Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak berasal dari bahasa Yunani yaitu katarraktes yang berarti air
terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya.1 Berdasarkan data World Health Organization (WHO),
katarak merupakan penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan di dunia
sebesar 47,9%. Secara keseluruhan prevalensi kehilangan penglihatan akibat
katarak meningkat setiap tahun seiring dengan populasi usia tua di dunia.
Katarak menyebabkan kebutaan terbanyak di negara-negara Asia dan Afrika
yaitu sebesar 30-50%.2
Katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan salah satu penyebab
kebutaan terbanyak di Indonesia. Perkiraan insiden katarak adalah
0,1%/tahun atau setiap tahun di antara 1.000 orang terdapat seorang penderita
katarak baru. Penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita
katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis,
sekitar 16-22% penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun.3
Sebagai suatu keadaan yang mengancam penglihatan, diagnosis dan
penanganan katarak merupakan hal yang sangat penting karena dapat
menurunkan angka kebutaan akibat katarak. Berikut akan dilaporkan sebuah
kasus katarak senilis pada seorang pasien perempuan, berusia 62 tahun yang
berobat ke Pusat Pelayanan Kesehatan Mata dan Gigi Jl. Prof. DR. Hamka
Kota Pontianak.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lensa Kristalina


2.1.1 Anatomi
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung
pada zonula di belakang iris (zonula zinnii) yang menghubungkannya
dengan korpus siliare. Humor aquaeus terdapat di sebelah anterior lensa
dan disebelah posteriornya terdapat vitreus. Lensa terdiri dari 65% air,
35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh
lainnya. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah ataupun saraf di lensa.4
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat
dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel
subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring
dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik.4

Gambar 2.1 Anatomi lensa1


2.2.2 Fisiologi
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Ketika akan memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter

2
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina.
Sementara itu, untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang
elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus
siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina
dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan
refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.1,4
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan
vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan
posterior sedangkan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion
Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk
menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase,
sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.1,4

2.2 Katarak
2.2.1 Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau terjadi akibat kedua-duanya. Kekeruhan itu terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa dan telah
memulai proses degenerasi. Pada stadium dini pembentukan katarak,
protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi.
Lebih lanjut, protein tadi berkoagulasi membentuk daerah keruh
menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal
seharusnya transparan.1,4,5

3
2.2.2 Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa kriteria yang
berbeda yaitu berdasarkan waktu timbulnya, kematangannya dan
morfologinya. Klasifikasi katarak berdasarkan waktu timbul dan
kematangannya dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi katarak berdasarkan waktu timbulnya 1

Tabel 2.2 Stadium katarak senilis berdasarkan kematangannya1

4
2.3 Katarak Senilis
Katarak senilis didefinisikan sebagai katarak yang terjadi pada orang-
orang yang berusia >50 tahun dan memiliki hubungan secara tidak langsung
dengan penyebab mekanik, kimia, ataupun trauma radiasi. Katarak senilis
adalah jenis katarak yang frekuensinya paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 90% dari seluruh kejadian katarak. Progresifitas dari katarak senilis
merupakan penyebab 48% kebutaan di dunia.6
2.3.1 Patogenesis
Katarak senilis disebabkan oleh banyak faktor seperti efek kumulatif
faktor lingkungan (sinar UV, radiasi sinar X, toksin, logam, steroid, obat-
obatan terlarang, dan penyakit termasuk diabetes melitus) berperan dalam
mencetuskan timbulnya katarak senilis. Perubahan ekspresi gen
mengakibatkan perubahan terhadap enzim, faktor pertumbuhan, modifikasi
protein, oksidasi, dan gangguan mekanisme pertahanan. Gangguan transport
ion menyebabkan ketidakseimbangan osmotik, peningkatan hidrasi dan
vakuolasi antar sel. Proliferasi dan diferensiasi seluler yang abnormal juga
mengakibatkan kekeruhan pada lensa.7
Patogenesis katarak senilis merupakan multifaktorial dan tidak
seluruhnya dipahami. Saat lensa menua, lensa bertambah berat dan tebal
serta menurun kekuatan akomodasinya. Lapisan baru serabut-serabut
korteks dibentuk secara konsentris sehingga nukleus lensa mengalami
kompresi dan menjadi protein dengan berat molekul tinggi. Hasil agregasi
protein ini menyebabkan perubahan pada indeks refraksi lensa,
menghamburkan sinar cahaya, dan mengurangi transparansi lensa. Selain
itu, terjadi modifikasi protein lensa nukleus yang menghasilkan pigmentasi
progresif. Proses ini terutama terjadi akibat foto-oksidasi akibat paparan UV
yang menyebabkan lensa menjadi berwarna kuning atau kecoklatan dengan
bertambahnya usia (brown sclerotic nucleus).7
Perubahan yang berhubungan dengan usia lainnya dalam lensa
adalah gangguan transportasi ion menyebabkan perubahan konsentrasi
elektrolit intrasel antara lain penurunan konsentrasi kalium, peningkatan

5
konsentrasi natrium dan kalsium. Inaktivasi pompa transpor ion tersebut
menyebabkan peningkatan osmolalitas intraselular, dimana kebocoran
membran menyebabkan akumulasi air dan gangguan penyebaran cahaya.7
Seiring bertambahnya usia lensa, terbentuk sawar lensa yang
menghambat aliran molekul seperti antioksidan (glutation) ke dalam
nukleus sehingga menyebabkan pembentukan molekul tidak stabil seperti
H2O2 tidak dapat dihambat dan menyebabkan oksidasi protein. Hal ini
diperberat dengan konsentrasi enzim antioksidan yang lebih rendah terutama
pada pasien katarak. Enzim tersebut antara lain askorbat, glutation,
karotenoid yang mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi
dan mencegah radikal bebas pada membran sel. Jumlah enzim akan
menurun seiring dengan bertambahnya usia dan bahkan dapat tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.7
2.3.2 Gejala klinis
Kekeruhan lensa mata yang terjadi pada katarak menyebabkan gejala
penurunan tajam penglihatan baik jauh maupun dekat tanpa rasa nyeri.
Penglihatan menjadi kabur ketika lensa kehilangan kemampuan untuk
membedakan dan memperjelas suatu obyek. Distorsi penglihatan juga dapat
terjadi bahkan sampai menyebabkan diplopia monokular. Gejala lain yang
dapat timbul antara lain rasa silau, perubahan persepsi warna atau kontras,
dan dapat mengubah kelainan refraksi. Selain itu, katarak ditandai dengan
kekeruhan pada lensa dan pupil berwarna putih atau abu-abu (leukokoria).1,5

Gambar 2.2 Perbedaan gambaran penglihatan pada mata normal dan penderita katarak 1

6
2.3.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi terjadinya kekeruhan (morfologi) pada lensa,
katarak dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu:5
1) Katarak nuklear
Katarak nuklear merupakan kekeruhan terutama pada nukleus
dibagian sentral lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat sklerosis nuklear dan
penguningan lensa yang berlebihan akibat proses kondensasi nukleus
lensa. Proses ini pada umumnya merupakan hal yang normal terjadi pada
pasien diatas usia pertengahan. Kondisi ini hanya sedikit mempengaruhi
fungsi visual. Katarak nuklear cenderung berkembang secara perlahan
dan biasanya bilateral, meskipun bisa asimetri. Katarak nuklear biasanya
menyebabkan gangguan yang lebih besar pada penglihatan jauh daripada
penglihatan dekat. Pada tahap awal, pengerasan yang progresif dari
nukleus lensa menyebabkan peningkatan indeks refraksi lensa (myopic
shift) dan terjadi miopia lentikularis. Miopik sementara dapat
menyebabkan individu dengan presbiopia dapat membaca tanpa
kacamata, suatu kondisi yang disebut dengan penglihatan kedua (second
sight). Gejala yang lain dapat berupa diplopia monokular dan gangguan
diskriminasi warna. Katarak jenis ini dapat terjadi pada pasien diabetes
melitus dan miopia tinggi. Tajam penglihatan sering lebih baik daripada
dugaan sebelumnya dan biasanya ditemukan pada pasien 65 tahun keatas
yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.

Gambar 2.3 Katarak nuklear1

7
2) Katarak kortikal
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Katarak ini
cenderung bilateral tetapi seringkali asimetris. Gangguan penglihatan
yang terjadi bervariasi tergantung dari jarak kekeruhan terhadap aksial
penglihatan. Gejala katarak kortikal adalah fotofobia dari sumber cahaya
fokal yang terus-menerus dan diplopia monokular. Progresifitas dari
katarak kortikal bervariasi ada kekeruhan kortikalnya tetap tidak berubah
untuk periode yang lama, sementara yang lainnya berkembang dengan
cepat.

