BAB I
PENDAHULUAN
Maksud dari penulisan laporan Praktikum Teknologi Beton ini ialah sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Praktikum Teknologi
Beton dan sebagai bahan penilaian Dosen Pengajar mata kuliah Praktikim
Teknologi Beton.
2. Tujuan
Tujuan yang ingin didapatkan dalam Praktikum Teknologi Beton ini antara
lain:
a. Mahasiswa dapat mengatahui distribusi ukuran butir atau gradasi
sehingga dapat mengatahui angka gradasinya.
b. Mahasiswa dapat mengatahui cara mendapatkan angka /nilai dari berat
jenis penyerapan dari pasir dan aggregat yang di uji.
c. Mahasiswa dapat mengatahui cara mendapatkan angka/nilai dari
pemeriksaan berat volume dari pasir dan aggregate yang di uji.
d. Mahasiswa dapat mengatahui rata-rata setara pasir.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 GRADASI
Gradasi agrerat adalah distribusi dari ukuran agrerat. Distribusi ini
bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi
menerus (continous grade) dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk
mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai
dengan standar dari BS 812, ASTM C-33,C136,ASHTO T.27 atau standar
Indonesia.
Berikut ini beberapa pembagian variasi gardasi yaitu:
1. Gap Gradasi Sela gradation
Jika salah salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada suatu set
ayakan tidak ada, maka gradasi ini akan menunjukan satu garis horizontal
dalam grafiknya. Keistimewaan dari gradasi ini antara lain:
a. Pada nilai factor air semen tertentu, kemudahan pengerjaan akan lebih
tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.
b. Pada kondisi kelecakan yang tinggi, lebih cenderung mengalami
segregasi, oleh karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada tingkat
kemudahan pekerjaan yang rendah, yang pemadatannya dengan
penggetaran (vibration)
c. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk terhadap kekuatan beton.
2. Gradasi Menerus
Didefinisikan jika agrerat yang semua ukuran butirnya ada dan terdistribusi
dengan baik. Agrerat ini lebih sering dipakai dalam campuran beton. Untuk
mendapatkan angka pori yang kecil dan kemampatan yang tinggi sehingga
terjadi interlocking yang baik, campuran beton membutuhkan variasi
ukuran butir agrerat. Dibandingkan dengan gradasi sela atau seragam,
gradasi menerus adalah yang paling baik.
3. Gradasi Seragam
Agrerat yang mempunyai ukuran yang sama didefinisi sebagai agrerat
seragam. Agrerat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran fraksi, dalam
diagram terlihat garis yang hampir tegak/vertical.Agrerat dengan gradasi ini
5
biasanya dipakai untuk beton ringan yaitu jenis beton tanpa pasir (nir-pasir),
atau untuk mengisi agrerat dengan gradasi sela, atau untuk campuran agrerat
yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat.
Rumus yang dipakai dalam pengolahan data praktikum adalah:
a. Berat tertahan
B1=A1
B2=A2
B3=B2+A3
B4=B3+A4 . . . . . . .. (2.1)
b. Persentase tertahan
C1 = B1 x 100% . . . . . (2.2)
c. Persentase lolos
D1 = 100 C1 ... (2.3)
Keterangan:
A. : Berat Tertahan
B. : Berat Thn
C. : Prosen Tahan
D. : Prosen Lolos
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat
agrerat kering permukaan jenuh dan air suling yang isinya sama dengan isi
agrerat dalam keadaan jenuh pada su tertentu.
2. Berat jenis semu (apparent specific grafity) adalah perbandingan antara
berat agrerat kering dan berat air suling yang sama isinya dengan isi agrerat
dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
3. Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agrerat kering.
Rumus yang dipakai dalam pengolahan data praktikum adalah
a. Pasir
Berat jenis = A
( E 500 C )
Berat jenis permukaan jenuh = 500
(E + 500 C )
Berat jenis semu = A
( B+A- C)
Penyerapan = 500- A . (2.4)
(A x 100 )
Keterangan :
A = berat kering pasir
B = berat picnometer + air
C = berat picnometer + air + sampel
b. Batu Pecah
Berat jenis = A
(B C )
Berat jenis kering permukaan jenuh = 500
(BC)
Berat jenis semu = A
(AC)
Penyerapan = BA ... (2.5)
( A x 100 )
7
Keterangan :
A = berat kering permukaan sampel
B = berat kering sampel
C = berat kering dalam air
Keterangan :
W1: berat wadah
W2 : berat wadah + berat pasir
V : Volume gr/ cm3
(%)
( )
= x 100% ..(2.7)
( )
8
2.5 SEMEN
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agrerat tidak memainkan peranan yang penting dalam
reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat
mencegah perubahan perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan
memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.
Semen Portland adalah bahan kontruksi yang paling banyak digunakan
dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C -150, 1980, semen Portland
didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasillkan dengan menggiling
klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung
satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling
bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen yang digunakan untuk pekerjaa beton harus disesuaikan dengan
rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan. Pemilihan tipe semen
ini kelihatannya mudah dilakukan karena semen langsung dari sumbernya
(Pabrik).
Hal itu hanya benar jika standar deviasi yang ditemui kecil, sehingga semen
deviasi hasil uji kekuatan semen besar, hal itu tersebut akan menjadi masalah.
Saat ini banyak tipe semen yang ada dipasaran sehingga kemungkinan variasi
kekuatan semennya pun besar (ACI 318=89: 2-1).
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agrerat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agrerat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.
2.6 AIR
air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agrerat dam memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
9
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak,
gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan.
Karena pasta semen merupakan reaksi kimia antara semen dengan air, maka
bukan perbandingan jumlah air terhadap berat total campuran yang penting, tetapi
justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut sebagai Faktor Air
Semen (FAS). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air
setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan
proses hidrasi tidak mencapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan
beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu kekuatan beton pada umur tujuh
hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan
beton yang menggunakan air standar/suling (PB 1989;9).
2.7 AGGREGAT
2.7.1 Aggrerat Halus
Agrerat halus adalah tambahan yang tidak aktif dalam proses pengikatan,
namun mutu pasir sangat berpengaruh terhadap mutu beton. Pasir yang baik
keras, bersih, dan tajam, kasar serta tidak mengandung organik.
Diameter pasir adalah antara 0,063-5,00 mm, pasir yang baik bisa didapat dari
sungai-sungai kali dan pasir buatan. Pasir beton harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a. Butiran tajam, tidak dapat dihancurkan dengan tangan.
b. Bersifat kekal artinya tidak dapat hancur oleh cuaca (hujan dan
matahari)
c. Kandungan lumpur maksimum 5% terhadap berat kering bila lebih
besar dari 5% maka pasir harus dicuci.
d. Pasir tidak boleh terlalu banyak mengandung bahan organik, hal ini
dapat diketahui dengan percobaan Abrams Harder.
e. Pasir tidak boleh bersifat reaktif terhadapalkali.
10
2.1.3 Pengertian
Dalam standar ini yang dimaksud dengan:
11
a. Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang
lain.agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah
membentuk masa padat.
b. Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200-2500) kg/ m3
mengunakan agregat alami yang pecah.
c. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desitegrasi alami dari batu
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir tebesar 5,0mm.
d. Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang di peroleh dari industry pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5mm-40mm.
e. Kuat tekan beton yang disyratkan fc adalah kuat tekan yang ditetapkan
oleh perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk selinder diameter
150mm, tinggi 300mm).
f. Kuat tekan beton yang ditargetkan fc adalah kuat tekan rata-rata yang
diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari fc.
g. Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampurkan ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh
agregat.
h. Faktor air semen adalah angkah perbandingan antara berat air bebas dan
berat semen dalam beton.
i. Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam
(mm) ditentukan dengan alat kerucut Abram (SNI 03-1972-1990 tentang
metode pengujian slump beton semen Portland.
j. Pozolan adalah bahan yang mengandung silica amorf apabila di campur
dengan kapur dan air membentuk benda padat keras dan bahan yang
tergolong pozolan adalah semen merah dan lain-lain.
k. Semen Portland pozolan adalah campuran semen Portland dengan
pozolan antara 15%-40% berat total campuran dan kandungan SiO2 + AII
O3 +FeO3 dalam pozolan minimum 70%.
l. Semen Portland type I adalah semen Portland untuk penggunaan umum
tanpa persyaratan khusus.
