Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENJAJAKAN ADVOKASI
a. Membentuk dan Mempersiapkan Tim
Untuk menjalankan penjajakan, dibutuhkan satu tim yang kompak dengan sejumlah kriteria
dan prinsip yang sama.
Sebelum mulai penjajakan di lapangan dalam advokasi ini yaitu Universitas Indonesia,
seluruh tim perlu melakukan persiapan-persiapan supaya dapat terbangun komitmen dan
pemahaman bersama tentang berbagai tema atau topik masalah kesehatan masyarakat, mulai
dari atas kebijakan sampai ke arah pelaksanaan dan kenyataan yang sesungguhnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Tujuan:
1) Terbentuknya tim penjajakan sesuai kriteria dan dengan kebutuhan penjajakan
2) Membangun pemahaman bersama, menumbuhkan komitmen bersama serta merumuskan
topik-topik masalah kesehatan masyarakat, yakni masalah kebijakan kesehatan serta
kebijakan anggaran kesehatan yang akan dijadikan alasan bagi kerja-kerja advokasi
3) Tersusunnya rencana awal penjajakan oleh tim di distrik yang sudah ditentukan
Pedoman Pembentukan Tim:
1) Jumlah anggota maksmal 10-15 orang untuk satu tempat, yang dibagi dalam tim kecil
antara 2 sampai 3 orang yang menggali dan menghimpun data dan informasi, serta
memfasilitasi proses penjajakan dalam diskusi-diskusi kelompok
2) Kelompok laki-laki dan perempuan berimbang
3) Memiliki orientasi dan kepentingan yang sama
4) Bisa bekerja dalam tim
5) Beberapa diantaranya paling tidak sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar
atau pengalaman pernah menggunakan metode penelitian partisipatif
6) Pilih dan sepakati satu orang dari anggota tim untuk bertugas mengkoordinasikan semua
kegiatan anggota
b. Mengumpulkan Data Sekunder
Setelah tim penjajakan terbentuk dan memiliki pandangan dan komitmen yang sama, hal
penting berikutnya yang perlu dilakukan adalah mulai menghimpun data-data sekunder. Data
sekunder yang perlu dihimpun adalah yang berkaitan dengan situasi kesehatan masyarakat,
sarana-prasarana kesehatan, kebijakan pembangunan kesehatan, dan kebijakan anggaran
kesehatan
Tujuan:
1) Mendapatkan data dan informasi yang dapat memberikan gambaran secara umum tentang
situasi problematik kesehatan masyarakat
2) Teridentifikasinya topik-topik umum masalah kesehatan masyarakat, kebijakan
pembangunan kesehatan, dan kebijakan anggaran kesehatan
c. Menyusun Rancangan Penjajakan dan Pembekalan Tim
Pada tahap ini, tim sudah memiliki hasil review data sekunder berupa topik-topik umum
permasalahan kesehatan masyarakat, kebijakan pembangunan dan anggaran kesehatan di
suatu wilayah.
Berdasarkan hasil itulah, tim kemudian perlu menyusun rancangan rinci pelaksanaan
penjajakan yang sesungguhnya, sebagai acuan atau pedoman pokok di lapangan. Dalam
rancangan rinci ini, sedikitnya memuat informasi yang jelas mengenai: data yang akan atau perlu
digali lebih mendalam untuk setiap tema atau topik tertentu, sumber data dan informasinya,
teknik penggalian informasinya, hasil yang diharapkan diperoleh, pelaksana (anggota tim
penjajakan yang akan menjalankan), waktu, dan tempat pelaksanaannya.
Karena peran dan tim penjajakan ini bukan untuk memberikan penyuluhan kepada
masyarakat setempat juga bukan sekedar bertanya-tanya, tetapi akan membangun situasi saling
belajar bersama masyarakat setempat dalam rangka memahami masalah dan mengembangkan
gagasan pemecahannya pada aras kebijakan, maka diperlukan persiapan atau pendalaman
penguasaan substansi dan teknik-teknik penggalian informasi secara partisipatif.
