Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BLAKANG


Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus yang
diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan secara
umum. Dalam pelaksanaannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi memacu adanya pengembangan kreatifitas setiap orang sebagai
modal agar pembangunan dapat dilaksanakan secara labih baik. Seiring dengan
hal tersebut, peningkatan mutu, efisiensi, dan produktivitas dari setiap kegiatan
pembangunan terutama yang terkait dengan sektor fisik mutlak harus
dilakukan, seperti halnya sektor bangunan yang saat ini terus mengalami
peningkatan.
Dalam dunia konstruksi bangunan, penelitian untuk mendapatkan produk-
produk konstruksi yang lebih baik terus dilakukan. Beton yang merupakan
salah satu material penting dari sebuah bangunan. Pada dasarnya beton
terbentuk dari dua bagian utama yaitu pasta semen dan agregat. Pasta semen
terdiri dari semen Portland, air dan bahan campur tambahan (admixture).
Sedangkan agregat terdiri dari agregat kasar (batu pecah) dan agregat halus
(pasir). Beton banyak digunakan karena keunggulan-keunggulannya antara
lain kuat tekan beton mutu tinggi. Beton merupakan material yang kuat dalam
kondisi tekan dan lemah dalam kondisi tarik, merupakan elemen struktur yang
paling banyak digunakan dalam bangunan karena bahannya yang mudah
didapat, mudah dibuat dan harganya murah.

Dalam penelitian ini perencanaan komposisi campuran beton normal


berdasarkan metode SK. SNI. T-15-1990-13.

Berdasarkan beberapa hal diatas maka praktikum Teknologi Beton ini


sangatlah penting untuk dipelajari, dilaksanakan dan dipahami oleh mahasiswa
sebagai bekal ilmu untuk mahasiswa di masa depan, karena kelak kitapun akan
berkaitan langsung dengan bermacam-macam pekerjaan yang menyangkut
dengan Beton, dan agar kita dapat menyusun komposisi beton yang baik serta
2

mencegah terjadinya penurunan kualitas beton akibat pencampuran material


yang tidak efisiens di lapangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Oleh karena itu dari berdasarkan latar belakang kita dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara perancangan beton K-300 dengan metode SK. SNI. T-15-
1990-13?

1.3 BATASAN MASALAH


1. Gradasi/Analisa Saringan
2. Berat Jenis dan Penyerapan
3. Pemeriksaan Berat Volume
4. Pemeriksaan sand Equivalen
5. Langkah Hitungan Perancangan Beton Menurut SK. SNI. T-15-1990-13

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud.

Maksud dari penulisan laporan Praktikum Teknologi Beton ini ialah sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Praktikum Teknologi
Beton dan sebagai bahan penilaian Dosen Pengajar mata kuliah Praktikim
Teknologi Beton.

2. Tujuan
Tujuan yang ingin didapatkan dalam Praktikum Teknologi Beton ini antara
lain:
a. Mahasiswa dapat mengatahui distribusi ukuran butir atau gradasi
sehingga dapat mengatahui angka gradasinya.
b. Mahasiswa dapat mengatahui cara mendapatkan angka /nilai dari berat
jenis penyerapan dari pasir dan aggregat yang di uji.
c. Mahasiswa dapat mengatahui cara mendapatkan angka/nilai dari
pemeriksaan berat volume dari pasir dan aggregate yang di uji.
d. Mahasiswa dapat mengatahui rata-rata setara pasir.
3

e. Mahasiswa dapat merancang campuran perbandingan bahan penyusun


beton sehingga menghasilkan beton yang baik.
f. Mahasiswa dapat mengoprasikan teknologi kuat tekan beton dengan baik
yang benar.
g. Mahasiswa dapat mengatahui cara perawatan / pemeliharaan beton
hingga mencapai kuat tekan maksimal pada umur beton yang ditentukan.
4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 GRADASI
Gradasi agrerat adalah distribusi dari ukuran agrerat. Distribusi ini
bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi
menerus (continous grade) dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk
mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai
dengan standar dari BS 812, ASTM C-33,C136,ASHTO T.27 atau standar
Indonesia.
Berikut ini beberapa pembagian variasi gardasi yaitu:
1. Gap Gradasi Sela gradation
Jika salah salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada suatu set
ayakan tidak ada, maka gradasi ini akan menunjukan satu garis horizontal
dalam grafiknya. Keistimewaan dari gradasi ini antara lain:
a. Pada nilai factor air semen tertentu, kemudahan pengerjaan akan lebih
tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.
b. Pada kondisi kelecakan yang tinggi, lebih cenderung mengalami
segregasi, oleh karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada tingkat
kemudahan pekerjaan yang rendah, yang pemadatannya dengan
penggetaran (vibration)
c. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk terhadap kekuatan beton.
2. Gradasi Menerus
Didefinisikan jika agrerat yang semua ukuran butirnya ada dan terdistribusi
dengan baik. Agrerat ini lebih sering dipakai dalam campuran beton. Untuk
mendapatkan angka pori yang kecil dan kemampatan yang tinggi sehingga
terjadi interlocking yang baik, campuran beton membutuhkan variasi
ukuran butir agrerat. Dibandingkan dengan gradasi sela atau seragam,
gradasi menerus adalah yang paling baik.
3. Gradasi Seragam
Agrerat yang mempunyai ukuran yang sama didefinisi sebagai agrerat
seragam. Agrerat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran fraksi, dalam
diagram terlihat garis yang hampir tegak/vertical.Agrerat dengan gradasi ini
5

biasanya dipakai untuk beton ringan yaitu jenis beton tanpa pasir (nir-pasir),
atau untuk mengisi agrerat dengan gradasi sela, atau untuk campuran agrerat
yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat.
Rumus yang dipakai dalam pengolahan data praktikum adalah:
a. Berat tertahan
B1=A1
B2=A2
B3=B2+A3
B4=B3+A4 . . . . . . .. (2.1)
b. Persentase tertahan
C1 = B1 x 100% . . . . . (2.2)
c. Persentase lolos
D1 = 100 C1 ... (2.3)
Keterangan:
A. : Berat Tertahan
B. : Berat Thn
C. : Prosen Tahan
D. : Prosen Lolos

2.2 BERAT JENIS DAN PENYERAPAN


Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agrerat.
Berat jenis dari agrerat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton
sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agrerat dalam
campuran beton. Hubungan antara berat jenis dengan daya serap adalah jika
semakin tinggi nilai berat jenis agrerat maka semakin kecil daya serap air
agrerat tersebut.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis
kering permukaan (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent)
dan penyerapan dari agrerat halus.
1. Berat jenis (bulk specific grafity) adalah perbandingan antara berat agrerat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agrerat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
6

Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat
agrerat kering permukaan jenuh dan air suling yang isinya sama dengan isi
agrerat dalam keadaan jenuh pada su tertentu.
2. Berat jenis semu (apparent specific grafity) adalah perbandingan antara
berat agrerat kering dan berat air suling yang sama isinya dengan isi agrerat
dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
3. Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agrerat kering.
Rumus yang dipakai dalam pengolahan data praktikum adalah
a. Pasir
Berat jenis = A
( E 500 C )
Berat jenis permukaan jenuh = 500
(E + 500 C )
Berat jenis semu = A
( B+A- C)
Penyerapan = 500- A . (2.4)
(A x 100 )
Keterangan :
A = berat kering pasir
B = berat picnometer + air
C = berat picnometer + air + sampel
b. Batu Pecah

Berat jenis = A
(B C )
Berat jenis kering permukaan jenuh = 500
(BC)
Berat jenis semu = A
(AC)
Penyerapan = BA ... (2.5)
( A x 100 )
7

Keterangan :
A = berat kering permukaan sampel
B = berat kering sampel
C = berat kering dalam air

2.3 BERAT VOLUME


Dalam suatu elemen agrerat dengan volume ( V ) dan berat ( W ), dapat
dibuat hubungan volume dan berat agrerat dengan 3 fase yaitu : butiran padat,
air, dan udara. Untuk mendapatkan berat volume (suatu kepadatan) harus
diperhatikan elemen suatu tanah. Dalam pengujian berat volume biasanya
contoh pada agrerat yang yang jenuh air, dimana ruang pori tersebut
berisi,penuh oleh air. Untuk berat volume kering ditentukan dengan
menggunakan cetakan dengan ukuran tertentu dan ukuran agrerat berat volume
maksimum
yaitu dengan cara menuangkan pasir ke dalam cetakan dengan corong yang
berdiameter inci.
Rumus yang dipakai dalam pengolahan data praktikum adalah :
w2w1 gr/cm3
Berat volume : (2.6)
v

Keterangan :
W1: berat wadah
W2 : berat wadah + berat pasir
V : Volume gr/ cm3

2.4 SAND EQIUVALEN


Sand equivalent adalah metode untuk menentukan berapa banyak partikel
tanah yang tidak diinginkan dalam sampel tanah. Sebelum tes, sampel
dicampur dengan larutan kalsium klorida, formalin, gliserin dalam silinder.
Konten tersebut kemudian berangkat ke sedimentasi. Setelah 20 menit tingkat
supensi tanah liat dan tingkat pasir dibaca pada SCA silinder.

