Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

TOKSIKOLOGI

OLEH:
NADILLA ALFITRI (1501086)
S1 IIIB
DOSEN PEMBIMBING:
MIRA FEBRINA,M.Sc.,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2016

TOKSISITAS SIANIDA
A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini, manusia dikelilingi oleh zat yang dapat bermanfaat dan zat yang
berbahaya bahkan dapat mematikan. Terkadang manusia tidak memperdulikan zat yang berbahaya
ini. Tanpa disadari zat ini sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu zat
yang berbahaya ini adalah zat sianida.
Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan
tahun yang lalu. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam
jangka waktu beberapa menit.
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang biasa
kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang. Sianida juga
ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang,
tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik.
Sianida banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam seperti natrium, kalium
atau kalsium sianida. Sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty
Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN). Cara yang disukai untuk
menyampaikan sianida adalah dengan amunisi besar (bom, kerang besar), karena senjata yang
lebih kecil tidak akan memberikan konsentrasi yang dibutuhkan untuk efek.
Efek pertama mungkin tidak terjadi sampai beberapa menit setelah terkena, dan tentu saja
waktu efek-efek ini tergantung pada jumlah diserap dan tingkat penyerapan. Gejala yang
ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual
muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar dan apabila tidak
segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian. Penatalaksaan dari korban keracunan
ini harus cepat, karena prognosis dari terapi yang diberikan juga sangat tergantung dari lamanya
kontak dengan zat toksik tersebut.
B. DEFINISI SIANIDA
Sianida adalah kimia yang dapat bereaksi cepat, bisa menyebabkan kematian yang
dapat tersaji / dicampurkan dalam berbagai bentuk.
Sianida adalah zat kimia yang dapat menjadi gas yang tidak berwarna, seperti
halnya cyanogen chloride (CNCl) atau hidrogen sianida (HCN), atau kalium
sianida (KCN) atau bentuk kristal seperti natrium sianida (NaCN) .
Sianida merupakan zat yang memiliki rasa pahit dan berbau, namun tidak selalu
mengeluarkan bau, hinggat tidak semua orang bisa mendeteksi bau ini.
Sianida memiliki sebutan nama lain di dunia militer seperti AC (hidrogen sianida)
dan CK (untuk sianogen klorida).

C. BENTUK-BENTUK SIANIDA

Bentuk-bentuk sianida bisa berupa :

1. Inorganic cyanide : Hidrogen sianida (HCN)


2. Cyanide salts ( garam sianida) : Potasium sianida (KCN), sodium sianida (NaCN), calcium
sianida (Ca(CN)2
3. Metal cyanide (logam sianida) : potasium silver cyanide ( C2AgN2K), gold(I) cyanide
(AuCN), mercury cyanide (Hg(CN)2), zinc cyanide (Zn(CN)2,
lead cyanide (Pb(CN)2
4. Metal cyanide salts : sodium cyanourite
5. Cyanogens halides : Cyanogen klorida (CClN), cyanogen bromide (CBrN)
6. Cyanogens : Cyanogen (CN)2
7. Aliphatic nitriles : Acetonitrile (C2H3N), acrylonitrile (C3H3N), butyronitrile ( C4H7N),
propionitrile (C3H5N)
8. Cyanogens glycosides : Amygdalin ( C20H27NO11), linamarin (C10H17NO6)
Sianida bisa berupa gas berwarna seperti hydrogen cyanide (HCN) atau cyanogen
chloride (CNCl), dapat juga berbentuk kristal seperti sodium cyanide (NaCN) or potassium
cyanide (KCN). Kadang- kadang sianida berbau seperti bitter almond, tapi sianida tidak selalu
berbau, dan tidak semua orang yang bisa mendeteksi bau sianida.

D. SIFAT DAN SUMBER SIANIDA

a. Sifat Sianida :
1. Bentuk cair yang mendidih pada temperature 26,5 C
2. Maximal Allovable Concentration 100 ppm
3. Dosis letal: HCN = 50 mg atau grain 1 grain
4. Dosis letal: KCN = 200 mg atau 3 grain 5 grain
5. Cairan bening tidak berwarna
6. Bau seperti kentang kayu
7. Mudah menguap pada temperatur kamar
8. Berat molekul ringan dan sukar terionisasi

b. Sumber Sianida :
Tumbuh-tumbuhan yang mengandung amygdalin:
Singkong gendruwo, buncis, apel, kluwak, tempe, aprikot, temulawak, koro, pear dan
kratok.
Hasil dekomposisi sianida oleh suatu asam
Sisa pembakaran selluloid
Gas penerangan
Pembersih kuteks
Bahan pelarut(aliphatic nitriles)
Asap rokok
Buah-buahan seperti apricot, cherry, apel, tanaman tertentu seprti bambu, singkong, almond,
bayam, kacang, tepung tapioka
Asap kendaraan bermotor
Hasil pembakaran dari material sintetik seperti plastik(buku medical toksikology.

