

Patogenesis
Virulensi dari N.gonorrhoeae ditentukan dari keberadaan pili yang
memediasi penempelan, serta kemampuan untuk bertahan dari kekuatan aliran
hidrodinamik pada uretra, dimana hal ini juga menghambat pengambilan oleh
fagosit. Invasi dan multiplikasi terjadi pada sel kolumnar non-silia penghasil mucus
pada epitel tuba Fallopi. Strain dengan pili lebih banyak menempel pada
permukaan sel mukosa manusia, dan lebih virulen dibandingkan dengan strain
yang tidak ber-pili. Penempelan ini merupakan awal dari endositosis dan transpor
melewati sel mukosa kedalam ruang interselular dekat membran basal atau
langsung ke jaringan subepitelial. Tidak terdapat toksin khusus yang dihasilkan
oleh N.gonorrhoeae namun komponen lipooligosaccaride dan peptidoglycan
berperan dalam menghambat fungsi silia dan menyebabkan inflamasi (Richens
and Mabey, 2009).
Pasien yang mengalami penyakit ini biasanya mempunyai masa inkubasi 2-
7 hari, tapi bisa lebih. Karateristik plasmid baik biasanya membawa gen resisten
antibiotik, yang paling banyak ditemukan adalah penicillin. Gen plasmid dan
nonplasmid ditransmisikan secara bebas diantara subtipe berbeda. Perubahan
gen protein permukaan menghasilkan tempat infeksi yang baik. perubahan gen
resisten antibiotik telah mengarahkan ke resisten antibiotik beta lactam (Chandra,
2013).
Komponen peptidoglycan selain antigen pili, termasuk juga, Porin, Opacity-
associated protein serta protein lain. Porin (sebelumnya dikenal sebagai protein I)
protein terbanyak pada permukaan N.gonorrhoeae, menginisiasi proses
endositosis dan invasi. Opacity-associated protein (Opa, sebelumnya dikenal
sebagai protein II) berperan penting pada penempelan ke sel epitel, dan sel PMN
yang akan menekan proliferasi sel T limfosit CD4+. Protein lainnya termasuk H.8,
suatu lipoprotein yang terdapat pada semua strain N.gonorrhoeae, berguna
sebagai target untuk diagnostik yang berdasar antibodi. Bakteri ini juga
memproduksi suatu IgA1 protease, yang melindungi bakteri dan respon imun IgA
mukosa individu. Antibodi terhadap Rmp (sebelumnnya dikenal sebagai protein III.
Pili) mencegah ikatan terhadap komplemen sehingga dapat memblokade efek
bakterisidal terhadao Porin dan lipooligosaccharide (Richens and Mabey, 2009).
Antigen pili memegang peranan penting pada kompetensi dan
transformasi genetik yang memungkinkan transfer material genetik antar bakteri
in vivo Antigen pili, bersama Porin dan lipooligosaccharide bertanggungjawab
terhadap variasi antigenik, yang menyebabkan infeksi berulang berulang dalam
periode waktu yang singkat (Richens and Mabey, 2009).
Gonococcal Lipooligosaccharide (LOS), berperan dalam aktifitas endotoksik
dan berkontribusi pada efek sitotoksik loka pada tuba Fallopi. LOS juga
memodulasi respon sistem imun, dimana modulasi ke arah respons Th2 akan
mengurangi kemampuan bersihan infeksi gonokokal (Richens and Mabey, 2009).
Selain itu faktor individu inang juga berperan penting dalam memdiasi
masuknya bakteri ke dalam sel. Pelepasan diacylglycerol dan ceramide dibutuhkan
untuk masuk ke dalam sel epitel. Akumulasi ceramide dalam sel akan menginduksi
apoptosis dimana akan menggangu integritas epitel dan memfasilitasi masuknya
bakteri ke jaringan subepitelial. Dilepaskannya faktor kemotaksis hasil dari aktivasi
komplemen juga akan menyebabkan inflamasi (Richens and Mabey, 2009).
Strain yang menyebabkan penyakit infeksi gonokokal diseminata (strain
PorB.1A) telah dibuktikan lebih sulit dimatikan oleh serum manusia, dimana lebih
tidak kemotaksis. Infeksi gonore Diseminata (DGI/IGD) muncul diikuti sekitar 1%
dari infeksi genital. Pasien dengan DGI biasanya akan ada panas, arthralgias, ruam,
migratory polyarthritis, septic arthritis, tendonitis, tenosynovitis, endocarditis dan
meningitis. Organisme N. Gonorrhoeae menyebar dari tempat awal seperti
endocerviks, uretra, faring atau rectum dan diseminata pada darah untuk
menginfeksi organ lain. Biasanya, beberapa tempat masuk, seperti kulit dan sendi
telah terinfeksi. Organisme neisseria diseminata pada darah karena beberapa
faktor predisposisi seperti perubahan fisiologi host, faktor virulen organisme
sendiri, dan kegagalan pertahanan imun host. Contohnya perubahan pH vagina
selama menstruasi, kehamilan dan periode puerperium membuat lingkungan
vagina lebih mudah untuk pertumbuhan organisme dan menyediakan akses
tambahan ke pembuluh darah (3 dari 4 kasus DGI muncul pada wanita, mudahnya
terinfeksi bertambah ketika infeksi primer mukosa muncul selama menstruasi dan
kehamilan (Wong, 2015).