(%)

( )
= x 100% ..(2.7)
( )
8

2.5 SEMEN
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agrerat tidak memainkan peranan yang penting dalam
reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat
mencegah perubahan perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan
memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.
Semen Portland adalah bahan kontruksi yang paling banyak digunakan
dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C -150, 1980, semen Portland
didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasillkan dengan menggiling
klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung
satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling
bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen yang digunakan untuk pekerjaa beton harus disesuaikan dengan
rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan. Pemilihan tipe semen
ini kelihatannya mudah dilakukan karena semen langsung dari sumbernya
(Pabrik).
Hal itu hanya benar jika standar deviasi yang ditemui kecil, sehingga semen
deviasi hasil uji kekuatan semen besar, hal itu tersebut akan menjadi masalah.
Saat ini banyak tipe semen yang ada dipasaran sehingga kemungkinan variasi
kekuatan semennya pun besar (ACI 318=89: 2-1).
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agrerat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agrerat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.

2.6 AIR
air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agrerat dam memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
9

dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak,
gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan.
Karena pasta semen merupakan reaksi kimia antara semen dengan air, maka
bukan perbandingan jumlah air terhadap berat total campuran yang penting, tetapi
justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut sebagai Faktor Air
Semen (FAS). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air
setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan
proses hidrasi tidak mencapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan
beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu kekuatan beton pada umur tujuh
hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan
beton yang menggunakan air standar/suling (PB 1989;9).

2.7 AGGREGAT
2.7.1 Aggrerat Halus
Agrerat halus adalah tambahan yang tidak aktif dalam proses pengikatan,
namun mutu pasir sangat berpengaruh terhadap mutu beton. Pasir yang baik
keras, bersih, dan tajam, kasar serta tidak mengandung organik.
Diameter pasir adalah antara 0,063-5,00 mm, pasir yang baik bisa didapat dari
sungai-sungai kali dan pasir buatan. Pasir beton harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a. Butiran tajam, tidak dapat dihancurkan dengan tangan.
b. Bersifat kekal artinya tidak dapat hancur oleh cuaca (hujan dan
matahari)
c. Kandungan lumpur maksimum 5% terhadap berat kering bila lebih
besar dari 5% maka pasir harus dicuci.
d. Pasir tidak boleh terlalu banyak mengandung bahan organik, hal ini
dapat diketahui dengan percobaan Abrams Harder.
e. Pasir tidak boleh bersifat reaktif terhadapalkali.
10

f. Apabilah dicuci dengan larutan jenuh Natrium Sulfat (NaSO4) maka


bagian yang hancur lebih kecil dari 10%.
g. Pasir laut tidak boleh dipakai, jika terpaksa harus dipakai, harus
diadakan penelitian dan percobaan di laboratorium.

2.7.2 Aggregat Kasar


Agrerat Kasar dapat berupa kerikil hasil desintegrasi alami dan batu-
batuan atau berupa batu batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batuan.
Pada umumnya yang dimaksud dengan agrerat kasar adalah agrerat dengan
butiran lebih dari 5 mm, maka perlu ambil suatu jalan pemecahan yaitu dengan
jalan memecahkan batu-batu besar. Jenis agrerat ini permukaannya kasar atau
lebih banyak memerlukan air untuk penggunaanya dalam beton beserta
kekuatanya cukup bagus. Sedangkan yang perlu diperhatikan adalah waktu
pelaksanaan pengecoran dan ekonomisnya.

2.8 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON


2.1.1 Ruang Lingkup
Tata cara ini meluputi persyaratan umum dan persyaratan teknis
perencanaan proporsi campuran beton, untuk digunakan sebagai salah satu acuan
bagi praperencana dan pelaksana dalam merencanakan proporsi campuran beton
tampa mengunakan bahan tambah untuk menghasilkan mutu beton yang
direncanakan.
2.1.2 Acuan Normatif
a. SNI 03-1750-1990, mutu dan cara uji agregat beton
b. SNI 15-2049-1994, emen Portland
c. SNI 03-6861.1-2002, spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan
bangunan bukan logam)
d. SNI 03-2914-1992, spesifikasi beton tahan sulfat
e. SNI 03-2915-1992, spesifikasi beton bertulang kedap air

2.1.3 Pengertian
Dalam standar ini yang dimaksud dengan:
11

a. Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang
lain.agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah
membentuk masa padat.
b. Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200-2500) kg/ m3
mengunakan agregat alami yang pecah.
c. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desitegrasi alami dari batu
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir tebesar 5,0mm.
d. Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang di peroleh dari industry pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5mm-40mm.
e. Kuat tekan beton yang disyratkan fc adalah kuat tekan yang ditetapkan
oleh perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk selinder diameter
150mm, tinggi 300mm).
f. Kuat tekan beton yang ditargetkan fc adalah kuat tekan rata-rata yang
diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari fc.
g. Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampurkan ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh
agregat.
h. Faktor air semen adalah angkah perbandingan antara berat air bebas dan
berat semen dalam beton.
i. Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam
(mm) ditentukan dengan alat kerucut Abram (SNI 03-1972-1990 tentang
metode pengujian slump beton semen Portland.
j. Pozolan adalah bahan yang mengandung silica amorf apabila di campur
dengan kapur dan air membentuk benda padat keras dan bahan yang
tergolong pozolan adalah semen merah dan lain-lain.
k. Semen Portland pozolan adalah campuran semen Portland dengan
pozolan antara 15%-40% berat total campuran dan kandungan SiO2 + AII
O3 +FeO3 dalam pozolan minimum 70%.
l. Semen Portland type I adalah semen Portland untuk penggunaan umum
tanpa persyaratan khusus.
12

m. Semen Portland type II adalah semen potland yang dalam penggunaannya


memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan kalor hidrasi sedang.
n. Semen Portland type III adalah semen portlang yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan
terjadi.
o. Semen Portland type IV adalah semen Portland yang dalam
penggunaannyan memerlukan kekuatan yang tinggi terhadap sulfat.
2.1.4 Persyaratan Persyaratan
A. Umum
1. Persyaratan umum yang harus dipenuhi sebagai brikut :
a. Proporsi campuran beton harus menghasilkan beton yang
memenuhi persyaratan brikut:
1) Kekentalan yang meungkinkan pengerjaan beton (penuangan,
pemadatan, dan perataan ) dengan mudah mengisi acuan dan
menutup permukan serba sama (homogen).
2) Keawetan
3) Kuat tekan
4) Ekonomis
b. Beton yang dibut harus menggunakan bahan agregat normal tanpa
bahan tanbah.
2. Bahan.
Bahan bahan yang digunakan dalam perencanaan harus mengikuti
persyaratan brikut :
a. Bila pada bagian pekerjaan konstruksi yang berbeda akan
digunakan bahan yang berbeda, maka setiap proporsi campuran
yang akan digunakan harus direncanakan secara berpisah.
b. Bahan untuk campuran coba harus mewakili bahan yang akan
digunakan dalam pekerjaan yang diusulkan.
3. Dalam perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan
sebagi brikut :
a. Perhitungan perencanaan pencapuran beton harus didasarkan pada
data sifat sifat bahan yang akan digunakan dalam produk beton.
13

b. Sususan campuran beton beton yang diperoleh dari perencanaan ini


harus dibuktiokan melalui campuran coba yang bahwa proporsi
tersebut dapat memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan.

B. Teknis
1. Pemelihan proporsi campuran beton.
Pemelihan proporsi beton harus dilaksanakan sebgai brikut :
a. Rencana campuran beton ditentukan berdasarkan hubungan antara
kuat tekan dan factor air semen.
b. Untuk beton dengan nilai fc 20 MPa pelaksanaan prodsinya harus
didasarkan pada perbandingan berat bahan.
2. Bahan.
a. Air.
Air harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
b. Semen.
Semen harus memenuhi SNI 15-2049-1994 tentang semen
Portland.
c. Agregat.
Agregat harus memenuhi SNI 03 -1750-1990 tentang mutu dan
cara uji agregat beton.
3. Perhitugan proporsi campuran.
a. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan.
Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari :
1). Deviasi standar yang didapat dari pengalaman di lapangan
selama produksi beton menurut rumus.