E. PENGGUNAAN SIANIDA

Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang
biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang..
Adapun penggunaan sianida adalah:

1. Pada perindustrian dan pekerjaan


Pemadam kebakaran
Industri karet
Industri plastik
Industri kulit
Pertambangan
Penyepuhan dengan listrik(electroplating)
Pengelasan
Petugas laboratorium dan ahli kimia
Pekerja yang menggunakan pestisida
Pengasapan
Industri kertas
2. Penggunaan pada militer
Pada zaman kejayaan kerajaan Romawi, sianida digunakan sebagai senjata. Sianida
sebagai komponen yang sangat mematikan digunakan untuk meracuni anggota keluarga kerajaan
dan orang-orang yang dianggap dapat mengganggu keamanan. Tidak itu saja, Napoleon III
mengusulkan untuk menggunakan sianida pada bayonet pasukannya selama perang dunia pertama,
Perancis menggunakan asam hidrosianik yang berbentuk gas. Tetapi racun sianida yang berbentuk
gas ini mempunyai efek yang kurang mematikan dibandingkan dengan bentuk cairnya.
Sementara itu, pihak Jerman sendiri pada waktu itu telah melengkapi pasukannya dengan masker
yang dapat menyaring gas tersebut. Karena kurang efektifnya penggunaan gas ini, maka pada
tahun 1916 Perancis mencoba jenis sianida gas lainnya yang mempunyai berat molekul yang lebih
berat dari udara, lebih mudah terdispersi dan mempunyai efek kumulatif. Zat yang digunakan
adalah Cyanogen chlorida, yang dibentuk dari potassium sianida. Racun jenis ini sudah cukup
efektif pada konsentrasi yang rendah karena sudah bisa mengiritasi mata dan paru.
Pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan paralysis hebat pada sistem pernafasan
dan sistem saraf pusat.
Dilain pihak, Austria ketika itu juga mengeluarkan gas beracun yang berasal dari potassium
sianida dan bromin. Zat ini kemudian disebut sianogen bromida yang mempunyai efek iritasi yang
sangat kuat pada konjungtiva mata dan pada mukosa saluran pernafasan. Selama perang dunia ke
II, NAZI Jerman menggunakan asam hidrosianik yang disebut Zyklon B untuk menghabisi ribuan
rakyat sipil dan tentara musuh.
Adapun sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty Organization)
adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN), bromin. Zat ini kemudian disebut sianogen
bromida yang mempunyai efek iritasi yang sangat kuat pada konjungtiva mata dan pada mukosa
saluran pernafasan. Selama perang dunia ke II, Nazi Jerman menggunakan asam hidrosianik yang
disebut mereka Zyklon B untuk menghabisi ribuan rakyat sipil dan tentara musuh.
Adapun sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty Organization)
adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).

3 Penggunan Non Militer


Sianida lebih banyak digunakan untuk kepentingan ekonomi daripada kepentingan
militer. Kebanyakan hampir tiap hari kontak dengan sianida. Ratusan bahkan ribuan ton sianida
dibentuk oleh dunia ini tiap harinya. Sianida banyak digunakan untuk bidang kimia, pembuatan
plastik, penyaringan emas dan perak, metalurgi, anti jamur dan racun tikus. Sementara itu,
keracunan sianida paling banyak dilaporkan setelah memakan singkong dan kacang. Singkong
pada beberapa negara yang baru berkembang masih menjadi makanan utama dan dianggap
sebagai biang kerok tingginya tropical ataxic neuropathy di negara ini. Pada saat ini, sianida
digunakan oleh pemerintah, perusahaan maupun perorangan untuk bermacam keperluan.
F. TAKARAN ATAU DOSIS SIANIDA
o Dosis letal dari sianida adalah : asam hidrosianik sekitar 2,5005,000 mg.min/m3, dan
untuk sianogen klorida sekitar 11,000 mg.min/m3.
o Terpapar hidrogen sianida meskipun dalam tingkat rendah (150-200 ppm) dapat berakibat
fatal. Tingkat udara yang diperkirakan dapat membahyakan hidup atau kesehatan adalah 50
ppm. Batasan HCN yang direkomendasikan pada daerah kerja adalah 4.7 ppm (5 mg/m3
untuk garam sianida). HCN juga dapat diabsorpsi melalui kulit.
o Ingesti pada orang dewasa sebanyak 200 mg sodium atau potassium sianida dapat berakibat
fatal. Larutan dari garam sianida dapat diabsorpsi melalui kulit.

