Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran


Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka
merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous
tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh
darah, jaringan saraf dan tulang. Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan
trauma tajam.1
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka
kelalaian atau karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “Kejahatan
Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini
diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja)
dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena kelalaian atau kejahatan). Jenis
kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam BAB XX, pasal-pasal 351-
358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur dalam pasal 359,
360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata, “mati,
menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara”.2
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP
dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli
tersebut adalah Visum et Repertum, dimana didalamnya terdapat penjabaran
tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati. Seorang
dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka. Visum et
Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan
material, sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Luka
Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan
oleh suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai
sinonim dari kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas
dan tidak hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energi fisik tapi
juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi,
listrik dan radiasi. Sementara itu, terminologi lesi awalnya bermaksud cedera
namun digunakan untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun
degenerasi lokal pada jaringan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi
atau struktur. Oleh karena itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk
kepada kerusakan akibat dari penyebab bukan alami, sementara kata lesi
merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan apakah disebabkan oleh
penyebab alami atau tidak.1
Traumatologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luka, adalah
cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera
serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang
kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat
kekerasan yang menimbulkan jejas. Di dalam melakukan pemeriksaan
terhadap seseorang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya
dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis
luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi
luka.3

B. Deskripsi Luka
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,
bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak
perlu dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka

2
jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu
ditulis diakhir kalimat. Deskripsi luka meliputi:1
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan region anatominya
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian
tertentu dari tubuh
c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka
pada regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat
tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh
menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang
melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan
garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka
tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang
melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk
luka di bagian punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan
garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan
dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam
bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)

3
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
d. Lecet (ada atau tidak)
e. Tatoase (ada atau tidak)

C. Klasifikasi Luka
Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi
menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam, luka
tembak, jenis luka akibat suhu/temperatur, dan luka akibat trauma listrik.
Pembagian jenis luka dibagi berdasarkan jenis benda yang menyebabkan
kekerasan:4
1. Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury), yaitu:
a. Luka lecet (abrassion): tekan, geser, dan regang
b. Luka memar (contusion)
c. Luka robek (laceration)
2. Jenis luka akibat benda tajam, yaitu:
a. Luka iris / luka sayat (incised wound)
b. Luka tusuk (stab wound)
c. Luka bacok (chop wound)

1. Trauma Benda Tumpul


Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi
keras atau kenyal, dan permukaan halus atau kasar. Cara kejadian trauma
benda tumpul lebih sering disebabkan karena kecelakaan atau
penganiayaan, jarang karena bunuh diri.4
Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang
sering dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar,
luka babras, luka robek dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian
tubuh yang paling banyak terkena adalah kepala dan anggota gerak atas

4
dan bawah. Luka-luka tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan
jaringan maupun organ bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan
lebih parah yaitu kematian. Sebab kematian terjadi karena kerusakan organ
vital atau perdarahan yang banyak.4
Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau
kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka
tekan. Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang
disebabkan oleh trauma benda tumpul bergantung kepada:4
a. Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
b. Waktu dari benda yang mengenai tubuh
c. Bagian tubuh yang terkena
d. Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena
e. Jenis benda yang mengenai tubuh
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara
menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut
menimbulkan berbagai tipe luka. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi
menurut beberapa kategori.4
a. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh
terbatas hanya pada lapisan kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih
dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga
terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan yang pertama
adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah
hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan
benda yang mengenainya. Karakteristik luka lecet:4
- Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan
epidermis
- Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan
permukaan kasar dan tumpul
- Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)

5
- Timbul reaksi radang (Sel PMN)
- Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada
penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parut
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda
yang mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan
mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara
mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka
adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam
sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa
hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi
pada abrasi yang luas. Memperkirakan umur luka lecet:3
- Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan
- Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih
suram
- Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
- Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante
mortem atau post mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan
perbedaan dari keduanya:4
Tabel 1. Perbedaan Luka Lecet Ante Motem dan Post Mortem 4
ANTE MORTEM POST MORTEM
Coklat kemerahan Kekuningan
Terdapat sisa sisa-sisa epitel Epidermis terpisah sempurna dari
Tanda intravital (+) dermis
Sembarang tempat Tanda intravital (-)
Pada daerah yang ada penonjolan
tulang
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat
diklasifikasikan sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut
(scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan luka lecet berbekas
(patterned abrasion).

6
- Luka lecet gores (Scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang
menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit
(epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan
tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah
kekerasan yang terjadi.

