Anda di halaman 1dari 29

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN QANUN
KABUPATEN ACEH TIMUR TENTANG
PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI
DAN TATA KERJA
DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA,
PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN ACEH TIMUR

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

TIM PENYUSUN NASKAH AKADEMIK


BAGIAN HUKUM SETDAKAB. ACEH TIMUR
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya selesailah penulisan Naskah Akademik Rancangan
Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Aceh Timur. Naskah akademik ini merupakan naskah hasil
penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap
Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Aceh Timur, yang nantinya akan dipergunakan sebagai
acuan atau referensi dalam penyusunan dan pembahasan Rancangan
Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Aceh Timur.
Disadari bahwa selesainya penulisan Naskah Akademik Rancangan
Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Aceh Timur ini dikarenakan adanya bantuan, pengarahan,
bimbingan serta dorongan yang telah diberikan oleh berbagai pihak, baik
secara perseorangan maupun bersama-sama. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis ucapkan terima kasih.
Harapan penulis dengan telah selesainya penulisan Naskah Akademik
Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Aceh Timur, dapat segera disusun Rancangan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Aceh Timur yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Disadari bahwa penulisan Naskah Akademik Rancangan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Aceh Timur ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun
teknis penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
diharapkan adanya saran demi kesempurnaannya.

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 4
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah
Akademik ......................................................................... 5
D. Metode ............................................................................ 6
E. Sistematika ..................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS


A. Kajian Teoretis ................................................................ 8
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait ................... 9
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan ..................... 9
D. Kajian Terhadap Implikasi Sosial, Politik dan Ekonomi ... 10

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN TERKAIT ......................................................... 11

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS


A. Landasan Filosofis .......................................................... 14
B. Landasan Sosiologis ...................................................... 14
C. Landasan Yuridis ............................................................ 16

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP


MATERI MUATAN ................................................................ 19

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 22
B. Saran ............................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi faktual selama ini masih menunjukkan bahwa kualitas
pelayanan publik terutama yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah masih memprihatinkan. Padahal, kebijakan otonomi daerah
dimaksudkan untuk mendekatkan jarak antara pemberi pelayanan
(Pemerintah Daerah) dengan yang dilayani (warga masyarakat),
sehingga kualitas pelayanan publik diharapkan sesuai dengan aspirasi
masyarakat dan menjadi semakin berkualitas.
Rendahnya kualitas pelayanan publik yang terjadi selama ini
ditandai oleh terbatasnya sarana pelayanan, perilaku petugas yang
belum bersifat melayani dan tidak jelasnya waktu serta biaya yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan publik serta panjangnya
prosedur yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu jenis pelayanan
publik.
Salah satu yang menjadi kendala dalam pemberian pelayanan
publik selama ini adalah belum adanya standar yang jelas mengenai
penyelenggaraan pelayanan publik itu sendiri. Padahal, standar itu
sangat berguna sebagai panduan bagi Pemerintah untuk memberikan
pelayanan.
Untuk menjawab permasalahan tersebut dibutuhkan reformasi
administrasi publik, karena secara normatif reformasi administrasi publik
merupakan bagian dari rekayasa sosial (social re-engineering) guna
mengatasi krisis multidimensi yang melanda daerah-daerah di Indonesia.
Urgensi reformasi administrasi publik berkaitan dengan adanya tuntutan
akan pengelolaan Pemerintahan khususnya Pemerintah Daerah dalam
menjalankan fungsinya, yaitu pelayanan kepada masyarakat (services),
membuat kebijakan atau ketentuan bagi kepentingan masyarakat
(regulation) dan mengupayakan pemberdayaan (empowerment).
Melalui reformasi, masyarakat akan dapat mengetahui
sejauhmana kinerja birokrasi Pemerintah, disamping masyarakat
diletakkan pada kedudukan yang sesungguhnya, yaitu sebagai pemilik
Pemerintahan (Rasyid, 2000 dan Kaloh, 2003 dalam Rakhmat, 2005 : 3).