Gambar 2.4 Katarak kortikal8


3) Katarak subkapsular posterior
Katarak subkapsular posterior terdapat pada korteks di dekat
kapsul posterior bagian sentral dan biasanya di aksial. Pada awal
perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan gangguan
penglihatan karena adanya keterlibatan sumbu penglihatan. Gejala yang
timbul adalah fotofobia dan penglihatan buruk dibawah kondisi cahaya
terang. Ketajaman penglihatan dekat menjadi lebih berkurang daripada
penglihatan jauh. Beberapa pasien mengalami diplopia monokular.
Katarak subkapsular posterior sering terlihat pada pasien yang lebih
muda dibandingkan dengan pasien yang menderita katarak nuklear atau
kortikal. Selain itu sering ditemukan pada pasien diabetes melitus, miopia
tinggi dan retinitis pigmentosa serta dapat juga terjadi akibat trauma,
penggunaan kortikosteroid sistemik atau topikal, inflamasi, dan paparan
radiasi ion.

8
Gambar 2.5 Katarak subkapsular Gambar 2.6 Katarak subkapsular
posterior8 anterior8

Ketiga tipe katarak tersebut dapat dilihat dalam pemeriksaan slitlamp


untuk mengetahui derajat keparahan katarak dan menentukan rencana terapi
pembedahan katarak sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya
komplikasi. Tabel 2.3 menunjukkan bentuk katarak senilis berdasarkan
morfologinya.
Tabel 2.3 Gambaran katarak senilis berdasarkan morfologinya1

Berdasarkan kekeruhan pada lensa, katarak senilis dibedakan


menjadi 4 stadium, yaitu:1,4

9
1) Katarak insipient
Pada stadium ini mulai timbul kekeruhan akibat proses
degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berupa bercak-bercak tak teratur
seperti baji dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya.
Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau posterior.
Kekeruhan ini mula-mula hanya dapat tampak apabila pupil dilebarkan
sedangkan pada stadium lanjut puncak baji dapat tampak pada pupil
normal. Pada stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan
mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan normal, iris
dalam posisi normal disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa.
Tajam penglihatan pasien belum terganggu. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Stadium ini kadang menetap untuk waktu
yang lama.

Gambar 2.7 Katarak insipien8


2) Katarak imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga
masih ditemukan bagian-bagian yang jernih. Pada stadium ini dapat
terjadi hidrasi korteks. Lensa yang degeneratif mulai meningkat tekanan
osmotiknya dan menyerap cairan mata sehingga lensa akan
mencembung (katarak intumesen). Pencembungan lensa ini akan
menyebabkan bilik depan mata dangkal, sudut bilik mata menyempit
dan daya biasnya bertambah, menyebabkan miopisasi. Penglihatan

10
mulai berkurang karena media refraksi tertutup kekeruhan lensa yang
menebal.

Gambar 2.8 Katarak imatur8


3) Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan
cairan dalam mata. Oleh karena itu, cairan lensa akan keluar sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
seluruh lensa yang semakin lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Bilik mata depan normal kembali, sudut bilik mata depan terbuka
normal dan uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat
menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.

Gambar 2.9 Katarak matur1

11
4) Katarak Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lebih lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Pada stadium ini terjadi
degenerasi kapsul lensa dan mencairnya korteks lensa sehingga masa
korteks ini dapat keluar melalui kapsul dan masuk ke dalam bilik mata
depan. Hal ini menyebabkan lensa menjadi lebih kecil, berwarna kuning
dan kering. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul
yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar.
Korteks akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih
berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.

Gambar 2.10 Katarak hipermatur1 Gambar 2.11 Katarak morgagni1

2.3.4 Tatalaksana
Tatalaksana untuk katarak adalah pembedahan yang dilakukan atas
indikasi untuk meningkatkan penglihatan, indikasi medis seperti untuk
mencegah terjadinya glaukoma fakomorfik atau fakolitik dan atas indikasi
kosmetik.5 Terdapat beberapa pilihan terapi pembedahan dalam manajemen
katarak antara lain:
1) EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular)1,5g
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK.
Pada EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul
lensa. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar

12
dibandingkan dengan teknik EKEK. Biasanya dilakukan pada zonula
zinii yang telah rapuh/berdegenerasi/mudah diputus.
a. Keuntungan :
- Tidak timbul katarak sekunder
- Instrumennya sederhana (lup operasi, cryoprobe, forsep kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan:
- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
- Astigmatisma yang signifikan
- Inkarserasi iris dan vitreus
- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.