=1( )
2
= (2.8)
1

S adalah standar deviasi


1 adalah kuat tekan beton yang didapat dari masing masing
benda uji.
Adalah kuat tekan rata-rata menurut rumus
14

b. Pemilihan factor air semen



=1
= (2.9)

1). Nilai tambah dihitung menurut rumus :


M =1,64 x Sr (2.10)
Dengan :
M adalah nilai tambah
1,64 adalah tetapan statistic yang nilainya tergantung pada
presentase kegagalan hasil uji sebesar 5%
Sr adalah devisiasi standar rencana
2). Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung menurut
rumus brikut :
Fcr = fc +M (2.11)
Fcr = fc + 1,64
Sr................................ (2.12)

Factor air semen yang di perlukan untuk mencapai kuat tekan


rata-rata yang ditargetkan didasarkan :
a) Hubungan kuat tekan dan factor air semen yang diperoleh
dari penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi
pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil
penelitian sebagai pedoman dapat di pergunakan
b) Untuk lingkungan khusus, factor air semen maksimum
harus memenuhi SNI 03-1915-1992 tentang spesifikasi
beton tanah sulfat dan SNI 03-2914-1994 tentang
spesifikasi beton bertulang kedap air.
1. Slump.
Slump ditetapkan sesuai kondisi pelaksanaan pekerjaan agar
diperoleh beton yang mudah dituangkan, dipadtkan dan
diratakan.
2. Besar butir agregat maksimum
Besar agreagat maksimum tidak boleh melebihi :
15

a. Seperlima jarak terkecil antara bidang bidang samping


dari cetakan.
b. Sepertiga dari tebal plat.
c. Tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang
batang atau bekas-bekas tulangan.

3. Kadar air bebas


Kadar air bebas ditentukan sebagai brikut :
a. Agregat tak dipecah dan agregat dipecah digunakan nilai
nilai pada tabel
b. Agregat campuran ( tak dipecah dan dipecah ) dihitung
menurut rumus brikut :
2 1
Dengan :3wh + 3wk ................. (2.12)

Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus


Wk adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar
c. Tabel

Jenis semen Jenis aggregat Kekuatan tekan Bentuk benda uji


kasar (MPa) pada
umur (hari)
3 7 28 91
Semen Batu tak dipecah 17 23 33 40
Portland tipe (alami) slinder
16

I atau semen Batu pecah 19 27 37 45


tahan sulfat Batu tak dipecah 20 28 40 48
tipe II, V (alami) kubus
Batu pecah 23 32 45 54
Semen Batu tak dipecah 21 28 38 44
Portland tipe (alami) Slinder
III Batu pecah 25 33 44 48
Batu tak dipecah 25 31 46 53
(alami) kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Tabel.2.8.1. perkiran kuat tekan beton dengan FAS 0.6 dan jenis semen serta
agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia.

Jumlah
semen
min.
Deskripsi dalam 1 FAS
m3
beton
(kg)
Beton didalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif 275 0.06
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan 325 0.52
oleh kondensasi atau uap korosif
Beton diluar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 325 0.60
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik 275 0.60
matahari langsung
Beton yang masuk kedal tanah
a. Mengalami keadaan basah dan 325 0.50
kering berganti ganti
17

b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari Lihat tabel


tanah atau air tanah 2.7.3.1
Beton yang terus- menerus berhubungan
dengan air Lihat tabel
a. air tawar 2.7.3.2
b. air laut
Tabel 2.8.2 persyaratan jumlah semen minimum dan factor air semen maksimum
untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus.

Kandungan
semen min.
Konsentrasi sulfat dalam
kg/m3 ukuran
bentuk SO3
nominal
agregat maks.
Facto
Kadar Dalam tanah Sulfat
Tipe r air
ganggua Total SO3 (SO3)
semen seme
n sulfat SO3 dalam dalam 1
40 n
(%) camp. air 20m 0
m
Air: tanah, m m
m
tanah gr/lt m
= 2:
gr/lt
1 Kuran Kuran Kuran Tipe1 80 300 3 0.50
g dari g dari g dari dengan 5
0.2 0.1 0.3 atau 0
tanpa
pozolan
(15-
40%)
Tipe 1 29 330 3 0.50
1.0- 0.3-
2 0.2 dengan 0 8
1.9 1.2
atau 0
18

tanpa
pozolan
(15-
40%)
Tipe 1 27 310 3 0.55
pozolan 0 6
(15- 0
20%)
atau
semen
Portland
pozolan
Tipe II 25 290 3 0.55
atau V 0 4
0
Tipe 1 34 380 4 0.45
pozolan 0 3
(15- 0
40%)
atau
1.9- 1.2-
3 0.5-1 semen
3.1 2.5
Portland
pozolan
Tipe II 29 330 3 0.50
atau V 0 8
0
4 Tipe II 33 370 4 0.45
3.1- 2.5-
1.0-2.0 atau V 0 2
5.6 5.0
0
5 Lebih Lebih Lebih Tipe II 33 370 4 0.45
dari dari dari atau 0 2
2.0 5.6 5.0 Vdan 0
19

lapisan
pelindun
g
Tabel . 2.8.3.1. ketentuan untuk beton yang berhubugan degan air tanah yang
mengandung sulfat.

Kandungan semen
Kondisi
Faktor air minimum (kg/m3 )
Jenis lingkungan Tipe
semen Ukuran nominal
beton berhubungan semen
maksimum agregat maksimum
dengan
40mm 20mm
Air tawar 0.50 Tipe I-V 280 300
Air payau 0.45 Tipe I +
pozzolan (
15 40% )
340 380
Bertulang atau semen
atau berat portland
tegang pozzolan
Tipe II
0.50 290 330
atau V
Tipe II
Air laut 0.45 330 370
atau V
Tabel. 2.8.3.2 ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air
2.9 BETON
2.9.1 Pengertian Beton
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat
(kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Beton yang banyak
dipakai pada saat ini yaitu beton normal. Beton normal ialah beton yang
mempunyai berat isi 22002500 kg/m dengan menggunakan agregat alam
yang dipecah atau tanpa dipecah.
Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu menahan
kuat desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh
20

bahan-bahan pembentuk, kemudahan pengerjaan (workability), faktor air


semen (F.a.s) dan zat tambahan (admixture) bila diperlukan (Alam, dkk).
Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat
halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-
rongga udara. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan
sedimikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan,
memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis
(Sutikno, 2003:1).
Mutu beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain :
a. Faktor Air Semen (FAS).
b. Perbandingan bahan-bahannya.
c. Mutu bahan-bahannya.
d. Susunan butiran agregat yang dipakai.
e. Ukuran maksimum agregat yang dipakai.w
f. Bentuk butiran agregat.
g. Kondisi pada saat mengerjakan.
h. Kondisi pada saat pengerasan.

2.9.2 Campuran Pasta dan Beton


Proses hidrasi adalah proses yang paling membutuhkan air. Air yang ada
dalam campuran. semuanya akan digunakan untuk proses hidrasi. Gabungan
antara semen dengan air merupakan pasta semen. Seperti yang dijelaskan
dibagian bahan-bahan penyusun beton, air yang dapat diminum dapat
digunakan untuk campuran beton. Namun demikian air yang tidak dapat
diminum pun dapat digunakan sebagai campuran beton, asalkan memenuhi
syarat mutu yang diisyaratkan. Untuk kasus di Indonesia, air yang digunakan
sebagai campuran beton harus memenuhi syarat baku mutu sesuai dengan BS
3148, 1980 (Ulasan PB, 1989 : 34) dan pasal 3.1 PB 1989 Draft Konsensus.

1) Faktor Air Semen (FAS)


Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin
rendah mutu kekuatan beton. Namun demikian nilai FAS yang semakin
21

rendah tidak selalu berarti kekuatan beton semakin tinggi. Ada batas
batas dalam hal ini. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan
dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang
pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun umumnya nilai
FAS minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Pada
prakteknya, untuk mengatasi kesulitan pengerjaan karena rendanya FAS
ini, ditambahkan bahan tambah Admixture Concrete yang bersifat
menambah keenceran Plasticity or Plasticilizer Admixture.

2) Metode Pencampuran
a) Penentuan Proporsi bahan (mix design)
Proporsi campuran dari bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan
melalui perancangan beton (mex design). Hal ini dimaksudkan agar
proporsi dari campuran dapat memenuhi syarat kekuatan serta dapat aspek
ekonomis. Metode perancangan ini pada dasarnya menentukan komposisi
dari bahan bahan penyusun beton untuk kinerja tertentu yang diharapkan.
b) Metode pencampuran (Mixing)
Metode pencampuran dari beton diperlukan untuk mendapatkan
kelecakan yang baik sehingga beton dapat dengan mudah dikerjakan.
Kemudahan pengerjaan atau Workability, pada pekerjaan beton
didefinisikan sebagai kemudahan untuk dikerjakan, dituangkan dan
dipadatkan serta dibentuk acuan (ilsley, 1942 : 224 ) kemudahan
pengerjaan ini diindisikan melalui slump test, semakin tinggi nilai slump,
semakin mudah dikerjakan. Namun demikian nilai dari slump ini harus
dibatasi. Nilai slump yang terlalu tinggi akan membuat beton kropos
setelah mengeras karena air yang terjenbak didalamnya menguap. Metode
pengakuan atau pencampuran beton akan menentukan sifat kekuatan dari
beton. Walaupun rencana campuran baik dan syarat mutu bahan telah
terpenuhi pengaduan yang tidak baik akan menyebabkan terjadinya
Bleeding dan hal hal yang tidak dikehendaki
c) Pengecoran ( Placing )
22

Metode pengecoran akan mempengaruhi kekuatan beton jika syarat -


syarat pengecoran tidak terpenuhi, kemungkinan besar kekuatan tekan
yang direncanakan tidak akan tercapai.