1
Dalam hal ini pengertian reformasi administasi menurut Zauhar
(1996 : 47 dalam Rakhmat, 2005 : 4) merupakan suatu pola yang
menunjukkan peningkatan efektivitas pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian
dalam reformasi administrasi perhatian lebih dicurahkan pada upaya dan
bukan semata-mata hasil.
Secara internal tujuan reformasi adalah untuk menyempurnakan
atau meningkatkan kinerja. Adapun secara eksternal yang berkaitan
dengan masyarakat adalah menyesuaikan sistem administrasi terhadap
meningkatnya kebutuhan masyarakat dengan melihat reformasi atau
pembaruan dari 2 (dua) sisi, yaitu perubahan struktur dan perubahan
kinerja (Riggs, 1986 : 94).
Penerapan kebijakan desentralisasi merupakan landasan normatif
bagi perubahan penyelenggaraan pemerintahan di daerah, termasuk
dalam hal perubahan kewenangan baik ditingkat Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota. Perubahan
kewenangan ini berimplikasi pada perubahan beban tugas dan struktur
organisasi yang melaksanakan kewenangan-kewenangan tersebut yang
pada gilirannya menuntut dilakukannya penataan kelembagaan
pemerintahan di daerah. Penataan kelembagaan Pemerintahan Daerah
merupakan konsekwensi logis dari perubahan mendasar sistem
Pemerintahan Daerah sebagaimana digariskan dalam kebijakan
desentralisasi.
Otonomi organisasi menjadi salah satu faktor penting untuk
menjamin pelaksanaan otonomi daerah secara keseluruhan. Dalam
melaksanakan otonomi organisasi, Pemerintah Daerah harus memiliki
kepekaan dan rasionalitas terhadap kebutuhan dan permasalahan dalam
wilayahnya. Karena itu, Pemerintah Daerah harus memiliki hak untuk
menentukan jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (dinas, badan dan
lembaga teknis) sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah, baik
kemampuan keuangan maupun sumber daya manusia yang tersedia.
Analisis terhadap kebutuhan perangkat daerah menghendaki
adanya evaluasi terhadap kondisi eksisting organisasi perangkat daerah.
Hasil evaluasi akan mengakibatkan perubahan organisasi perangkat
daerah, berupa pembentukan unit baru, penggabungan unit-unit yang

2
sudah ada, penghapusan unit-unit yang sudah ada dan perubahan
fungsi-fungsi unit yang sudah ada.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh, telah memberikan mandat kepada Aceh termasuk Kabupaten/Kota
untuk mengurus berbagai kewenangan/urusan yang berbeda dengan
daerah lain. Seperti kewenangan bidang syariat Islam, kewenangan
memungut zakat, kewenangan dalam bidang pertanahan dan beberapa
kewenangan lain yang secara eksplisit diatur dalam undang-undang
tersebut. Kondisi ini diperkuat dengan lahirnya Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang
didalamnya telah memberikan mandat kepada Pemerintah Daerah untuk
melakukan evaluasi dan penyesuaian organisasi perangkat daerah.
Pembentukan tata kelola Pemerintahan yang akuntabel,
transparan, efisien dan efektif merupakan salah satu misi yang diemban
oleh Bupati/Wakil Bupati Aceh Timur. Berangkat dari hal tersebut, perlu
dirancang desain kelembagaan organisasi perangkat daerah Kabupaten
Aceh Timur yang mendukung pencapaian misi tersebut dan juga
mendukung pencapaian misi pemerintahan yang melayani masyarakat.
Permasalahan kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga
merupakan permasalahan yang krusial pada saat ini di Kabupaten Aceh
Timur karena belum optimalnya pengembangan prasarana dan sarana
dibidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan
serta belum terdapatnya Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK)
Aceh Timur yang secara khusus menangani permasalahan kebudayaan,
pariwisata, pemuda dan olahraga tersebut. Sementara pada
kenyataannya di Kabupaten Aceh Timur bidang kebudayaan,
kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan mempunyai fungsi dan
peran yang sangat strategis dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Aceh Timur dan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Timur serta merupakan identitas jati diri
dan kebanggaan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur.
Seiring dengan paradigma yang telah dipaparkan di atas dan
sejalan dengan peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang
dilatarbelakangi kemampuan keuangan daerah yang memadai dan
dengan memperhatikan beberapa aspek diatas, maka disusunlah