Faktor Resiko
Gonore lebih sering terjadi pada usia yang muda, aktif dalam seksual, dan
infeksi lebih umum pada laki-laki di ameriksa serikat, insiden gonore paling banyak
pada kulit hitam, terendah di asia. Di afrika, prevalensi gonore pada wanita hamil
adalah 10% (Wolff et al., 2013).
Insiden tertinggi pada infeksi gonore di amerika serikat adalah pada umur 15-
24 tahun. Ini terjadi karena beberapa hal sebagai berikut (Wong, 2015):
1. Bertambahnya jumlah pasangan seksual
2. Menurunnya akses ke atau menggunakan pelayanan kesehatan
3. Fisiologi ektopik pada ikatan squamocolumnar pada wanita
4. Menurunnya pertahanan kontrasepsi
Infeksi pada anak adalah tanda bahwa anak tersebut mengalami kekerasan
seksual dan harus dilaporkan. Walaupun ada beberapa hal yang mendukung
bahwa transmisi bisa terjadi tanpa transmisi non seksual pada anak dan transmisi
dari dewasa ke anak yang berhubungan dengan tangan kotor dan higienitas.
Gonore tetap sebagai penyakit pada populasi remaja dan dewasa muda dengan
angka kejadian pada pria berumur 20-24 tahun dan pada wanita berumur 15-19
tahun (Wong, 2015).

Daftar Pustaka
CHANDRA, B. 2013. Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. EGC : Jakarta, P.42.
NIAID, N. I. O. A. A. I. D. 2011. Gonorrhea [Online]. [Cited2011 November].
Available: http://wwwniaid.nih.gov/topics/gonorrhea [Accessed].
RAM, S. & PA, R. 2012. Gonococcal Infections. In : Longo DL, Kasper DL, Jameson
JL, Fauci AS, Hauser SL. Harrisons's Principles of Internal Medicine 18 Ed,
p1120-7.
RICHENS & MABEY 2009. Sexually Transmitted Infections. In:Cook GC, Zumla AI,
Editors. Manson's Trpocal Disease, 22 Ed, Saunders Elvier.
WOLFF, K., JOHNSON, R. A. & SAAVEDRA 2013. Fitzpatricks Color Atlas and
Synopsis of Clinical dermatologys Seventh Edition.
WONG, B. 2015. Drug & Disease Gonorrhoeae [Online]. Available: http://
emedicine.medscape.com/article/218059-medication#showall[Accessed].

Anda mungkin juga menyukai