12
B. Teknis
1. Pemelihan proporsi campuran beton.
Pemelihan proporsi beton harus dilaksanakan sebgai brikut :
a. Rencana campuran beton ditentukan berdasarkan hubungan antara
kuat tekan dan factor air semen.
b. Untuk beton dengan nilai fc 20 MPa pelaksanaan prodsinya harus
didasarkan pada perbandingan berat bahan.
2. Bahan.
a. Air.
Air harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
b. Semen.
Semen harus memenuhi SNI 15-2049-1994 tentang semen
Portland.
c. Agregat.
Agregat harus memenuhi SNI 03 -1750-1990 tentang mutu dan
cara uji agregat beton.
3. Perhitugan proporsi campuran.
a. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan.
Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari :
1). Deviasi standar yang didapat dari pengalaman di lapangan
selama produksi beton menurut rumus.
=1( )
2
= (2.8)
1
Jumlah
semen
min.
Deskripsi dalam 1 FAS
m3
beton
(kg)
Beton didalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif 275 0.06
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan 325 0.52
oleh kondensasi atau uap korosif
Beton diluar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 325 0.60
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik 275 0.60
matahari langsung
Beton yang masuk kedal tanah
a. Mengalami keadaan basah dan 325 0.50
kering berganti ganti
17
Kandungan
semen min.
Konsentrasi sulfat dalam
kg/m3 ukuran
bentuk SO3
nominal
agregat maks.
Facto
Kadar Dalam tanah Sulfat
Tipe r air
ganggua Total SO3 (SO3)
semen seme
n sulfat SO3 dalam dalam 1
40 n
(%) camp. air 20m 0
m
Air: tanah, m m
m
tanah gr/lt m
= 2:
gr/lt
1 Kuran Kuran Kuran Tipe1 80 300 3 0.50
g dari g dari g dari dengan 5
0.2 0.1 0.3 atau 0
tanpa
pozolan
(15-
40%)
Tipe 1 29 330 3 0.50
1.0- 0.3-
2 0.2 dengan 0 8
1.9 1.2
atau 0
18
tanpa
pozolan
(15-
40%)
Tipe 1 27 310 3 0.55
pozolan 0 6
(15- 0
20%)
atau
semen
Portland
pozolan
Tipe II 25 290 3 0.55
atau V 0 4
0
Tipe 1 34 380 4 0.45
pozolan 0 3
(15- 0
40%)
atau
1.9- 1.2-
3 0.5-1 semen
3.1 2.5
Portland
pozolan
Tipe II 29 330 3 0.50
atau V 0 8
0
4 Tipe II 33 370 4 0.45
3.1- 2.5-
1.0-2.0 atau V 0 2
5.6 5.0
0
5 Lebih Lebih Lebih Tipe II 33 370 4 0.45
dari dari dari atau 0 2
2.0 5.6 5.0 Vdan 0
19
lapisan
pelindun
g
Tabel . 2.8.3.1. ketentuan untuk beton yang berhubugan degan air tanah yang
mengandung sulfat.
Kandungan semen
Kondisi
Faktor air minimum (kg/m3 )
Jenis lingkungan Tipe
semen Ukuran nominal
beton berhubungan semen
maksimum agregat maksimum
dengan
40mm 20mm
Air tawar 0.50 Tipe I-V 280 300
Air payau 0.45 Tipe I +
pozzolan (
15 40% )
340 380
Bertulang atau semen
atau berat portland
tegang pozzolan
Tipe II
0.50 290 330
atau V
Tipe II
Air laut 0.45 330 370
atau V
Tabel. 2.8.3.2 ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air
2.9 BETON
2.9.1 Pengertian Beton
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat
(kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Beton yang banyak
dipakai pada saat ini yaitu beton normal. Beton normal ialah beton yang
mempunyai berat isi 22002500 kg/m dengan menggunakan agregat alam
yang dipecah atau tanpa dipecah.
Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu menahan
kuat desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh
20
rendah tidak selalu berarti kekuatan beton semakin tinggi. Ada batas
batas dalam hal ini. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan
dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang
pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun umumnya nilai
FAS minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Pada
prakteknya, untuk mengatasi kesulitan pengerjaan karena rendanya FAS
ini, ditambahkan bahan tambah Admixture Concrete yang bersifat
menambah keenceran Plasticity or Plasticilizer Admixture.
2) Metode Pencampuran
a) Penentuan Proporsi bahan (mix design)
Proporsi campuran dari bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan
melalui perancangan beton (mex design). Hal ini dimaksudkan agar
proporsi dari campuran dapat memenuhi syarat kekuatan serta dapat aspek
ekonomis. Metode perancangan ini pada dasarnya menentukan komposisi
dari bahan bahan penyusun beton untuk kinerja tertentu yang diharapkan.
b) Metode pencampuran (Mixing)
Metode pencampuran dari beton diperlukan untuk mendapatkan
kelecakan yang baik sehingga beton dapat dengan mudah dikerjakan.
Kemudahan pengerjaan atau Workability, pada pekerjaan beton
didefinisikan sebagai kemudahan untuk dikerjakan, dituangkan dan
dipadatkan serta dibentuk acuan (ilsley, 1942 : 224 ) kemudahan
pengerjaan ini diindisikan melalui slump test, semakin tinggi nilai slump,
semakin mudah dikerjakan. Namun demikian nilai dari slump ini harus
dibatasi. Nilai slump yang terlalu tinggi akan membuat beton kropos
setelah mengeras karena air yang terjenbak didalamnya menguap. Metode
pengakuan atau pencampuran beton akan menentukan sifat kekuatan dari
beton. Walaupun rencana campuran baik dan syarat mutu bahan telah
terpenuhi pengaduan yang tidak baik akan menyebabkan terjadinya
Bleeding dan hal hal yang tidak dikehendaki
c) Pengecoran ( Placing )
22
3) Pemadatan
Pemadatan yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya kekuatan
beton. Karena tidak terjadinya pencampuran bahan yang homogeny
pemadatan yang berlebihan pun akan menyebabkan terjadinya bleeding.
Pemadatan harus dilakukan sesuai dengan syarat mutu. Hal ini yang dapat
dilakukan adalah melihat manual pemadatan yang digunakan sehingga
pemadatan pada campuran beton dapat dilakukan secara efisien dan
efektif.
4) Perawatan
Perawatan terutama dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi
yang tidak diinginkan, terutama disebabkan oleh suhu. Cara dan bahan
serta alat yang digunakan untuk perawatan akan menentukan sifat dari
beton yang kuat, terutama dari sisi kekuatannya. Waktu yang dibutuhkan
untuk merawat beton pun harus terjadwal dengan baik.
c) Bahan Campuran
Bahan yang digunakan dalam campuran herus memenuhi syarat standar
yaitu:
1) Air
Air harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi Air
sebagai Bahan Bangunan
2) Semen
Semen harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi Bahan
Perekat Hidrolis sebagai Bahan Bangunan.
3) Agregat
Agregat harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi
Agregat sebagai Bahan Bangunan.
4) Bahan Tambahan untuk Beton
Bahan Tambahan untuk Beton harus memenuhi SK SNI S-18-1990-03
tentang spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
5) Bahan Tambahan Pembentukan Gelembung Udara untuk Beton
Bahan tambahan pembentukan gelembung udara untuk beton harus
memenuhi SK SNI S-18-1990-03 tentang spesifikasi Bahan Tambahan
pembentukan gelembung udara untuk beton.
Nilai standar deviasi didapat dari hasil pengujian yang lalu untuk
kondisi pengerjaan dan lingkungan yang sama dengan benda uji yang
lebih besar dari 30 benda uji berpasangan. Jika jumlah benda uji lebih
kecil dari 30, harus dilakukan koreksi dan apabila tidak ada sama sekali
maka diambil nilai tambahnya sebesar 12 Mpa.