3
Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Timur dalam rangka optimalisasi
organisasi kelembagaan Pemerintah Daerah yang responsif terhadap
perkembangan zaman dan berdasarkan peraturan perundang-undangan
sekaligus untuk menjawab tuntutan masyarakat yang makin beragam
khususnya dalam bidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam hal ini dapat diidentifikasi
permasalahan yang timbul adalah:
1. Perlu adanya suatu aturan yang memberikan kepastian hukum
terhadap pembentukan Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK)
Aceh Timur yang secara khusus menangani permasalahan
kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga;
2. Perlunya mengikutsertakan masyarakat pada berbagai tahap dalam
pengembangan potensi dibidang kebudayaan, pariwisata, pemuda
dan olahraga agar yang tadinya pengembangan prasarana dan
sarana dibidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan dipandang sebagai tugas yang harus dilakukan oleh
Pemerintah, dapat dijadikan sebagai kemaslahatan bersama
sehingga menggalakkan peran serta masyarakat luas dalam
pengembangan potensi, prasarana dan sarana dibidang
kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan yang
pada akhirnya bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Aceh Timur dan peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Timur; dan
3. Memaksimalkan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Timur agar
dapat mendorong koordinasi yang lebih jelas dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur
serta menggali, mengembangkan dan meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dalam bidang kebudayaan, kepariwisataan,
kepemudaan dan keolahragaan di Kabupaten Aceh Timur.

4
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik
Adapun tujuan penulisan Naskah Akademik Rancangan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Aceh Timur adalah:
1. memberi masukan terhadap Rancangan Qanun Kabupaten Aceh
Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Aceh Timur;
2. menyusun kerangka Naskah Akademik Rancangan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Aceh Timur; dan
3. merumuskan Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh
Timur yang dikaji secara ilmiah dan mencakup segala aspek teknis
secara ekonomis serta peran serta masyarakat.
Pengkajian terhadap penataan organisasi perangkat daerah
adalah penataan terhadap kelembagaan dan struktur organisasi
perangkat daerah yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan peraturan
perundang-undangan.
Secara umum, kegunaan penulisan naskah akademik adalah
memberikan masukan terhadap kenyataan yang ada di lapangan
mengenai potensi dibidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan
olahraga yang mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur
dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Timur
serta merupakan identitas jati diri dan kebanggaan masyarakat di
Kabupaten Aceh Timur. Dengan dibentuknya Qanun ini, diharapkan
dapat memperkuat kelembagaan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur
dalam pelaksanaan pelayanan publik yang efektif, akuntabel dan
transparan.

5
D. Metode
Dalam penyusunan naskah akademik ini, metode atau
pendekatan yang digunakan adalah melalui suatu kajian ilmiah secara
sistematik dan interdisipliner dengan metodologi sebagai berikut:
1. kajian pustaka yaitu pengkajian terhadap peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan pembentukan susunan organisasi dan
tata kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga;
2. serangkaian kegiatan diskusi;
3. kaji terap pengalaman kabupaten/kota yang telah menerapkan
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, yang didapatkan melalui proses
telaah dokumen-dokumen dari berbagai media (internet, proses
seminar, dll);
4. analisis dan evaluasi; dan
5. penyusunan naskah.
Penyusunan materi naskah akademik juga memperhatikan
kaidah-kaidah hukum, kelembagaan dan mempertimbangkan peran serta
masyarakat.

E. Sistematika
Naskah akademik ini ditulis sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang,
identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan kegiatan penyusunan naskah
akademik, metode, dan sistematika.
Bab II Kajian Teoretis dan Praktik Empiris, berisi uraian tentang
kajian teoretis, kajian terhadap asas/prinsip yang terkait, kajian terhadap
praktik penyelenggaraan, kajian terhadap implikasi sosial, politik dan
ekonomi.
Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
Terkait, berisi uraian tentang hasil kajian terhadap peraturan perundang-
undangan terkait dengan materi dan susunan Rancangan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.