3) Pemadatan
Pemadatan yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya kekuatan
beton. Karena tidak terjadinya pencampuran bahan yang homogeny
pemadatan yang berlebihan pun akan menyebabkan terjadinya bleeding.
Pemadatan harus dilakukan sesuai dengan syarat mutu. Hal ini yang dapat
dilakukan adalah melihat manual pemadatan yang digunakan sehingga
pemadatan pada campuran beton dapat dilakukan secara efisien dan
efektif.
4) Perawatan
Perawatan terutama dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi
yang tidak diinginkan, terutama disebabkan oleh suhu. Cara dan bahan
serta alat yang digunakan untuk perawatan akan menentukan sifat dari
beton yang kuat, terutama dari sisi kekuatannya. Waktu yang dibutuhkan
untuk merawat beton pun harus terjadwal dengan baik.

5) Metode perhitungan rancangan campuran.


Metode perhitungan yang dipakai dalam melakukan perancangan
campuran adalah metode Standar Nasional Indonesi SK. SNI. T 15
1990 03. Metode ini ,merupakan jenis perancangan cara Inggris atau
dikenal dengan metode Departemen Pekerjaan Umum yang tertuang
dealam SK SNI. T 15 1990 03 Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal yang merupakan adopsi dari cara Departement
of Enviroment (DoE) Building Research Establishment, Britain.

2.10 PERANCANGAN CAMPURAN


2.10.1 Kriteria Perencanaan
Perancanaan campuran beton merupakan suatu hal yang komplek jika
dilihat dari perbedaan sifat dan karakteristik bahan penyusunya. Pada dasarnya
23

perancangan campuran dimaksudkan untuk menghasilkan suatu proporsi campuran


bahan yang optimal dengan kekuatan maksimum. Pengertian optimal adalah
penggunaan bahan ekonomis dilihat dari biaya keseluruhan untuk membuat struktur
beton tersebut.
Kriteria dasar perancangan beton adalah kekuatan tekan dan hubungan dengan
faktor air semen yang digunakan. Kriteria ini sebernarnya kontrakdiktif dengan
kemudahan pengerjaan karena menurut abram, 1920 (Neville,1981) untuk
menghasilkan kekuatan yang tinggi penggunaan air dalam campuran harus
minimum. Jika air yang digunakan sedikit, akan timul kesulitan pengerjaan sesuai
dengan pendapat Feret (1896), yang mempertimbangan pengaruh rongga (void)
Kriteria yang lain harus dipertimbangakan adalah kemudahan pengerjaan. Seperti
yang diatas, faktor air semen yang kecil akan menghasilkan kekuatan yang tinggi,
tetapi kemudahan pengerjaan tak akan tercapai. Perencangan beton harus
mempetimbangkan hal ini, salah satunya dengan menggunakan bahan tambahan
jenis plastisizer atau super plastisizer.
2.10.2 Variabilitas
Variabilitas dalam beton akan mempengaruhi nilai kekuatan tekan dalam
perancangan. Pengertian variabilitas dalam kekuatan beton pada dasasrnya
tercermin melalui nilai standar deviasi. Asumsi yang digunakan dalam
perencanaan bahwa kekuatan beton akan terdistribusi normal selama masa
pelaksanaan yang diambil melalui hasil pengujian dilaboratorium.

Gambar 2.10.2 Contoh Kurva Distribusi Normal

2.10.3 Keamanan dan Umur Rencana


24

Nilai keamanan dalam perencanaan beton dicerminkan dari bats yang


diijinkan ditolak sebesar 5%, yang merupakan suatu variabilitas dikalikan dengan
nilai standar penyimpangan yang diduga terjadi.
Kekuatan tekan rencana dalam perancangan yang didasarkan atas kekuatan
tekan maksimum yan terjadi selama pengerasasn. Kekuatan tekan beton maksimum
biasanya terjadi setelah umur 28 hari. Umur 28 hari ini dijadikan sebagai umur
rencana.
2.10.4 Perancangan
Sebelum melakukan perancangan, data-data yang dibutuhkan harus dicari.
Jika data-data dibutuhkan tidak ada, dapat diambil data dari tabel-tabel yang telah
dibuat untuk membantu penyelesaian perancangan cara ACI ini.
Pada metode ini, input data perancangan meliputi data standar deviasi hasil
pengujian yang berlaku untuk pekerjaanyang sejenis dengan karakteristik yang
sama. Data tentang kuat tekan rencana, data butir nominal aggregat yang
digunakan, data slump, (jika diinginkan dengan nilai tertentu), berat jenis agregat,
serta karakteristik lingkungan yang diinginkan.
25

Gambar 2.10.4 Diagram Air Perancang Beton Menggunakan Metode ACI


2.10.5 Langkah Perancangan
a) hitung kuat tekan rata-rata beton, bedasarkan kuat tekan rencana
dan margin, fcr=m+fc
1) m=1.64*Sd, standar deviasi diambil bedasarkan data yang lalu, jika
tidak ada yang diambil dari tabel 8.1 bedasarkan mutu pelaksanaan
yang diinginkan.
2) kuat tekan Rencana (fc) ditentukan bedasarkan rencana atau dari
hasil uji yang lalu.

Tabel 2.10.5 Nilai Standar Deviasi


b) Tetapkan nilai Slump, dan butir maksimum aggregat
1) Slump ditentukan. Jika tidak dapat, data diambil dari tabel 8.2.
Ukuran maksimum aggregat dihitung dari 1/3 tebal plat dan atau
jarakbersih antar baja tulangan, tendon, bundle bar, atau dutchng
dan atau 1/5 jarak terkecil bidang bekisting ambil dari terkecil, jika
tidak ambil dari tabel 2.9.5.2.
26

Tabel 2.10.5.1. slump yang disyaratkan untuk berbagai konstruksi menurut


ACI

Tabel 2.10.5.2. Ukuran Maksimum Aggregat


c) Tetapkan jumlah air yang dibutuhkan bedasarkan ukuran
maksimum aggregat dan nilai slump dari tabel 2.9.5.3
27

Gambar 2.10.5.3 perkiraan air campuran dan persyaratan kandungan


udara untuk berbagai slump dan ukuran nominal aggregat maksimum
d) Tetapkan nilai Faktor Air Semen dari tabel 8.5. untuk nilai kuat
tekan dalam Mpa yang berada diantara nilai yang diberikan
interpolasi.

Gambar 2.10.5.4 nilai faktor air semen


e) Hitung semen yang diperlukan dari langkah (5.c) dan (5.d), yaitu
jumlsh sir dibagi dengan faktor air semen
f) Tetapkan volume aggregat kasar edasarkan aggregat maksimum
dan Modulus Halus Butir (MHB) aggregat halusnya sehingga dapat
persen aggregat kasar. Jika nilai Modulus Halus Butirnya berada
diantaranya maka dilakukan interpolasi. Volume aggregat kasar =
persen aggregat kasar dikalikan dengan berat kering aggegat kasar.
g) Estimasikan berat beton segar berdasarkan tabel 8.7, kemudian
hitung aggregat halus yaitu berat beton segar (berat air + berat
semen + Berat aggregat kasar)
28

h) Hitung proporsi bahan, semen, air, aggregat kasar, dan aggregat


halus, kemudian koreksi bedasarkan nilai daya serap air pada
aggregat
1) Semen didapat dari langkah (5.e)
2) Air didapat dari langkah (5.c)
3) Aggregat kasar didapat dari langkah (5.f)
4) Aggregat halus didapat dari langkah (5.g) dikurangi langkah
{(5.c)+(5.e)+(5.g)

i) Koreksi proporsi campuran

Tabel 2.10.5.5 estimasi berat awal beton segar * (kg/m3)

2.10.6 Kekurangan dan Kelebihan


a) Cara ini merupakan cara coba-coba (eksperimental)untuk
memperoleh proporsi bahan yang menghasilkan konsistensi. Jika
dipakai aggregat yang berbeda akan menyebabkan konsistensi yang
berbeda juga.
b) Nilai Modulus Halus Butir (MHB) sebenarnya kurang
menggambarkan gradasi aggregat yang tepat. Untuk aggregat
dengan berat jenis yang berbeda perlu dilakukan uji lagi.
29

