TOKSIKOLOGI
OLEH:
NADILLA ALFITRI (1501086)
S1 IIIB
DOSEN PEMBIMBING:
MIRA FEBRINA,M.Sc.,Apt
TOKSISITAS SIANIDA
A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini, manusia dikelilingi oleh zat yang dapat bermanfaat dan zat yang
berbahaya bahkan dapat mematikan. Terkadang manusia tidak memperdulikan zat yang berbahaya
ini. Tanpa disadari zat ini sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu zat
yang berbahaya ini adalah zat sianida.
Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan
tahun yang lalu. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam
jangka waktu beberapa menit.
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang biasa
kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang. Sianida juga
ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang,
tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik.
Sianida banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam seperti natrium, kalium
atau kalsium sianida. Sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty
Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN). Cara yang disukai untuk
menyampaikan sianida adalah dengan amunisi besar (bom, kerang besar), karena senjata yang
lebih kecil tidak akan memberikan konsentrasi yang dibutuhkan untuk efek.
Efek pertama mungkin tidak terjadi sampai beberapa menit setelah terkena, dan tentu saja
waktu efek-efek ini tergantung pada jumlah diserap dan tingkat penyerapan. Gejala yang
ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual
muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar dan apabila tidak
segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian. Penatalaksaan dari korban keracunan
ini harus cepat, karena prognosis dari terapi yang diberikan juga sangat tergantung dari lamanya
kontak dengan zat toksik tersebut.
B. DEFINISI SIANIDA
Sianida adalah kimia yang dapat bereaksi cepat, bisa menyebabkan kematian yang
dapat tersaji / dicampurkan dalam berbagai bentuk.
Sianida adalah zat kimia yang dapat menjadi gas yang tidak berwarna, seperti
halnya cyanogen chloride (CNCl) atau hidrogen sianida (HCN), atau kalium
sianida (KCN) atau bentuk kristal seperti natrium sianida (NaCN) .
Sianida merupakan zat yang memiliki rasa pahit dan berbau, namun tidak selalu
mengeluarkan bau, hinggat tidak semua orang bisa mendeteksi bau ini.
Sianida memiliki sebutan nama lain di dunia militer seperti AC (hidrogen sianida)
dan CK (untuk sianogen klorida).
C. BENTUK-BENTUK SIANIDA
a. Sifat Sianida :
1. Bentuk cair yang mendidih pada temperature 26,5 C
2. Maximal Allovable Concentration 100 ppm
3. Dosis letal: HCN = 50 mg atau grain 1 grain
4. Dosis letal: KCN = 200 mg atau 3 grain 5 grain
5. Cairan bening tidak berwarna
6. Bau seperti kentang kayu
7. Mudah menguap pada temperatur kamar
8. Berat molekul ringan dan sukar terionisasi
b. Sumber Sianida :
Tumbuh-tumbuhan yang mengandung amygdalin:
Singkong gendruwo, buncis, apel, kluwak, tempe, aprikot, temulawak, koro, pear dan
kratok.
Hasil dekomposisi sianida oleh suatu asam
Sisa pembakaran selluloid
Gas penerangan
Pembersih kuteks
Bahan pelarut(aliphatic nitriles)
Asap rokok
Buah-buahan seperti apricot, cherry, apel, tanaman tertentu seprti bambu, singkong, almond,
bayam, kacang, tepung tapioka
Asap kendaraan bermotor
Hasil pembakaran dari material sintetik seperti plastik(buku medical toksikology.
E. PENGGUNAAN SIANIDA
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang
biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang..
Adapun penggunaan sianida adalah:
1. Inhalasi
Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen seperti plastik
akan melepaskan sianida. Rokok juga mengandung sianida, pada perokok pasif dapat ditemukan
sekitar 0.06g/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok aktif ditemukan sekitar 0.17
g/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen sianida sangat mudah diabsorbsi oleh paru-paru, gejala
keracunan dapat timbul dalam hitungan detik sampai menit. Ambang batas g/ml tetapi angka
minimal hydrogen sianida di udara adalah 0,02-0,20 ini belum dapat memastikan konsentrasi
sianida yang berbahaya bagi orang disekitarnya. Selain itu, gangguan dari saraf-saraf sensoris
pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga
lebih cepat terbang ke angkasa. Anak-anak yang terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang
sama pada orang dewasa akan terpapar hidrogen sianida yang jauh lebih tinggi.