6
Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis, berisi uraian
tentang landasan filosofis, landasan sosiologis dan landasan yuridis.
Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan dan Ruang Lingkup Materi
Muatan, berisi uraian tentang sasaran yang akan diwujudkan, arah dan
jangkauan pengaturan materi dan susunan Rancangan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.
Bab VI Penutup, bagian akhir naskah akademik berisi kesimpulan
dan saran hasil kajian analisa naskah akademik.
Daftar Pustaka, memuat buku, peraturan perundang-undangan
dan bahan-bahan yang diperoleh dari internet, yang menjadi sumber
bahan penyusunan naskah akademik.

7
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoretis
Penyelenggaraan kepentingan umum dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum, tidak akan efektif apabila hanya dilaksanakan
secara sentralisasi oleh Pemerintah Pusat. Oleh karena itu sebagian
tugas-tugas Pemerintah Pusat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah
sebagai konsekwensi dari pelaksanaan asas desentralisasi. Dengan
demikian tujuan pembagian daerah Indonesia menjadi Provinsi dan
Kabupaten/Kota adalah agar daerah yang bersangkutan dapat mengurus
sendiri urusan pemerintahan di daerahnya masing-masing atas dasar
otonomi daerah.
Untuk dapat mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah yang luas,
nyata dan bertanggung jawab, yang bertujuan untuk peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, maka daerah harus mampu
menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan sesuai
dengan kemampuan daerahnya masing-masing. Oleh karena itu, maka
kemandirian daerah merupakan sesuatu yang perlu diupayakan secara
terus menerus. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Aceh Timur untuk meningkatkan fungsi dan peran yang
sangat strategis dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Aceh Timur dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Aceh Timur adalah dengan membentuk Qanun Kabupaten
Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, yang diharapkan
dapat memperkuat kelembagaan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur
dalam pelaksanaan pelayanan publik yang efektif, akuntabel dan
transparan sekaligus untuk mengoptimalkan pengembangan prasarana
dan sarana dibidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan serta menjawab tuntutan masyarakat yang makin beragam
khususnya dalam bidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan.

8
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait
Pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dilakukan dalam rangka optimalisasi
organisasi kelembagaan Pemerintah Daerah yang responsif terhadap
perkembangan zaman sekaligus untuk menjawab tuntutan masyarakat
yang makin beragam khususnya dalam bidang kebudayaan,
kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan. Berdasarkan ketentuan
Pasal 45 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, disebutkan bahwa dalam rangka
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan peraturan
perundang-undangan dan tugas pemerintahan umum lainnya,
Pemerintah Daerah dapat membentuk lembaga lain sebagai bagian dari
perangkat daerah.
Disamping itu, pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga juga telah memenuhi
persyaratan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang
baik, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, yang meliputi asas kejelasan tujuan, asas kelembagaan atau
pejabat pembentuk yang tepat, asas kesesuaian antara jenis, hierarki
dan materi muatan, asas dapat dilaksanakan, asas kedayagunaan dan
kehasilgunaan, asas kejelasan rumusan serta asas keterbukaan.

C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan


Pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dalam penyelenggaraannya harus
diupayakan untuk segera dilaksanakan, karena telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan prinsip pemerintahan yang baik (good
governance) yaitu transparan, akuntabel, profesional, efektif dan efisien.
Selanjutnya, pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dilakukan dalam rangka pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

9
sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.

D. Kajian Terhadap Implikasi Sosial, Politik dan Ekonomi


Pengkajian terhadap penataan organisasi perangkat daerah
adalah penataan terhadap kelembagaan dan struktur organisasi
perangkat daerah yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan peraturan
perundang-undangan.
Pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga secara sosial, politik dan ekonomi
merupakan bagian daripada pengaturan dan penataan untuk
meningkatkan fungsi dan peran yang sangat strategis dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur dan
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Timur.
Disamping itu, pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dilakukan dalam rangka optimalisasi
organisasi kelembagaan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur yang
responsif terhadap perkembangan zaman dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, mengoptimalkan pengembangan prasarana dan
sarana dibidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan serta menjawab tuntutan masyarakat yang makin beragam
khususnya dalam bidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan.
Oleh karena itu, untuk memperkuat kelembagaan Pemerintah
Kabupaten Aceh Timur dalam pelaksanaan pelayanan publik yang
efektif, akuntabel dan transparan. maka sudah seharusnya Pemerintah
Kabupaten Aceh Timur membentuk Qanun Kabupaten Aceh Timur
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.

10
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT

Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara
Hukum, konsekwensi yuridis dari pernyataan tersebut maka setiap tindakan
aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus didasarkan pada
aturan hukum.
Pemerintah adalah keseluruhan sistem pelaksanaan kekuasaan dan
wewenang, baik mekanisme maupun prosedurnya didalam organisasi
kenegaraan yang meliputi eksekutif, legislatif dan yudikatif. Adapun tugas
pemerintah adalah menyelenggarakan kepentingan umum. Yang dimaksud
dengan kepentingan umum yaitu kepentingan bangsa, masyarakat dan
Negara. Pelaksanaan kepentingan umum oleh Negara merupakan tugas
pokok Negara dalam rangka pelaksanaan tujuan Negara. Dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditegaskan
bahwa: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum .
Penyelenggaraan kepentingan umum, dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum, tidak akan efektif apabila hanya dilaksanakan secara
sentralisasi oleh Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, sebagian tugas-tugas
Pemerintah Pusat dilimpahkan kepada daerah sebagai konsekwensi dari
pelaksanaan asas desentralisasi. Dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara tegas dinyatakan bahwa:
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi
dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.
Dengan demikian tujuan pembagian daerah Indonesia menjadi
Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah agar daerah yang bersangkutan dapat
mengurus sendiri urusan pemerintahan di daerahnya masing-masing atas

11
dasar otonomi daerah. Untuk mengimplementasikan otonomi daerah,
pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, yang materinya berupa pelimpahan
wewenang Pemerintah Pusat kepada daerah otonom dalam semua sektor
kehidupan, dengan pembatasan-pembatasan tertentu.
Didalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa:
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-
masing mempunyai pemerintahan daerah.
(2) Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.
(3) Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
Dengan demikian tujuan pemberian otonomi luas kepada daerah
adalah agar daerah dapat mengelola wewenangnya sendiri, sehingga
pelayanan umum dapat berjalan dengan baik, daya saing daerah menjadi
kuat dan pada akhirnya dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat.
Pelayanan publik merupakan hal yang penting dan terkait dengan peran
Pemerintah Daerah, salah satu komponen pelayanan publik tersebut adalah
melakukan pengaturan (regulasi) di daerahnya terhadap seluruh aspek
kehidupan.
Adapun penerapan otonomi untuk Aceh ditempuh melalui Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Dalam Pasal 1
angka 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 ditentukan bahwa
Kabupaten/Kota adalah bagian dari Provinsi sebagai suatu kesatuan
masyarakat hukum yang diberi wewenang khusus untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan-kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

12
Selanjutnya dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh ditentukan bahwa Pemerintahan Aceh dan
Kabupaten/Kota berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam semua sektor publik kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah. Oleh karena itu maka Pemerintah Aceh dan
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewenangan untuk mengurus
semua urusan publik.
Penyelenggaraan kepentingan umum dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum, tidak akan efektif apabila hanya dilaksanakan secara
sentralisasi oleh Pemerintah Pusat. Oleh karena itu sebagian tugas-tugas
Pemerintah Pusat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai
konsekwensi dari pelaksanaan asas desentralisasi. Dengan demikian
pembagian daerah Indonesia menjadi Provinsi dan Kabupaten/Kota agar
daerah yang bersangkutan dapat mengurus sendiri urusan pemerintahan
didaerahnya masing-masing atas dasar otonomi daerah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, disebutkan
bahwa dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan
peraturan perundang-undangan dan tugas pemerintahan umum lainnya,
Pemerintah Daerah dapat membentuk lembaga lain sebagai bagian dari
perangkat daerah.
Selanjutnya untuk optimalisasi organisasi kelembagaan Pemerintah
Kabupaten Aceh Timur yang responsif terhadap perkembangan zaman dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan, mengoptimalkan
pengembangan prasarana dan sarana dibidang kebudayaan,
kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan serta menjawab tuntutan
masyarakat yang makin beragam khususnya dalam bidang kebudayaan,
kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan, maka sudah seharusnya
Pemerintah Kabupaten Aceh Timur membentuk Qanun Kabupaten Aceh
Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.

13
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis
Selain adanya urusan pemerintahan yang harus dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah, pembentukan organisasi perangkat daerah
juga berkaitan dengan tuntutan perubahan dalam upaya mewujudkan
tata Pemerintahan yang baik (Good Governance) yaitu untuk
mewujudkan Pemerintahan yang demokratis dan transparan.
Terlebih disadari oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Timur bahwa
fungsi utama yang harus dijalankan saat ini adalah : Public Service
Function (fungsi pelayanan masyarakat), development function
(fungsi pembangunan) dan protection function (fungsi perlindungan).
Good Governance akan terwujud apabila setiap aparat pemerintah telah
mampu melaksanakan apa yang disebut sebagai objective and
subjective responsibility. Responsibility objectif bersumber kepada
adanya pengendalian dari luar (external controls) yang mendorong atau
memotivasi aparat untuk bekerja keras sehingga tujuan three es
(economy, efficiency and effectiveness) dari organisasi perangkat daerah
dapat tercapai (Denhardt, 2003).
Sedangkan responsibilitas subjektif yang bersumber pada sifat
subjektif individu aparat (internal control) lebih mengedepankan nilai-nilai
etis dan kemanusiaan yang terangkum dalam EEF (Equity, Equality and
Fairness) dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan tugas-
tugas administratif lainnya.
Pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga merupakan bagian daripada
pengaturan terhadap kelembagaan organisasi perangkat daerah
Kabupaten Aceh Timur yang sesuai dengan perkembangan zaman dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

B. Landasan Sosiologis
Suatu peraturan perundang-undangan akan berlaku secara efektif
apabila dalam pembentukannya dilandasi oleh pertimbangan sosiologis
yaitu menyangkut dengan kebutuhan masyarakat/aparatur pemerintah

14
terhadap peraturan tersebut. Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga menjawab
permasalahan tentang kepastian hukum terhadap pembentukan Satuan
Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) Aceh Timur yang secara khusus
menangani permasalahan kebudayaan, pariwisata, pemuda dan
olahraga serta mendorong koordinasi yang lebih jelas dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur serta
menggali, mengembangkan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam bidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan di Kabupaten Aceh Timur.
Adapun pertimbangan sosiologis pembentukan Qanun Kabupaten
Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, yaitu:
1. Secara geografis, demografis dan geologis Kabupaten Aceh Timur
merupakan daerah yang sedang dalam proses pembangunan,
dibutuhkan biaya yang besar dan penggalian potensi yang baru
dalam rangka meningkatkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan menunjang kelancaran pembangunan tersebut khususnya dalam
bidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan. Oleh karena itu, agar penyelenggaraan Pemerintahan
di Kabupaten Aceh Timur dapat berjalan secara optimal dan efektif,
dibutuhkan kerangka hukum yang tepat dan sesuai dengan kondisi
saat ini menyangkut dengan pembentukan susunan organisasi dan
tata kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga;
dan
2. Kondisi sosial masyarakat yang membutuhkan pelayanan dan
pembinaan dari Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, sehingga
melalui Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, diharapkan dapat
merubah pola pikir masyarakat, yang tadinya pengembangan
prasarana dan sarana dibidang kebudayaan, kepariwisataan,
kepemudaan dan keolahragaan dipandang sebagai tugas yang
harus dilakukan oleh Pemerintah, dapat dijadikan sebagai

15
kemaslahatan bersama sehingga menggalakkan peran serta
masyarakat luas dalam pengembangan potensi, prasarana dan
sarana dibidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan yang pada akhirnya bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur dan
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Timur.