2.11 METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA SK.SNI.T-15-1990-03


Perancangan cara inggris atau dikenal dengan metode Departemen pekerjaan
umum yang tertuang dalam SK.SNI.T-15-1990-03 tata cara pembuatan rencana
campuran beton normal merupakan adopsi dari cara Departement of Enviroment
(DoE) Building Research Estabishment, Britain.
2.11.1 Syarat Perancangan
a) Kuat Tekan rencana (MPa)
Beton yang dirancang harus memenuhi persyaratan kuat tekan rata-rata,
yang memenuhi syarat bedasarkan data devisiasi standar hasil uji kuat tekan
yang lalu (umur 28 hari) untuk kondisi dan jenis konstruksi yang sama.
Persyaratan kuat tekan beton didasarkan pada hasil uji kuat tekan slinder.
Jika kuat tekan dengan hasil uji kubus berisi 150 mm, maka hasilnya harus
dikonversikan menggunakan persamaan
Fc = [0.76+0.2 log(fck /15)]fck
Dimana :
fc = kuat tekan beton yang disyaratkan, Mpa
f ck = kuat tekan beton, Mpa, dari uji kubus beton berisi 150 mm

b) Pemeliharaan Proporsi Campuran


Rencana kekuatan beton didasarkan pada hubungan antara kuat tekan
dengan faktor air semn. Pemilihan proporsi campuran beton harus
memenuhi syarat atau ketentuan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk beton dengan kuat tekan fc lebih dari 20 Mpa, proporsi
campuran percobaan harus didasarkan pada campuran berat (weight
batching), (PB,1989:17)
2) Untuk beton dengan kuat tekan fc hingga 20 Mpa, proporsi
campuran percobaan boleh didasarkan pada campuran volume (volume
batching ASTM C.685) penakaran volume harus didasarkan pada
proporsi campuran dalam berat yang dikonversikan kedalam volume
bedasarkan berat satuan volume (bulking)dari masing-masing bahan
(PB,1989:17)
30

3) Khusus untuk beton yang direncanakan mempunyai kekuatan


sebesar 10Mpa, bila pertimbangan praktis dan kondisi setempat tidak
memungkinkan pelaksanaan beton dengan menikuti prosedur
perancangan campuran (PB,1989:17) dapat digunakan perbandingan IPC
:2 Aggregat Halus : 3 Aggregat Kasar, dengan nilai slump beton tidak
boleh melebihi 100 mm. Jika beton tersebut digunakan untuk struktur
yang kedap air, dapat digunakan perbandingan IPC :1.5 Aggregat halus:
2.5 Aggregat kasar

c) Bahan Campuran
Bahan yang digunakan dalam campuran herus memenuhi syarat standar
yaitu:
1) Air
Air harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi Air
sebagai Bahan Bangunan
2) Semen
Semen harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi Bahan
Perekat Hidrolis sebagai Bahan Bangunan.
3) Agregat
Agregat harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi
Agregat sebagai Bahan Bangunan.
4) Bahan Tambahan untuk Beton
Bahan Tambahan untuk Beton harus memenuhi SK SNI S-18-1990-03
tentang spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
5) Bahan Tambahan Pembentukan Gelembung Udara untuk Beton
Bahan tambahan pembentukan gelembung udara untuk beton harus
memenuhi SK SNI S-18-1990-03 tentang spesifikasi Bahan Tambahan
pembentukan gelembung udara untuk beton.

d) Perhitungan Proporsi Campuran


1) Kuat tekan rata-rata yang direncanakan
31

Nilai standar deviasi didapat dari hasil pengujian yang lalu untuk
kondisi pengerjaan dan lingkungan yang sama dengan benda uji yang
lebih besar dari 30 benda uji berpasangan. Jika jumlah benda uji lebih
kecil dari 30, harus dilakukan koreksi dan apabila tidak ada sama sekali
maka diambil nilai tambahnya sebesar 12 Mpa.
Dimana s adalah nilai devisiasi standar, devisiasi harus memenuhi
standar berikut :
1.1. Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu, dan produksi
yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan.
1.2. Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan (fc) yang nilainya
dalam batas 7 Mpa dari nilai fc yang ditentukan.
1.3. Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua
kelompok hasil uji berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji,
diambil dari produksi selama jangka waktu tidak kurang dari 45 hari.
1.4. Bila suatu produksi beton tidsk mempunyai data hasil uji yang
memnuhi persyaratan, tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 hasil uji
yang berurutan, maka nilai deviasi standar dikalikan dengan faktor
pengali.
1.5. Bila data hasil uji kurang dari 15, maka kuat tekan rencana yang
ditargetkan diambil sebesar fc + 12 Mpa

Jumlah Pengujian Faktor Pengali Deviasi Standar


kurang dari 15 -1
15 1.16
20 1.08
25 1.03
30 atau lebih 1
Tabel 2.11.1 faktor penggali untuk Deviasi Standa
2) Nilai Tambah atau Margin
Nilai tambah atau margin dihitung menurut rumus m = k x s, dimana
m adalah nilai tambah, k adalah tetapan statistik yang nilia tergantung
pada statisttik pada presentase hasil uji yang lebih rendah dari fc ( dalam
32

hal ini diambil1.64) dan s adalah standar devisiasi dapat ditulis kembali
m= 1.64 jadi kuat tekan rencana yang direncanakan
fcr = fc+1.64s
3) Pemilihan Faktor Air Semen
Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-
rata yang ditargetkan bedasarkan pada
a. Hubungan kuat tekan dan faktor air semen yang diperoleh dari hasil
penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang
diusulkan.
b. Untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus
memenuhi ketentuan SK.SNI untuk beton tahan sulfat dan beton beton
kedap air.

Tabel 2.11.1.1 perkiraan kuat tekan beton dengan FAS 0.6 dan jenis
semen serta aggregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia
33

Tabel 2.11.1.2 persyaratan jumlah semen minimum dan FAS maksimum


untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus

Tabel 2.11.1.3 ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air


tanah yang mengandung sulfat

Tabel 2.11.1.4 ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air


34

Gambar 2.11.1.5 hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen
untuk benda uji kubus (150x150x150 mm)
4) Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar
memperoleh beton yang midah dituangkan dan dipadatkan atau
memenuhi syarat workability.
35

5) Besar Butir Aggregat Maksimum


Butiran aggregat maksimum dihitung bedasarkan ketentuan-ketentuan
berikut:
a. Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan
b. Sepertiga dari tebal plat
c. Tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang
atau berkas-berkas tulangan
6) Kadar Air Bebas
Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut. Aggregat yang dipecah atau
aggregat yang tak dipecah (alami). Dan aggregat campuran dihitung
menurut rumus:
2/3Wh + 1/3 Wk
Dimana Wh adalah perkiraan jumlah air untuk aggregat halus, Wk
adalah perkiraan jumlah air untuk aggregat kasar.

Tabel 2.11.1.6 perkiraan kadar air bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk
beberapa tingkat kemudahan pekerjaan adukan
Catatan :
a) Untuk suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5oC harus ditambahkan air
sebanyak 5 liter per meter kubik adukan beton
b) Untuk permukaan aggregat yang kasar, harus ditambahkan air kira-
kira 10 liter per meter kubik adukan beton

7) Susunan Gradasi Aggregat Halus


Susunan aggregat halus yang digunakan dalam campuran beton arus
memenuhi syarat gradasi. Dalam syarat gradasi menurut SK.SNI.T-15-
36

1990-03 dibagi menjadi 4 zona yaitu zona 1,2,3,4 dan aggregat halus
gabungan dibagi menjadi 3 yaitu butir maksimum40,20,10
8) Proporsi agregat halus
Proporsi aggregat halus ditentukan bedasarkan nilai ukuran butiran
maksimum yang dipakai, faktor air semen, dan nilaislump yang
digunakan serta zona gradasi aggregat halus.
9) Berat jenis relatif agregat
Berat jenis aggregat diambil bedasarkan data hasil pengujian
laboratorium. Jika data tersebut tidak ada, untuk aggregat kasar diambil
nilai 2.6 gr/cm3 dan aggregat halus diambil nilai 2.7 gr/cm3. Berat jenis
aggregat gabungan dihitung bedasarkan persamaan sebagai berikut:
Berat jenis (BJ) aggregat gabungan = [%aggregat halus x BJ.Ag.Halus]
+ [% aggregat kasar x BJ. Ag . kasar]
Nilai aggregat gabungan kemudian diplotkan kedalam grafik untuk
mendapatkan berat jenis beton dalam keadaan basah.

Gambar 2.11.1.7 Presentase Jumlah Pasir yang dianjurkan untuk daerah


susunan Butir 1,2,3 dengan butir maksimum aggregat 10 mm
37

Gambar 2.11.1.8 Presentase Jumlah Pasir yang dianjurkan untuk daerah


susunan Butir 1,2,3 dengan butir maksimum aggregat 20 mm

Gambar 2.11.1.9 Presentase Jumlah Pasir yang dianjurkan untuk daerah


susunan Butir 1,2,3 dengan butir maksimum aggregat 30 mm
38

Gambar 2.11.1.10 Perkiraan berat jenis beton basah yang dimanpaatkan


secara penuh.