Gambar 1. Luka
lecet gores
akibat kuku jari
- Luka lecet serut (Scraping)
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah
persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah
kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan
epitel.

Gambar 2. Luka lecet serut akibat kecelakaan


- Luka lecet tekan (Impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit.
Karena kulit adalah jaringan yang lentur maka, bentuk luka
lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan

7
benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan
identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang
khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan
sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan
pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna
yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih
padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya
pengeringan yang berlangsung pasca kematian.

Gambar 3. Luka lecet tekan akibat tali


b. Kontusio (Luka Memar)
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang
singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah
kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit
atau organ dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi
pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih
hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat
kekerasan benda tumpul.4
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar
terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata,
leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka luka memar yang
tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti
seringkali lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut
memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah yang lebih rendah,
berdasarkan gravitasi. 4

8
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan
informasi mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal
dengan istilah “perdarahan tepi” (marginal haemorrhages), misalnya
bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang
terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan
menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai
dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.
Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya
luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan
individu yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk menentukan
lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.4
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar
superficial (Superficial), luka memar dalam (Deep), dan luka memar
berbekas (Patterned/ imprint).4
- Luka memar superfisial
Luka memar superficial dapat terjadi secara segera,
disebabkan oleh akumulasi darah secara subkutan.
- Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi
pendarahan lebih dalam dari lapisan kulit subkutan.
Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk
dapat terlihat di permukaan kulit.
- Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada
tubuh, biasanya objek yang menekan tubuh meninggalkan
bekas pada permukaan kulit. Pada mayat waktu antara
terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan
menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin
lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan
semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan
mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk

9
menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian.
Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut
pun bergantung pada keahlian pemeriksa.

Gambar 4. Luka memar pada bagian pergelangan kaki


Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu
benturan/kekerasan dengan energi yang cukup untuk mengganggu
permeabilitas sel-sel pembuluh darah sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar daerah tubuh yang terkena benturan.
Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial.4

Mula-mula pembengkakan timbul warna merah kebiruan


lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada hari ke-1
sampai hari ke-3. Setelah itu warnanya berubah menjadi biru
kehijauan kemudian coklat. Warna menghilang pada minggu pertama
sampai minggu ke-4.4

10
Gambar 5. Luka memar pada perubahan struktur jaringan
Proses perubahan struktur jaringan diatas yang sering
disebut sebagai proses peradangan (inflamasi) memiliki beberapa
variasi tergantung lokasi dan struktur jaringan disekitar luka memar.
Apabila terjadi pada daerah jaringan ikat longgar (mata, leher, atau
pada lansia) maka luka memar yang tampak seringkali tidak
sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas. Ada beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya luka memar (contusion), yaitu:3
1. Jaringan lemak yang berada dibawah jaringan subkutan.
2. Kulit (epidermis) yang tipis.
3. Penyakit seperti defisiensi vitamin K, penyakit kronis,
hemophilia, sirosis, dan lain-lain.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain
terjadinya penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar
yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan
kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi
darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada
organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan
kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media
berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau
ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen
menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering
adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangrene.
Memperkirakan umur luka memar:3
- Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
- Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman
- Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat
- > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan
dengan luka memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu
kemerahan pada area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh

11
akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil secara gravitasi. Berikut
ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat:4

Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat4


LUKA MEMAR (Contusion, Bruise) LEBAM MAYAT (Livor Mortis)
Intravital Post mortem
Karena terjadi ekstravasasi darah maka Karena letaknya intravaskuler maka
dalam jangka waktu kurang 7 jam, warna dalam jangka waktu kurang 7 jam,
memar tidak hilang pada penekanan. warna memar akan hilang. Batas
Jika lebih 7 jam darah sudah berpindah tidak tegas karena hemoglobin yang
ke jaringan sehingga batasnya menjadi berpindah ke jaringan.
jelas.
Daerah sekitarnya terbentuk edema Daerah sekitarnya tidak terbentuk
edema
Tidak menghilang jika irisannya Menghilang jika dicuci
dibersihkan
Sel PMN ada Sel PMN tidak ada
Lokasinya tidak menentu Lokasinya pada bagian tubuh yang
terendah
Luka memar atau kontusio juga dapat terjadi pada organ dan
jaringan dalam. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang
berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio
dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian.5
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat
menyebabkan terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk
asam yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat.
Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan
kematian. Kontusio dan perdangan yang kecil pada otak dapat
menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika
terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran
darah.5
Kontusio serebri adalah kerusakan jaringan otak tanpa disertai
robeknya piamater. Istilah kontusio digunakan untuk menyatakan
adanya cedera atau gangguan pada jaringan otak yang lebih berat dari
konkusi (concussion), dengan memiliki karakteristik adanya

12
kerusakan sel saraf dan aksonal, dengan titik-titik perdarahan kapiler
dan edema jaringan otak. Terutama melibatkan puncak-puncak gyrus
karena bagian ini akan bergesekan dengan penonjolan dan lekukan
tulang saat terjadi benturan.5
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai
daerah abu-abu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih
otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat
penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan
terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya
pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk
cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang
menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua
terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio
tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan
menyebabkan adanya fokus epilepsi.5
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio
ringan dan sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi
dan hantaran impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama
jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot
jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan
gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur
organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.5
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang
berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna
jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen
yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak.
Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu
atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi,
kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau
tidak.5

13
Gambar 6. Kontusio pada dasar lobus temporal dan frontal (burst lobe)5
Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini
terjadi saat kepala relatif tidak bergerak. Kita juga harus
mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak
mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan
pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang
ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun,
kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi
yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio contrecoup.

Gambar 7. Lesi coup dan countrecoup sehubungan dengan mekanisme


cedera kepala5
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola
trauma. Karena foto dari semua komponen trauma kepala dari

14
berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang ada,
diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi. Kadang-
kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang
diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau
mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan
tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan
mendetail.5
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya
mengenai daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak,
dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan “ball
haemorrhages” sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut
dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi.
Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler
dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke.
Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau
tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat
membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan
perdarahan.5
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan
dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang
dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan
serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri
vena. Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak
mempunyai riwayat hipertensi. Edema paru tipe neurogenik biasanya
menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui
adalah “foam cone” busa berwarna putih atau merah muda pada mulut
dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat
tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio
kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma
kepala.5
c. Laserasi (Luka robek)

15
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat
menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok
kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk
menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi.
Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi
tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit
dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari
laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang
diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang
mengalami indentasi.4
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa
dan jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan
jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka
lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam.3

Gambar 8. Luka
robek dengan terdapatnya jembatan jaringan4
Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya
kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai
menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar
juga menunjukkan arah awal kekerasan.4

Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda


penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan
regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan
terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus

16
berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler.
Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda
dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”.
Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.4
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi
tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya.
Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar
laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa.
Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan
bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali
tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran
luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar
dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises
meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.4
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit
ditentukan tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah
sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari.
Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan dengan yang terjadi
saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.4
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah
laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat
yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang
multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat
menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai
dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa
dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun
dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree
tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang
sempurna.4
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri,
khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi

17
tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.
Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki
jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau
sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari
tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta,
hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu
robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama
setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.3

18
BAB III
KESIMPULAN

Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran


Forensik. Luka dibahasa dalam bidang traumatologi yang berasal dari bahasa
Yunani, yang berarti luka. Traumatologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera serta hubungannya dengan
berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena
adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.
Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka
merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous
tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh
darah, jaringan saraf dan tulang. Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan
trauma tajam.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP
dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli
tersebut adalah Visum et Repertum, dimana didalamnya terdapat penjabaran
tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati. Seorang
dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka.
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,
bentuk, ukuran, dan sifat luka. Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada
beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma
benda tajam, luka tembak, jenis luka akibat suhu/temperatur, dan luka akibat
trauma listrik. Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury),

19
yaitu: luka lecet (abrassion): tekan, geser, dan regang, luka memar (contusion),
luka robek (laceration).

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahla S. Ilmu Kedokteran Forensik: Pedoman bagi dokter dan penegak


hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.
2. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. Peraturan Perundang-
undangan bidang Kedokteran. Edisi I, cetakan kedua. Jakarta; 1994.
3. Shkrum MJ, Ramsaytfd DA. Forensic Science and Medicine: Forensic
Pathology of Trauma. New Jersey: Human Press Inc, 2007.
4. Vincent JD, Dominick D. Blunt Trauma Wounds: Forensic Pathology. 2 nd
Edition; 2001.
5. Waters BL. Handbook of Autopsy Practice. 4th Edition. Human Press:
Totowa; 2009.

20

Anda mungkin juga menyukai