Gambar 2.12 Ekstraksi Katarak Intra Kapsular5


2) EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)1,5
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior kemudian
mengeluarkan nukleus dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh
kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak
dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan
teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat

13
dimana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini
membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam
keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan/ Intra Ocular Lens
(IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula.
Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada
penderita dengan zonula zinii yang rapuh.
a. Keuntungan:
1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
2. Karena kapsul posterior utuh maka :
- Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
- Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea,
perlengketan vitreus dengan iris dan kornea
- Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa
molekul antara aqueous dan vitreus
- Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat
menyebabkan endofthalmitis.
b. Kerugian:
- Dapat timbul katarak sekunder

Gambar 2.13 Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular5

14
3) Fakoemulsifikasi1,5
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstraksi katarak menggunakan
sayatan kecil sekitar 1,5 mm sampai 3 mm dengan implantasi lensa intra
okular lipat (foldable) sehingga penutupan luka dapat tanpa jahitan. Cara
kerja sistem fakoemulsifikasi adalah menghancurkan lensa melalui
ultrasonic probe yang mempunyai tip needle yang mampu bergetar
dengan frekuensi yang sangat tinggi yaitu setara dengan frekuensi
gelombang ultrasound. Massa lensa yang sudah dihancurkan akan
diaspirasi melalui rongga pada tip fakoemulsifikasi untuk kemudian
dikeluarkan dari dalam mata melalui selang aspirasi pada mesin
fakoemulsifikasi. Teknologi mesin fakoemulsifikasi saat ini sudah
memungkinkan mengeluarkan lensa dengan teknik fako bimanual,
sehingga insisi kornea hanya sebesar 1,5 mm saja.
Tujuan dari teknik operasi ini adalah agar penderita katarak dapat
memperoleh tajam penglihatan terbaik tanpa koreksi dengan cara
membuat sayatan sekecil mungkin untuk mengurangi induksi
astigmatisme pasca operasi. Prosedur ini dinilai cukup efisien terutama
jika operasi berjalan lancar. Komplikasi intra operatif pada teknik ini
lebih rendah karena konstruksi insisi luka yang kecil dan stabilitas yang
lebih besar dibandingkan dengan teknik bedah katarak lain. Kelemahan
fakoemulsifikasi diantaranya mesin yang mahal, learning curve lebih
lama, dan biaya pembedahan yang tinggi.

15
Gambar 2.14 Fakoemulsifikasi5
4) Manual Small Incision Cataract Surgery7,8
Manual small incision cataract surgery (MSICS) merupakan
teknik alternatif dari fakoemulsifikasi. Teknik ini memberikan
keuntungan dalam pengaturan, medis, sosial ekonomi (biaya) dan tidak
bergantung pada mesin. Aspek-aspek ini yang memungkinkan teknik ini
dilakukan di beberapa negara berkembang. MSICS merupakan bagian
dari teknik ECCE, namun MSICS memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan ECCE konvensional diantaranya stabilitas luka dan
stabilitas refraksi yang lebih baik karena insisi luka yang kecil 5-6 mm.
Selain itu, pasien juga merasa lebih nyaman karena pemulihan visual
yang lebih cepat, minimalnya komplikasi intra operatif yang terjadinya
seperti kolaps bilik mata depan dan komplikasi lainnya. Kunjungan pasca
operasi MSICS juga minimal dan tidak memerlukan investasi alat yang
mahal. Teknik ini sering digunakan oleh operator pemula dalam
keterampilannya. Hal ini menjadi pertimbangan penggunaan teknik

16
MSICS sebagai teknik yang aman dan efektif untuk bedah katarak
terutama di negara berkembang.
Surgical steps of SICS:
A. Superior rectus bridle suture;
B. Conjunctival flap and exposure of
sclera; ision;
C, D & E. External Scleral incisions
(straight, frown shaped, and chevron,
respectively) part of tunnel inc
F. Sclero-corneal tunnel with crescent
knife;
G. Internal corneal incision;
H. Side port entry;
I. Large CCC;
J. Hydrodissection;
K. Prolapse of nucleus into anterior
chamber;
L. Nucleus delivery with irrigating wire
vectis;
M. Aspiration of cortex;
N. Insertion of inferior haptic of
posterior chamber IOL;
O. Insertion of superior haptic of
PCIOL;
P. Dialing of the IOL,
Q. Reposition and anchoring of
conjunctival flap.