10) Koreksi
Apabila aggregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan (SSD),
proporsi campuran harus dikoreksi terhadap kandungan dalam aggregat.
Koreksi proporsi campuran dilakukan terhadap kadar air dalam aggregat
minimum satu kali dalam sehari dihitung menurut rumus sebagai berikut:
Air = B-(Ck-Ca)x C/100 (Dk-Da)xD/100
Aggregat Halus = C + (Ck-Ca)xC/100
Aggregat Kasar = D + (Dk-Da)xC/100
Dimana
B = jumlah air (kg/m3)
C = jumlah aggregat halus (kg/m3)
D = jumlah aggregat kerikil (kg/m3)
Ca = jumlah air pada aggregat halus (%)
Da = absorsi air pada aggregat kasar (%)
Ck = kandungan air dalam aggregat halus (%)
Dk = kandungan air dalam aggregat kasar (%)
39

2.11.2 Pengerjaan Beton


Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh
suatu komposisi yang solid bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan
campuran beton. Sebelum diimplementasikan dalam pelaksanaan
konstruksi dilapangan, pencampuran bahan-bahan dapat dilakukan
dilaboratorium,agar tetap terjaga kansistensi rancangannya,tahap lebih
lanjut dalam pengelolahan beton perlu diperhatikan komposisi yang baik
akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi.
Adapun tahapan pelaksanaan dalam pelaksanaan dilapangan meliputi :
1. Persiapan
Sebelum penuangan beton dilaksanakan,hal-hal berikut ini harus terlebih
dahulu harus diperhatikan (PB,1989:27)
a) Semua peralatan untuk pengadukkan dan pengangkutan beton harus
bersih
b) Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-
kotoran yang menganggu
c) Untuk memudahkan pembukaan acuan,permukaan dalam acuan
boleh dilapisi dengan bahan khusus, antra lain lapisan minyak
mineral,lapisan bahan kimia (from release agent) atau lembaran
polyurethene
d) Pasangan didnding bata yang berhubungan langsung dengan beton
harus dibasahi airn sampai jenuh.
e) Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan
penutup yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton
dengan tulangan
f) Air yang terdapat pada ruangan yang akan diisi beton harus dibuang
kecuali apabila penuangan dilakukan dengan tremi atau telah diijinkan
pengawas ahli
g) Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel
pada permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton
yang baru dituangkan pada permukaan beton yang mengeras tersebut.
40

2. Penakaran
Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkan dari hasil
rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam pasal (3.3.2)
SK.SNI.T-28-1991-03 tentang tata cara pengadukan dan pengecoran beton
dan ASTM C.685 Standart Made By Volumetric Batching and Continous
Mixing serta ASTM.94 sebagai berikut:
1) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (fc) lebih besar atau sama
dengan 20 Mpa proporsi penakarannya harus didasarkan atas penakaran
berat.
2) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (fc) lebih kecil dari 20 Mpa
proporsi penakarannya boleh menggunakan teknik penakaran volume.
Tekniknya harus didasarkan atas penakaran berat yang harus
dikonversikan kedalam penakaran volume untuk setiap campuran bahan
penyusunnya

3. Pengadukan ( Pencampuran)
Selama proses pegadukan, harus dilakukan pendataan rinci mengenai:
1) Jumlah batch-aduk yang dihasilkan
2) Proporsi material
3) Perkiraan lokasi dari penuangan akhir pada struktur,
4) Waktu dan tanggal pengadukan serta penuangan
Metode pengadukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu manual dan
dengan mesinal. Pengadukan manual dilakukan dengan tangan, sedangkan
pengadukan dengan mesin memanfaatkan bantuan alat pengadukan seperti
molen atau batching plant.
a. Pengadukan manual
Berikut ini adalah tata cara pengadukan manual
1. Pasir denga semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan
komposisi tertentu, diatas tempat yang datar dan kedap air.
2. Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang homogen
3. Tambahkan kerikil, kemudian lakukan pencampuran lagi
41

4. Alat bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul, atau alat
gali lainnya
5. Buat lubang ditengah adukan, tambahkan kira-kira 75% dari
kebutuhan air.
6. Aduk hingga rata dan tambahkan sedikit demi sedikit air yang
tersis
b. Pengadukan dengan Mesin
Secara umum pengadukan dengan mesin harus dilakukan dengan
menggunakan mesin-mesin yang telah disetuui penggunaannya
(PB,1989:27). Mesin pengadukan haru diputar sesuai dengan kecepatan
yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Setelah pencampuran
seluruh bahan dalam batching, harus dilakukan pengadukan kembali
selama 1.5 menit, kecuali dapat dibuktikan bahwa pengadukan yang lebih
pendek mampu memberikan hasil yang memuaskan dan memenuhi
keseragaman pengadukan yang ditetapkan dalam ASTM C.94.ketentuan
mengenai pengadukan minimal pada tabel.

Tabel 2.10.2.1 Waktu Pengadukan minimal


4. Penganguktan Beton
Setelah pengangkutan selesai, campuran beton dibawa ketempat
penuangannya atau ketempat dimana konstruksi akan dibuat. Pengangkutan
beton dari tempat pengadukan hingga ketempa penimpanan akhir( sebelum
dituang) harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
pemisahan atau kehilangan material. Alat angkut yang digunakan harus
mampu menyesdiakan beton ditempat penyimpanan akhir derngan lancar
tanpa mengakbatkan pemisahan yang dicampur dan tanpa hambatan yang
mengakibat hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan.
5. Penuangan Beton
42

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain (PB.1989:28)


a) Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin
dengan cetakan akhir untuk mencegah segregasi karena penanganan
kembali atau pengaliran adukan
b) Pembetonan harus dilaksanakan dengan penuangan yang diatur
sedemikian rupa sehingga campuran beton sedalam keadaan plastis dan
dapat mengalir dengan mudah kedalam rongga diantara tulangan
c) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh
material asing tidak boleh dituangkan kedalam struktur.
d) Campuran beton yang setengah mengeras atau yang telah mengalami
penambahan air tidak boleh,kecuali telah disetujui oleh pengawas ahli.
e) Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus
dilakukan tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel atau
penampang, yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau batas
penghentian penuangan yang di tentukan, kecuali diijinkan atau dilarang
dalam pelaksanaan siar pelaksanaan ( construction joint)
f) Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertikal pada umumnya
harus terisi rata dengan campuran beton.
g) Bila diperlukan,siar pelaksanaan harus dibuat sesuai dengan ketentuan.
h) Beton yang dituangjkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara
sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi
semua rongga beton.
6. Pemadatan beton
Pemadatan dilakukan segera setelah beton dituangkan.kebutuhan akan alat
pemadatan disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan
pengerjaan.pemadatan dilakukan sebelum initial setting time pada beton.
Pemadatan dimaksudkan untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang
terdapat pada beton segar.dari terlihat dibawah ini bertambahnya kandungan
udara dalambeton akan menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang.
Pemadatan dilakukan dengan penggetaran.campuran beton akan mengalir
dan memadat karena rongga-rongga akan terisi dengan butiran-butiran yang
halus alat getar ini dibagi menjadi dua yaitu :
43

a) Alat getar intern (internal vibrator ),yaitu alat getar yang berupa tongkat
dan digerakkan dengan mesin.untuk menggunakan, tongkat dimasukkan
kedalam beton pada waktu tertentu,tanpa harus menyebabkan hleeding
b) Alat getar cetakan ( external vibrator or from vibrator ), yaitu alat getar
yang mengetarkan from work sehingga betonnya bergetar dan memadat
Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan adalah
1) Pada jarak yang berdekatan/pendek, pemadatan dengan alat getar
dilaksanakan dalam waktu yang pendek
2) Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan beratnya
sendiri
3) Tidak menyebabkan terjadinya bleeding
7. Pengerjaan ahkir
Pengerjaan finishing dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah permukaan
beton yang rata dan mulus.pengerjaan ini biasanya dilakukan pada saat beton
mencapai final setting, karena pada masa ini beton masih dapat dibentuk.alat
yang digunakan biasanya ruskam, jidar dan alat-alat peralatan lainnya.
8. Perawatan beton
Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton
telah menggeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya
tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi,beton akan mengalami
keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan
minimal selama 7 (tujuh ) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal
selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan kondisi lembap, kecuali
dilakukan dengan perawatan yang cepat.
Perawatan ini dimaksud untuk memperbaikki mutu dari keawatan
beton,kedap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur
a) Perawatan dengan pembasahan
Pembasahan dilakukan dilaboratorium ataupun dilapangan. Pengerjaan
perawatan dengan pembasahan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
1. Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab
2. Menaruh beton segar dalam genangan air
44

3. Menaruh beton segar dalam air


4. Menyelimuti permukaan beton dengan air
5. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah
6. Menyirami permukaan beton secara kontinyu
7. Melapisi permukaan beton dengan air dengan melakukan compound.
b) Perawatan Dengan Penguapan
Perawatan dengan penguapan dapat dibagi dua yaitu dengan perawatan
dengan tekanan tinggi dan perawatan dengan tekanan rendah.
Perawatandengan tekanan rendah berlangsung selama 10-12 jam dengan
suhu 45-50oC sedangkan penguapan dengan tekanan tinggi berlangsung
selama 10-16 jam dengan suhu 65-95oC. Perawatan dengan penguapan
berguna pada daerah yang mempunyai musim dingin. Perawatan
harusdiikuti dengan pembasahan setelah lebih dari 24 jam, minimal selama
umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai dengan rencana pada umur
28 hari.
45

BAB III
PROSEDUR PENGUJIAN

3.1 GRADASI
3.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan analisa saringan adalah untuk menentukan
pembagian butir (gradasi) agrerat halus (pasir) dan agrerat kasar (batu pecah)
dengan menggunakan saringan.

