Anda di halaman 1dari 11

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

1.1 Definisi
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan infeksi/peradangan kronik
telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah
secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau
nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan.2
1.2 Etiologi
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari OMA (Otitis Media Akut) yang
prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang
terlambat, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau
kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut.4 Sebagian kecil perforasi
membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya bakteri
Gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang telah berlangsung lama sering juga
terdapat kuman Gram negatif dan anaerob.4 Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan
otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya
berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustahcius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs Syndrome. Adanya
tuba patulos, menyebabkan refluks isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK
yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti hipogamaglobulinemia) dan
cell-mediated.2,3
Penyebab OMSK antara lain :2,3,6
- Lingkungan
- Genetik
- Otitis media sebelumnya
- Infeksi
- Infeksi saluran nafas atas
- Autoimun
- Alergi
- Gangguan fungsi tuba eustachius
1.3 Patofisiologi
OMSK dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tipe benigna atau tipe mukosa, dan maligna
atau tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga
dikenal tipe aktif dan tipe tenang.4 Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa
saja, tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi
berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom.4 OMSK tipe maligna disertai dengan
kolesteatom. Perforasi terletak marginal, subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan
komplikasi yang berbahaya atau fatal.4
Patofisiologinya belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus.3 Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi
kronis tanpa kejadian infeksi pada telingan tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis
menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.3
1.4 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu : 2, 7
1. Tipe tubotimpani/tipe beningna/tipe aman/tipe rhinogen
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Secara klinis penyakit
tubotimpani terbagi atas :

a. Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eustachius, atau setelah berenang
di mana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid
sampai mukopurulen.2,3
b. Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telnga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.
Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam
telinga.3,5
2. Tipe atikoantral/tipe maligna/tipe tidak aman/tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral
lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi
yang mana merupakan bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.
Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kongenital dan didapat. Pada umumnya
kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan perforasi marginal. Teori itu
adalah :2,6
o Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi ke dalam kavum timpani dan
membentuk kolesteatom, epitel yang masuk menjadi nekrotis, terangkat ke atas.
o Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi kolesteatom.
o Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi.
o Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida.

Jenis perforasi membran timpani antara lain :


- Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,
kadang-kadang sub total.2,3,7
- Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi
pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.2,3,7
- Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.
1.5 Diagnosis
1. Telinga berair (Otorrhe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK
tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali
sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adanya sekret telinga. Pada OMSK tipe maligna unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip
telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret
yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tubeculosis.2

2. Gangguan pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat.8
a. Otalgia (nyeri telinga)pada OMSK keluhan nyeri dapat terjadi karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi
akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya duramater atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda
berkembangnya komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.2,3
3. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda lelah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada penderita yang sensitif keluhan vertigo dapat
terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin
lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum.5
Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut
:3,5
o Pemeriksaan audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural. Beratnya ketulia
tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas.5
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran :
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB
Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :
Perforasi biasanya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20
dB.
Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli
konduktif 30-50 dB apabila disertai dengan perforasi.
Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran di belakang membran
yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB
Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak perduli bagaimanapun
keadaanya hantaran tulang menunjukkan kerusakan koklea parah.
o Pemeriksaan radiologi
Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan
atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi
sinus lateral dan tegmen.5
Proyeksi Mayer atau Owen
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran
tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah
kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.5
Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis
semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukkan adanya pembesaran.2,5
Proyeksi Chausse III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan
CT Scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom.5
o Pemeriksaan bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus
pneumoniae, H. Influenza, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai
pada OMSK E.Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah
Bacteriodes Sp.2,3
Bakteri spesifik
Misalnya tuberkulosis dimana otitis tuberkulosa sangat jarang. Pada
orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yang lanjut. Infeksi
ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapat
terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang
tidak dipasteurisasi.5
Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa,
stafilokokus aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk
Pseudomonas aeruginosa adalah ceftazidime dan ciprofloksazin, dan
resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid. Sedangkan Proteus
mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokus aureus
resisten terhadap sulfonamid dan trimetoprim dan sensitif untuk
sefalosporin generasi I dan gentamisin.2
1.6 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, di mana
pengobatan dapat dibagi atas :
- Konservatif
- Operasi
OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan diberikan edukasi larangan
mengorak telinga, mengusahakan air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang
berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas
memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekontruksi (miringoplasti, timpanoplasti)
untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.8
OMSK Benigna Aktif
Prinsip pengobatan :
- Membersihkan liang telinga dan kavum timpani
- Pemberian antibiotika
o Topikal
Bubuk telinga yang digunakan seperti :
a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodin
b. Terramycin
c. Acidum boricum 2,5 gram dicampur dengan chloromicatin 250 mg
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah5
a. Polimiksin B atau polimiksi E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.
coli, Klebsiella, Enterobacter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus,
B. Fragilis. Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
b. Neomisin
Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif misalnya Stafilokokus
aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik
terhadap ginjal dan telinga.
c. Kloramfenikol
o Sistemik
Pemberian antibiotik tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan
sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor
penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat
dibagi menjadi 2 golongan.
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis Media Supuratif Kronik
antara lain2,5:
Pseudomonas : aminoglikosida + karbenisilin
P. mirabilis : ampisilin atau sefalosporin
P. morganii, P. vulgaris : aminoglikosida + karbenisilin
Klebsiella : sefalosporin atau aminoglikosida
E. Coli : ampisilin atau sefalosporin
S. Aureus anti stafilikokus: penisilin, sefalosporin, eritromisin
Streptokokus : oenisilin, sefalosporin, eritromisin,
aminoglikosida
B. Fragilis : klindamisin
Antibiotik golongan kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) yaitu dapat derivat
nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan per
oral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur di bawah 16 tahun. Golongan
sefalosporin generasi III (sefotaksim, seftazidim dan seftriakson) juga aktif
terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat
baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup meskipun dapat
mengatasi OMSK.
Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anerob dapat diberikan
dengan dan tanpa antibiotik (sefaleksin dan kotrimoksazol) pada OMSK aktif, dosis
400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.2,3
OMSK Maligna
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatis dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila pembedahan abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri
sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.3
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronik, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :
1. Mastoidektomi sederhana
2. Mastoidektomi radikal
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
6. Pendekatan ganda timpanoplasti
1.7 Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik
yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang
efektifnya pengobatan akan menimbulkan komplikasi biasanya komplikasi didapatkan
pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut
oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.2,3
Komplikasi intrakranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
1. Komplikasi telinga tengah
a. Perforasi persisten membran timpani
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi telinga dalam
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf (sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi susunan saraf pusat
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hidrosefalus otitis
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi NP, Zahara D. Gambaran Pasien Otitis Media Supuratif Kronik di RSUP H. Adam
Malik Medan. 2009. Universitas Sumatera Utara.
2. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala
leher. Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI, 2012.
3. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi ketujuh. Jakarta:
FKUI, 2012.
4. Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius. 2000.
5. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid.
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:
EGC, 1997.
6. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial complication of chronic suppuratif otitis media,
attico-antral type: experience at TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 36-39. Available
from URL: http://www.jneuro.org/
7. Vesterager V. Fortnightly review: tinnitusinvestigation and management. BMJ.
1997. available from URL: http://www.bmj.org/
8. Couzos S, Lea T, Mueller R, Murray R, Culbong M. Effectiveness of ototopical
antibiotics for chronic suppurative otitis media in Aboriginal children: a community-
based, multicentre, double-blind randomised controlled trial. Medical Journal of
Australia. 2003. Available from URL: http://www.mja.com.au/

Anda mungkin juga menyukai