G. ASAL PAPARAN SIANIDA

1. Inhalasi
Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen seperti plastik
akan melepaskan sianida. Rokok juga mengandung sianida, pada perokok pasif dapat ditemukan
sekitar 0.06g/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok aktif ditemukan sekitar 0.17
g/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen sianida sangat mudah diabsorbsi oleh paru-paru, gejala
keracunan dapat timbul dalam hitungan detik sampai menit. Ambang batas g/ml tetapi angka
minimal hydrogen sianida di udara adalah 0,02-0,20 ini belum dapat memastikan konsentrasi
sianida yang berbahaya bagi orang disekitarnya. Selain itu, gangguan dari saraf-saraf sensoris
pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga
lebih cepat terbang ke angkasa. Anak-anak yang terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang
sama pada orang dewasa akan terpapar hidrogen sianida yang jauh lebih tinggi.

2. Mata dan kulit


Paparan hidrogen sianida dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Muncul segera
setelah paparan atau paling lambat 30 sampai 60 menit. Kebanyakan kasus disebabkan kecelakaan
pada saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan kulit dan meninggalkan luka bakar.

3. Saluran pencernaan (ingested)


Tertelan dari hidrogen sianida sangat fatal. Karena sianida sangat mudah masuk ke dalam
saluran pencernaan. Tidak perlu melakukan atau merangsang korban untuk muntah, karena sianida
sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran pencernaan.

H. CIRI-CIRI KERACUNAN SIANIDA


Bahaya sianida bagi kesehatan tubuh hingga dapat menyebabkan kematian yang mendadak.
Oleh karena itu jangan abaikan orang yang terkena sianida. Sama halnya dengan Bahaya Racun
Aflatoksin, efek sianida juga dapat membahayakan tubuh.Orang terkena sianida dalam jumlah
kecil dengan bernafas, terserap melalui kulit , atau makan makanan yang mengandung sianida
mungkin memiliki beberapa atau semua tanda-tanda berikut dan gejala dalam beberapa menit
Pusing
Sakit kepala
Mual dan muntah
napas cepat
Denyut jantung cepat

Keracunan sianida terjadi ketika organisme hidup terkena senyawa yang menghasilkan ion
sianida (CN-) ketika dilarutkan dalam air. senyawa sianida yang beracun umum termasuk gas
hidrogen sianida dan sianida padatan kristal kalium, natrium sianida, dan calcium cyanamide. Ion
sianida menghentikan respirasi sel dengan menghambat enzim sitokrom c oksidase yang berada di
dalam mitokondria.

Keracunan sianida biasanya sulit dideteksi secara visual. Efek dari menelan sianida sangat
mirip dengan efek dari mati lemas, karena sianida menghentikan kemampuan sel-sel tubuh dalam
menggunakan oksigen, suatu zat yang sangat vital untuk kehidupan sel tubuh. Gejala-gejala
keracunan sianida sangat mirip dengan kekurangan oksigen yang dialami ketika hiking atau
mendaki di ketinggian.

Pada dosis yang lebih rendah, kehilangan kesadaran seseorang mungkin didahului oleh
kelemahan umum, pusing, sakit kepala, vertigo, kebingungan, dan kesulitan bernafas. Pada tahap
pertama dari ketidaksadaran, pernapasan seringkali cukup atau bahkan cepat, meskipun keadaan
korban berlangsung menuju koma, kadang disertai edema paru, dan pada akhirnya menyerang
jantung.

Biasanya, konsumsi akut akan memiliki dramatis, onset yang cepat, mempengaruhi jantung
dengan cepat dan dapat menghentikan detak jantung secara tiba-tiba. Keracunan sianida juga dapat
langsung mempengaruhi otak dan menyebabkan kejang atau koma. Jika sianida yang dihirup
menyebabkan koma dengan kejang, apnea, dan serangan jantung, kematian sudah dalam hitungan
detik. Sianida tidak langsung menyebabkan sianosis. Dosis fatal bagi manusia bisa terjadi mulai
dari 1,5 mg / kg berat badan. Berat tubuh sekitar 50 kg mungkin bisa mengalami kematian jika
menelan minimum 75 mg sianida.

Kulit orang yang terkena racun sianida sianida kadang-kadang bisa menjadi sangat merah
muda atau merah ceri, dan berubah menjadi gelap, yang disebabkan oksigen yang tertinggal di
dalam darah dan tidak masuk ke dalam sel. Penderita mungkin juga bernapas sangat cepat dan
memiliki detak jantung sangat cepat atau sangat lambat. Terkadang napas seorang yang keracunan
bisa berbau seperti almond pahit, meskipun ini mungkin sulit dideteksi.

Dimana Sianida Ditemukan


Sianida terdapat dari bahan alami di beberapa makanan dan tumbuhan tertentu seperti
singkong, kacang lima dan almond. Biji buah-buahan yang umum, seperti aprikot, apel,
dan buah persik, mungkin memiliki bahan kimia yang dimetabolisme untuk sianida. Bagian
yang dapat dimakan dari tanaman ini mengandung jumlah yang jauh lebih rendah dari
bahan kimia ini.
Sianida yang terkandung dalam asap rokok dan produk pembakaran bahan sintetis seperti
plastik. Produk pembakaran adalah zat yang dilepaskan ketika hal-hal terbakar.
Dalam manufaktur, sianida digunakan untuk membuat kertas, tekstil, dan plastik. Hal ini
hadir dalam bahan kimia yang digunakan untuk mengembangkan foto. Garam sianida
digunakan dalam metalurgi untuk elektroplating, pembersihan logam, dan menghapus
emas dari bijih. Gas sianida digunakan untuk membasmi hama dan hama di kapal dan
bangunan.
Jika tidak sengaja tertelan, bahan kimia yang ditemukan dalam produk-produk berbasis
asetonitril yang digunakan untuk menghapus kuku palsu dapat menghasilkan sianida ketika
dimetabolisme oleh tubuh.

I. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK

Seseorang dapat terkontaminasi melalui makanan, rokok dan sumber lainnya. Makan dan
minum dari makanan yang mengandung sianida dapat mengganggu kesehatan. Setelah terpapar,
sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih
dalam jumlah yang kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan
diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila
jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu untuk
mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12.
Jumlah distribusi dari sianida berubah-ubah sesuai dengan kadar zat kimia lainnya di dalam
darah. Pada percobaan terhadap gas HCN pada tikus didapatkan kadar sianida tertinggi adalah
pada paru-paru yang diikuti oleh hati kemudian otak. Sebaliknya, bila sianida masuk melalui
sistem pencernaan maka kadar tertinggi adalah di hati. Sianida juga mengakibatkan banyak efek
pada sistem kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah di dalam
otak. Penelitian pada tikus membuktikan bahwa garam sianida dapat mengakibatkan kematian atau
juga penyembuhan total. Selain itu, pada sianida dalam bentuk inhalasi baru menimbulkan efek
dalam jangka waktu delapan hari. Bila timbul squele sebagai akibat keracunan sianida maka akan
mengakibatkan perubahan pada otak dan hipoksia otak dan kematian dapat timbul dalam jangka
waktu satu tahun.
Kuantitas kecil sianida selalu hadir dalam jaringan manusia dimetabolisme pada tingkat
perkiraan 17 "min Fg / kg, terutama oleh enzim hepatik rhodanese, yang mengkatalisis reaksi
ireversibel sianida dan sulfane untuk menghasilkan tiosianat, senyawa yang relatif tidak beracun
diekskresikan dalam urin (Konsentrasi tinggi dari tiosianat baik dalam darah atau urin adalah bukti
dari paparan sianida.) Faktor pembatas. dalam kondisi normal adalah ketersediaan sulfane sebagai
substrat untuk rhodanese, dan belerang diberikan terapi seperti natrium tiosulfat untuk
mempercepat . reaksi Karena kemampuan tubuh untuk detoksifikasi sianida sejumlah kecil melalui
reaksi-dikatalisis rhodanese dengan sulfane, dosis mematikan sianida tergantung waktu, yaitu,
suatu jumlah sianida diserap perlahan-lahan dapat menyebabkan tidak ada efek biologis bahkan
meskipun jumlah yang sama diberikan selama periode yang sangat singkat bisa mematikan.

Mekanisme:
Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi dan kulit. Garam sianida cepat
diserap melalui saluran pencernaan sedangkan cyanogen dan uap asam sianida diabsorpsi melalui
pernapasan. Asam sianida yang berbentuk cair juga cepat diabsorpsi melalui kulit.

Dosis toksik peroral HCN berkisar antara 60-90 mg sedangkan KCN atau NaCN adalah
200 mg. Sementara itu, dalam bentuk gas, dosis toksik tergantung pada kadar gas serta lamanya
inhalasi.

Kadar 20 ppm : gejala ringan timbul setelah beberapa jam


Kadar 100 ppm : Sangat berbahaya dalam 1 jam
Kadar 200-400 ppm : meninggal dalam 30 menit
Kadar 2000 ppm : meninggal seketika

Setelah diabsorpsi, sianida akan masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan
tidak dapat berikatan dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk methemoglobin membentuk
sianmethemoglobin. Di dalam tubuh, sianida akan menonaktifkan beberapa enzim oksidatif di
seluruh jaringan, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari
oksigen yang dibawa oleh darah.

Hambatan terhadap sitokrom oksidase menyebabkan proses oksidasi-reduksi dalam sel


tidak dapat berlangsung dan oksi-Hb tidak dapat berdisosiasi melepaskan oksigen ke sel jaringan
sehingga timbul anoksia jaringan. Korban meninggal karena hipoksia sel (kekurangan oksigen)
padahal di dalam darahnya kaya dengan oksigen.

Garam sianida akan menjadi berbahaya setelah berkontak dengan asam membentuk gas
asam sianida. Perlu diingat bahwa di dalam lambung manusia terdapat asam. Oleh karena itu, pada
saat lambung kosong, garam sianida yang tertelan akan segera berkontak dengan asam lambung
menjadi asam sianida sehingga kematian dapat terjadi secara cepat. Sementara itu, jika lambung
penuh (makanan), dapat terjadi penundaan beberapa menit hingga jam.

Gejala dari keracunan sianida sesuai dengan cara masuknya sianida ke dalam tubuh.
Beberapa di antaranya adalah rasa terbakar di kerongkongan dan lidah, sesak napas, hipersalivasi,
mual, muntah, sakit kepala, pusing berputar, fotofobi (sensitif cahaya), telinga berdenging (tinitus),
pusing dan kelelahan. Wajah nampak sianosis, keluar busa dari mulut, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan kadang tidak teratur, pupil dilatasi dan refleks cahaya melambat, udara
pernapasan atau muntahan berbau seperti almond. Sianosis akan semakin jelas, kemudian timbul
kedut otot serta kejang-kejang dengan inkontinensia urin (mengompol) dan alvi (keluar feses
secara tidak sadar). Karena darah vena korban mengandung banyak oksigen, lebam mayat
berwarna merah terang, meskipun ditemukan pula kasus kematian akibat sianida dengan warna
lebam mayat berwarna biru kemerahan.

J. GEJALA KLINIS

Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara
progresif. Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari;
Dosis sianida
Banyaknya paparan
Jenis paparan
Tipe komponen dari sianida
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah,
penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme.
Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas
karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar
dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan
hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan
mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung
terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian.
Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian,
sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidotum.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah;
Hiperpnea sementara,
Nyeri kepala,
Dispnea
Kecemasan
Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul.
Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi pupil,
tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan, gagal nafas sampai henti
jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang keracunan sianida sehingga
menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar sianida.
Karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan dari
oksigen, maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan
funduskopi akan terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina karena rendahnya
penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada pembuluh darah vena
akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti cherry-red, tetapi tanda ini tidak selalu ada

K. TOKSISITAS

Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal dari sianida adalah:

Asam hidrosianik sekitar 2,5005,000 mgmin/m3


Sianogen klorida sekitar 11,000 mgmin/m3.
Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,
Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100 mg/kg.
Perkiraan dalam bentuk oral 1,52mg/kg
Ada juga yang melaporkan kematian bisa terjadi pada dosis 200-300 ppm. Dosis 110
135 ppm bisa mengakibatkan kefatalan setelah terpapar 30-60 menit, sedangkan pada
konsentrasi 45-54 ppm sianida masih bisa ditoleransi oleh tubuh.

Sifat Efek Racun


Pada dasarnya hanya terdapat dua jenis sifat efek toksik zat beracun, yakni terbalikkan atau tak
terbalkkan.

Ciri khas dari wujud efek toksik yang terbalikkan yaitu :

o bila kadar racun yang ada pada tempat aksi atau reseptor tertentu telah habis, maka reseptor
tersebut akan kembali ke kedudukan semula
o efek toksik yang ditimbulkan akan cepat kembali normal
o ketoksikan racun bergantung pada takaran serta kecepatan absorpsi, distribusi, dan
eliminasi racunnya.
Ciri khas dari wujud efek toksik yang tak terbalikkan yaitu :

o kerusakan yang terjadi sifatnya menetap


o pemejanan berikutnya dengan racun akan menimbulkan kerusakan yang sifatnya sama
sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan efek toksik
o pemejanan dengan takaran yang sangat kecil dalam jangka panjang akan menimbulkan efek
toksik yang seefektif dengan yang ditimbulkan oleh pemejanan racun dengan takaran besar
dalam jangka pendek

L. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Sianida bisa diukur dalam plasma, sel darah merah, darah lengkap atau urin. Dari
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya penurunan tekanan partial oksigen (PO2) dengan
adanya asidosis laktat. Pemeriksaan darah dan urin sangat penting pada mereka yang sering
terpapar agen ini. Selain itu juga, pemeriksaan ini akan menentukan pemberian jenis terapi.
Konsentrasi sianida dalam darah sangat berhubungan dengan gejala klinis yang akan
ditimbulkannya.
Karena sel darah merah banyak mengandung sianida di dalam darahnya, maka
pemeriksaan seluruh komposisi darah sangat diperlukan. Hal ini cukup sulit dilakukan karena
waktu paruh sianida yang pendek sehingga kandungan sianida dalam darah dengan cepat dapat
berkurang. Oleh sebab itu, faktor waktu dan kondisi tempat penyimpanan sangat penting dalam
menentukan hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan Sianida

Uji kertas saring.


Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga menjadi
lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering,
kemudian teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes. Uji positif bila terbentuk warna ungu.
Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan HNO3 1%, kemudian ke dalam larutan kanji 1%
dan keringkan. Setelah itu kertas saring dipotong-potong seperti kertas lakmus. Kertas ini dipakai
untuk pemeriksaan masal pada pekerja yang diduga kontak dengan CN. Caranya dengan
membasahkan kertas dengan ludah di bawah lidah. Uji positif bila warna berubah menjadi biru.
Hasil uji berwarna biru muda meragukan sedangkan bila warna tidak berubah (merah muda) berarti
tidak dapat keracunan.
Kertas saring dicelup ke dalam larutan KCL, dan dipotong kecil-kecil. Kertas tersebut
dicelupkan ke dalam darah korban, bila positif maka warna akan berubah menjadi merah terang
karena terbentuk sianmethemoglobin.