3.1.2 Alat dan Bahan


a. Pasir dan batu pecah.
b. Timbangan.
c. Saringan no. , 3, 2, 1, 3/4, 3/8,410,40,100200 dan pan.
d. Oven atau Kompor dan wajan.

3.1.3 Prosedur Pelaksanaan


a. Contoh pasir yang akan diperiksa, ditimbang, dan dicatat, beratnya (dalam
pelaksanaan praktikum diambil seberat 3000 gr).
b.Contoh pasir tersebut kemudian dicuci diatas saringan no 200 lalu
dikeringkan dengan menggunakan kompor dan wajan sampai kandungan
airnya 0%.
c. Setelah itu disiapkan susunan saringan dengan ukuran no. saringan paling
besar ditempatkan paling atas (no.3,2, 1,3/4,3/8,4,10.40,100, 200).
d.Saringan diguncang dengan tangan selama 15 menit.
e. Buka penutup saringan dan timbangan pasir yang tertahan pada masing-
masing no. saringan.
f. Untuk pengujian batu pecah ulangi prosedur pelaksanaan no. a s/d e.
3.1.4 Data
Terlampir.
46

3.2 BERAT JENIS


3.2.1 Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis, berat jenis kering
permukaan jenuh, berat jenis semu dan penyerapan dari agrerat halus dan agrerat
kasar.

3.2.2 Alat dan Bahan (Agrerat halus)


a. Pasir 500 gr
b. Picnometer dengan kapasitas 500 ml.
c. Kerucut terpancung (cone) dengan diameter bagian atas (40 3) mm,
diameter bagian bawah (90 3) mm dan tinggi (75 3 ) mm dibuat dari
logam minimum 0,8 mm.
d. Batang penumbuko yang mempunyai bidang rata, berat (340 15) gr,
diameter penumbuk 25 3 mm.
e. Saringan no. 4.
f. Timbangan.
g. Air suling.
h. Kompor dan Wajan.
i. Wadah/ Pan.

3.2.3 Prosedur Pelaksanaan


a. Keringkan benda uji dengan kompor pada suhu tetap sampai berat tetap (
yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat uji selama 3 kali
proses penimbangan dan pemanasan dengan oven/kompor dengan selang
waktu 2 jam berturut - turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air
lebih besar dari 0,1 %). Dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam
selama 24 36 jam.
b.Buang air perendam dengan hati hati, jangan ada butiran yang hilang.
Tebarkan agrerat di atas talam, keringkan dengan di udara panas dengan
cara membalik balikan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai
keadaan kering permukaan jenuh (SSD).
47

c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke


dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25
kali (8,8,9).
d.Kemudian ditimbang pasir sebanyak 500 gr dan dikiringkan diatas kompor
sampai kadar air 0%.
e. Setelah tercapai keaadan kering 0%, dinginkan benda uji dan, masukan
benda uji ke dalam picnometer, dan timbang , kemudian masukkan air dan
putar sambil diguncangkan sampai tidak terlihat gelembung udara di
dalamnya.
f. Diamkan selama 24 jam dan amati apakah terjadi penurunan air dalam
picnometer atau tidak, jika terjadi penurunan tambahkan air dan kucak
kucak sampai tidak terdapat gelembung udara.
g.Kemudian ditimbang picnometer+air+benda uji.

3.2.4 Alat dan bahan (agrerat kasar)


a. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 (no. 6 atau no. 8) dengan
kapasitas kira kira 5 kg.
b.Wadah air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai dengan pemeriksaan,
wadah ini harus dilengkapi dengan pipa agar permukaan air selalu tetap.
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
d.Oven atau Kompor dan Wajan.
e. Alat pemisah contoh.
f. Saringan no. 4

3.2.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan.
b.Keringkan benda uji di atas kompor sampai berat tetap.
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gr (BK).
48

d.Keluarkan benda uji dari dalam air, lap dengan kain penyerap sampai air
pada permukaan hilang (SSD)
e. Timbang benda uji permukaan jenuh.
f. Letakan benda uji sebanyaki 1200gr ke dalam keranjang, goncangkan
batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya
dalam air
3.2.6 Data
Terlampir.

3.3 BERAT VOLUME


3.3.1 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui nilai perbandingan berat terhadap volume wadahnya.

3.3.2 Alat dan Bahan


a. Pasir dan batu pecah.
b. Timbangan.
c. Wadah.
d. Air.

3.3.3 Benda Uji / Contoh Uji


Contoh uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Jumlah mendekati 125/0 - 200% dari jumlah yang akan di uji
b. Kering oven atau kering permukaan

3.3.4 Prosedur Pelaksanaan / Langkah kerja Berat Volume


3.3.4.1 Kondisi Padat
Kondisi padat dapat dilakukan dengan cara tusuk dan cara ketuk:
a. Cara tusuk
1) Isi penakar sepertiga dari volume penuh dan ratakan dengan
batang perata
2) Tusuk lapisan agregat dengan 25 x tusukan batang penusuk;
49

3) Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian
ratakan dan tusuk seperti di atas;
4) Isi penakar/wadah sampai berlebih clan tusuk lagi;
5) Ratakan permukaan agregat dengan batang perata;
6) Tentukan berat penarak/wadah dan isinya dan berat penakar
itu sendiri;
7) Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
8) Hitung berat isi agregat;
9) Hitung kadar rongga udara
b. Cara Ketuk
1) Isi agregat dalam penakar/wadah dalam tiga tahap sesuai
ketentuan 3.1.1 (1);
2) Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk-ngetukan
alas penakar secara bergantian di atas lantai yang rata
sebanyak 50 kali;
3) Ratakan permukaan agregat dengan batang perata sampai rata;
4) Tentukan berat penakar/wadah dan isinya sama seperti
langkah pada (1) (6);
5) Hitung berat isi dan kadar rongga udara dalam agregat seperti
langkah (1) (8) dan (1) (9).

3.3.4.2 Kondisi gembur/lepas


1) Isi penakar/wadah dengan agregat memakai sendok secara
berlebihan dan hindarkan terjadinya pemisahan dari butir agregat;
2) Ratakan permukaan dengan batang perata;
3) Tentukan berat penakar dan isinya, dan berat penakar sendiri;
4) Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
5) Hitung berat isi dan kadar rongga udara dalam agregat menurut
rumus

3.3.5 Perhitungan
Rumus yang digunakan dalam pengolahan data praktikum sebagai berikut:
50

1. Berat Volume lepas = Berat Agg.Lepas


Volume Wadah
2. Berat Volume Padat = Berat Agg.Padat
Volume wadah
3. Berat Volume Rata Padat + Lepas = B. Agg.Padat + B. Agg.Lepas
2
3.3.6 Data
Terlampir.

3.4 SAND EQIUVALEN


3.4.1 Tujuan Pengujian
Tujuan Pengujian Sand Equvalen ini adalah untuk mengetahui kadar
lempung dari setiap material yang akan digunakan.

3.4.2 Alat dana bahan


a) Material pasir
b) 2 Tabung ukur
c) Sendok pasir / tropol
d) Tabung serta selang air dan pipa kecil
e) Air mineral

3.4.3 Prosedur Pelaksanaan


a) Siapkan material 1000 gr
b) Masukkan pasir ke dalama tabung ukur sampai pada garis 700 ml
c) Tambahkan air lewat tabung serta selang air dan pipa kecil ke dalam
tabung ukur hingga mencapai garis akhir tabung ukur
d) Tutup dengan tangan ujung tabung ukur dan guncang bulak balik
tabung ukur hingga seluruh material bercampur dengan air sebanyak 94
(Sembilan puluh empat) kali.
e) Diamkan selama 30 menit. Catat perbedaan pasir dan material lempung

3.4.5 Perhitungan
51

Rumus yang dipakai untuk praktikum ini adalah :


(%)
( )
= x 100% ................ (3.10)
( )

3.4.6 Data Pengujian


Terlampir.