Dimana s adalah nilai devisiasi standar, devisiasi harus memenuhi
standar berikut :
1.1. Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu, dan produksi
yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan.
1.2. Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan (fc) yang nilainya
dalam batas 7 Mpa dari nilai fc yang ditentukan.
1.3. Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua
kelompok hasil uji berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji,
diambil dari produksi selama jangka waktu tidak kurang dari 45 hari.
1.4. Bila suatu produksi beton tidsk mempunyai data hasil uji yang
memnuhi persyaratan, tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 hasil uji
yang berurutan, maka nilai deviasi standar dikalikan dengan faktor
pengali.
1.5. Bila data hasil uji kurang dari 15, maka kuat tekan rencana yang
ditargetkan diambil sebesar fc + 12 Mpa
hal ini diambil1.64) dan s adalah standar devisiasi dapat ditulis kembali
m= 1.64 jadi kuat tekan rencana yang direncanakan
fcr = fc+1.64s
3) Pemilihan Faktor Air Semen
Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-
rata yang ditargetkan bedasarkan pada
a. Hubungan kuat tekan dan faktor air semen yang diperoleh dari hasil
penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang
diusulkan.
b. Untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus
memenuhi ketentuan SK.SNI untuk beton tahan sulfat dan beton beton
kedap air.
Tabel 2.11.1.1 perkiraan kuat tekan beton dengan FAS 0.6 dan jenis
semen serta aggregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia
33
Gambar 2.11.1.5 hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen
untuk benda uji kubus (150x150x150 mm)
4) Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar
memperoleh beton yang midah dituangkan dan dipadatkan atau
memenuhi syarat workability.
35
Tabel 2.11.1.6 perkiraan kadar air bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk
beberapa tingkat kemudahan pekerjaan adukan
Catatan :
a) Untuk suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5oC harus ditambahkan air
sebanyak 5 liter per meter kubik adukan beton
b) Untuk permukaan aggregat yang kasar, harus ditambahkan air kira-
kira 10 liter per meter kubik adukan beton
1990-03 dibagi menjadi 4 zona yaitu zona 1,2,3,4 dan aggregat halus
gabungan dibagi menjadi 3 yaitu butir maksimum40,20,10
8) Proporsi agregat halus
Proporsi aggregat halus ditentukan bedasarkan nilai ukuran butiran
maksimum yang dipakai, faktor air semen, dan nilaislump yang
digunakan serta zona gradasi aggregat halus.
9) Berat jenis relatif agregat
Berat jenis aggregat diambil bedasarkan data hasil pengujian
laboratorium. Jika data tersebut tidak ada, untuk aggregat kasar diambil
nilai 2.6 gr/cm3 dan aggregat halus diambil nilai 2.7 gr/cm3. Berat jenis
aggregat gabungan dihitung bedasarkan persamaan sebagai berikut:
Berat jenis (BJ) aggregat gabungan = [%aggregat halus x BJ.Ag.Halus]
+ [% aggregat kasar x BJ. Ag . kasar]
Nilai aggregat gabungan kemudian diplotkan kedalam grafik untuk
mendapatkan berat jenis beton dalam keadaan basah.
10) Koreksi
Apabila aggregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan (SSD),
proporsi campuran harus dikoreksi terhadap kandungan dalam aggregat.
Koreksi proporsi campuran dilakukan terhadap kadar air dalam aggregat
minimum satu kali dalam sehari dihitung menurut rumus sebagai berikut:
Air = B-(Ck-Ca)x C/100 (Dk-Da)xD/100
Aggregat Halus = C + (Ck-Ca)xC/100
Aggregat Kasar = D + (Dk-Da)xC/100
Dimana
B = jumlah air (kg/m3)
C = jumlah aggregat halus (kg/m3)
D = jumlah aggregat kerikil (kg/m3)
Ca = jumlah air pada aggregat halus (%)
Da = absorsi air pada aggregat kasar (%)
Ck = kandungan air dalam aggregat halus (%)
Dk = kandungan air dalam aggregat kasar (%)
39
2. Penakaran
Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkan dari hasil
rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam pasal (3.3.2)
SK.SNI.T-28-1991-03 tentang tata cara pengadukan dan pengecoran beton
dan ASTM C.685 Standart Made By Volumetric Batching and Continous
Mixing serta ASTM.94 sebagai berikut:
1) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (fc) lebih besar atau sama
dengan 20 Mpa proporsi penakarannya harus didasarkan atas penakaran
berat.
2) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (fc) lebih kecil dari 20 Mpa
proporsi penakarannya boleh menggunakan teknik penakaran volume.
Tekniknya harus didasarkan atas penakaran berat yang harus
dikonversikan kedalam penakaran volume untuk setiap campuran bahan
penyusunnya
3. Pengadukan ( Pencampuran)
Selama proses pegadukan, harus dilakukan pendataan rinci mengenai:
1) Jumlah batch-aduk yang dihasilkan
2) Proporsi material
3) Perkiraan lokasi dari penuangan akhir pada struktur,
4) Waktu dan tanggal pengadukan serta penuangan
Metode pengadukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu manual dan
dengan mesinal. Pengadukan manual dilakukan dengan tangan, sedangkan
pengadukan dengan mesin memanfaatkan bantuan alat pengadukan seperti
molen atau batching plant.
a. Pengadukan manual
Berikut ini adalah tata cara pengadukan manual
1. Pasir denga semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan
komposisi tertentu, diatas tempat yang datar dan kedap air.
2. Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang homogen
3. Tambahkan kerikil, kemudian lakukan pencampuran lagi
41
4. Alat bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul, atau alat
gali lainnya
5. Buat lubang ditengah adukan, tambahkan kira-kira 75% dari
kebutuhan air.
6. Aduk hingga rata dan tambahkan sedikit demi sedikit air yang
tersis
b. Pengadukan dengan Mesin
Secara umum pengadukan dengan mesin harus dilakukan dengan
menggunakan mesin-mesin yang telah disetuui penggunaannya
(PB,1989:27). Mesin pengadukan haru diputar sesuai dengan kecepatan
yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Setelah pencampuran
seluruh bahan dalam batching, harus dilakukan pengadukan kembali
selama 1.5 menit, kecuali dapat dibuktikan bahwa pengadukan yang lebih
pendek mampu memberikan hasil yang memuaskan dan memenuhi
keseragaman pengadukan yang ditetapkan dalam ASTM C.94.ketentuan
mengenai pengadukan minimal pada tabel.
a) Alat getar intern (internal vibrator ),yaitu alat getar yang berupa tongkat
dan digerakkan dengan mesin.untuk menggunakan, tongkat dimasukkan
kedalam beton pada waktu tertentu,tanpa harus menyebabkan hleeding
b) Alat getar cetakan ( external vibrator or from vibrator ), yaitu alat getar
yang mengetarkan from work sehingga betonnya bergetar dan memadat
Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan adalah
1) Pada jarak yang berdekatan/pendek, pemadatan dengan alat getar
dilaksanakan dalam waktu yang pendek
2) Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan beratnya
sendiri
3) Tidak menyebabkan terjadinya bleeding
7. Pengerjaan ahkir
Pengerjaan finishing dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah permukaan
beton yang rata dan mulus.pengerjaan ini biasanya dilakukan pada saat beton
mencapai final setting, karena pada masa ini beton masih dapat dibentuk.alat
yang digunakan biasanya ruskam, jidar dan alat-alat peralatan lainnya.
8. Perawatan beton
Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton
telah menggeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya
tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi,beton akan mengalami
keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan
minimal selama 7 (tujuh ) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal
selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan kondisi lembap, kecuali
dilakukan dengan perawatan yang cepat.
Perawatan ini dimaksud untuk memperbaikki mutu dari keawatan
beton,kedap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur
a) Perawatan dengan pembasahan
Pembasahan dilakukan dilaboratorium ataupun dilapangan. Pengerjaan
perawatan dengan pembasahan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
1. Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab
2. Menaruh beton segar dalam genangan air
44
BAB III
PROSEDUR PENGUJIAN
3.1 GRADASI
3.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan analisa saringan adalah untuk menentukan
pembagian butir (gradasi) agrerat halus (pasir) dan agrerat kasar (batu pecah)
dengan menggunakan saringan.
d.Keluarkan benda uji dari dalam air, lap dengan kain penyerap sampai air
pada permukaan hilang (SSD)
e. Timbang benda uji permukaan jenuh.
f. Letakan benda uji sebanyaki 1200gr ke dalam keranjang, goncangkan
batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya
dalam air
3.2.6 Data
Terlampir.
3) Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian
ratakan dan tusuk seperti di atas;
4) Isi penakar/wadah sampai berlebih clan tusuk lagi;
5) Ratakan permukaan agregat dengan batang perata;
6) Tentukan berat penarak/wadah dan isinya dan berat penakar
itu sendiri;
7) Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
8) Hitung berat isi agregat;
9) Hitung kadar rongga udara
b. Cara Ketuk
1) Isi agregat dalam penakar/wadah dalam tiga tahap sesuai
ketentuan 3.1.1 (1);
2) Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk-ngetukan
alas penakar secara bergantian di atas lantai yang rata
sebanyak 50 kali;
3) Ratakan permukaan agregat dengan batang perata sampai rata;
4) Tentukan berat penakar/wadah dan isinya sama seperti
langkah pada (1) (6);
5) Hitung berat isi dan kadar rongga udara dalam agregat seperti
langkah (1) (8) dan (1) (9).
3.3.5 Perhitungan
Rumus yang digunakan dalam pengolahan data praktikum sebagai berikut:
50
3.4.5 Perhitungan
51
3.5.4 Pelaksanaan
Langkah langkah pengadukan dan pengecoran beton adalah sebagai
berikut :
a. Takar bahan-bahan yang akan di gunakan untuk pembuatan beton,
sebagai berikut;
1. Bila penakaran dilakukan dalam perbandingan berat :
1.1. Takar air;
1.2. Takar semen dengan ketelitian 1%
1.3. Takar agregat halus dan kasar dengan ketelitian 2%
1.4. Takar bahan tambahan bila di perlukan dengan ketelitian 3%
j. Padatkan beton dengan alat penggetar atau alat pemadat lainnya yang
jenisnya di sesuaikan dengan bentuk dan jenis pekerjaan. bila
pemadatan di lakukan dengan alat penggetar :
1. Sesuaikan lama penggetaran dengan kekentalan beton, jenis,
frekwensi dan amplitude dari alat penggetar, menurut petunjuk dari
pabrik pembuat alat penggetar;
2. Masukkan pelan-pelan alat penggetar pada tiap jarak 500 mm secara
tegak lurus dan jagalah sehingga jarak dari ujung batang penggetar
dan cetakan tidak kurang dari 100 mm;
3. Tarik batang penggetar dari adukan apabila adukan mulai Nampak
mengkilap;
k. Rawat beton yang sudah di padatkan agar tetap dalam kondisi lembab
dengan salah satu cara berikut :
1. Basahi permukaan bidang beton dengan penyiraman secara
periodik secara terus menerus;
2. Tutup dengan lembaran plastic atau lembaran lain yang dapat
mencegah penguapan air;
3. Semprot dan labor permukaan beton dengan bahan kimia pembentuk
lapisan membrah yang dapat mencegah penguapan air;
4. Peredaman
r) Tentukan berat isi beton sesuai dengan kadar air bebas yang sudah
ditemukan dan berat jenis relative dari agregat gabungan.
s) Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas;
t) Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali persen
pasir dengan agregat gabungan.
u) Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat
gabungan dikurangi kadar agregat halus. dari langkah-langkah
tersebut di atas sudah dapat diketahui susunan campura bahan-bahan
untuk 1m3 beton.
3.6 PERAWATAN
Perawatan terutama dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi yang tidak
diinginkan, yang terutama disebabkan oleh suhu. Cara dan bahan serta alat yang
digunakn untuk perawatan akan menentukan sifat dari beton keras yang di buat,
terutama dari sisi kekuatannya. Waktu-waktu yang dibutuhkan untuk merawat
beton pun harus terjadwal dengan baik yang biasanya maksimal selama 28 hari.