Pemeriksaan Laboratorium Forensik Lain


Pemeriksaan sianida
Isi Lambung
a. Reaksi Schonbein-Pagenstecher (Reaksi Guajacol).
Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring (panjang
3-4 cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu
celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan di atas jaringan
dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan, agar KCL
mudah terurai. Botol tersebut dihangatkan. Bila hasil reaksi positif, akan terbentuk warna biru-
hijau pada kertas saring.
Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila isi lambung mengandung
klorin, nitrogen oksida atau ozon; sehingga reaksi ini hanya untuk skrining.
b. Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin).
Isi lambung/ jaringan didestilasi dengan destilator.
5 ml destilat + 1 ml NaOH 50 % + 3 tetes FeSO4 10% rp + 3 tetes FeCl3 5%,
Panaskan sampai hampir mendidih, lalu dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes demi tetes
sampai terbentuk endapan Fe(OH)3, teruskan sampai endapan larut kembali dan terbentuk biru
berlin.
c. Cara Gettler Goldbaum.
Dengan menggunakan 2 buah flange (piringan), dan diantara kedua flange dijepitkan
kertas saring Whatman No. 50 yang digunting sebesar flange. Kertas saring dicelupkan ke dalam
larutan FeSO4 10% rp selama 5 menit, keringkan lalu celupkan ke dalam larutan NaOH 20%
selama beberapa detik. Letakkan dan jepitkan kertas saring di antara kedua flange. Panaskan bahan
dan salurkan uap yang terbentuk hingga melewati kertas saring ber-reagensia antara kedua flange.
Hasil positif bila terjadi perubahan warna pada kertas saring, menjadi biru.
d. Kristalografi
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman, muntahan, isi lambung di masukkan
ke dalam gelas beker, dipanaskan dalam pemanas air sampai kering, kemudian dilarutkan dalam
aceton dan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapat, diteteskan dalam gelas arloji dan
dipanaskan sampai kering, kemudian dilihat di bawah mikroskop. Bila terbentuk kristal-kristal
seperti sapu, ini adalah golongan hidrokarbon terklorinasi.
Pemeriksaan kualitatif dapat menggunakan penentuan titik cair, misal veronal murni
mencair pada suhu 191 C. Uji kristal dilakukan terhadap sisa obat yang ditemukan dalam isi
lambung. Masing-masing barbiturat mempunyai kristal yang khas bila dilihat dengan mikroskop.
Metoda Kopanyi (reaksi warna kobalt) dengan modifikasinya.

e. Metoda Kopanyi
Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung dalam sebuah corong. Periksa
dengan kertas lakmus, jika bersifat alkali tambahkan HCl sampai bersifat asam. Tambahkan 100
ml eter, kocok selama beberapa menit. Diamkan sebentar, tampak air terpisah dari eter, lapisan air
dibuang, barbiturat terdapat dalam lapisan eter. Saring eter ke dalam beaker glass dan uapkan
sampai kering di atas penangas air. Tambahkan 10 tetes kloroform untuk melarutkan sisa barbiturat
yang mengering.
Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white pocelain spot plate. Tambahkan 1
tetes kobalt asetat (1 % dalam metil alkohol absolut) dan 2 tetes isopropilamin (5% dalam metil-
alkohol absolut), Barbiturat akan memberi warna merah muda sampai ungu.
Pemeriksaan kuantitatif dan kuantitatif dapat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis
(TLC), kromatografi gas cair (GLC), spektrofotometri ultra-violet dan spektrofotofluorimetri.
M. TERAPI