3.5 PENGADUKAN DAN PENCAMPURAN BETON


3.5.1 Tujuan
Tujuan dari tata cara ini adalah untuk mendapatkan mutu pekerjaan beton
sesuai yang direncanakan
3.5.2 Peralatan
Peralatan yang di gunakan harus memenuhi ketentuan berikut :
a. Semua peralatan untuk penakara, pengadukan dan pengangkutan beton
harus dalam keadaan baik dan bersih;
b. Mesin pengaduk harus pada kecepatan yang di rekomendasikan oleh
pabrik pembuat mesin tersebut;
c. Alat angkut yang digunakan dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus mampu menyediakan beton ( di tempat penyimpanan
akhir ) dengan lancar tanpa mengakibatkan terjadinya segregasi dan
tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton
antara pengangkutan yang berurutan;
d. Alat pemadat yang di gunakan harus disesuaikan dengan bentuk dan
jenis pekerjaan.

3.5.3 Bahan bahan


a. Air
Air harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi Air
sebagai bahan bangunan.
b. Semen
52

Semen harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi Bahan


perekat hidrolis sebagai bahan bangunan
c. Agregat
Agregat harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi
Agregat sebagai bahan bangunan.
d. Bahan Tambahan untuk Beton
Bahan tambahan untuk beton harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F
tentang spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton.
e. Bahan Tambahan Pembentukan Gelembung Udara Untuk Beton
Bahan tambahan pembentukan gelembung udara untuk beton harus
memenuhi SK SNI S-19-1990-03 tentang spesifikasi Bahan Tambahan
Gelembung Udara Untuk Bahan Bangunan

3.5.4 Pelaksanaan
Langkah langkah pengadukan dan pengecoran beton adalah sebagai
berikut :
a. Takar bahan-bahan yang akan di gunakan untuk pembuatan beton,
sebagai berikut;
1. Bila penakaran dilakukan dalam perbandingan berat :
1.1. Takar air;
1.2. Takar semen dengan ketelitian 1%
1.3. Takar agregat halus dan kasar dengan ketelitian 2%
1.4. Takar bahan tambahan bila di perlukan dengan ketelitian 3%

2. Bila penakaran dilakukan dengan perbandingan volume


2.1.Takar air
2.2.Takar semen dengan ketelitian 2%
2.3.Takar bahan tambahan dengan ketelitian 2%
2.4.Takar agregat halus dan kasar dengan alat takar yang berbeda
untuk masing-masing agregat halus dan agregat kasar atau fraksi
dari agregat kasar dengan ketelitian 2%
53

b. Masukkan bahan-bahan pada waktu mesin sedang berputar dengan


urutan berikut :
1. Masukkan agregat kasar dan sejumlah air adukan ke dalam mesin
aduk;
2. Masukkan agregat halus dan semen serta seluruh sisa air adukan.
Atau di sesuaikan dengan tipe mesin pengaduk.
c. Bila digunakan bahan tambahan :
1. Campurkan terlebih dahulu pada air adukan bahan tambahan
berupa cairan. Selanjutnya lakukan sesuai dengan butir 2;
2. Campurkan semen dengan bahan tambahan berupa bubuk.
Selanjutnya lakukan sesuai dengan butir 2. Atau di sesuaikan
dengan petunjuk penggunaan.
d. Lanjutkan pengadukan sekurang-kurangnya 11/2 menit atau sampai di
peroleh adukan yang seragam;
e. Lakukan pemeriksaan slump paling lama 5 menit setelah pengadukan
dan ambil beton segar untuk pembuatan benda uji bila di perlukan
paling lama 15 menit setelah pengadukan
f. Bersihkan ruang yang akan diisi adukan dari kotoran atau serpihan dan
serbuk gergaji kayu dengan tiupan udara atau semprotan air;
g. Bersihkan baja tulangan dari minyak dan lemak yang menempel
h. Keluarkan beton segar dari mesin pengaduk lalu angkut ke tempat
pengecoran dengan peralatan baik secara manual maupun mekanis yang
jenisnya disesuaikan dengan sifat dan kondisi pengecoran, agar
campuran tetap seragam, tidaj mengalami segregasi dan bliding.
i. Corkan adukan beton sebagai berikut :
1. Atur sedekat mungkin jarak antara awal tumpahan dari posisi
tumpahan tersebut sedemikian hingga tidak terjadi segregasi.
2. Atur tingkat kecepatan pengecoran sedemikian agar seluruh adukan
beton tetap dalam keadaan plastis, sehingga dapat mengisi dengan
mudah ke seluruh acuan
3. Atur pengecoran agar berlangsung terus menerus dan hentikan
pengecoran hanya pada batas penghentian yang telang di tentukan.
54

j. Padatkan beton dengan alat penggetar atau alat pemadat lainnya yang
jenisnya di sesuaikan dengan bentuk dan jenis pekerjaan. bila
pemadatan di lakukan dengan alat penggetar :
1. Sesuaikan lama penggetaran dengan kekentalan beton, jenis,
frekwensi dan amplitude dari alat penggetar, menurut petunjuk dari
pabrik pembuat alat penggetar;
2. Masukkan pelan-pelan alat penggetar pada tiap jarak 500 mm secara
tegak lurus dan jagalah sehingga jarak dari ujung batang penggetar
dan cetakan tidak kurang dari 100 mm;
3. Tarik batang penggetar dari adukan apabila adukan mulai Nampak
mengkilap;
k. Rawat beton yang sudah di padatkan agar tetap dalam kondisi lembab
dengan salah satu cara berikut :
1. Basahi permukaan bidang beton dengan penyiraman secara
periodik secara terus menerus;
2. Tutup dengan lembaran plastic atau lembaran lain yang dapat
mencegah penguapan air;
3. Semprot dan labor permukaan beton dengan bahan kimia pembentuk
lapisan membrah yang dapat mencegah penguapan air;
4. Peredaman

3.5.5 Langkah Hitungan Rencana Campuran Beton


Langkah-langkah pembuatan rencana campuran beton normal dilakukan
sebagai berikut:
a) Tentukan kuat tekan beton yang disyaratkan f Xc pada umur tertentu;
b) Hitung deviasi standar (s) bedasarkan data lalu
c) hitung nilai tambah (m), dimana m = 1.64.s. jika data deviasi standar
tidak ada, ambil m=12 Mpa
d) hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan f Xcr menurut butir
e) tetapkan jenis semen yang digunakan
f) tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus, agregat ini dapat dalam
bentuk tak dipecahkan (pasir atau koral) atau dipecahkan;
55

1) tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari bedasarkan jenis


demen dan agregat kasar serta rencana pengujian kuat tekan
menggunakan tabel 2.7.1 Untuk FAS 0.6 sesuai dengan jenis semen
dan agregat yang digunakan.
2) lihat gambar 2.10.1.5 untuk benda uji silinder dan lihat gambar
2.10.1.6 untuk benda uji kubus.
3) tarik tegak lurus pada FAS 0.6 sampai memotong kurva kuat tekan
yang ditentukan
4) tarik garis mendatar dari kuat tekan yang didapat dari gambar
2.10.1.5 dan gambar 2.10.1.6, sampai memotong garis tekak lurus
untuk FAS 0.6. gambar kurva baru.
5) Dari kurva baru tersebut, tarik tarik garis mendatar untuk kuat
tekan yang ditargetkan sampai memtotong kurva baru. Kemudian
tarik kebawah hingga didapaykan nilai FAS
g) Tetapkan factor air semen maksimum
h) Tetapkan nilai slump. Jika tidak ada data dari tabel
i) Tetapkan ukuran agregat maksimum
j) Tentukan nilai kadar air bebas
k) Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen adalah kadar
air bebas dibagi factor air semen;
l) Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan;
m) Tentukan jumlah semen seminimum mungkin. Jumlah semen yang
diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan;
n) Tentukan factor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen
berubah karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang
ditetapkan (atau lebih besar dari jumlah semen maksimum yang
disyaratkan), maka factor air semen harus diperhitungkan kembali;
o) Tentukan susunan butir agregat halus sesuai dengan syarat SK.SNI.T-
15-1990-03
p) Tentukan presentase aggregat halus terhadap campuran bedasarkan
nilai slump, FAS dan besar nominal aggregat maksimum
q) Hitung berat jenis relatif aggregat
56

r) Tentukan berat isi beton sesuai dengan kadar air bebas yang sudah
ditemukan dan berat jenis relative dari agregat gabungan.
s) Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas;
t) Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali persen
pasir dengan agregat gabungan.
u) Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat
gabungan dikurangi kadar agregat halus. dari langkah-langkah
tersebut di atas sudah dapat diketahui susunan campura bahan-bahan
untuk 1m3 beton.

3.6 PERAWATAN
Perawatan terutama dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi yang tidak
diinginkan, yang terutama disebabkan oleh suhu. Cara dan bahan serta alat yang
digunakn untuk perawatan akan menentukan sifat dari beton keras yang di buat,
terutama dari sisi kekuatannya. Waktu-waktu yang dibutuhkan untuk merawat
beton pun harus terjadwal dengan baik yang biasanya maksimal selama 28 hari.

Anda mungkin juga menyukai