PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir
kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah ditemukan batu pada kandung kemih seorang
mumi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh penduduk yang ada di dunia tidak terkecuali di
Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara
negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas sedangkan di
negara berkembang lebih banyak pasien dengan batu buli buli. Hal ini dikaitkan dengan
dengan adanya pengaruh status gizi dan aktivitas psaien sehari hari (Purnomo, 2011).
dunia rata rata terdapat 1 12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Di
Indonesia, penyakit batu ginjal merupakan masalah yang cukup bermakan prevalensi
penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki laki dewasa dan 7% pada perempuan
dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki laki, sedangkan usia puncak adalah dekade tiga
sampai keempat. Pada penelitian di RS dr. Kariadi jumlah penderita urolithiasis naik 32.8%
(2003) menjadi 39.1% (2005) di banding seluruh kasus urologi dan sebagian besar batu
berada di saluran kemih bagian atas (batu ginjal dan ureter) (Purnomo, 2011).
yang diperlukan adalah foto polos abdomen, pielografi intravena, USG sampai dengan
pielografi retrograd. Hal ini dilakukan apabila pada pemeriksaan sebelumnya posisi batu
masih mergaukan. Jenis jenis batu yang ditemukan dalam traktus urinarius umumnya
adalah kalsium oksalat, fosfat, tripel fosfat, asam urat, sistin, disertai papilla yang mengapur
(Budjang, 2013).