Prinsip pertama dari terapi ini adalah mengeliminasi sumber-sumber yang terus-menerus
mengeluarkan racun sianida. Pertolongan terhadap korban keracunan sianida sangat tergantung
dari tingkat dan jumlah paparan dengan lamanya waktu paparan.
Segera menjauh dari tempat atau sumber paparan. Jika korban berada di dalam ruangan maka
segera keluar dari ruangan.
Jika tempat yang menjadi sumber, maka sebaiknya tetap berada di dalam ruangan. Tutup pintu
dan jendela, matikan pendingin ruangan, kipas maupun pemanas ruangan sampai bantuan
datang.
Cepat buka dan jauhkan semua pakaian yang mungkin telah terkontaminasi oleh sianida.
Letakkan pakaian itu di dalam kantong plastik, ikat dengan kuat dan rapat. Jauhkan ke tempat
aman yang jauh dari manusia, terutama anak-anak.
Segera cuci sisa sianida yang masih melekat pada kulit dengan sabun dan air yang banyak.
Jangan gunakan pemutih untuk menghilangkan sianida. Tindakan pertama adalah segera
cari udara segar. Jika berada di dekat balai pengobatan tertentu maka dapat diberikan oksigen
murni. Berikan antidotum seperti sodium nitrite dan sodium thiosulfat untuk mencegah
keracunan yang lebih serius. Bila korban dalam keadaan tidak sadar maka harus segera
ditatalaksana di rumah sakit karena bila terlambat dapat berakibat kematian. Penggunaan oksigen
hiperbarik untuk mereka yang keracunan sianida masih sering dipakai. Penambahan tingkat
ventilasi oksigen ini akan meningkatkan efek dari antidotum. Asidosis laktat yang berasal dari
metabolisme anaerobik dapat diterapi dengan memberikan sodium bikarbonat secara intravena
dan bila pendertia gelisah dapat diberikan obat-obat antikonvulsan seperti diazepam. Perbaikan
perfusi jaringan dan oksigenisasi adalah tujuan utama dari terapi ini. Selain itu juga, perfusi
jaringan dan tingkat oksigenisasi sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pemberian
antidotum. Obat vasopressor seperti epinefrin bila timbul hipotensi yang tidak memberi respon
setelah diberikan terapi cairan. Berikan obat anti aritmia bila terjadi gangguan pada detak
jantung. Setelah itu berikan sodium bikarbonat untuk mengoreksi asidosis yang timbul.
Cara kerja obat-obatan diatas adalah dengan menghambat pembentukan ikatan sianida
pada sitokrom oksidase dengan bantuan methemoglobin. Methemoglobin akan mengikat sianida
dan membuangnya dari dalam sel maupun cairan ekstra seluler. Salah satu keterbatasan
mengenai antidotum ini adalah hanya berdasar dari eksperimen menggunakan hewan. Karena itu
cukup sulit untuk menilai keberhasilannya pada manusia. Selain itu juga, penelitian ini tidak
dibuat bila sedang berada dalam situasi yang besifat emergensi.

N. BAGAIMANA SIANIDA BISA MEMBUNUH?


Berikut penyebabnya:
Seberapa besarnya jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh, dan berapa lama orang tersebut
terkena racun sangat memengaruhi efek sianida di dalam tubuh. Dosis fatal sianida adalah
1,5mg/kg tubuh manusia. Bayangkan jika seseorang mengonsumsi lebih dari dosis yang
mematikan tersebut.
Saat sianida masuk ke dalam tubuh, sianida akan mencegah sel-sel di dalam tubuh untuk
menggunakan oksigen. Sehingga sel-sel di dalam tubuh akan mati.
Adapun organ yang akan paling mengalami kerusakan adalah otak dan jantung. Karena
dibandingkan organ tubuh lainnya, kedua organ ini adalah organ yang paling banyak
menggunakan oksigen.
Selain sianida yang masuk ke dalam mulut melalui makanan, gas sianida juga tidak kalah
berbahaya. Bahkan, paling bahaya dibandingkan dengan jenis lainnya. Gas ini mungkin tidak
terlalu berbahaya jika ada di ruangan terbuka, karena dapat menyebar dan menguap. Namun lain
halnya jika gas tersebut ada di dalam ruangan tertutup.
Sebenarnya sianida juga terdapat di dalam makanan yang mungkin kamu temui sehari-
hari. Namun, tentu masih dalam jumlah yang rendah. Misalnya saja di dalam kacang almond, biji
aprikot, biji jeruk, biji apel, ubi kayu, rebung, kacang lima, tapioka, dan lubang yang terdapat di
dalam buah. Selain itu, sianida juga terdapat di dalam asap kendaraan, asap rokok, beberapa jenis
alga, bakteri, dan jamur.
Meski sianida terdapat di dalam beberapa jenis makanan yang mungkin kamu temui
sehari-hari, sebenarnya bisa dikatakan cukup aman asal kamu mengolahnya dengan tepat.
Umumnya, efek mematikan sianida dapat terjadi karena kecelakaan atau karena disengaja. Efek
mematikannya yang cukup cepat tidak jarang dijadikan alat untuk meneror atau bahkan
membunuh seseorang.

ARTIKEL SINGKAT TENTANG KASUS SIANIDA JESSICA DAN MIRNA

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mendatangkan ahli forensik dari Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Budi Sampurna, untuk menjelaskan penyebab kematian
Wayan Mirna Salihin. "Dari pemeriksaan, dia meninggal karena racun sianida," kata Budi saat
memberi kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Rabu, 31 Agustus 2016.

Menurut Budi, dia melihat sejumlah organ tubuh Mirna mengalami lebam setelah
kematiannya. Lebam itu terjadi di mulut dan sejumlah organ tubuh lain. Budi kemudian
memastikan dengan memeriksa sejumlah organ tubuh dalam milik Mirna.

"Sesuai dengan tanda-tanda kematian Mirna, gejalanya seperti karena keracunan sianida,"
ujarnya. Dia juga mencari informasi lain yang berhubungan dengan kematian Mirna.
Termasuk closed-circuit television (CCTV) di Cafe Olivier yang memperlihatkan adegan saat
Mirna kejang-kejang setelah meminum es kopi.

Budi mengatakan, dari pemeriksaan sebelumnya, juga ditemukan adanya sianida di dalam
lambung korban. Dengan demikian, temuan di lapangan, dari gelas, petunjuk CCTV, sampai
mayat korban, konsisten menunjukkan gejala keracunan sianida.

Saat ini majelis hakim yang dipimpin Isworo masih mendengarkan keterangan Budi.
Sebelumnya, jaksa penuntut umum juga memanggil sejumlah saksi ahli untuk menerangkan
fakta-fakta yang telah ditemukan. Hasilnya, sejauh ini keterangan para ahli menyudutkan
terdakwa Jessica Kumala Wongso.

Sebelumnya, ahli psikiatri juga menyebutkan Jessica sempat mengalami depresi. Bahkan,
dari catatan dia, Jessica sempat tiga kali melakukan percobaan bunuh diri saat masih tinggal di
Singapura. "Ia memiliki masalah dengan pacarnya dan memutuskan pindah ke Indonesia," tutur
ahli psikiatri, Natalia Widia.

Toksikologi Forensik

Toksikologi Forensik mempelajari masalah keracunan untuk kepentingan forensic.

DEFINISI RACUN
Bahan Racun yang sering ditemukan Peraturan Perundang-undangan terkait Pembuktian
telah terjadi keracunan. Racun adalah bahan yang dalam jumlah relatif kecil, bila memasuki
tubuh dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan sampai kematian.
CARA MASUK RACUN KE DALAM TUBUH

Melalui mulut ke dalam saluran cerna per Oral


Melalui poros usus besar -- per Rectal
Melalui pernafasan -- per Inhalasi
Melalui Kulit per cutan
Melalui peredaran darah -- parenteral

CARA KERJA RACUN DALAM TUBUH


Tergantung pada jenis racun, di dalam tubuh racun ini akan menemukan target dan
menimbulkan gangguan gangguan yang membahayakan 3 Sistem Utama dalam tubuh dan
umumnya menyebabkan penurunan aktifitas ke 3 sistem utama sehingga dapat menghasilkan
kematian.

PEMERIKSAAN PADA MAYAT DENGAN DUGAAN MATI AKIBAT RACUN


Pada pemeriksaan bagian luar tubuh, dicari apakah jalan masuk yang ditempuh oleh
racun yang diduga.

Narkotika suntik -> cari bekas suntikan


Narkotika jenis sedot -> periksa rongga hidung
Racun pembunuh serangga -> periksa rongga mulut

PERUBAHAN PADA LEBAM MAYAT


Ada racun yang menyebabkan gangguan pada sistem Darah, yang mengakibatkan
perubahan warna pada darah dan ini akan menyebabkan perubahan warna lebam mayat yang
terjadi.

Keracunan gas CO (pada gas buang knalpot) : lebam mayat merah


Keracunan sianida : lebam mayat merah
Keracunan Nitrit : warna coklat

PADA AUTOPSI
Temukan gangguan yang terjadi pada organ tubuh, adanya perbendungan hebat,
terjadinya edema paru (paru yang mengalami pembengkakan), adanya perdarahan pada alat
dalam dan sebagainya.

PEMASTIAN TERJADI KERACUNAN


Racun yang masuk ke dalam tubuh, akan bekerja melalui peredaran darah, yang dikenal
dengan istilah sistemik. Sehingga untuk pembuktian diperlukan temuan racun dalam darah, atau
organ tubuh.
Racun yang memasuki tubuh akan mengalami proses metabolisme dan ini menghasilkan
metabolit yang akan dikeluarkan dari tubuh melalui sistem pembuangan ginjal dan dapat
ditemukan dalam air seni

PEMASTIAN JENIS RACUN


Untuk pemastian jenis racun yang menimbulkan keracunan, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Umumnya pemeriksaan ditujukan pada darah, organ dalam atau air seni. Pada
akhirnya, pemastian kematian akibat racun adalah temuan autopsi dan hasil laboratorium
toksikologi .

APA YANG TERJADI JIKA TERKENA SIANIDA?


Jika seseorang terkena sianida dalam jumlah kecil, orang tersebut akan mengalami
beberapa gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, pusing, merasa gelisah, pernapasan cepat,
denyut jantung cepat, dan tubuh terasa lemah. Meski begitu, tidak semua orang yang memiliki
beberapa gejala ini berarti mengalami keracunan sianida.

Lain halnya jika seseorang sudah terkena sianida dalam jumlah besar. Ia bisa jadi
mengalami denyut jantung yang melambat, hilang kesadaran, kejang, kerusakan pada paru-paru,
tekanan darah rendah, dan mengalami gagal napas hingga menyebabkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai