Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MUSKULOSKELETAL
TENTANG OSTIOMILITIS

Oleh :

1. Parly Editya : 14201.05.23

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2017-2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb.
Pujisyukur kami panjatkankehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongan nya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan
yang bertujuan untuk membantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan
yang di harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah dengan judul
Sistem Integumen
Sebagai pembuka, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah S.H., M.M. selaku ketua yayasan
STIKES Zainul Hasan Genggong.
2. Iin Aini Isnawati., S.Kep,.Ns. M.Kes selaku ketua STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong.
3. Ana Fitria Nusantara,. S.Kep,. Ns. M.Kep selaku Ketua Prodi S1
Keperawatan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
4. Roisah,. S.Km, M.Kes selaku pembimbing mata kuliah muskuloskeletal.
Penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan,namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Akhir
kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamualaikumwr.wb.

Genggong ,10 Oktober 2017

Penyusun
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada
infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Infeksi disebabkan oleh penyebaran
hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain ( misalnya : tonsil
yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis
akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat
trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau
kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic
seperti luka tembak, pembedahan tulang). Pasien yang beresiko tinggi
mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang
menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum
operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan
pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian ostiomilitis ?
2. Apa penyebab ostiomilitis ?
3. Apa komplikasi ostiomilitis ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang asuhan keperawatan osteomielitis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomielitis
2. Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomielitis
3. Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis

1.4 Manfaat
Semoga mahasiswa/i dapat mengetahui tentang ostimilitis dalam ilmu
keperawatan dan sebagai referensi dalam pembelajaran .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap
osteomyelitis sebagai berkut :
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).

2.2 Klasifikasi Osteomielitis


Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis,
yaitu:
a. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari
focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
b. Osteomielitis Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka
fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi
pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen) Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada
anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang
tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan
nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan
melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan
kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada
luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang
terjadi pada tulang yang fraktur.
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang
paling sering :
a. Staphylococcus (orang dewasa)
c. Streplococcus (anak-anak)
d. Pneumococcus dan Gonococcus
2.3 Etiologi
Adapun penyebab penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis
adalah Staphylococcus aureus (70% -80%), selain itu juga bisa disebabkan
oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free
encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari
fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh
yang lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung
tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi
pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka,
cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari
benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di
daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan
darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang
berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan
hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan
osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh
bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka
yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus.
Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama
di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.

2.4 Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus
merupakan penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya
yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza,
bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobic. Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi
dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat
( stadium 2 ) terjadi antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis
awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah
salah satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau
3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan
lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya,
abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi
dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada
umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah mencair dan
mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti
yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka baru ( involukrum
)dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.

2.5 Manifestasi Klinis

a. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang
dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak
dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang
pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

2.7 Penatalaksanaan Medis


a. Terapi Medis
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan
evaluasi tepat terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan
mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui.
Anjuran pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement.
Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6
minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur
mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin unipen]
+ cefotaxime lain claforan atau ceftriaxone rocephin) diawali untuk
menutupi gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah
diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan
osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik
parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral. Osteomielitis
kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati
dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak
dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis.
Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral selama 2-6 minggu.
Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak
akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun
terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan
kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya
: kateter hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk
organism gram negative sekarang ini digunakan pada orang dewasa
dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan
sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting
dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri
staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak
menyediakan pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak
nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman
salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan
aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses
infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang,
infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi
antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus
yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya
adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus
menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika
dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif
terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan
dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan
absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika,
tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan
nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan
salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang
harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang
dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi
penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space)
atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau
dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap
untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi
larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus
untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga
dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot
(dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan
pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan
asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan
penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen
bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau
penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang.
b. Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
Melalui oral (mulut)
Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2
minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam
pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan
untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah itu dilakukan irigasi secara
kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antibiotik selama 3-4
minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.

2.7 Komplikasi
1. Dini :
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
c. Atritis septik
1. Lanjut :
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan
penurunan fungsi tubuh yang terkena.
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang
dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada
osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis.
Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi
obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis
yang bergantung pada keadaan klien).
Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang,
dan paa kasus osteomielitis biasanya akut)
Tanda-tanda vital tidak normal
2. Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan
taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara nafas tambahan.
3. Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan
suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4. Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi
motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening
berbau khas.
5. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.
6. Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik,
dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada sitem ini.
7. Pola nutrisi dan metabolism
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab
masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis
menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan
nutrisi berkurang.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi
dan keterbatasan menahan beban berat badan.
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang, kerusakan kulit
4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi
3.3 Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan
a. Tujuan :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan peningkatan rasa
kenyamanan.
b. Kriteria Hasil :
Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks
dan suhu tubuh normal.
c. Intervensi Keperawatan
Mandiri
1. Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri.
2. Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang
yang mengalami infeksi.
3. Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri dan meningkatan relaksasi masase.
4. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
5. Amati perubahan suhu setiap 4 jam.
6. Kompres air hangat
Kolaborasi :
1. Pemberian obat-obatan analgetik

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan


nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan
a. Tujuan :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
b. Kriteria Hasil :
- Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
- Mempertahankan posisi fungsional
- Meningkatkan / fungsi yang sakit
- Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
c. Intervensi Keperawatan
Mandiri
1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
2. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam
latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit.
3. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak.
4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
5. Ubah posisi secara periodic
Kolaborasi :
1.Fisioterapi

3. Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko terhadap penyebaran infeksi


berhubungan dengan pembentukan abses tulang, kerusakan kulit
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak
terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
b. Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen
dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan.
c. Intervensi Keperawatan :
1. Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
2. Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa
terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau
tidak sedap
3. Berikan perawatan luka
4. Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit
kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam.
5. Kaji tonus otot, reflek tendon.
6. Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema
lokal atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
1. Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
2. Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

4. Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan


efek pembedahan ; imobilisasi

a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah
gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.
b. Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk
mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
c. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan
dan perubahan warna kulit.
2. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
3. Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit
sesuai indikasi.
4. Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan
dengan alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit berat.
5. Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau
lepaskan gips, dan dukung bantal setelah pemasangan.
6. Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir
dan bawah beban atau gips.
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit


disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, suddarth. (2001). Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi
positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.
Proses spesifik (M.Tuberculosa). Penyebaran hematogen dari pusat infeksi
jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.


Jakarta: EGC

http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis

Anda mungkin juga menyukai