Anda di halaman 1dari 4

LO 3 Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, dan Menjelaskan

Relining Direct dan Indirect


Indirect Relining
1. Persiapan Pasien
Persiapan pasien pada indirect relining sama dengan pada direct
relining yaitu pasien harus melepas gigi tiruan selama 1 2 hari agar jaringan
dalam keadaan sehat. Misalnya jika ada jaringan hyperplastic yang besar bisa
dilakukan pembedahan, sedangkan jika kecil cukup diberi tissue conditioning.
Jika ada jaringan yang teriritasi, maka harus disembuhkan dahulu (Gunadi,
1994).
2. Persiapan Gigi Tiruan
Sebelum melakukan tahapan relining hendaknya gigi tiruan di cuci
terlebih dahulu menggunakan ultrasonic cleaner atau pumice karena
meskipun gigi tiruan tampak bersih ketika basah, terkadang tampak adanya
kalkulus setelah kering (Gambar. 1). Sebelum dilakukan pencetakan rahang,
sebaiknya basis gigi tiruan yang menghadap jaringan mukosa dikerok terlebih
dahulu dengan kedalaman sekitar 1mm. Pengerokan dilakukan agar saat
pencetakan bahan cetak dapat mengalir dengan bebas sehingga diperoleh
hasil cetakan yang baik. Hal tersebut dilakukan jika terdapat perubahan
dimensi vertikal pasien. Jika tidak ada perubahan dimensi vertikal, hanya
perubahan retensi dan stabilitas gigi tiruan maka tidak perlu dilakukan
pengerokan (Gunadi, 1994).

Gambar 1. Gigi tiruan dalam keadaan basah tidak tampak kalkulus (kiri). Dan
setelah mengering tampak adanya kalkulus (kanan.)
3. Prosedur Relining
Pelaksanaan relining dimulai dengan melakukan pencetakan. Secara
umum terdapat dua teknik indirect relining, yaitu functional impression dan
static impression (Gunadi, 1994).
a. Functional Impression
Pada teknik ini, gigi tiruan yang telah siap (telah direlief dan
diborder moulding) diberi tissue conditioner sebagai bahan impresi. Gigi
tiruan kemudian dimasukkan kedalam mulut pasien dan pasien
diperintahkan untuk melakukan oklusi sentris. Gigi tiruan yang masih
mengandung tissue conditioner ini tetap diinsersikan pada pasien selama
24 jam untuk mendapatkan cetakan fungsional (Gunadi, 1994).
b. Static Impression
Berbeda dari functional impression, pada static impression gigi
tiruan yang sudah siap kemudian diberi pasta ZOE sebagai bahan impresi
dan kemudian dicetakkan pada mulut pasien. Segera setelah didapatkan
model negatif, maka gigi tiruan langsung dicor dan diproses secara
laboratoris untuk pemberian liner yang baru. Pada tahap pencetakan
dengan dua teknik diatas, sebaiknya dalam pemilihan bahan cetak
diusahakan menggunakan bahan cetak yang memiliki viskositas rendah
seperti elastomer atau tissue conditioning. Penggunaan bahan cetak
dengan lapisan yang tipis akan mengurangi reflek gagging. Selanjutnya
sendok cetak yang berasal dari gigi tiruan yang telah diberi bahan cetak
tersebut dimasukkan kedalam mulut pasien, agar mendapat kontur
jaringan rongga mulut, maka dilakukan gerakan fisiologis (muscle
trimming) pada mukosa pipi untuk mendapat bentukan vestibulum
(Gunadi, 1994).
4. Prosedur laboratoris
Cetakan negatif rahang pasien yang telah diperoleh kemudian dirapikan
jika terdapat bagian-bagian yang memiliki ketebalan berbeda dengan tidak
mengurangi ukuran atau batas tepi cetakan. Kemudian membuat cetakan
positif atau model kerja menggunakan dental stone yang yang telah
dimanipulasi (Gambar 2) (Gunadi, 1994).
Gambar 2

Setelah setting dan mengeras kemudian dengan menggunakan dental


plaster yang telah dimanpulasi letakan model kerja pada reline jig (Gambar 3)
(Gunadi, 1994).

Gambar 3

Setelah dental plaster setting, reline jig dibuka kemudian bahan cetakan
dipisahkan dari basis gigi tiruan, basis gigi tiruan di dirapikan menggunakan
pumice untuk menciptakan adhesi yang bagus antara basis akrilik lama dan
baru. Cuci dan bersihkan gigi tiruan dan tuangkan resin akrilik yang telah
dimanipulasi pada daerah anatomis basis gigi tiruan, kemudian letakan pada
model kerja, dan pasang pada reline jig. Lalu reline jig diletakan pada
pressure container dan diberi tekanan kurang lebih 25 psi selama sepuluh
menit. Kamudian gigi tiruan di lepas dari model kerja, dilakukan pemolesan
dan siap di insersi ke dalam rongga mulut pasien (Gunadi, 1994).
SUMBER :
Gunadi, HA, dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepas, Jilid 2,
Jakarta, Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai