NIM : 1005015068
A. Invertebrata
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki
struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok
hewan bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan
peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata.
Invertebrata adalah hewan yang tidak mempunyai tulang punggung atau ruas-
ruas tulang belakang. Invertebrata terdiri dari beberapa phyllum, yaitu :
- Phyllum Porifera
Spermatogenesis spons
Spermatogonia pada spons berasal dari choanocytes dan achaeocytes karna ada
fakta yang menunjukkan bahwa choanocytes mengalami transformasi ke
achaeocytes atau sebaliknya (Sara, 1992), dan spermatogenesis terjadi pada
spermatic cyst. Diferensiasi sperma terbagi atas tiga bentuk, yaitu:
Oogenesis spons
Oogonia pada spons berasal dari achaeocytes atau choanocytes (Ruppert dan
Barnes, 1991). Oogonia yang asal mulanya dari choanocytes, seperti pada spons
jenis Suberitas massa, Oscarella lobularis dan Clathirina cerebrum. Choanocystes
memanjang, dan nukleusnya berkembang dengan nukleolus yang menonjol.
Sitoplasma berisi peningkatan jumlah mitokondria dan menjadi lebar. Badan golgi
semakin lama semakin berkembang. Choanocystes kehilangan sel-sel leher dan
flagellanya sebelum bermigrasi ke dalam mesohyl dan mengakumulasi
phagosome (Harrison dan De Vos, 1991).
Secara histologis, pada tahap oosit I, oosit ukurannya masih sangat kecil,
inti sel belum nampak jelas, begitu pula anak inti. Ukuran oosit pada tahap ini
adalah berkisar 2045 mm.
Pada tahap oosit II, oosit semakin besar dan ukurannya lebih besar daripada
oosit I. Ukuran oosit pada tahap ini adalah berkisar 4866 mm.
Pada tahap oosit III, oosit sudah semakin besar dan ukurannya lebih besar
daripada oosit II. Ukuran oosit pada tahap ini adalah berkisar 6783 mm.
Pada tahap oosit IV (matang), oosit sudah semakin besar dan mencapai
ukuran maksimum. Pada tahap ini oosit sudah berubah menjadi ootid atau telur
yang siap dipijahkan. Ukurannya pada tahap ini lebih besar daripada oosit III.
Ukuran ootid atau telur pada tahap ini adalah berkisar 84134 mm.
Fertilisasi
Sperma dan sel telur dihasilkan oleh amoebocytes. Sperma keluar dari tubuh
induk melalui osculum bersama aliran air dan masuk ke individu lain melalui
ostium juga bersama aliran air. Sperma akan masuk ke choanocytes atau
amoebocytes yang berada di dalam spongocoel atau flagellated chamber. Sel
amoebocytes beserta sperma melebur dengan sel telur, selanjutnya terjadi
pembuahan (fertilisasi). Perkembangan embrio sampai menjadi larva berflagela
masih di dalam mesohyl. Larva berflagela (larva amphiblastula) keluar dari
mesohyl dan bersama aliran air keluar dari tubuh induk melalui osculum. Larva
amphiblastula berenang bebas, beberapa saat kemudian menempel pada substrat
dan berkembang menjadi spons muda sessile dan akhirnya tumbuh menjadi besar
dan dewasa.
- Phyllum Coelenterata
Spermatogenesis
Terdapatnya dua kelompok ukuran oosit dalam suatu polip dan siklus
spermatogenesis berlangsung lebih lama, yaitu kurang lebih sekitar 4 (empat)
bulan menunjukkan karang A. aspera memiliki siklus oogenesis lebih dari sekali.
Ditemukannya gamet matang di bulan Oktober dan absennya gamet di bulan
Nopember, diperkirakan gamet-gamet dipijahkan di bulan Oktober. Selanjutnya
keadaan yang sama juga terjadi pada bulan April dimana gamet matang di bulan
April gamet-gamet absen di bulan Mei. Untuk itu, siklus gametogenesis karang A.
aspera di P. Panjang ini terjadi secara musiman, diperkirakan terjadi di bulan
Okober dan April. Spawning karang Acropora biasanya terjadi sekali dalam
setahun (lihat review Richmont dan Hunter, 1990; Harrison dan Wallace, 1990)
namun penyimpangan terkadang dapat terjadi di beberapa wilayah terisolasi dan
mengalami gangguan fisik atau pencemaran. Seperti reproduksi karang A. palifera
dan A. cuneata di wilayah terumbu yang mengalami gangguan melakukan strategi
reproduksi melalui spawning musiman (Kojis, 1986a; Kojis, 1986b). Koloni A.
cuneata mempunyai dua siklus gametogenesis, satu siklus dengan kematangan
gonad mendekati waktu seperempat bulan (lunar) di bulan April dan siklus
berikutnya terjadi pada bulan Juni pada penanggalan yang sama.