Keracunan sianida terjadi ketika organisme hidup terkena senyawa yang menghasilkan ion
sianida (CN-) ketika dilarutkan dalam air. senyawa sianida yang beracun umum termasuk gas
hidrogen sianida dan sianida padatan kristal kalium, natrium sianida, dan calcium cyanamide. Ion
sianida menghentikan respirasi sel dengan menghambat enzim sitokrom c oksidase yang berada di
dalam mitokondria.
Keracunan sianida biasanya sulit dideteksi secara visual. Efek dari menelan sianida sangat
mirip dengan efek dari mati lemas, karena sianida menghentikan kemampuan sel-sel tubuh dalam
menggunakan oksigen, suatu zat yang sangat vital untuk kehidupan sel tubuh. Gejala-gejala
keracunan sianida sangat mirip dengan kekurangan oksigen yang dialami ketika hiking atau
mendaki di ketinggian.
Pada dosis yang lebih rendah, kehilangan kesadaran seseorang mungkin didahului oleh
kelemahan umum, pusing, sakit kepala, vertigo, kebingungan, dan kesulitan bernafas. Pada tahap
pertama dari ketidaksadaran, pernapasan seringkali cukup atau bahkan cepat, meskipun keadaan
korban berlangsung menuju koma, kadang disertai edema paru, dan pada akhirnya menyerang
jantung.
Biasanya, konsumsi akut akan memiliki dramatis, onset yang cepat, mempengaruhi jantung
dengan cepat dan dapat menghentikan detak jantung secara tiba-tiba. Keracunan sianida juga dapat
langsung mempengaruhi otak dan menyebabkan kejang atau koma. Jika sianida yang dihirup
menyebabkan koma dengan kejang, apnea, dan serangan jantung, kematian sudah dalam hitungan
detik. Sianida tidak langsung menyebabkan sianosis. Dosis fatal bagi manusia bisa terjadi mulai
dari 1,5 mg / kg berat badan. Berat tubuh sekitar 50 kg mungkin bisa mengalami kematian jika
menelan minimum 75 mg sianida.
Kulit orang yang terkena racun sianida sianida kadang-kadang bisa menjadi sangat merah
muda atau merah ceri, dan berubah menjadi gelap, yang disebabkan oksigen yang tertinggal di
dalam darah dan tidak masuk ke dalam sel. Penderita mungkin juga bernapas sangat cepat dan
memiliki detak jantung sangat cepat atau sangat lambat. Terkadang napas seorang yang keracunan
bisa berbau seperti almond pahit, meskipun ini mungkin sulit dideteksi.
Seseorang dapat terkontaminasi melalui makanan, rokok dan sumber lainnya. Makan dan
minum dari makanan yang mengandung sianida dapat mengganggu kesehatan. Setelah terpapar,
sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih
dalam jumlah yang kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan
diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila
jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu untuk
mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12.
Jumlah distribusi dari sianida berubah-ubah sesuai dengan kadar zat kimia lainnya di dalam
darah. Pada percobaan terhadap gas HCN pada tikus didapatkan kadar sianida tertinggi adalah
pada paru-paru yang diikuti oleh hati kemudian otak. Sebaliknya, bila sianida masuk melalui
sistem pencernaan maka kadar tertinggi adalah di hati. Sianida juga mengakibatkan banyak efek
pada sistem kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah di dalam
otak. Penelitian pada tikus membuktikan bahwa garam sianida dapat mengakibatkan kematian atau
juga penyembuhan total. Selain itu, pada sianida dalam bentuk inhalasi baru menimbulkan efek
dalam jangka waktu delapan hari. Bila timbul squele sebagai akibat keracunan sianida maka akan
mengakibatkan perubahan pada otak dan hipoksia otak dan kematian dapat timbul dalam jangka
waktu satu tahun.