C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan secara hukum bahwa
Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga, harus mempunyai landasan hukum yang kuat
untuk diberlakukan di Kabupaten Aceh Timur. Peraturan perundang-
undangan yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum pembentukan
Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah
Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1092);
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan
Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1103);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

16
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3893);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4535);
9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);
10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
11. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 148,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5067);

17
12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4702);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4703);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pendanaan
Keolahragaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4704);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741);
20. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan
Qanun (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 38);

18
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN

Arah dan jangkauan pengaturan materi dan susunan Rancangan


Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga,
antara lain:
Bab I. Ketentuan Umum
Pada Bab ini dimuat pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang
akan dipergunakan lebih dari satu kali dalam pasal-pasal dari batang tubuh
dalam Rancangan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda
dan Olahraga.
Bab II. Pembentukan
Pada Bab ini dijelaskan mengenai pembentukan susunan organisasi
dan tata kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.
Bab III. Susunan Organisasi
Pada Bab ini dijelaskan mengenai susunan organisasi dan tata kerja
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang terdiri dari
Sekretariat, Subbagian dan Bidang-Bidang.
Bab IV. Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan
Pada Bab ini dijelaskan mengenai tugas pokok, fungsi dan
kewenangan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Aceh Timur.
Bab V. Kelompok Jabatan Fungsional
Pada Bab ini dijelaskan mengenai kelompok jabatan fungsional pada
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh
Timur.
Bab VI. Tata Kerja
Pada Bab ini dijelaskan mengenai tata kerja Kepala Dinas, Sekretaris,
Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Seksi, Kepala UPTD dan Kepala
Subbagian Tata Usaha pada UPTD Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Aceh Timur.

19
Bab VII. Pengangkatan dan Pemberhentian Pada Jabatan
Pada Bab ini dijelaskan mengenai pengangkatan dan pemberhentian
pejabat struktural dan pejabat fungsional serta esselonering pada Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Timur.
Bab VIII. Pembiayaan
Pada Bab ini dijelaskan mengenai pembiayaan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Aceh Timur.
Bab IX. Ketentuan Lain-Lain
Pada Bab ini dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan lainnya yang
terkait dengan pelaksanaan tugas pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Timur.
Bab X. Ketentuan Penutup
Pada Bab ini dijelaskan mengenai pengaturan lebih lanjut terhadap
hal-hal yang belum diatur dalam Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, pemberlakuan dan pengundangannya
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur.
Adapun sasaran yang akan diwujudkan dari pembentukan Qanun
Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga adalah:
1. memberikan pedoman dan payung hukum yang dapat memberikan
kepastian hukum dan sesuai dengan kebutuhan daerah dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan;
2. meningkatkan peran serta masyarakat pada berbagai tahap dalam
pengembangan potensi dibidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan
olahraga agar yang tadinya pengembangan prasarana dan sarana
dibidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan
dipandang sebagai tugas yang harus dilakukan oleh Pemerintah, dapat
dijadikan sebagai kemaslahatan bersama sehingga menggalakkan peran
serta masyarakat luas dalam pengembangan potensi, prasarana dan
sarana dibidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan yang pada akhirnya bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur dan peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Timur; dan

20
3. untuk optimalisasi organisasi kelembagaan Pemerintah Kabupaten Aceh
Timur yang responsif terhadap perkembangan zaman dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan serta memaksimalkan tugas
pokok dan fungsi dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Aceh Timur agar dapat mendorong koordinasi yang
lebih jelas dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Aceh Timur serta menggali, mengembangkan dan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam bidang
kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan di
Kabupaten Aceh Timur.