Terdapatnya gamet matang pada dua periode dalam setahun juga kemungkinan
berkorelasi dengan periode insolasi matahari/solar insolation. Hal ini sebagai hasil
kajian Penland et al. (2004) bahwa proses gametogenesis diakibatkan oleh
peningkatan perubahan insolasi matahari. Insolasi matahari maksimal terjadi dua
kali dalam setahun sehingga kejadian kematangan gamet dua kali dalam setahun
kemungkinan dapat terjadi pada populasi karang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
terdapat 3 siklus gametogenesis pada karang dalam periode 2 tahun yang
menghasilkan spawning di bulan Agustus-September, April-Mei dan Februari-
Maret. Di Great Barrier Reef-Australia karang Acropora spawning di musim
panas Oktober-Nopember (Babcock et al.,1986; Willis et l., 1985), di Karibia
spawning di bulan Juli-Agustus (Szmant, 1986), di Okinawa spawning di bulan
Juni (Heyward et al., 1987), sedangkan di Laut Merah spawning di bulan Juli-
Agustus (Shlesinger et al., 1998) sedangkan di Lombok-NTB, dua jenis Acropora
spawning pada Februari (Bachtiar, 2001).
Oogenesis
Dari 20 (dua puluh) sampel koloni karang Acropora aspera, hanya 9 koloni yang
berisi oosit dalam polipnya. Oosit ditemukan pada 3 Oktober, 27 Januari, 1 Maret,
29 Maret, dan 28 April. Sebaliknya pada 4 Nopember, 2 Desember dan 26 Mei
tidak ditemukan oosit dalam polip karang. Pada 3 Oktober, oosit yang ditemukan
telah matang dengan diameter mencapai 450 mm. Namun pada Nopember-
Desember, mesentri tidak berisi oosit. Diduga oosit yang telah matang telah
dilepaskan sepanjang bulan Oktober.
Pembentukan gamet betina dimulai lagi pada bulan Januari, mesenteri karang
telah terisi oleh oosit dengan diameter rata-rata 213 mm. Kemudian oosit
berkembang hingga mencapai diameter ratarata 314 mm pada bulan April. Selama
pengamatan, ukuran oosit bervariasi, diameter oosit berkisar dari 70 mm hingga
600 mm. Oosit yang bervariasi ukurannya tersebut, dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok besar berdasar perbedaan kenampakan dinding sel telur dan
ooplasmanya. Kelompok pertama adalah oosit yang memiliki dinding sel telur
yang tebal pada ooplasma yang belum matang, dimana inti sel telur masih kecil,
selanjutnya kelompok oosit ini disebut dengan oosit yang belum matang.
Sebaliknya kelompok kedua adalah oosit yang telah matang, ditandai dengan
perkembangan ooplasma sehingga dinding sel telur menjadi tipis dan inti tampak
dengan jelas (Gambar 3). Distribusi ukuran oosit menunjukkan bahwa siklus
reproduksi karang Acropora aspera lebih dari satu kali dalam setahun. Pada siklus
pertama terjadi pada 3 Oktober, oosit yang ditemukan rata-rata berdiameter lebih
besar dari 200 mm. Setelah itu kemungkinan spawning terjadi, dan hingga pada
bulan Nopember, Desember tidak ditemukan oosit. Kemudian siklus kedua terjadi
mulai bulan Januari hingga April. Mulai Januari, diameter oosit berkembang
hingga ukuran maksimal pada April kemudian oosit tidak tampak pada 26 Mei.
Hal ini kemungkinan spawning terjadi di bulan April hingga Mei.
Gambar 2. Micrograf Oosit Acropora aspera di P. Panjang; (a). oosit yang belum
matang, (b). oosit yang telah matang (Skala Bar=200 m).
- Phyllum Platyhelminthes
Sistem reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduct, dan uterus yang berakhir
pada vagina pendek dan berujung di vulva yang terletak di daerah 1/3 bagian
anterior tubuh. Sistem reproduksi jantan terdiri dari sebuah testis dan vas deferens
yang berakhir di duktus ejakulator di kloaka.
Annelida berasal dari kata Annulus = cincin kecil. Artinya tubuh menyerupai
cincin kecil atau ruas. Hewan ini bersifat hermafrodit dan memiliki klitelum
sebagai alat kopulasi. Ruas tubuhnya (segmen) disebut Metameri terdiri dari alat
ekskresi (nefridium) lubang reproduksi, otot dan pembuluh darah. Reproduksi
monoesis atau diesis dan larvanya trokofor atau veliger.
Reproduksi:
- Seksual/generatif: konjugasi
Sistem Reproduksi
- Monoceous
- Lintah membentuk kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi dan
kokon akan diletakkan dalam air/tanah.
Sistem reproduksi pada Gastropoda ada yang diesis dan ada yang monoesis. Pada
hewan monoesis, alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan, tetapi
tidak dapat membuahi sendiri. Untuk melakukan pembuahan harus didahului
dengan kopulasi. contoh Gastropoda yaitu, Achantia achantia (keong terbesar,
tumbuh hingga mencapai 30 cm), Bellamya javanica (tutut), Vaginula sp (siput
telanjang/limus sakeureut), Limnea trunchatula (siput sebagai hospes
perantara Fasciola hepatica) dan Achantia fulica (bekicot).
Kelas Crustacea : Pada umumnya telur menetas menjadi larva dan setelah
mengalami pengelupasan kulit maka larva tubuh menjadi hewan dewasa.
Contoh : Cambarus sp (udang air tawar).
Kelas Insecta (serangga) : Perut terdiri dari sebelas segmen atau kurang, pada tiap
segmen terdapat lobang nafas dan segmen terakhir berfungsi untuk reproduksi.
Jenis kelamin terpisah, larva mempunyai bentuk simetris bilateral yang dapat
berenang secara bebas disebut bipinnaria. Struktur larva Echonodermata
mempunyai persamaan dengan struktur Chordata rendah dan dalam
perkembangan embrio tahap awal, kedua phyllum di atas mempunyai persamaan.
Jadi jika dilihat secara embriologis Echonodermata lebih dekat dengan Chordata
daripada ke Annelida, Mollusca atau Arthropoda.
B. Vertebrata
Hewan vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang atau punggung. Memiliki
struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan
Invertebrata.
Spermatogenesis
Spertmatogenesis yang terjadi pada vertebrata yang lebih rendah pada dasarnya
sama dengan proses yang terjadi pada manusia. Namun, di antara kelas vertebrata
terdapat perbedaan struktur testis. Testis mamalia, burung, reptile, dan amfibi
anura memperlihatkan komponen tubulus seminiferus berbentuk tubular
(saluran/pipa), yang berselang-seling dengan sekumpulan sel interstitial.
Sementara, testis amfibi urodela dan ikan tersusun atas lobus atau lobules yang
masing-masing mengandung sejumlah besar kista seluler.
Kista adalah organ berongga yang berisi cairan. Setiap kista berasal dari jaringan
spermatogonia. Semua sel dalam suatu kista dan semua kista dalam suatu lobula
biasanya memiliki tingkat perkembangan spermatogenesis yang sama. Di dalam
setiap kista juga terdapat sel sertoli. Lobula yang terletak paling belakang
kemungkinan besar mengandung spermatozoa yang sudah lebih siap untuk
membuahi daripada lobula yang terletak pada bagian depannya.
Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukkan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam
ovarium. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit
(calon ovum) yang akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap
dibuahi. Selama perkembangan oosit, vitelogenesis. Vitelus yang disintesis akan
ditimbun di ooplasma sebagai cadangan makanan bagi embrio yang akan
berkembang kelak. Adanya timbuna vitelus dalam ovum (pada ooplasma)
menyebabkan oosit bertambah besar.
Pada akhir oogenesis, oosit mengalami pembelahan meiosis atau sering disebut
pembelahan pemasakan, yang akan menghasilkan ovum haploid, yaitu ovum yang
memiliki kromosom setengah dari jumlah kromosom sel induk (n kromosom).
Akan tetapi, proses meiosis tersebut pada umumnya tidak berlangsung hingga
tuntas dan berhenti pada meiosis tahap pertama. Oleh karena itu, pada saat
diovulasikan, ovum (oosit) masih mengandung dua perangkat kromosom dan
belum bersifat haploid.