Kuantitas kecil sianida selalu hadir dalam jaringan manusia dimetabolisme pada tingkat
perkiraan 17 "min Fg / kg, terutama oleh enzim hepatik rhodanese, yang mengkatalisis reaksi
ireversibel sianida dan sulfane untuk menghasilkan tiosianat, senyawa yang relatif tidak beracun
diekskresikan dalam urin (Konsentrasi tinggi dari tiosianat baik dalam darah atau urin adalah bukti
dari paparan sianida.) Faktor pembatas. dalam kondisi normal adalah ketersediaan sulfane sebagai
substrat untuk rhodanese, dan belerang diberikan terapi seperti natrium tiosulfat untuk
mempercepat . reaksi Karena kemampuan tubuh untuk detoksifikasi sianida sejumlah kecil melalui
reaksi-dikatalisis rhodanese dengan sulfane, dosis mematikan sianida tergantung waktu, yaitu,
suatu jumlah sianida diserap perlahan-lahan dapat menyebabkan tidak ada efek biologis bahkan
meskipun jumlah yang sama diberikan selama periode yang sangat singkat bisa mematikan.
Mekanisme:
Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi dan kulit. Garam sianida cepat
diserap melalui saluran pencernaan sedangkan cyanogen dan uap asam sianida diabsorpsi melalui
pernapasan. Asam sianida yang berbentuk cair juga cepat diabsorpsi melalui kulit.
Dosis toksik peroral HCN berkisar antara 60-90 mg sedangkan KCN atau NaCN adalah
200 mg. Sementara itu, dalam bentuk gas, dosis toksik tergantung pada kadar gas serta lamanya
inhalasi.
Setelah diabsorpsi, sianida akan masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan
tidak dapat berikatan dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk methemoglobin membentuk
sianmethemoglobin. Di dalam tubuh, sianida akan menonaktifkan beberapa enzim oksidatif di
seluruh jaringan, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari
oksigen yang dibawa oleh darah.
Garam sianida akan menjadi berbahaya setelah berkontak dengan asam membentuk gas
asam sianida. Perlu diingat bahwa di dalam lambung manusia terdapat asam. Oleh karena itu, pada
saat lambung kosong, garam sianida yang tertelan akan segera berkontak dengan asam lambung
menjadi asam sianida sehingga kematian dapat terjadi secara cepat. Sementara itu, jika lambung
penuh (makanan), dapat terjadi penundaan beberapa menit hingga jam.
Gejala dari keracunan sianida sesuai dengan cara masuknya sianida ke dalam tubuh.
Beberapa di antaranya adalah rasa terbakar di kerongkongan dan lidah, sesak napas, hipersalivasi,
mual, muntah, sakit kepala, pusing berputar, fotofobi (sensitif cahaya), telinga berdenging (tinitus),
pusing dan kelelahan. Wajah nampak sianosis, keluar busa dari mulut, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan kadang tidak teratur, pupil dilatasi dan refleks cahaya melambat, udara
pernapasan atau muntahan berbau seperti almond. Sianosis akan semakin jelas, kemudian timbul
kedut otot serta kejang-kejang dengan inkontinensia urin (mengompol) dan alvi (keluar feses
secara tidak sadar). Karena darah vena korban mengandung banyak oksigen, lebam mayat
berwarna merah terang, meskipun ditemukan pula kasus kematian akibat sianida dengan warna
lebam mayat berwarna biru kemerahan.
J. GEJALA KLINIS
Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara
progresif. Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari;
Dosis sianida
Banyaknya paparan
Jenis paparan
Tipe komponen dari sianida
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah,
penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme.
Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas
karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar
dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan
hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan
mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung
terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian.
Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian,
sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidotum.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah;
Hiperpnea sementara,
Nyeri kepala,
Dispnea
Kecemasan
Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul.
Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi pupil,
tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan, gagal nafas sampai henti
jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang keracunan sianida sehingga
menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar sianida.
Karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan dari
oksigen, maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan
funduskopi akan terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina karena rendahnya
penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada pembuluh darah vena
akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti cherry-red, tetapi tanda ini tidak selalu ada
K. TOKSISITAS
Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal dari sianida adalah:
o bila kadar racun yang ada pada tempat aksi atau reseptor tertentu telah habis, maka reseptor
tersebut akan kembali ke kedudukan semula
o efek toksik yang ditimbulkan akan cepat kembali normal
o ketoksikan racun bergantung pada takaran serta kecepatan absorpsi, distribusi, dan
eliminasi racunnya.
Ciri khas dari wujud efek toksik yang tak terbalikkan yaitu :
L. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Sianida bisa diukur dalam plasma, sel darah merah, darah lengkap atau urin. Dari
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya penurunan tekanan partial oksigen (PO2) dengan
adanya asidosis laktat. Pemeriksaan darah dan urin sangat penting pada mereka yang sering
terpapar agen ini. Selain itu juga, pemeriksaan ini akan menentukan pemberian jenis terapi.
Konsentrasi sianida dalam darah sangat berhubungan dengan gejala klinis yang akan
ditimbulkannya.
Karena sel darah merah banyak mengandung sianida di dalam darahnya, maka
pemeriksaan seluruh komposisi darah sangat diperlukan. Hal ini cukup sulit dilakukan karena
waktu paruh sianida yang pendek sehingga kandungan sianida dalam darah dengan cepat dapat
berkurang. Oleh sebab itu, faktor waktu dan kondisi tempat penyimpanan sangat penting dalam
menentukan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Sianida
e. Metoda Kopanyi
Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung dalam sebuah corong. Periksa
dengan kertas lakmus, jika bersifat alkali tambahkan HCl sampai bersifat asam. Tambahkan 100
ml eter, kocok selama beberapa menit. Diamkan sebentar, tampak air terpisah dari eter, lapisan air
dibuang, barbiturat terdapat dalam lapisan eter. Saring eter ke dalam beaker glass dan uapkan
sampai kering di atas penangas air. Tambahkan 10 tetes kloroform untuk melarutkan sisa barbiturat
yang mengering.
Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white pocelain spot plate. Tambahkan 1
tetes kobalt asetat (1 % dalam metil alkohol absolut) dan 2 tetes isopropilamin (5% dalam metil-
alkohol absolut), Barbiturat akan memberi warna merah muda sampai ungu.
Pemeriksaan kuantitatif dan kuantitatif dapat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis
(TLC), kromatografi gas cair (GLC), spektrofotometri ultra-violet dan spektrofotofluorimetri.
M. TERAPI
Prinsip pertama dari terapi ini adalah mengeliminasi sumber-sumber yang terus-menerus
mengeluarkan racun sianida. Pertolongan terhadap korban keracunan sianida sangat tergantung
dari tingkat dan jumlah paparan dengan lamanya waktu paparan.
Segera menjauh dari tempat atau sumber paparan. Jika korban berada di dalam ruangan maka
segera keluar dari ruangan.
Jika tempat yang menjadi sumber, maka sebaiknya tetap berada di dalam ruangan. Tutup pintu
dan jendela, matikan pendingin ruangan, kipas maupun pemanas ruangan sampai bantuan
datang.
Cepat buka dan jauhkan semua pakaian yang mungkin telah terkontaminasi oleh sianida.
Letakkan pakaian itu di dalam kantong plastik, ikat dengan kuat dan rapat. Jauhkan ke tempat
aman yang jauh dari manusia, terutama anak-anak.
Segera cuci sisa sianida yang masih melekat pada kulit dengan sabun dan air yang banyak.
Jangan gunakan pemutih untuk menghilangkan sianida. Tindakan pertama adalah segera
cari udara segar. Jika berada di dekat balai pengobatan tertentu maka dapat diberikan oksigen
murni. Berikan antidotum seperti sodium nitrite dan sodium thiosulfat untuk mencegah
keracunan yang lebih serius. Bila korban dalam keadaan tidak sadar maka harus segera
ditatalaksana di rumah sakit karena bila terlambat dapat berakibat kematian. Penggunaan oksigen
hiperbarik untuk mereka yang keracunan sianida masih sering dipakai. Penambahan tingkat
ventilasi oksigen ini akan meningkatkan efek dari antidotum. Asidosis laktat yang berasal dari
metabolisme anaerobik dapat diterapi dengan memberikan sodium bikarbonat secara intravena
dan bila pendertia gelisah dapat diberikan obat-obat antikonvulsan seperti diazepam. Perbaikan
perfusi jaringan dan oksigenisasi adalah tujuan utama dari terapi ini. Selain itu juga, perfusi
jaringan dan tingkat oksigenisasi sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pemberian
antidotum. Obat vasopressor seperti epinefrin bila timbul hipotensi yang tidak memberi respon
setelah diberikan terapi cairan. Berikan obat anti aritmia bila terjadi gangguan pada detak
jantung. Setelah itu berikan sodium bikarbonat untuk mengoreksi asidosis yang timbul.