21
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Perlu adanya suatu aturan yang memberikan kepastian hukum dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan terhadap pembentukan
Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) Aceh Timur yang secara
khusus menangani permasalahan kebudayaan, pariwisata, pemuda
dan olahraga.
2. Perlunya mengikutsertakan masyarakat pada berbagai tahap dalam
pengembangan potensi dibidang kebudayaan, pariwisata, pemuda
dan olahraga agar yang tadinya pengembangan prasarana dan
sarana dibidang kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan
keolahragaan dipandang sebagai tugas yang harus dilakukan oleh
Pemerintah, dapat dijadikan sebagai kemaslahatan bersama
sehingga menggalakkan peran serta masyarakat luas dalam
pengembangan potensi, prasarana dan sarana dibidang
kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan yang
pada akhirnya bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Aceh Timur dan peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Timur.

B. Saran
1. Pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga untuk memenuhi kewajiban Pemerintah
Kabupaten Aceh Timur sebagai pelayan masyarakat (public service)
serta mengupayakan pemberdayaan (empowerment) akan
peningkatan mutu yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur, perlu segera
diwujudkan.

22
2. Pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga harus dapat memberikan keamanan,
kenyamanan, kepastian hukum, pedoman yang jelas dan sesuai
dengan kondisi saat ini.
3. Pembentukan Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga diharapkan dapat menjadi sebuah solusi
dalam menuju Kabupaten Aceh Timur yang efektif dan efisien dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,
sehingga dengan sendirinya dapat meningkatkan dan
mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur.

23
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
1. Prof. DR. H. Sri Soemantri M, SH, Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi, PT. Alumni, Bandung, 2006.
2. Rahimullah, SH, M.Si, Hukum Tata Negara Ilmu Perundang-
Undangan Versi Amandemen UUD 1945, PT. Gramedia,
Jakarta, 2007.
3. Prof. DR. I Gede Pantja Astawa, SH, MH dan Suprin Naa, SH, MH,
Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-Undangan di Indonesia,
PT. Alumni, Bandung, 2008.
4. Komisi Pemberantasan Korupsi, Meningkatkan Kapasitas Fungsi
Legislasi dan Pengawasan DPRD Dalam Konteks Pencegahan
Korupsi, Jakarta, 2008.
5. Prof. DR. H. Dahlan Thaib, SH, M.Si, Jazim Hamidi, SH, M.Hum dan
Hj. Nimatul Huda, SH, M.Hum, Teori dan Hukum Konstitusi,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
6. Prof. DR. M. Solly Lubis, SH, Ilmu Pengetahuan Perundang-
Undangan, CV. Mandar Maju, Bandung, 2009.
7. B. Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Desain
Naskah Akademik, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2012.

B. Peraturan Perundang-Undangan
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah.

24
C. Internet
1. Anonimous, (http://purwakartakab. bps. go. id/ index. Php ? option =
com_content & view=article&catid=47:korpti&id=77&Itemid=30).
2. Anonimous, (http://id.wikipedia.org /wiki/ _ Republik_Indonesia).
3. Anonimous, (http:// www. bkn. go.id/ in/ peraturan/pedoman/pedoman-
html).
4. Anonimous, (http://tunas63.wordpress.com /2008/11/24/sifat-dan-visi-
misi).
5. Anonimous, (http:// www. google. co. id/ url ? sa = t & rct = j & q =
Perenan%2Bkorpri&source=web&cd=11&ved=0CBYQFjAAOAo&url=
http%3A%2F%2Fwww.dephut.go.id%2Ffiles%2FMATRIKULASI%252
02008.pdf&ei=8lGmToz4M4HxrQfXlLHtDQ&usg=AFQjCNHKFJHbKjF
yjNi7wS3t3lrePQ2NYA&cad=rja).

25
Tim Penyusun Naskah Akademik Bagian Hukum Setdakab. Aceh Timur:
1. Drs. BAHRUMSYAH, MM
2. ISKANDAR, SH
3. MB. BANDI HARVIRDAUS, SH
4. MUCHSIN MUCHTAR, SH
5. MUHAMMAD AFANDI, SH
6. SAIFUL ADHAR
7. AGUS JUFRIZAL
8. NURHAYATI

Anda mungkin juga menyukai