Gambar 2.15 Manual Small Incision Cataract Surgery 5


2.3.5 Komplikasi
Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan
luasnya. Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi intraoperatif,
postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan
lensa intra okular (intra ocular lens, IOL). Oleh karenanya penting untuk
mengobservasi pasien katarak paska operasi dengan interval waktu tertentu
yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan setelah operasi katarak.
Angka komplikasi katarak adalah rendah. Berikut komplikasi yang dapat
terjadi pada pembedahan katarak:5

17
A. Komplikasi intraoperatif
Komplikasi intraoperatif yang dapat terjadi seperti ruptur kapsul
posterior, hilangnya fragmen lensa posterior, dislokasi IOL posterior,
dan perdarahan suprakoroidal.
B. Komplikasi akut postoperatif
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk
hifema, prolaps iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan
endoftalmitis bakterial.
C. Komplikasi kronik postoperatif tertunda endoftalmitis
Komplikasi tertunda endoftalmitis ini terjadi ketika organisme
yang virulensinya rendah terperangkap di dalam kantong kapsular.
Onset kejadiannya mulai dari 4 minggu sampai 9 bulan setelah operasi.
Kejadiannya sangat jarang pada ekstraksi katarak dengan PC-IOL
(posterior capsule-IOL).
D. Opaksifikasi kapsular postoperatif
Komplikasi ini merupakan komplikasi terakhir yang paling sering
terjadi pada operasi katarak tanpa komplikasi. Sebagian kejadian
opaksifikasi kapsular posterior (PCO) ini dapat menyebabkan
penurunan tajam penglihatan, gangguan sensitivitas kontras,
penglihatan berkabut hingga diplopia monokular. Akralik IOL tertentu
memiliki rata-rata yang lebih rendah dalam menyebabkan PCO
dibandingkan PMMA dan lensa silikon.

2.4 Pseudofakia
Pseudofakia adalah mata dengan lensa intraokular (IOL). Lensa ini
dapat diletakkan di belakang kapsul atau di dalam anterior chamber. Lensa
ini akan memberikan penglihatan yang lebih baik, ditempatkan sewaktu
operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak
memerlukan perawatan khusus dan tidak memicu reaksi penolakan dari
tubuh. Pembuatan lensa ini dilakukan dengan pengukuran biometri untuk
menghitung kekuatan lensa yang diperlukan sehingga menghasilkan

18
emetropia atau dibuat sesuai dengan koreksi refraksi postoperatif. Lensa
intraokular ini juga memiliki berbagai jenis ada yang kaku dan fleksibel. IOL
yang kaku membutuhkkan insisi yang lebih besar daripada diameter optik
untuk memasukkannya sekitar 5-6,6 mm. Sementara itu, IOL yang fleksibel
dapat dimasukkan dengan forceps atau injector melalui insisi yang lebih kecil
sekitra 2,5-3 mm.5
Bahan yang digunakan untuk membuat IOL juga beragam. Lensa
intraokular yang kaku seluruhnya dibuat dari polymethylmethacrylate
(PMMA) sedangkan IOL yang fleksibel dibuat dari berbagai material seperti
silikon IOL, akrilik IOL, hidrogel IOL dan kolamer IOL.5

Gambar 2.16 Pasien dengan intraokular lensa bilik posterior 1

19
BAB III
STATUS OFTALMOLOGI

3.1 Identitas Pasien


1. Nama : Ny. H
2. Janis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 62 tahun
4. Alamat : Jalan Sungai Jawi Gang Fathanah I
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Tanggal Konsultasi : 7 Agustus 2017

3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Mata kanan terasa buram

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merasakan mata kanan kabur perlahan seperti berkabut yang
dimulai sejak 2 tahun yang lalu hingga kemudian mata kanan tidak bisa
melihat lagi. Hal ini membuat pasien datang ke Balai Pengobatan Mata
dan Gigi untuk memeriksakan mata kanannya. Tidak terdapat keluhan lain
seperti mata merah, gatal, berair, nyeri pada mata atau kepala, pandangan
ganda, kilatan cahaya, dan bayangan gelap melayang.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat operasi katarak (+) mata sebelah kiri tahun 2015 di RS
Yarsih.
2. Riwayat penyakit mata, penggunaan obat tetes/salep mata juga
disangkal oleh pasien.
3. Riwayat diabetes melitus, trauma, hipertensi, penyakit alergi
(dermatitis atopi), penyakit imun, dan konsumsi obat jangka panjang
disangkal oleh pasien.

20
4. Riwayat penggunaan kacamata baca yang dibeli di pasaran sudah 6
tahun.

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit katarak dalam keluarga di sangkal. Riwayat
diabetes melitus dalam keluarga juga disangkal.

3.2.5 Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan


Pasien merupakan peserta BPJS kelas II. Pasien tinggal berdua
bersama anak bungsunya yang sudah bekerja. Pasien tidak memiliki
kebiasaan merokok dan minum alkohol.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2017 pukul
08.00 Wib.
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis /E4V5M6
Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 140/80 mmHg
b. Nadi : 76 x/menit
c. Frek. Napas : 18 x/menit
d. Suhu : 36,60C

3.3.1 Status Oftalmologi


a. Visus:
OD : 1/300 pinhole tetap
OS : 5/30 pinhole 5/10

21
OD OS

Lensa keruh merata IOL

OD OS

Orthoforia Orthoforia
Posisi Bola Mata
Normal Pergerakan Bola Normal
Mata
Pergerakan ptosis (-), lagoftalmos ptosis (-), lagoftalmos (-), edema (-
(-), edema (-), entropion (-), ), entropion (-), ektropion (-),
Palpebra
ektropion (-), trikiasis (-), eritema trikiasis (-), eritema (-)
(-)
hiperemis (-), sekret (-), injeksi hiperemis (-), sekret (-), injeksi
(-), benda asing (-) Konjungtiva (-), benda asing (-)
Jernih, edema (-), infiltrat (-), Jernih, edema (-), infiltrat (-),
sikatriks (-), injeksi (-) Kornea sikatriks (-), injeksi (-)
Dalam, hifema (-), hipopion (-) Dalam, hifema (-), hipopion (-)
Bilik mata depan
Iris berwana coklat, pupil isokor, Iris berwana coklat, pupil isokor,
diameter pupil 3 mm, sinekia diameter pupil 3 mm, sinekia
anterior (-), sinekia posterior (-), Iris/pupil anterior (-), sinekia posterior (-),
reflek cahaya langsung (+), reflek reflek cahaya langsung (+), reflek
cahaya tak langsung (+) cahaya tak langsung (+)
Lensa keruh menyeluruh IOL (+)
Lensa
Sulit Dinilai Jernih
Vitreous
Refleks fundus sulit dinilai Fundus Refleks fundus normal

b. Shadow test:
OD : negatif
OS : negatif
c. Tekanan bola mata:
Palpasi OS dan OD teraba sama dan normal

22
Gambar 3.1 Refleks fundus pada mata kanan negatif

Gambar 3.2 Katarak matur pada mata kanan

Gambar 3.3 Pseudofakia pada mata kiri

3.4 Diagnosis Kerja


Katarak senilis matur OD + Pseudofakia OS

23
3.5 Rencana Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan slit lamp, biometri untuk IOL OD, funduskopi OS,
pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan hematologi rutin jika akan
dilakukan operasi katarak.

3.6 Tatalaksana
Terapi pembedahan yang dipilih adalah manual small incision
cataract surgery (MSICS). Terdapat beberapa alasan pemilihan teknik ini
yaitu kekeruhan lensa yang terjadi bersifat matur memungkinkan
terbentuknya katarak yang tebal sehingga diharapkan dengan teknik ini
menjadi lebih cepat dan efisien. Selain itu, insisi luka yang kecil juga dapat
meminimalkan terjadinya komplikasi intra dan pasca operatif. Pemilihan
terapi pembedahan juga dapat dilakukan sesuai dengan keterampilan dari
operatornya.