Tujuan:
1) Terumuskannya rancangan rinci penjajakan yang memuat informasi tentang: data yang
akan digali dari masing-masing topik, sumber datanya, teknik penggalian datanya, hasilnya,
pelaksananya, waktu, dan tempatnya.
2) Seluruh anggota tim memiliki keterampilan dalam menjalankan penjajakan sesuai dengan
rancangan yang sudah disusun.
d. Mengumpulkan Data Primer
Data primer adalah semua informasi yang belum tersaji dalam tulisan, film, suara, tetapi
masih tersimpan di masing-masing sumber data. Pengumpulan data primer ini merupakan kerja
utama dari tim penjajakan. Pada saat inilah seluruh kemampuan tim, yang sudah disiapkan
sebelumnya, harus digunakan demi memperoleh informasi dan menghasilkan pembelajaran
bersama masyarakat setempat.
Pada langkah ini, tim akan berhubungan dan berdialog langsung dengan sumber data yang
sudah direncanakan dalam rancangan rinci pelaksanaan. Interaksi yang dibangun oleh tim
dengan sumber data, akan menentukan suasana komunikasi yang, pada gilirannya, akan pula
menentukan tergali atau tidaknya informasi yang diinginkan.
Penggalian informasi dilakukan dalam berbagai teknik sesuai dengan rancangan pelaksanaan
yang sudah dirumuskan. Mungkin ada wawancara secara perorangan, wawancara secara
kelompok, diskusi kelompok terfokus, dan sebagainya. Hasil informasi yang digali bisa saja
berbentuk peta penyebaran penyakit di wilayah tersebut, gambaran tentang sejarah kondisi
kesehatan masyarakat, gambaran mengenai kecenderungan dan perubahan masyarakat secara
umum dan keseluruhan, gambaran tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan
kesehatan, penajaman masalah-masalah kebijakan pembangunan dan anggaran kesehatan
daerah, dan lain-lainnya.
Tujuan:
Diperoleh informasi-informasi berupa data primer sesuai dengan yang tertuang dalam
rancangan rinci pelaksaan penjajakan.
e. Menganalisis dan Menyusun Kesimpulan
Bagian terpenting berikutnya dari keseluruhan proses penjajakan inin adalah menganalisis
temuan-temuan dari pendataan lapangan. Menganalisa berarti mencari keterkaitan temuan
satu dengan lainnya. Paling tidak, ada tiga satuan analisis yang harus dilakukan, yaitu:
1) Tingkat derajat kesehatan masyarakat setempat, kebijakan pembangunan kesehatan, dan
kebijakan anggaran kesehatan pemerintah daerah
2) Kondisi partisiapsi masyarakat, kelembagaan lokal dan jaringan kerjanya
3) Posisi geografis wilayah
Analisis dapat dilakukan dengan memadukan metoda kualitatif dengan metoda kuantitatif
sesuai dengan kebutuhan.
Setelah analisis, buatlah kesimpulan mengenai ketiga aspek tersebut. Kesimpulan
menggambarkan keadaan yang dapat dijadikan alasan apakah kerja-kerja advokasi layak
dilakukan di suatu wialyah. Atas dasar kesimpulan itulah kemudian disusun saran-saran atau
rekomendasi yang diperlukan untuk melaksanakan rencana-rencana kerja advokasi nanti.
Tujuan:
1) Merumuskan masalah kesehatan di suatu wilayah yang dijajaki, menemukan penyebab
masalah tersebut pada kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan anggaran.
2) Membuat kesimpulan mengenai kelayakan wilayah tersebut sebagai wilayah kerja advokasi
masalah kesehatan masyarakat
3) Menyusun saran-saran atau rekomendasi penting sebagai landasan menyusun rancangan
advokasi
f. Menyusun Laporan Hasil Penjajakan
Seperti umumnya kegiatan pendataan lainnya, penjajakan ini juga harus diakhiri dengan
kegiatan penyusunan laporan. Laporan hasil penjajakan sebaiknya dibuat oleh seluruh anggota
tim, dan akan menjadi dokumen utama untuk menyusun rencana kerja advokasi di suatu
wilayah yang bersakutan.
Bentuk laporan disesuaikan dengan rencana awal, apakah dalam bentuk tulisan saja, atau
juga dalam bentuk-bentuk yang lain, seperti film, foto-foto, diagram-diagram, dan sebagainya.
Semua bentuk ini tergantung kesepakatan tim.
Tujuan:
Terumusnya laporan akhir penjajakan wilayah advokasi.

B. PERENCANAAN ADVOKASI
Perencanaan advokasi merupakan tahapan setelah proses penjajakan berupa data dan
informasi yang telah berhasil dihimpun, merupakan bahan dasar untuk perencanaan advokasi.
Perencanaan advokasi harus dipandang sebagai acuan umum untuk melaksanakan advokasi,
karena dalam rangkaian pelaksanaan dapat terjadi setiap saat perubahan gerakan yang dinamis.
Walaupun demikian, perubahan gerakan yang tiba-tiba ini harus tetap memiliki acuan yang
jelas. Tanpa acuan yang jelas, maka sasaran akan kemana-mana, atau dapat juga hilang ditelan
oleh isu-isu lainnya.
Perencanan advokasi di sini adalah tahap untuk memahami dan menganalisis konteks serta
permasalahan-permasalahan pokok kesehatan di wilayah kerja advokasi, memfokuskan sasaran
dari kerja-kerja advokasi yang akan dilakukan, dan merumuskan rencana kerja advokasi. Ada
tiga langkah penting dalam perencanaan advokasi
1. Pembentukan tim inti
Proses pembentukan tim inti dan tim kerja advokasi beserta prasyarat yang diperlukan agar
mereka cukup dan tetep pejal (solid). Langkah ini sangat menentukan dalam kerja-kerja
advokasi, karena semua prinsip dan pandangan dasar, serta gagasan-gagasan dan
kesepakatan awal dibangun pada tahap ini.
2. Penetapan isu strategis
Proses memilih dan menetapkan isu yang akan diadvokasikan. Untuk itu, pendalaman
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat perlu dilakukan oleh tim advokasi.

3. Perancangan kerangka kerja dan unsur dasar advokasi


Tahap-tahap kegiatan yang dirangkai sehingga sasaran advokasi dapat tercapai, baik melalui
proses-proses legislasi dan litigasi, proses proses politik birokrasi, maupun proses-proses
sosialisasi dan mobilisasi.
BAB III
PEMBAHASAN

Bis kuning (bikun) merupakan suatu transportasi yang ada di lingkungan Universitas
Indonesia. Pelayanan bikun jika dilihat dari aspek Kenyamanan, kebersihan dan kebersihan dinilai
lumayan, mungkin kalau itu mata kuliah, bikun mendaptkan nilai A- atau B+ untuk mata kuliah
tersebut. Namun disisi lain masih ada satu mata kuliah yang bermasalah dengan bikun, yaitu waktu.
Terdapat 10 bis kuning, dan setiap supir bikun memegang (bertanggung jawab mengendarai)
busnya sendiri-sendiri. Setiap supir harus mengendari bikunnya 14 kali sehari. Berarti selama 1 hari
ada 140 keberangkatan bikun dari asrama. Jika diasumsikan bikun beroperasi dari 07.00-21.00
berarti ada 14 jam. Berarti, rata-rata ada 10 keberangkatan bikun tiap jamnya, jika di rata-rata lagi
bikun akan berangkat setiap 6 menit sekali dari asrama. Akan tetapi pada kenyataannya kita merasa
menunggu bikun lebih lama.
Selain itu, ketika bikun datang, di jam-jam crowded mahasiswa terburu-buru dan pada
akhirnya akan berdesak-desakan didalam bikun tersebut. Hal itu menimbulkan ketidaknyamanan
pada pengguna bikun, dan ketika berhenti di halte tujuan akan kesulitan untuk turun dari bikun.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan mengadvokasikan mengenai
Memperbanyak Bis Kuning untuk Mobilisasi Mahasiswa Universitas Indonesia
A. Metode dan Pendekatan Advokasi
Metode dalam pengajuan advokasi ini dilakukan dengan metode Bottom Up. Bottom Up ini di
lakukan dari pihak yang paling rendah kepada pihak yang paling tinggi. Yaitu dimmulai dari para
mahasiswa yang memiliki permasalahan yang sama, lalu di himpun oleh tim inti, di teruskan
kepada BEM, Rektorat dan rector pada puncak dari pembuatan advokasi.
Pendekatan yang di gunakan dalam pembuatan advokasi ini adalah mix-approched, dimana
dalam pendekatan ini tujuan jangka panjangnya adalah tercapainya kondisi yang ideal sesuai
tujuan awal yang di tetapkan.
B. MEMBENTUK TIM INTI
Sebagai upaya sistematik dan terorganisis untuk merubah kebijakan publik, Tim Inti inilah
yang berperan utama mewujudkan semua prasyarat yang dibutuhkan agar kerja-kerja advokasi
dapat terselenggara. Secara garis besar, Tim Inti inilah yang memimpin, mengarahkan, dan
mengkoordinasikan seluruh rangkaian kerja-kerja advokasi, mulai dari kajian kebijakan,
penentuan isu strategis, perumusan sasaran hasil advokasi yang akan dicapai, perancangan
strategi dan taktik yang akan digunakan, penyiapan dan penggalangan dukungan sumberdaya
yang dibutuhkan, sampai pada pemantauan seluruh proses, hasil, dan dampak advokasi.
Pada pengajuan advokasi ini, tim inti yang akan bergabung adalah Ketua tingkat masing-
masing angkatan di setiap fakultas dan Kastrad BEM UI.
C. MERUMUSKAN ISU STRATEGIS
Di sini tim inti akan mencari dan memilih orang yang berkemampuan untuk melakukan kajian
kebijakan (policy study). Dalam hal ini karena kastrad BEM UI sudah terbiasa dengan melakukan
kajian, maka kajian akan dilakukan oleh kastrad BEM UI. Kastrad BEM UI segera mengumpulkan
dan menganalisis semua data dan informasi yang diperlukan untuk memperkuat advokasi dan
nantinya akan disajikan kepada Tim Inti.
Dalam kasus ini kastrad BEM UI mengumpulkan perbandingan data mahasiswa, jumlah bis
kuning yang beroperasi, dan waktu jeda pengoperasian bis kuning. Dari data tersebut terungkap
masalah bahwa masih tidak ada keseimbangan antara jumlah pengoperasian bikun (termasuk di
dalamnya waktu jeda keberangkatan bikun dari pool) dengan jumlah mahasiswa dan penduduk
sekitar yang membutuhkan bikun terutama pada jam crowded. Hal ini menimbulkan
penumpukan penumpang bikun yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam menggunakan
fasilitas transportasi. Bila fakta tersebut dibiarkan maka akan menimbulkan resiko keselamatan
dan keamanan bagi para pengguna bikun.
1) Strategi Advokasi
Strategi advokasi yang digunakan adalah dengan menggunakan strategi class action. Pada
strategi ini sekelompok orang mewakili gugatan untuk dirinya sendiri dan kelompok yang
memiliki persamaan dan kesamaan dasar hukum.
Dalam pengajuan advokasi ini suara sekelompok mahasiswa diwakilkan dalam tim inti dan
BEM yang mengajukan kepada Rektorat dan Rektor sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
dalam upaya mengubah/membuat advokasi baru dengan tujuan agar terciptanya
kenyamanan bagi seluruh mahasiswa Universitas Indonesia.
2) Teknik Advokasi
Pada pengajuan advokasi ini, teknik yang digunakan adalah teknik lobi. Dimana dalam
pengajuan advokasi ini sekelompok mahasiswa diwakili oleh tim inti dan BEM dalam rangka
mengajukan rancangan advokasi baru untuk memperbanyak bikun kepada Rektorat dan
Rektor UI.
Teknik ini diperkat dengan bantuan media sebagai sambung suara dari mahasiswa kepada
Rektorat dan Rektor. Media yang digunakan adalah media social (instagram, twitter, line) dan
media massa (poster dan baliho).
D. Penetapan Tujuan Advokasi
Pada Pengajuaan advokasi ini, tim inti beserta BEM UI yang akan mengajukan tujuan
advokasi kepada Rektorat dan Rektor UI, untuk mempengaruhi kebijakan menjadi lebih baik.
Pengajuan advokasi ini bertujuan untuk memperbanyak bis kuning untuk mobilisasi mahasiswa
UI.
Indikator keberhasilan dari advokasi ini adalah :
1) Bertambahnya jumlah bikun yang beroperasi terutama pada jam crowded
2) Perpanjangan pengoperasian bikun hingga pukul 22.00 WIB
E. Penyusunan Rencana dan persiapan kegiatan advokasi
Penyusunan rencana dalam pengajuan advokasi ini adalah:
1) Penyusunan materi advokasi yang disusun langsung oleh anggota melalui arahan dari Tim
Inti. Masalah ini disusun dalam bentuk proposal yang akan diajukan langsung kepada
Kastrad BEM UI.
2) Kastrad BEM UI sudah menerima proposal dan mengkaji dalam waktu 2 minggu. Kastrad
BEM UI melakukan pengkajian dengan mengambil data primer dan data sekunder. Data
primer di peroleh dengan mewawancarai langsung para mahasiswa dengan semple acak
dan melalui observasi langsung. Data sekunder di peroleh dengan pengumpulan data
jumlah mahasiswa setiap tahun dan jumlah bikun yang beroperasi dalam 1 hari di setiap
tahun. Setelah dilakukan pengkajian, maka di temukan masalah bahwa kurangnya
pengoperasian bikun yang mengakibatkan ketidaknyamanan dalam penggunaan
transportasi faslitas kampus.
3) Dari hasil pengkajian tersebut, proposal tersebut diajukan kepada BEM dengan dilengkapi
data pengkajian Kastrad. BEM menyetujui untuk mengajukan proposal tersebut kepada
Rektorat UI.
4) Setelah proposal di setujui akan di kkoalisi antara BEM dan rektorat
5) Setelah proposal dinyatakan lulus maka akan dilakukan pengesahan oleh rector.
F. Monitoring dan Evaluasi
1) Monitoring yang dilakukan oleh direktorat dengan tahapan
Tujuan Kegiatan Objektif Indikator Uji Verivikasi Prasyarat
Advokasi Keberhasila
n
Memperbanya Mengadaka Bertambahnya Ada data Catatan terjun Bikun
k n rapat jumlah bikun yang ke lapangan bertambah
pengoperasian pembedaha dengan mendukung secara dengan
bikun n proposal, harapan mengenai langsung syarat tidak
meninjau bertambahnya penambaha (observasi) ada
dari segi kenyamanan n bikun dan pengurangan
positif dan pengkajian gaji para
negative data supir bikun
yang dan tidak ada
dhadapi penumpang
selain
mahasiswa
dan staf.
Menambah Melobi para Isu akan di Bikun akan Jadwal Adanya
pengoperasian supir bikun pertimbangka bertambah pengoperasia pertimbanga
jam bikun mengenai n jam n bikun n gaji
penambaha operasinya sebelum
n jam kerja dikeluarkan
keputusan
baru

2) Evaluasi
Tujuan Dampak/ Indikator Uji verifikasi Prasyarat
advokasi manfaat keberhasilan
Memperbanyak Membuat Bikun tidak Obeservasi Gaji
bikun dan mahasiswa berdesak- lapangan dan karyawan
menambah jam nyaman desakan dan wawancara bikun
pengoperasian dalam mahasiswa langsung bertambah
bikun menggunakan menjadi
trasportasi nyaman
kampus

G. Reinforcement (penguatan)
Dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh tim dan BEM, serta di awasi langsung
oleh rektorat. Maka proses pengajuan advokasi dilanjutkan kepada Rektor untuk di sahkan dan
ditandatangi serta diterbitkan sebagai kebijakan baru.

Anda mungkin juga menyukai