MUSKULOSKELETAL
TENTANG OSTIOMILITIS
Oleh :
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2017-2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwr.wb.
Pujisyukur kami panjatkankehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongan nya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan
yang bertujuan untuk membantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan
yang di harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah dengan judul
Sistem Integumen
Sebagai pembuka, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah S.H., M.M. selaku ketua yayasan
STIKES Zainul Hasan Genggong.
2. Iin Aini Isnawati., S.Kep,.Ns. M.Kes selaku ketua STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong.
3. Ana Fitria Nusantara,. S.Kep,. Ns. M.Kep selaku Ketua Prodi S1
Keperawatan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
4. Roisah,. S.Km, M.Kes selaku pembimbing mata kuliah muskuloskeletal.
Penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan,namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Akhir
kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamualaikumwr.wb.
Penyusun
BAB I
PEMBAHASAN
1.4 Manfaat
Semoga mahasiswa/i dapat mengetahui tentang ostimilitis dalam ilmu
keperawatan dan sebagai referensi dalam pembelajaran .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap
osteomyelitis sebagai berkut :
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
2.4 Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus
merupakan penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya
yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza,
bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobic. Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi
dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat
( stadium 2 ) terjadi antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis
awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah
salah satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau
3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan
lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya,
abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi
dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada
umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah mencair dan
mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti
yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka baru ( involukrum
)dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
a. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang
dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak
dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
2.7 Komplikasi
1. Dini :
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
c. Atritis septik
1. Lanjut :
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan
penurunan fungsi tubuh yang terkena.
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang
dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada
osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis.
Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi
obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis
yang bergantung pada keadaan klien).
Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang,
dan paa kasus osteomielitis biasanya akut)
Tanda-tanda vital tidak normal
2. Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan
taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara nafas tambahan.
3. Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan
suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4. Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi
motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening
berbau khas.
5. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.
6. Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik,
dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada sitem ini.
7. Pola nutrisi dan metabolism
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab
masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis
menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan
nutrisi berkurang.
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah
gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.
b. Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk
mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
c. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan
dan perubahan warna kulit.
2. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
3. Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit
sesuai indikasi.
4. Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan
dengan alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit berat.
5. Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau
lepaskan gips, dan dukung bantal setelah pemasangan.
6. Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir
dan bawah beban atau gips.
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis