Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No.

2, 2017

UJI AKTIVITAS FRAKSI DARI EKSTRAK AKAR KANGKUNG (Ipomoea aquatica


Forssk.) TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans

Anzharni Fajrina1),Junuarty Jubahar1), Neki Hardiana2)


1)
. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.
rinaooshin@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian uji aktivitas fraksi dari ekstrak akar kangkung (Ipomoea aquatica Forssk.)
terhadap bakteri Streptococcus mutans. Sampel akar basah diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 % dan difraksinasi dengan menggunakan pelarut n-heksan, etil-asetat, dan butanol. Pengujian
aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan konsentrasi masing-masing fraksi 10 %,
20 % dan 30 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi 10 % fraksi etil asetat memiliki daya
hambat lebih besar (6,1 mm) dari pada fraksi n-heksan (6 mm) dan fraksi butanol (4,6 mm) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan one-way ANOVA. Hasil uji
statistik didapatkan hasil yang bermakna dengan (sig 0,129 > 0,05) artinya tidak terdapat perbedaan zona
hambat yang signifikan dari ketiga fraksi.
Kata Kunci : Akar kangkung, Antibakteri, Streptococcus mutans

ABSTRACT

A fractional activity study of water spinach root extract (Ipomoea aquatica Forssk.) has been done on
Streptococcus mutans bacteria. Wet root samples was extracted by maceration method using 96 % ethanol as
solvent and fractionated by using n-hexane, ethyl-acetate, and butanol. Testing of antibacterial activity was done
by diffusion method in order to use the concentration of each fraction 10 %, 20 % and 30 %. The results showed
that at concentrations of 10 % ethyl acetate fraction had a larger inhibitory (6.1 mm) than the n-hexane fraction
(6 mm) and the butanol fraction (4.6 mm) the growth of Streptococcus mutans bacteria. Data were collected
and analyzed by one-way ANOVA. The results of statistical test showed significant results with (sig 0.129 >
0.05) meaning there is no significant difference of drag zone of the three fractions.

Keywords : Water spinach, Antibacterials, Streptococcus mutans

PENDAHULUAN flavonoid dan kunon. Komponen bioaktif


Kangkung air (Ipomoea aquatica) pada kangkung air, meliputi golongan
merupakan salah satu tanaman yang alkaloid, steroid, fenol hidrokuinon dan
termasuk famili Convolvulaceae yang karbohidrat (Sudirman, 2011).
banyak tumbuh di daerah tropis dan Tumbuhan Ipomoea aquatica
subtropis. Ada dua jenis kangkung yaitu digunakan masyarakat sebagai sayuran.
kangkung air (Ipomoea aquatica) dan Bagian tumbuhan Ipomoea aquatica yang
kangkung darat (Ipomoea reptans). digunakan sebagai obat adalah daun,
Ipomoea aquatica tumbuh didaerah yang batang dan akar yang digunakan dalam
tergenang air (kondisi anaerob) sedangkan bentuk segar. Daun dan batang kangkung
Ipomoea reptans tumbuh ditanah yang digunakan untuk mengatasi keracunan
tidak tergenang air (kondisi aerob) makanan (termasuk jamur dan cendawan
(Ningsih et al., 2016). liar), urin sedikit, kencing nanah,
Ipomoea aquatica mengandung pendarahan, sulit tidur, sulit buang air
protein, mineral (kalsium, fosfor, besi), besar, terkilir, digigit ular dan serangga.
vitamin (A, B1, C, karoten), Sedangkan akar kangkung digunakan
hentriakontan, dan sitisterol. Menurut untuk mengatasi keputihan, batuk lama,
Yuliana (2013), Ipomoea aquatica radang gusi dan keringat dingin
mengandung senyawa kimia polifenol, (Dalimartha, 2006).

140
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 2, 2017

Karies gigi merupakan salah satu sebagai obat juga jarang menimbulkan
masalah kesehatan gigi yang sering efek samping yang merugikan
dijumpai dan menjadi masalah utama dari dibandingkan obat yang terbuat dari
penyakit gigi dan mulut di beberapa bahan sintetis (Riwandy et al., 2014).
daerah karena data menunjukkan Salah satu bahan alam yang
prevalensi dan derajat karies yang tinggi. banyak dikonsumsi masyarakat adalah
Menurut hasil survei Kesehatan Rumah kangkung air (Ipomoea aquatica).
Tangga tahun 2004, prevalensi karies gigi Penelitian mengenai aktivitas antioksidan
di Indonesia adalah 90,05 %. Karies gigi dan antifungi dari tumbuhan Ipomoea
adalah penyakit gigi terlokalisir yang aquatica telah dilakukan (Yuliana, 2013;
merusak jaringan keras gigi yang Sudirman, 2011) akan tetapi pemanfaatan
terbentuk dari akumulasi plak pada dan penelitian tumbuhan Ipomoea
permukaan gigi. Patogenitas aquatica sebagai antibakteri masih
Streptococcus mutans sebagai penyebab kurang. Oleh karena itu perlu dilakukan
utama karies gigi diyakini dapat penelitian mengenai uji aktivitas
mengganggu biologi rongga mulut. antibakteri fraksi aktif ekstrak akar
Bakteri ini memiliki kemampuan untuk Ipomoea aquatica terhadap pertumbuhan
mencerna sukrosa dan mensintesis glukan bakteri S.mutans sehingga dapat diketahui
dengan enzim lukosiltrasferase potensi yang optimal sebagai bahan herbal
ekstraseluler. Bakteri ini memproduksi antibakteri.
asam laktat sehingga dapat menyebabkan
demineralisasi dari permukaan gigi yang METODE PENELITIAN
menyebabkan terjadinya karies gigi atau Alat dan Bahan
lubang gigi (Novianti, 2013). Alat yang digunakan adalah botol
Pertumbuhan S.mutans harus gelap, kertas saring, corong (Pyrex),
dihambat agar tidak menjadi patogen dan erlenmeyer (Pyrex), separangkat alat
menyebabkan karies dengan pemberian rotary evaporator (Ika), gelas ukur
bahan antibakteri. Pencegahan karies (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), spatel,
sangat penting dilakukan sejak masa pipet tetes, corong pisah (Pyrex),
anak-anak. Ada banyak cara untuk timbangan analitik (Mettler PM 200), vial,
mencegah karies gigi, salah satunya cawan petri, autoklaf (Wiseclave),
penggunaan obat kumur antiseptik. inkubator (Memmert), Laminar Air Flow
Tujuan berkumur dengan antiseptik yaitu (model VL 150), hot plate
menurunkan jumlah koloni bakteri (velpscientifica), jangka sorong, jarum
patogen dalam rongga mulut, mengurangi ose, batang pengaduk, kertas cakram,
terjadinya plak dan karies gigi (Rifdayani pinset, labu ukur dan vortex.
et al., 2014). Sedangkan bahan yang digunakan
Telah banyak dilakukan penelitian adalah akar Ipomoea aquatica, etanol 96
dengan memanfaatkan bahan alam yang % (Bratacem), etanol 70 % (Bratacem), n-
bertujuan untuk menghasilkan obat- heksan (Bratacem), etil asetat (Bratacem),
obatan dalam upaya mendukung program aquadest (Bratacem), butanol (Bratacem),
pelayanan kesehatan gigi, khususnya Dimetilsulfoksida (DMSO) (Merck),
untuk mencegah dan mengatasi penyakit asam klorida, Magnesium P, reagen
karies gigi. Kembalinya perhatian ke Mayer LP, larutan Mc.Farland, kapas,
bahan alam (back to nature), dianggap kertas perkamen, alumunium foil, kain
sebagai hal yang sangat bermanfaat kasa, benang, Serbuk Nutrien Agar
karena selain sejak dahulu masyarakat (Merck), kloramfenikol dan bakteri
telah percaya bahwa bahan alam mampu Streptococcus mutans yang di peroleh dari
mengobati berbagai macam penyakit, Laboratorium Mikrobiologi Universitas
pemanfaatan bahan alam yang digunakan Indonesia.

141
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 2, 2017

Kemudian ditimbang dan didapatkan


Prosedur Penelitian berat fraksi etil asetat (Djamal, 1990).
Pengambilan Sampel Residu dari etil asetat selanjutnya
Sampel akar Ipomoea aquatica digabung dengan butanol kemudian
diambil didaerah Ampang Komplek dikocok dan dibiarkan sehingga terbentuk
Perumahan Talago Permai Blok I, Kota fraksi butanol dan ekstrak etanol air,
Padang, Sumatera Barat. fraksi butanol dipisahkan dari ekstrak
etanol air. Fraksi butanol diuapkan
Determinasi Tumbuhan dengan Rotary Evaporator dan
Tumbuhan dideterminasi di didapatkan fraksi kental butanol. Fraksi
Herbarium Universitas Andalas (ANDA), kental ini kemudian ditimbang dan
Jurusan Biologi FMIPA Universitas didapatkan berat fraksi butanol. Masing-
Andalas. masing fraksi kental di uji aktivitas
antibakterinya (Djamal, 1990).
Ekstraksi akar kangkung
Ekstrak dibuat dengan cara Uji Fitokimia
maserasi dengan menggunakan etanol 96 a. Alkaloid
%, sebanyak 1 kg akar Ipomoea aquatica Timbang 500 mg ekstrak, tambahkan
basah dimasukkan kedalam botol gelap, 1 mL asam klorida 2 N dan 9 ml air,
ditambahkan 10 L etanol 96 %, direndam panaskan diatas penangas air selama 2
selama 6 jam sambil sekali-kali dikocok menit, dinginkan dan saring. Pindahkan 3
dan didiamkan selama 18 jam. Maserat tetes filtrat diatas kaca arloji, tambahkan 2
dipisahkan dan proses diulangi 2 kali tetes Mayer LP terbentuk endapan
dengan jenis dan jumlah pelarut yang menggumpal berwarna putih atau kuning,
sama. Semua maserat dikumpulkan dan maka serbuk mengandung alkaloid
diuapkan dengan penguap vakum hingga (Departemen Kesehatan Republik
diperoleh ekstrak kental (Departemen Indonesia, 1995).
Kesehatan Republik Indonesia, 2000). b. Saponin
Masukkan 500 mg ekstrak yang
Fraksinasi dari ekstrak akar kangkung
diperiksa kedalam tabung reaksi
Ekstrak kental etanol yang didapat
tambahkan 10 mL air panas, dinginkan
difraksinasi dalam corong pisah, dengan
menambahkan air dan n-heksan (1:2) dan kemudian kocok kuat-kuat selama 10
detik; terbentuk buih yang mantap selama
(20:40), kemudian dikocok dan dibiarkan
tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
sehingga terbentuk fraksi n-heksan dan
sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes
ekstrak etanol air, fraksi n-heksan
asam klorida 2 N, buih tidak hilang
dipisahkan dari ekstrak etanol air.
(Departemen Kesehatan Republik
Kemudian n-heksan diuapkan dengan
Indonesia, 1995).
Rotary Evaporator dan didapatkan fraksi
c. Flavonoid
kental n-heksan. Kemudian ditimbang dan
Uapkan hingga kering 1 mL larutan
didapatkan berat fraksi n-heksan (Djamal,
percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL
1990).
etanol (95 %) P; tambahkan 0,5 g serbuk
Ekstrak etanol air selanjutnya
magnesium P dan 10 tetes asam klorida P,
difraksinasi dengan etil asetat, kemudian
jika terjadi warna merah jingga
dikocok dan dibiarkan sehingga terbentuk
menunjukkan adanya flavonoid
fraksi etil asetat dan ekstrak etanol air,
(Departemen Kesehatan Republik
fraksi etil asetat dipisahkan dari ekstrak
Indonesia, 1995).
etanol air. Fraksi etil asetat diuapkan
d. Fenolik
dengan Rotary Evaporator dan
didapatkan fraksi kental etil asetat.

142
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 2, 2017

Ekstrak kasar dicampur dengan 2 mL Larutan induk dibuat dengan cara


larutan FeCL3 2% terbentuk warna hijau menimbang masing-masing fraksi
(Yadav & Agarwala, 2011). sebanyak 50 mg, kemudian dimasukkan
dalam labu ukur dan dilarutkan dengan
Sterilisasi Alat 100 mL Dimetilsulfoksida (DMSO). Dari
Alat-alat yang digunakan terlebih larutan induk kemudian dibuat
dahulu dicuci bersih dan dikeringkan. pengenceran dengan konsentrasi 30 %, 20
Tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, %, 10 % b/v. Sebagai kontrol negatif
vial, dan pipet ditutup mulutnya dengan digunakan DMSO 10 µL dan kontrol
kapas yang dibalut dengan kain kasa, positif digunakan kloramfenikol 30
kemudian dibungkus dengan kertas µg/mL.
perkamen, lalu disterilkan didalam
autoklaf pada suhu 121 °C dan tekanan 15 Pembuatan Larutan Mc.Farland
lbs selama 15 menit. Pinset dan jarum ose Larutan H2SO4 0,36 N sebanyak
disterilkan dengan cara pemijaran di atas 99,5 mL dicampurkan dengan larutan
nyala api selama beberapa detik. Laminar BaCl2.2H2O 1,175 % sebanyak 0,5 mL
Air Flow (LAF) dibersihkan dari debu dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok
lalu disemprotkan dengan etanol 70 % sampai terbentuk larutan yang keruh.
dibiarkan selama 15 menit dan disterilkan Kekeruhan ini dipakai sebagai standar
dengan meny alakan lampu UV selama 5 kekeruhan suspensi bakteri uji (Muljono
menit sebelum digunakan. Semua et al., 2016).
pengerjaan dilakukan dengan teknik
aseptis (Dwidjoseputro, 1987) Pembuatan Suspensi Bakteri
Biakan bakteri uji yang berumur
Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) 24 jam diambil dari agar miring sebanyak
Sebanyak 5 gram nutrient agar 2 ose koloni, kemudian bakteri uji
dilarutkan dengan 250 mL aquadest dalam disuspensikan kedalam 10 mL natrium
erlenmeyer dan dipanaskan diatas klorida 0,9 % steril dalam tabung reaksi
hotplate dengan sekali-kali diaduk dengan steril dan divortex. Kekeruhan
batang pengaduk sampai terbentuk larutan dibandingkan dengan Mc. Farland
jernih. Setelah itu, larutan nutrient agar (Muljono et al., 2016)
disterilkan di dalam autoklaf pada suhu
121 °C tekanan 2 atm selama 15 menit. Uji Aktivitas Antibakteri
Larutan nutrient agar kemudian Sebanyak 15 mL nutrient agar
dimasukkan kedalam beberapa tabung (NA) dimasukkan ke dalam cawan petri
reaksi dengan jumlah yang telah steril, kemudian ditambahkan suspensi
ditentukan, tabung yang telah berisi bakteri 3 tetes. Setelah itu dihomogenkan
nutrient agar diletakkan pada kemiringan dengan cara digoyang memutar supaya
30-45o. Dibiarkan agar menjadi dingin suspensi bakteri uji tersebar merata dan
dan keras (Lay, 1994). dibiarkan memadat.
Cakram steril direndam pada
Peremajaan Bakteri masing-masing konsentrasi larutan uji
Diambil satu koloni bakteri fraksi, kemudian cakram tersebut di
Streptococcus mutans dengan tempelkan kepermukaan agar. Sebagai
menggunakan jarum ose steril lalu kontrol negatif digunakan DMSO 10 µL
ditanamkan pada media agar miring (NA) dan kontrol positif digunakan
dengan cara menggores, setelah itu kloramfenikol 30 µg/mL. Perlakuan ini
diinkubasi pada inkubator pada suhu 37 diulang sebanyak 3 kali. Setelah itu cawan
o
C selama 24 jam (Rusdi et al., 2010). petri diinkubasi dalam inkubator selama
Penyiapan Sampel Uji 24 jam pada suhu 24-27 oC. Aktivitas

143
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 2, 2017

antibakteri ditetapkan dengan mengukur HASIL DAN PEMBAHASAN


diameter daerah hambat yang terbentuk
dengan menggunakan jangka sorong 1. Determinasi tumbuhan telah
(Rusdi et al., 2010). Menurut Davis & dilakukan di Herbarium Universitas
Stout (1971), Potensi antibakteri diukur Andalas Padang dan hasilnya
dengan diameter zona hambat, yang menunjukkan bahwa tumbuhan yang
dikelompokkan menjadi: diameter zona digunakan adalah Ipomoea aquatica
hambat ≤ 5 mm dikategorikan lemah, Forssk. yang berasal dari famili
diameter zona hambat 5-10 mm Convolvulaceae.
dikategorikan sedang, diameter zona 2. Hasil ekstraksi menggunakan
hambat 10-20 mm dikategorikan kuat dan pelarut etanol 96 % terhadap simplisia
diameter zona hambat ≥ 20 mm akar kangkung seberat 1 kg didapatkan
dikategorikan sangat kuat. hasil rendemen ekstraksi sebesar 1,5326
%.
Analisis Data Metode ekstraksi yang digunakan
Data yang diperoleh ditampilkan adalah maserasi. Menurut Harborne
dalam bentuk tabel, grafik serta gambar (1987), metode maserasi digunakan untuk
koloni mikroba. Kemudian dianalisis mengekstrak jaringan tanaman yang
dengan menggunakan statistik ANOVA belum diketahui kandungan senyawanya
satu arah dengan program SPSS versi 20. yang kemungkinan bersifat tidak tahan
panas sehingga kerusakan komponen
tersebut dapat dihindari.
Tabel I. Hasil ekstraksi akar Ipomoea aquatica

Berat Sampel Pelarut Etanol Berat Ekstrak (g) Persentse (%)


(kg) 96% (L)
1 10 15,326 1,5326
Dari proses ekstraksi menggunakan Dimana senyawa fenol bersifat semi
pelarut etanol 96 % terhadap akar polar, mekanisme antibakteri senyawa
kangkung seberat 1 kg didapatkan hasil fenol dalam membunuh mikroorganisme
ekstraksi sebesar 1,5326 % dan berat yaitu dengan mendenaturasi protein sel.
ekstrak sebesar 15,326 gr (Tabel 1). Peran Ikatan hidrogen yang terbentuk antara
pelarut etanol pada proses ekstraksi fenol dan protein mengakibatkan struktur
adalah melarutkan hampir semua protein menjadi rusak. Ikatan hidrogen
komponen baik yang bersifar polar, semi tersebut akan mempengaruhi
polar maupun non polar. permeabilitas dinding sel dan membran
sitoplasma sebab keduanya tersusun atas
3. Hasil uji fitokimia didapatkan protein. Permeabilitas dinding sel dan
senyawa yang terdapat didalam ekstrak membran sitoplasma yang terganggu
akar kangkung adalah fenol. dapat menyebabkan ketidakseimbangan
makromolekul dan ion dalam sel,
Salah satu metabolit sekunder yang sehingga sel menjadi lisis (Rijayanti,
terdapat pada tanaman kangkung 2014).
(Ipomoea aquatica) adalah fenol yang
memiliki aktivitas antibakteri (Tabel II).

144
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 2, 2017

Tabel II. Hasil Uji Skrining Fitokimia Dari Ekstrak Akar Kangkung (Ipomoea aquatica
(Forssk).

Pengujian Pereaksi Hasil

Alkaloid Mayer Endapan menggumpal berwarna


putih
(-)

Saponin Air + HCL 2 N Buih


(-)
Flavonoid Sianidin test (Mg + HCL P) Warna merah jingga
(-)
Fenol FeCL3 2 % Hijau
(+)

4. Hasil fraksinasi ekstrak akar heksan, etil asetat dan butanol berurutan
kangkung dengan menggunakan pelarut n- adalah 0,2 gr; 1,1 gr dan 7,7 gr.

Tabel III. Hasil fraksinasi dari ekstrak akar kangkung

Pelarut Berat Fraksi (g)


N-heksan 0,2
Etil asetat 1,1
Butanol 7,7
Hasil yang diperoleh menunjukkan Sedangkan untuk pelarut semi polar
adanya perbedaan nilai dengan pelarut seperti etil asetat dapat melarutkan
butanol yang paling besar (Tabel III). senyawa flavonoid aglikon (Sembiring et
Perbedaan hasil fraksinasi dimungkinkan al., 2016). Menurut Holetz (2002), fraksi
oleh adanya perbedaan nilai kepolaran etil asetat sering disebut juga sebagai
masing-masing golongan senyawa kimia. pelarut polar menengah yang volatil dan
Perbedaan berat fraksi yang diperoleh dari tidak beracun.
masing-masing pelarut yang digunakan Fraksinasi dilakukan secara
tidak mempengaruhi aktivitas antibakteri. berkesinambungan dimulai dengan pelarut
Pelarut-pelarut tersebut mempunyai non polar yaitu n-heksan, dilanjutkan
kemampuan memisahkan senyawa dalam dengan pelarut semi polar menggunakan
ekstrak berdasarkan kepolarannya. etil asetat dan diakhiri dengan
Fraksinasi dilakukan menggunakan menggunakan butanol sebagai pelarut
pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya. polar. Akhir dari proses fraksinasi akan
Senyawa-senyawa yang bersifat non polar didapatkan fraksi yang mengandung
cenderung larut dalam pelarut non polar senyawa yang secara berurutan dari
sedangkan senyawa-senyawa yang senyawa non polar, semi polar dan polar.
bersifat polar cenderung larut dalam Menurut Harborne (1987), fraksinasi
pelarut polar. Hal ini disesuaikan dimaksudkan untuk memisahkan
berdasarkan prinsip like dissolve like. kandungan senyawa kimia yang berada
Pelarut n-heksan yaitu pelarut non polar pada ekstrak. Ekstrak kasar yang
digunakan untuk melarutkan senyawa- didapatkan dari ekstraksi harus dipisahkan
senyawa non polar seperti minyak, menurut golongan yang terkandungnya.
karotenoid, steroid dan triterpenoid.

145
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 2, 2017

5. Hasil pengukuran zona hambat positif (kloramfenikol) dengan


fraksi n-heksan, etil asetat dan butanol konsentrasi 30 µg/mL memiliki diameter
dapat dilihat pada Tabel IV. zona hambat sebesar 16 mm, diameter
Pengujian aktivitas antibakteri zona hambat yang terbentuk lebih besar
fraksi n-heksan, etil asetat, dan butanol bila dibandingkan dengan diameter zona
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 10 hambat pada masing-masing fraksi. Hal
% masing-masing menunjukkan diameter ini disebabkan karena kloramfenikol
hambat: 6 mm, 6,1 mm dan 4,6 mm. Hasil merupakan golongan antibiotik
uji aktivitas antibakteri terhadap beberapa berspektrum luas untuk bakteri gram
fraksi menunjukkan bahwa fraksi etil positif dan gram negatif, dimana
asetat memberikan daya hambat yang kloramfenikol menghambat pelekatan
lebih besar dibandingkan dengan fraksi n- asam amino kerantai peptida yang baru
heksan dan fraksi butanol (Tabel IV). timbul pada unit 50S ribosom dengan
Diduga kandungan kimia senyawa yang menganggu kerja peptidil transferase.
bersifat semi polar pada fraksi etil asetat Sedangkan pada kontrol negatif (DMSO)
memberikan aktivitas yang baik sebagai tidak terbentuk zona hambat sama sekali
antibakteri. Sedangkan pada kontrol (Tabel IV).

Tabel IV. Hasil Uji Aktivitas Fraksi dari Ekstrak akar Ipomoea aquatica dan Kloramfenikol

Sampel Konsentrasi (%) Diameter daya hambat Rata-rata (mm)


(mm)
I II III
Fraksi 30 % 7 9 6,5 7,5
n-heksan 20 % 7,5 5 6 6,1
10 % 7,5 5,5 5 6
Fraksi 30 % 8,5 8 7 7,8
etil-asetat 20 % 7 5,5 6 6,1
10 % 6,5 6 6 6,1
Fraksi butanol 30 % 6 4,5 8 6,1
20 % 5,5 5,5 7 6
10 % 4 5 5 4,6
Kontrol - 10 µL 0 0 0 0
(DMSO)

Kontrol + 30 µg/mL 16 16 16 16
(Kloramfenikol)

Menurut Davis & Stout (1971), hambat 10-20 mm dikategorikan kuat, dan
potensi antibakteri diukur dengan diameter zona hambat ≥ 20 mm
diameter zona hambat, yang dikategorikan sangat kuat. Dari hasil
dikelompokkan menjadi: diameter zona penelitian yang telah dilakukan
hambat ≤ 5 mm dikategorikan lemah, didapatkan bahwa fraksi n-heksan, etil
diameter zona hambat 5-10 mm asetat dan butanol memiliki diameter
dikategorikan sedang, diameter zona hambat yang sedang.

146
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 2, 2017

9
rata-rata diameter zona 8
hambat (mm) 7
6
5
4 fraksi n-heksan
3 fraksi etil setat
2
1 fraksi butanol
0
kosentrsi 30 % kosentrasi 20 % kosentrsi 10 %
Kosentrasi fraksi

Gambar 1. Grafik Hasil Pengukuran Antara Konsentrasi Fraksi Dengan Rata-rata


Diameter Zona Hambat (mm)
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa KESIMPULAN
konsentrasi fraksi yang berbeda-beda Dari hasil yang didapat
mempunyai diameter hambat yang disimpulkan bahwa semua fraksi dari
berbeda pula. Menurut Andries et al ekstrak akar kangkung (Ipomoea
(2014), perbedaan diameter hambat juga aquatica) aktif menghambat pertumbuhan
disebabkan oleh beberapa faktor, antara bakteri Streptococcus mutans dan fraksi
lain besarnya inokulum, waktu inkubasi yang paling aktif adalah fraksi etil asetat.
dan daya antibakteri zat berkhasiat. Makin
besar inokulum maka semakin kecil daya DAFTAR PUSTAKA
hambatnya, sehingga semakin kecil zona Andries, R. J., Gunawan, P. N., & Supit,
yang terbentuk. Konsentrasi ekstrak A. (2014). Uji efek antibakteri
mempengaruhi kecepatan difusi zat ekstrak bunga cengkeh terhadap
berkhasiat. Makin besar konsentrasi bakteri Streptococcus mutans
ekstrak, maka semakin cepat difusi, secara In-vitro. Jurnal e- Gigi
akibatnya semakin besar daya antibakteri (eG), 2, (2), 1-7.
dan semakin luas diameter zona hambat Dalimartha, S. (2006). Atlas tumbuhan
yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan obat indonesia. (Jilid 4). Jakarta:
hasil penelitian bahwa fraksi dengan Puspa Swara.
konsentrasi 30 % mempunyai zona Davis, W. W., & Stout, T. R. (1971). Disc
hambat yang lebih besar dibanding plate method of microbiological
dengan fraksi konsentrasi 20 % dan 10 %. antibiotic assay. Journal of
microbiology, 22, (4), 659-665.
6. Hasil uji aktivitas fraksi dari Departemen Kesehatan Republik
ekstrak akar kangkung terhadap bakteri Indonesia. (1995). Materia medika
Streptococcus mutans dilakukan uji indonesia. (Jilid VI). Jakarta:
analisis statistik ANOVA satu arah Direktorat Jenderal Pengawasan
dengan menggunakan program SPSS Obat Dan Makanan
versi 20. Dari hasil uji statistik didapat Departemen Kesehatan Republik
hasil yang bermakna dengan (sig 0,129 > Indonesia. (2000). Parameter
0,05) artinya bahwa fraksi dari ekstrak standar umum ekstrak tumbuhan
akar kangkung air tidak efektif dalam obat. Jakarta: Departemen
menghambat pertumbuhan Streptococcus Kesehatan RI.
mutans. Djamal, R. (1990). Prinsip–prinsip dasar
bekerja dalam bidang kimia bahan

147
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 2, 2017

alam. Padang: Universitas Rifdayani, N., Budiarti, L. Y., &


Baiturahma. Carabelly, A. N. (2014).
Dwidjoseputro, D. (1978). Dasar-dasar Perbandingan efek bakterisidal
mikrobiologi. Malang: Djambatan. ekstrak mengkudu (morinda
Harborne, J.B. (1987). Metode fitokimia citrifolia liin) 100% dan povidone
penentuan cara modern iodine 1% terhadap streptococcus
menganalisis tumbuhan. (Edisi mutans in vitro. Jurnal kedokteran
kedua). Bandung: ITB gigi, II, (2), 1-6.
Holetz, F.B. (2002). Screening of some Riwandy, A., Aspriyanto, D., & Budiarti,
plants used in brazilian folk L. Y. (2014). Aktivitas antibakteri
medicine for ekstrak air kelopak bunga rosella
the treatment of infectious disease. (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap
Journal of Boline International, pertumbuhan Streptococcus
97, (7),1027-1031. mutans in vitro. Jurnal kedokteran
Lay, B. W. (1994). Analisis mikroba di gigi, II, (1), 60-64.
laboratorium. Jakarta: Raja Rusdi, N. K., Sediarso., & Fadila, S. H.
Grafindo Persada. (2010). Uji aktivitas antibakteri
Muljono, P., Fatimawali., & fraksi etanol 70% dari ekstrak
Manampiring, A. E. (2016). Uji daun mahkota dewa (Phaleria
aktivitas antibakteri ekstrak daun macrocarpa (screff) Boerl.)
mayana jantan (Coleus terhadap bakteri Streptococcus
atropurpureus Benth) terhadap mutans. Jurnal farmasains, 1, (2),
pertumbuhan bakteri 89-94.
Streptococcus Sp. dan Sembiring, E., Sangi, M. S., & Suryanto,
Pseudomonas Sp. Jurnal e- E. (2016). Aktivitas antioksidan
Biomedik (eBm), 4, (1), 164-172. ekstrak dan fraksi dari biji jagung
Ningsih, A. N., Mansyurdin., & (Zea mays L.). Jurnal Chem.
Maideliza, T. M. (2016). Prog., 9, (2), 16-24.
Perkembangan aerenkim akar Yadav, R., & Agarwala, M. (2011).
kangkung darat dan kangkung air. Phytochemical analysis of some
Jurnal Biologi, 9, (1), 37-43. medicinal plants. Journal of
Novianti, D. (2013). Efektivitas infus phytology, 3, (12), 10-14.
daun sirih sebagai antibakteri Yuliana, A., & Albert. (2013). Aktivitas
streptococcus mutans penyebab kangkung air (Ipomoea aquatica)
karies gigi. Jurnal sainmatika, 10, terhadap jamur Pityrosporum
(1), 7-10. ovale hasil isolasi secara in vitro.
Purwanto, S. (2015). Uji aktivitas Jurnal kesehatan bakti tunas
antibakteri fraksi aktif ekstrak husada, 9, (1), 1-6.
daun senggani (Melastoma
malabathricum L) terhadap
Escherichia coli. Jurnal
keperawatan sriwijaya, 2, (2), 84-
92.
Rijayanti, R. P. (2014). Uji aktivitas
antibakteri ekstrak etanol daun
mangga bacang (Mangifera
foetida L.) terhadap
Staphylococcus aureus secara
invitro. (Skripsi). Tanjungpura:
Fakultas Kedokteran.

148

Anda mungkin juga menyukai

  • Tambahan Asma
    Tambahan Asma
    Dokumen1 halaman
    Tambahan Asma
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • 842 1564 1 SM PDF
    842 1564 1 SM PDF
    Dokumen8 halaman
    842 1564 1 SM PDF
    san
    Belum ada peringkat
  • 1370 - Cara Qsar
    1370 - Cara Qsar
    Dokumen3 halaman
    1370 - Cara Qsar
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • 1370 - Cara Qsar
    1370 - Cara Qsar
    Dokumen3 halaman
    1370 - Cara Qsar
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • Full
    Full
    Dokumen146 halaman
    Full
    faradlina mufti
    Belum ada peringkat
  • Sim Kel 5
    Sim Kel 5
    Dokumen34 halaman
    Sim Kel 5
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • Uji Antibakteri Bawang
    Uji Antibakteri Bawang
    Dokumen6 halaman
    Uji Antibakteri Bawang
    Septiani Hasibuan
    Belum ada peringkat
  • Sim Kel 5
    Sim Kel 5
    Dokumen34 halaman
    Sim Kel 5
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • TQM Kel 5
    TQM Kel 5
    Dokumen31 halaman
    TQM Kel 5
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi Antelmintik
    Farmakologi Antelmintik
    Dokumen79 halaman
    Farmakologi Antelmintik
    Muhammad Darwis
    Belum ada peringkat
  • JPharPracComMed 4 2 107 - 0.en - Id PDF
    JPharPracComMed 4 2 107 - 0.en - Id PDF
    Dokumen6 halaman
    JPharPracComMed 4 2 107 - 0.en - Id PDF
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • Ipi184155 PDF
    Ipi184155 PDF
    Dokumen7 halaman
    Ipi184155 PDF
    Chiiechaarsha FC Clhaluwarlhoufsedjhathye
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen29 halaman
    MAKALAH
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • Sian Ida
    Sian Ida
    Dokumen20 halaman
    Sian Ida
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • Analisis HPLC Teh
    Analisis HPLC Teh
    Dokumen3 halaman
    Analisis HPLC Teh
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi Pertemuan 14
    Farmakologi Pertemuan 14
    Dokumen179 halaman
    Farmakologi Pertemuan 14
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi Pertemuan 14
    Farmakologi Pertemuan 14
    Dokumen179 halaman
    Farmakologi Pertemuan 14
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen29 halaman
    MAKALAH
    Nadilla Alfitri
    Belum ada peringkat