24
BAB IV

PEMBAHASAN

No. Data Pasien


1. Anamnesis
- Pasien wanita tua usia 62 tahun
- Keluhan utama mata kanan buram perlahan
- Tidak terdapat keluhan lain seperti mata merah, gatal, berair, nyeri pada mata atau
kepala, pandangan ganda, kilatan cahaya, dan bayangan gelap melayang.
- Riwayat operasi katarak mata sebelah kiri 2 tahun lalu
- Riwayat DM, pengobatan lama, penggunaan obat tetes mata dan konsumsi obat-
obatan jangka panjang, trauma, penyakit mata lain disangkal
- Riwayat penyakit katarak dalam keluarga tidak ada
- Pasien adalah peserta BPJS kelas II dan tidak memiliki kebiasan merokok ataupun
minum alkohol

2. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : kompos mentis
- TD : 140/80 mmHg
- Nadi : 76 x/menit
- Frek. Napas : 18 x/menit
- Suhu : 36,60C

3. Pemeriksaan Oftalmologi
1. Penurunan visus (OD 1/300 pinhole tetap, OS 5/30 pinhole 5/10)
2. Inspeksi visual Oculi dekstra: Posisi bola mata orthoforia, pergerakan bola mata
normal, palpebra, konjungtiva, kornea, iris/pupil dbn. Lensa OD keruh menyeluruh,
RCL pupil (+), RCTL pupil (+), refleks fundus OD sulit dinilai, shadow test (-).
3. Inspeksi visual Oculi Sinistra: Lensa OS terlihat IOL, refleks fundus normal, shadow
test (-), RCL pupil (+), RCTL pupil (+).
4. Tekanan bola mata OD dan OS teraba sama dan normal.

4. Diagnosa kerja
Katarak senilis matur OD + Pseudofakia OS

5. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan slit lamp, biometri untuk IOL OD, funduskopi OS, pemeriksaan tekanan
bola mata, dan pemeriksaan hematologi rutin jika akan dilakukan operasi katarak.

6. Tatalaksana
Manual Small Incision Cataract Surgery (MSICS)

Pasien (Ny. H) berusia 62 tahun datang ke balai pengobatan mata dan gigi
dengan keluhan mata kanan terasa buram. Keluhan dirasakan timbul perlahan
diawali dengan penglihatan berkabut yang dimulai sejak 2 tahun yang lalu hingga
kemudian mata kanan tidak bisa melihat lagi sekarang. Keluhan lain seperti mata
merah, gatal, berair, nyeri pada mata atau kepala, pandangan ganda, kilatan
cahaya, dan bayangan gelap melayang disangkal pasien. Berdasarkan keluhan

25
utama dan riwayat penyakit sekarang yang disampaikan oleh pasien merupakan
gejala khas yang timbul pada penderita katarak. Jenis katarak yang diderita pasien
adalah acquired cataract age-related cataract atau yang dikenal dengan katarak
senilis.1,4,5 Hal ini didukung oleh usia pasien dan riwayat operasi katarak mata
sebelah kiri 2 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
seperti diabetes melitus atau dermatitis atopik. Selain itu, riwayat trauma okuli,
riwayat penyakit mata kronik dan penggunaan obat-obatan jangka panjang juga
disangkal oleh pasien. Hal ini dapat menyingkirkan katarak presenile, katarak
traumatik, katarak akibat induksi obat-obatan dan katarak sekunder. 1,4,5
Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tanda-tanda vital pasien
dan pemeriksaan oftalmologi. Tanda-tanda vital pasien semuanya dalam batas
normal kecuali tekanan darah pasien yaitu 140/80 mmHg. Tetapi pasien merasa
tidak pernah memiliki riwayat hipertensi. Tekanan darah yang tinggi ini mungkin
saja tidak disadari pasien sehingga diperlukan pemeriksaan tekanan darah ulang,
edukasi mengenai diet dan follow up. Sementara itu, pada pemeriksaan
oftalmologi tidak ditemukan kelainan pada posisi bola mata, pergerakan bola
mata, palpebra, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, dan iris/pupil. Namun,
pada lensa OD ditemukan kekeruhan yang menyeluruh sedangkan pada lensa OS
ditemukan PC-IOL. Vitreus dan refleks fundus pada OD sulit dinilai akibat
adanya lensa yang keruh. Kemudian dilakukan shadow test untuk melihat apakah
terdapat bayangan iris pada lensa. Setelah dilakukan diperoleh bahwa shadow test
pada kedua mata negatif. Hal ini terjadi karena pada mata kanan katarak yang
terbentuk sudah pada stadium matur, sedangkan pada mata kiri yang ditemukan
adalah psudofakia.1 Pengukuran tekanan bola mata juga dilakukan dengan cara
palpasi dan diperoleh hasil OS dan OD teraba sama dan normal. Tujuan
pengukuran tekanan bola mata ini adalah untuk menyingkirkan adanya glaukoma
sekunder atau hipertensi okular yang bisa terjadi akibat keluarnya protein lensa
melalui kapsul lensa pada katarak yang matur atau hipermatur ataupun lensa yang
membesar (membengkak) pada katarak imatur atau matur. Pengukuran tekanan
intraokular ini juga merupakan evaluasi preoperatif yang perlu dilakukan sebelum
operasi katarak.1,4,5

26
Setelah dilakukan pemeriksaan oftalmologi maka diagnosis katarak senilis
matur OD dan pseudofakia OS dapat ditegakkan. Selanjutnya pasien disarankan
untuk melakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan slit lamp yang dapat
membantu untuk melihat letak dari kekeruhan lensa, biometri untuk IOL OD
untuk menghitung kekuatan lensa yang diperlukan sehingga menghasilkan
emetropia atau dibuat sesuai dengan koreksi refraksi postoperatif, funduskopi OS
untuk mengevaluasi keadaan nervus optikus dan makula pada pasien usia tua,
pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan hematologi rutin jika akan
dilakukan operasi katarak.5
Selanjutnya pasien disarankan untuk melakukan operasi katarak. Jenis
operasi yang dipilih adalah manual small incision cataract surgery (MSICS).
Terdapat beberapa alasan pemilihan teknik ini yaitu kekeruhan lensa yang terjadi
bersifat matur memungkinkan terbentuknya katarak yang tebal sehingga
diharapkan dengan teknik ini menjadi lebih cepat dan efisien. Selain itu, insisi
luka yang kecil juga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi intra dan pasca
operatif. Pemilihan terapi pembedahan juga dapat dilakukan sesuai dengan
keterampilan dari operatornya. Lensa intraokular yang dipilih adalah rigid IOL
yang terbuat dari PMMA. Lensa jenis ini memiliki kecenderungan yang rendah
untuk terjadinya opaksifikasi kapsular postoperatif.5,7,8
Setelah operasi katarak dilakukan, pasien di minta untuk melakukan
kontrol postoperatif yang tujuannya adalah untuk menghindari adanya komplikasi
akut maupun kronik postoperatif. Pasien disarankan untuk datang sehari setelah
operasi kemudian seminggu setelah operasi dan selanjutnya sebulan setelah
operasi. Pasien juga diberikan obat analgesik oral, obat tetes mata berisi antibiotik
(LFX) dan P-Pred yang mengandung prednisolon acetat. Selain itu, edukasi pada
pasien juga sangat penting yaitu mata tidak boleh terlalu lelah, tidak boleh terkena
air dahulu untuk mencegah timbulnya infeksi, menggunakan kacamata hitam
untuk kenyamanan pasien saat berada di luar rumah, menjaga kebersihan tangan
dan istirahat yang cukup untuk pemulihan.

27
BAB V

KESIMPULAN

Pasien perempuan berusia 62 tahun dengan keluhan mata sebelah kanan


buram perlahan yang dimulai sejak 2 tahun yang lalu hingga akhirnya tidak dapat
melihat lagi. Pasien didiagnosa katarak senilis matur OD dan pseudofakia OS
setelah dilakukan pemeriksaan oftamologi. Pasien ditatalaksana dengan operasi
katarak manual small incision cataract surgery (MSICS). Pasien diberikan
edukasi dan disarankan untuk melakukan kontrol postoperatif.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Lang GK, Amann J, Gareis O, Lang GE, Recker D, Spraul CW, et al.
Opthalmology. Thieme Stuttgart, New York: 2000.
2. Oduntan AO. Prevalence and causes of low vision and blindness worldwide.
S Afr Optom. 2005; 64:44-45.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. InfoDATIN: Situasi Gangguan
Penglihatan dan Kebutaan. Departemen Kementerian Republik Indonesia,
Jakarta: 2014.
4. Vaughan & Asburys. General Ophtalmology. 18th Edition. Mc Graw Hill
Lange, USA: 2011.
5. Kankski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: A systemic approach. 7th
edition. Edinburgh; New York: Elsevier Saunders: 2011.
6. Gupta VB, Rajagopala M, Ravishankar B. Etiopathogenesis of cataract: An
appraisal. Indian J Opthalmol. 2014; 62(2):103-110.
7. Wevill M. Cataracts. In: Yanoff M and Duker JS. Ophthalmology. 3rd
Edition. Elsevier Saunders, Philadelphia: 2008.
8. Bobrow JC, Mark HB, David B, et al. Section 11: Lens and Cataract.
American Academy of Ophthalmology, Singapore: 2008.

29

Anda mungkin juga menyukai