Cara kerja obat-obatan diatas adalah dengan menghambat pembentukan ikatan sianida
pada sitokrom oksidase dengan bantuan methemoglobin. Methemoglobin akan mengikat sianida
dan membuangnya dari dalam sel maupun cairan ekstra seluler. Salah satu keterbatasan
mengenai antidotum ini adalah hanya berdasar dari eksperimen menggunakan hewan. Karena itu
cukup sulit untuk menilai keberhasilannya pada manusia. Selain itu juga, penelitian ini tidak
dibuat bila sedang berada dalam situasi yang besifat emergensi.
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mendatangkan ahli forensik dari Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Budi Sampurna, untuk menjelaskan penyebab kematian
Wayan Mirna Salihin. "Dari pemeriksaan, dia meninggal karena racun sianida," kata Budi saat
memberi kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Rabu, 31 Agustus 2016.
Menurut Budi, dia melihat sejumlah organ tubuh Mirna mengalami lebam setelah
kematiannya. Lebam itu terjadi di mulut dan sejumlah organ tubuh lain. Budi kemudian
memastikan dengan memeriksa sejumlah organ tubuh dalam milik Mirna.
"Sesuai dengan tanda-tanda kematian Mirna, gejalanya seperti karena keracunan sianida,"
ujarnya. Dia juga mencari informasi lain yang berhubungan dengan kematian Mirna.
Termasuk closed-circuit television (CCTV) di Cafe Olivier yang memperlihatkan adegan saat
Mirna kejang-kejang setelah meminum es kopi.
Budi mengatakan, dari pemeriksaan sebelumnya, juga ditemukan adanya sianida di dalam
lambung korban. Dengan demikian, temuan di lapangan, dari gelas, petunjuk CCTV, sampai
mayat korban, konsisten menunjukkan gejala keracunan sianida.
Saat ini majelis hakim yang dipimpin Isworo masih mendengarkan keterangan Budi.
Sebelumnya, jaksa penuntut umum juga memanggil sejumlah saksi ahli untuk menerangkan
fakta-fakta yang telah ditemukan. Hasilnya, sejauh ini keterangan para ahli menyudutkan
terdakwa Jessica Kumala Wongso.
Sebelumnya, ahli psikiatri juga menyebutkan Jessica sempat mengalami depresi. Bahkan,
dari catatan dia, Jessica sempat tiga kali melakukan percobaan bunuh diri saat masih tinggal di
Singapura. "Ia memiliki masalah dengan pacarnya dan memutuskan pindah ke Indonesia," tutur
ahli psikiatri, Natalia Widia.
Toksikologi Forensik
DEFINISI RACUN
Bahan Racun yang sering ditemukan Peraturan Perundang-undangan terkait Pembuktian
telah terjadi keracunan. Racun adalah bahan yang dalam jumlah relatif kecil, bila memasuki
tubuh dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan sampai kematian.
CARA MASUK RACUN KE DALAM TUBUH
PADA AUTOPSI
Temukan gangguan yang terjadi pada organ tubuh, adanya perbendungan hebat,
terjadinya edema paru (paru yang mengalami pembengkakan), adanya perdarahan pada alat
dalam dan sebagainya.
Lain halnya jika seseorang sudah terkena sianida dalam jumlah besar. Ia bisa jadi
mengalami denyut jantung yang melambat, hilang kesadaran, kejang, kerusakan pada paru-paru,
tekanan darah rendah, dan mengalami gagal napas hingga menyebabkan kematian.