Anda di halaman 1dari 6

SOLAR SEL

Pendahuluan
Energi merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh hampir seluruh
negara di dunia. Hal ini mengingat energi merupakan salah satu faktor utama bagi
terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Permasalahan energi menjadi
semakin kompleks ketika kebutuhan yang meningkat akan energi dari seluruh
negara di dunia untuk menopang pertumbuhan ekonominya justru membuat
persediaan cadangan energi konvensional menjadi semakin sedikit.

Saat ini total kebutuhan energy di seluruh dunia mencapai 10 Terra Watt (setara
dengan 3 x 1020 Joule/ tahun) dan diprediksi jumlah ini akan terus meningkat hingga
mencapai 30 Terra Watt pada tahun 2030 [1-3]. Kebutuhan yang meningkat
terhadap energi juga pada kenyataanya bertabrakan dengan kebutuhan umat
manusia untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari polusi. Berbagai
konsideran ini menuntut perlunya dikembangkan sumber energi alternatif yang dapat
menjawab tantangan di atas tersebut.

Solar cell merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari
menjadi arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber energi yang
paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan (sustainable) serta
jumlahnya yang sangat besar. Matahari merupakan sumber energi yang diharapkan
dapat mengatasi permasalahan kebutuhan energi masa depan setelah berbagai
sumber energi konvensional berkurang jumlahnya serta tidak ramah terhadap
lingkungan. Total kebutuhan energi yang berjumlah 10 TW tersebut setara dengan 3
x 1020 J setiap tahunnya.
Sementara total energi matahari yang sampai di permukaan bumi adalah 2,6 x
1024 Joule setiap tahunnya. Sebagai perbandingan, energi yang bisa dikonversi
melalui proses fotosintesis di seluruh permukaan bumi mencapai 2,8 x 10 21 J setiap
tahunnya. Jika kita lihat jumlah energi yang dibutuhkan dan dibandingkan dengan
energi matahari yang tiba di permukaan bumi, maka sebenarnya dengan menutup
0,05% luas permukaan bumi (total luas permukaan bumi adalah 5,1 x 108 km2)
dengan solar cell yang memiliki efisiensi 20%, seluruh kebutuhan energi yang ada di
bumi sudah dapat terpenuhi.

Solar Cell adalah salah satu jenis sensor cahaya photovoltaic, yaitu sensor
yang dapat mengubah intensitas cahaya menjadi perubahan tegangan pada
outputnya. Apabila solar cell menerima pancaran cahaya maka pada kedua
terminal outputnya akan keluar tegangan DC sebesar 0,5 volt hingga 0,5 volt. Dalam
aplikasinya solar cell lebih sering digunakan sebagai pembangkit listrik DC tenaga
surya (matahari). Dalam skala kecil solar cell sering kita jumpai sebagai sumber
tegangan DC pada peralatan elektronika seperti kalkulator atau jam. Prinsip Kerja
Solar Cell Efek sel photovoltaik terjadi akibat lepasnya elektron yang disebabkan
adanya cahaya yang mengenai logam. Logam-logam yang tergolong golongan 1
pada sistem periodik unsur-unsur seperti Lithium, Natrium, Kalium, dan Cessium
sangat mudah melepaskan elektron valensinya. Selain karena reaksi redoks,
elektron valensilogamlogam tersebut juga mudah lepas olehadanya cahaya yang
mengenai permukaan logam tersebut. Diantara logam-logam diatas Cessium adalah
logam yang paling mudah melepaskan elektronnya, sehingga lazim digunakan
sebagai foto detektor.

Kondisi Solar Cell Saat Ini

Jumlah energi yang begitu besar yang dihasilkan dari sinar matahari, membuat solar
cell menjadi alternatif sumber energi masa depan yang sangat menjanjikan. Solar
cell juga memiliki kelebihan menjadi sumber energi yang praktis mengingat tidak
membutuhkan transmisi karena dapat dipasang secara modular di setiap lokasi yang
membutuhkan.

Solar cell tidak memiliki ekses suara seperti pada pembangkit tenaga angin serta
dapat dipasang pada hampir seluruh daerah karena hampir setiap lokasi di belahan
dunia ini menerima sinar matahari. Bandingkan dengan pembangkit air (hydro) yang
dapat dipasang hanya pada daerah-daerah dengana aliran air tertentu. Dengan
berbagai keunggulan ini maka tidak heran jika negara-negara maju berlomba
mengembangkan solar cell agar dapat dihasilkan teknologi pembuatan solar cell
yang berharga ekonomis.

Hingga saat ini total energi listrik yang dibangkitkan dengan solar cell di seluruh
dunia baru mencapai sekitar 12 GW (bandingkan dengan total penggunaan listrik
dunia sebesar 10 TW). Dari 12 GW tersebut Jerman merupakan negara terbesar
yang telah menginstall solar cell nya yaitu sebesar hampir 5 GW. Meskipun begitu
setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi solar cell dimana pada tahun 2008 total
produksi solar cell di seluruh dunia telah mencapai angka 6,22 GW.

Nilai produksi yang terus meningkat ini juga terus diikuti dengan upaya untuk
menurunkan harga solar modul per Watt peaknya. Saat ini harga listrik yang
dihasilkan oleh solar cell sebesar 50 sen $ setiap kWh yang relatif masih sangat
tinggi jika dibandingkan dengan pembangkitan dari sumber lainya seperti dari
pembangkit termal yang hanya sebesar 8 sen $ untuk setiap kWh nya.
Berbagai teknologi telah dikembangkan dalam proses pembuatan solar cell untuk
menurunkan harga produksi agar lebih ekonomis. Jenis-jenis solar cell pun saat ini
telah berkembang tidak hanya berbasis pada kristal semikonduktor silikon tetapi
berbagai jenis tipe dari mulai lapisan tipis, organic, lapisan single dan multi junction
hingga yang terbaru jenis dye sensitized solar cell.

Proses Pembangkitan Tegangan Pada Solar Cell

Tegangan yang dihasilan oleh sensor foto voltaik adalah sebanding dengan
frekuensi gelombang cahaya (sesuai konstanta Plank E = h.f). Semakin kearah
warna cahaya biru, makin tinggi tegangan yang dihasilkan. Tingginya intensitas
listrik akan berpengaruh terhadap arus listrik. Bila foto voltaik diberi beban maka
arus listrik dapat dihasilkan adalah tergantung dari intensitas cahaya yang mengenai
permukaan semikonduktor. Berikut karakteristik dari foto voltaik berdasarkan
hubungan antara intensitas cahaya dengan arus dan tegangan yang dihasilkan.

Grafik Karakteristik Intensitas Cahaya VS Arus Dan Tegangan.

Lama Usia dari Solar Cell

Sebuah PV system dengan perawatan yang baik dapat bertahan hingga lebih dari
20 tahun. Sebenarnya dengan kondisi dimana sistem solar cell tidak dipindah-pindah
dan terinterkoneksi langsung pada alat listrik, modul solar cell yang melalui fabrikasi
yang baik mampu bertahan hingga 30 tahun. Cara terbaik agar sistem solar cell
dapat bertahan lama serta tetap stabil performansinya (efisiensinya) adalah dengan
melakukan pemasangan dan perawatan yang sesuai serta dalam waktu yang
teratur.

Berbagai kasus dalam permasalahan solar cell yang paling banyak dijumpai adalah
dikarenakan buruknya cara pemasangan serta tidak rapinya proses instalasi. Kasus
yang sering dijumpai tersebut antara lain seperti koneksi yang tidak baik, ukuran
kabel yang tidak tepat, ataupun komponen yang tidak sesuai untuk aliran DC. Selain
itu juga kesalahan sering terjadi pada tidak seimbangnya sistem (balance of system ,
BOS) bagian-bagian yang dipasang yaitu kontroler, inverter, serta proteksi
komponen.

Batere dapat lebih cepat rusak jika diberi beban kerja diluar batas spesifikasinya.
Pada sistem sel surya, batere digunakan dan diberi muatan secara perlahan-lahan
bahkan hingga periode beberapa hari bahkan sati minggu. Kondisi ini berbeda
dengan cara kerja batere yang umumnya langsung diisi segera setelah digunakan,
yang menyebabkan batere pada sistem solar cell dapat lebih cepat rusak jika tidak
menggunakan tipe batere yang sesuai dengan karakteristik ini.
Sistem Pembangkit Listrik Solar Cell

Solar cell merupakan pembangkit yang tidak hanya terdiri dari sistem konversi dari
photon sinar matahari menjadi arus listrik atau yang diebut sebagai modul photo
voltaik. Perlu ada sistem pendukung yang berfungsi menyimpan energi listrik yang
dibangkitkan agar keluarannya dapat lebih stabil dapat digunakan saat tidak ada
sinar matahari atau pada saat malam hari. serta Satu unit sistem pembangkit listrik
solar cell terdiri dari beberapa komponen antara lain adalah:

1. Modul sel surya atau disebut juga panel Photo Voltaik (Panel PV). Modul sel
surya terdiri dari beberapa jenis ada yang berkapasitas 20 Wp, 30 Wp, 50
Wp, 100 Wp. Modul PV dilihat dari jenisnya dapat berjenis mono kristal, poli
kristal, atau amorphous.
2. Penyimpan energi listrik atau dikenal dengan Aki ( battery ) yang bebas
perawatan. Batere biasanya dapat bertahan 2-3 tahun. Kapasitas batere
disesuaikan dengan kapasitas modul dan besar daya penggunaan listrik yang
diinginkan.
3. Pengatur pengisian muatan batere atau disebut dengan kontroler pengisian
(solar charge controller). Komponen ini berfungsi untuk mengatur besarnya
arus listrik yang dihasilkan oleh modul PV agar penyimpanan ke batere
sesuai dengan kapasitas batere.
4. Inverter, merupakan modul untuk mengkonversi listrik searah (dc) menjadi
listrik bolak-balik (ac). Komponen ini digunakan ketika penggunaan listrik
yang diinginkan adalah bolak-balik (ac). Meskipun begitu saat ini sudah
banyak terdapat alat-alat elektronik maupun lampu penerang yang
menggunakan tipe arus searah sehingga beberapa sistem solar cell tidak
membutuhkan inverter ini.
5. Kabel (wiring), yang merupakan komponen standar sebagai penghubung
tempat mengalirkan arus listrik.
6. Mounting hardware atau framework, yang merupakan pendukung untuk
menempatkan atau mengatur posisi solar panel agar dapat menerima sinar
matahari dengan baik. Biasanya framework digunakan untuk menempatkan
solar panel pada posisi yang lebih tinggi dari bagian lain yang ada
disekitarnya.

Pertumbuhan teknologi sel surya di dunia memang menunjukkan harapan


akan solar sel yang murah dengan memiliki efisiensi yang tinggi. Sayangnya sangat
sedikit peneliti di Indonesia yang terlibat dengan hiruk pikuk perkembangan tentang
teknologi sel surya ini. Sudah seharusnya pemerintah secara jeli melihat potensi
masa depan Indonesia yang kaya akan sinar matahari ini dengan mendorong secara
nyata penelitian dan pengembangan industri di bidang energi surya ini.

Anda mungkin juga menyukai