Proses penyeleaian pembelahan meiosis pada ovum akan terjadi jika ada rangsang
berupa pemasukan sperma ke ovum. Jadi, meiosis tahap dua baru terselesaikan
pada saat sperma masuk kedalam ovum, tepatnya ketika inti sperma baru sampai
di sitoplasma, sebelum terjadi pertemuan antara inti sperma dan inti ovum. Pada
saat inti sperma bertemu dengan inti ovum, pembelahan meiosis tahap dua sudah
berlangsung, sehingga ovum benar-benar telah menjadi ovum haploid dan telah
siap dibuahi. Pada vertebrata rendah, misalnya ikan, pertumbuhan oosit,
vitelogenesis, dan ovulasi juga dipacu oleh hormone gonadotropin.
Proses pemasakan telur (ovum) yang terjadi pada mamalia telah dipahami dengan
lebih baik daripada pemasakan telur yang terjadi pada hewan lain. Proses
pemasakna telur pada hakikatnya merupakan peristiwa yang membentuk siklus.
Siklus pemasakan telur pada kebanyakan mamalia disebut siklus estrus,
sedangkan siklus pada primate disebut siklus menstrual. Kedua siklus tersebut
memperlihatkan adanya perbedaan.
Pada hewan yang mengalami siklus estrus, selama satu siklus hewan betina siap
menerima hewan jantan untuk kawin hanya dalam waktu yang singkat yaitu pada
masa ovulasi. Selain itu, dinding saluran reproduksi pada akhir siklus tidak
mengalami disintegrasi dan tidak luruh sehingga tidak ada pendarahan. Siklus
estrus terdiri atas empat tahap/fase yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan
melestrus. Tahapan/ fase estrus yang dialami hewan dapat dikenali dari gambaran
sel yang diperoleh melalui hasil apus vagina.
Pada hewan yang mengalami siklus menstrual, setiap saat di sepanjang siklus
hewan betina siap menerima hewan jantan untuk kawin, sekalipun ovum baru
dilepaskan kira-kira pada pertengahan siklus. Dalam tubuh hewan betina, ovum
mampu bertahan hidup dalam keadaan baik dan siap dibuahi hingga 72-96 jam
setelah ovulasi. Pada hewan ini, selama siklus menstrual dapat ditemukan
berbagai perubahan di dalam tubuh dan organ reproduksinya. Perubahan yang
dimaksud meliputi perubahan keadaan ovarium, rahim (ketebalan endometrium),
dan tingkat hormone reproduktif di dalam darah.
Siklus menstruasi dan siklus estrus merupakan proses yang dikendalikan oleh
berbagai hormone, baik hormone dari hipotlamus-hipofisis maupun dari ovarium.
Pengendalian hormone terhadap oogenesis dan siklus menstrual pada mamalia.
Tampak bahwa awal siklus ditandai dengan adanya menstruasi. Selanjutnya,
terjadi perkembangan folikel yang diawli oleh hormon FSH dari kelenjar pitutari
bagian depan. Folikel yang sedang berkembang akan mengeluarkan esterogen,
yaitu hormone yang merangsang endometrium untuk menebal. Hormone ini juga
berperan untuk merangsang perkembangan cirri seks sekunder wanita, sekaligus
menekan pengeluaran FSH dan merangsang pengeluaran LH dari pituitary bagian
depan. LH adalah hormone yang bertanggung jawab terhadap pemasakan folikel
agar dapat berembang secara sempurna. Apabila folikel telah masak, ovum akan
keluar dari ovarium dan membiarkan sisa folikel tetap tertinggal di dalam
ovarium. Proses keluarnya ovum dari ovarium dinamakan ovulasi.
Di bawah pengaruh LH sisa folikel di ovarium diubah menjadi badan kunig atau
korpus luteum, yang selama beberapa hari akan menghasilkan progesterone.
Progesterone yaitu hormone yang berfungsi untuk mempertahankan ketebalan
endometrium dan perkembangan kelenjar air susu. Apabila fertilisasi tidak terjadi
dan pengeluaran progesterone dari korpus liteum mulai berkurang maka kadar
progesterone dalam darah akan menurun. Hal ini mengakibatkan endometrium
meluruh dan menstruasi pun terjadi lagi.
Proses reproduksi pada semua hewan dikendalikan oleh hormone. Akan tetapi,
pengendalian reproduksi yang terjadi pada setiap kelas hewan tidak selalu sama.
Pada ikan reproduksi bukan hanya dipengaruhi oleh hormone, tetapi juga oleh
factor lingkungan luar sepreti foto periodic, kondisi air, makanan dan rangsang
social. Rangsang luar tersebut diterima oleh ikan melalui reseptor, kemudian
diteruskan ke pusat neuroendokrin dan akhirnya akan memengaruhi perubahan
dalam gonad (organ reproduksi).
Pembuahan dapat terjadi di luar tubuh (disebut fertlisasi ekstrenal) atau di dalam
tubuh induk betina (disebut fertilsasi internal). Berkaitan dengan hal tersebut,
zigot ada yang berkembang di dalam ataupun di luar sebuah induk.
Apabila zigot berkembang di dalam tubuh induk, hewan muda akan keluar dari
tubuh induk melalui proses melahirkan. Hewan yang berkembang biak
(mengahsilkan keturunan) dengan cara melahirkan dinamakan hewan bersifat
vivipar. Pada vivipar, makanan yang diperlukan untuk perkembangan embrio
dapat diperoleh dari tubuh induk melalui organ khusus yang disebut plasenta.
Jika ovum dibuahi di luar tubuh induk, embrio pada umumnya berkembang di luar
tubuh induk juga. Dalam keadaan demikian, embrio memproleh seluruh makanan
yang diperlukan dari cadangan makanan yang telah tersedia di dalam ovum atau
telur. Namun kondisi lingkungan di luar tubuh hewan sering kali tidak sesuai
dengan kondisi yang diperlukan untuk perkembangan embrio yang maksimal.
Untuk itu, induk hewan pada umumnya menyiapkan sarang khusus untuk
menyimpan dan mengerami telur mereka. Dengan demikian tercipta keadaan
lingkungan yang mendukung pembentukkan individu baru. Di dalam telur yang di
erami (atau disimpan di dalam sarang), embrio berkembang di dalam bungkus
telur, yang biasanya terdiri atas beberapa lapis. Hewan yang berkembang biak
dengan cara bertelur dinamakan hewan bersifat ovipar. Apabila perkmbangan
embrio telah selesai hewan muda akan keluar dari dalam cangkang / bungkus telur
melalui proses menetas.
Selain golongan ovipar dan vivipar, kita juga mengenal adanya hewan yang
memperlihatkan gejala khusus yang merupakan perpaduan antara keduanya.
Golongan hewan ini disebut ovovivipar. Hewan ovovivipar menyimpan telur
disuatu tempat pada tubuhnya yang juga merupakan tempat berlangsu gnya
pembuahan sekaligus tempat berlangsungnya perkembangan embrio. Pada hewan
ini, makanan yang diperlukan untuk perkembangan embrio sepenuhnya diperoleh
dari telur (tidak dari tubuh induk), seklaipun embrio berkembang dalam tubuh
induk. Apabila sudah mencapai perkembangan yang memadai hewan muda akan
dikeluarkan dari tubuh induk seperti tampak pada hewan vivipar.
Pengeluaran individu baru / muda dari tubuh induk disebut kelahiran atau
parturisi. Factor yang memicu terjadinya kelahiran tidak diketahui dengan jelas.
Akan tetapi, proses tersebut diduga diawali dengan adanya relaksin, senyawa
kimia yang dikeluarkan oleh plasenta. Relaksin sangat diperlukan untuk
meniingkatkan keluwesan (fleksibilitas) jaringan di daerah panggul (pelvis) dan
pelebaran mulut rahim serta leher rahim (serviks uterus/jalan lahir). Pelebaran
(dilatasi) serviks merupakan salah satu factor yang akan mengahsilkan reflex
pengeluaran hormone oksitosin dari hipotalamus (melalui hipofisis bagian
belakang). Selanjutnya, oksitosin akan merangsang otot rahim untuk berkontraksi
sehingga individu muda terdorong turun ke jalan lahir. Turunnya individu muda
ke jalan lahir akan menyebabkan serviks (bahkan dinding vagian juga) semakin
meregang. Hal ini mendorong reflex pengeluaran oksitosin dalam jumlah yang
lebih banyak sehingga kontraksi dinding uterus pun akan semakin kuat. Keadaan
demikian terus berlangsung sampai akhirnya hewan muda terdorong speenuhnya
dari dalam rahim, dan terjadilah kelahiran. Dalam proses tersebut, tubuh induk
akan mengeluarkan individu muda beserta plasentanya.
Proses reproduksi merupakan proses yang membentuk siklus dengan gejala yang
mudah diamati, terutama pada hewan betina.kebanyakan mamalia betina
mengalami siklus estrus, tetapi primate mengalami siklus menstrual. Hormone
yang mengendalikan proses reproduksi dinamakan hormone gonadotropin, yang
pada umumnya dapat dibedakan menajdi dua yaitu LH dan FSH. Kedua hormone
tersebut dihasilkan dari kelenjar pituitary bagian depan dan pengeluarannya
dikendalikan oleh Gn-RH dari hipotalamus.