IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IR
Umur : 30 tahun
RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis : Autoanamnesis
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang ke Puskesmas Minasa Upa dengan keluhan batuk berdarah 3 hari
SMRS. Awalnya pasien mengalami batuk kering yang disertai gatal pada leher
sejak bulan Desember 2014 lalu pada bulan maret 2015 mengalami batuk
berdahak, dengan dahak berwarna putih dan kadang berwarna hijau. Selain batuk,
pasien juga mengaku mengalami demam sampai menggigil pada malam hari.
pasien merasa nyeri dada bagian kanan namun tidak sesak. Pasien juga kadang
berkeringat pada malam hari yang juga dialami sejak Desember 2014.
Pasien merasa mudah lelah saat beraktivitas, merasa berat badannya menurun
sejak sakit. Nafsu makan baik. Mual muntah tidak ada. BAB dan BAK baik dan
lancar.
2. Riwayat keluarga yang menderita TB paru (+) yaitu kakek dari pasien.
pertama kali.
PEMERIKSAAN FISIK
3. Tanda Vital
- TD : 110/60 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,70C
4. Kepala
5. Leher
6. Thorax
normochest
- Perkusi : sonor kedua lapangan paru, batas paru hepar pada ICS VI
anterior dextra
Dextra Sinistra
Rh (+) -
Rh (+)
- -
7. Jantung
8. Abdomen
- Perkusi : timpani
9. Ekstremitas
Edema (-/-)
DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Pemeriksaan BTA
lapang pandang
PENATALAKSANAAN
Streptomisin Inj
FOLLOW UP
(terhitung sejak tanggal 9 April 2015 sampai dengan tanggal 19 Mei 2015)
dimana fase pengobatan yang dijalani masih berada pada fase intensif yang
dijalani selama 84 hari (56 dosis dan 28 dosis). Selama pengobatan pasien pasien
belum merasakan ada keluhan yang berkaitan dengan pengobatan yang sedang
dijalani.
RESUME
hari SMRS. Awalnya pasien mengalami batuk kering yang disertai gatal pada
leher sejak bulan Desember 2014 lalu pada bulan maret 2015 mengalami batuk
berdahak, dengan dahak berwarna putih dan kadang berwarna hijau. Selain batuk,
pasien juga mengaku mengalami demam sampai menggigil pada malam hari.
pasien merasa nyeri dada bagian kanan namun tidak sesak. Pasien juga kadang
berkeringat pada malam hari yang juga dialami sejak Desember 2014. Pasien
merasa mudah lelah saat beraktivitas, merasa berat badannya menurun sejak sakit.
Nafsu makan baik. Mual muntah tidak ada. BAB dan BAK baik dan lancar.
pengobatan selama 6 bulan tuntas dan dinyatakan sembuh, namun pada masa
sputum. Riwayat keluarga yang menderita TB paru (+) yaitu kakek dari pasien.
kali.
dalam gizi cukup, pada pemeriksaan thorax didapatkan suara napas tambahan
rinchi pada lobus superior serta medial pulmo dextra. Pemeriksaan penunjang
bagan berikut (merunut pada Depkes RI 2006 tentang alur diagnosis TB) :
Pasien datang pada tanggal 6 April 2015 dengan gejala klinis yang
bahwa pasien pernah didiagnosis dengan penyakit yang sama dan telah berobat
selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh, lalu muncul kembali gejala setelah 1
BTA (+).
Penderita tuberkulosis paru yang sudah sembuh dapat kambuh lagi karena
post primer yaitu basil yang berada dalam proses kama yang lebih tenang
(dormant) oleh satu keadaan menjadi aktif dan atau adanya infeksi baru dari luat
yang berada dalam satu rumah. Hal ini merupakan faktor yang
sembuh.
basil yaitu :
ini banyak terdapat pada dinding kavitas atau dalam lesi yang
mepunyai pH netral
singkat
bersifat infeksius.
relaps dari TB paru ini salah satunya dengan strategi Directly Observed Treatment
Short Course (DOTS), yaitu pengawasan langsung pasien saat mengonsumsi obat
TB, sampai saat ini di Indonesia hanya pasien yang didiagnosis TB MDR yang
diterapkan oleh strategi ini. Selanjtnya diharapkan strategi DOTS ini dapat
memperbaiki status gizi pasien. Pasien harus sadar akan keadaannya (bila pernah
didiagnosis TB) dengan mempertahankan status gizi berada pada garis normal,
dengan konsumsi nutrisi yang kaya akan zat gizi yang seimbang. Nutrisi yang
diketahui sebagai zat pembangun dan berperan pula dalam proses recovery yang
secara langsung akan meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mencegah
pencegahan infeksi primer dari tuberkulosii maupun pencegahan agar penyakit ini
tidak relaps. Karena diketahui bahwa faktor virulensi kuman Tuberkulosis dapat
masuk dalam tubuh salah satunya ditentukan oleh jarak kontak dengan penderita
TB, semakin dekat jarak kontak kita dengan penderita TB maka semakin banyak
pula kuman tersebut masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasann yang
seperti diketahui setiap droplet yang keluar dan berasal dari penderita TB jumlah
kuman yang keluar 3 ribu kuman Tuberkulosis. Maka jarak kontak itu memiliki
menyebar.
kuman TB memiliki sifat yang tidak tahan panas, maka lingkungan terbuka
dengan sinar matahari langsung akan mematikan kuman tersebut. Maka penting
kuman Tuberkulosis.