Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya
usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat, para ahli,
bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut
usia sering kali kehilangan rasa percaya diri, berkurang keinginan untuk pergi keluar,
untuk lebih aktif bergerak kesana kemari. Mereka akan kehilangan kemampuan untuk
membaca atau melihat televise. Kesemua itu akan menurunkan aspek sosialisasi dari
para lanjut usia., mengisolasi mereka dari dunia luar yang pada gilirannya akan
menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya.
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak
semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses
menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui
dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa manusia menjadi tua pada usia yang
berbeda-beda.
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles
dan Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara
umum. Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan
penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif.
Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks.
Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih
dalam berbagai tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu
bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan

1
kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia
45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990
jumlah lansia 6,3 % (11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan
mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati jumlah balita yang ada pada saat itu
diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia
diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah
lansia di Brazil, Meksiko dan Negara Eropa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja anatomi dan fisiologi mata?
2. Apa defenisi dari sensori?
3. Bagaimana proses penuaan?
4. Apa masalah sensori pada lansia?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada lansia?
6. Bagaimana penanganan gangguan penglihatan pada lansia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan penglihatan pada lansia?
C. Tujuan
a. Umum
- Untuk mengetahui konsep dasar gangguan penglihatan dan asuhan
keperawatan pada lansia.
b. Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi mata.
2. Untuk mengetahui defenisi dari sensori.
3. Untuk mengetahui proses penuaan.
4. Untuk mengetahui masalah sensori pada lansia.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada lansia.
6. Untuk mengetahui penanganan gangguan penglihatan pada lansia.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan penglihatan pada
lansia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan fisiologi mata


1. Anatomi Mata
Struktur mata tambahan
Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata
dan kelopak mata. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang
melapisi kelopak mata ( konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil.
Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan menyatu dengan
konjungtiva bulbar membentuk kantung yang disebut sakus
konjungtiva. Walaupun konjungtiva transparan, bagian palpebra
tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh pembuluh
darah yang ada didalamnya, pembuluh pembuluh darah kecil dapat
dari konjungtiva bulbar diatas sklera mata. Konjungtiva melindungi
mata dan mencegah mata dari kekeringan.
Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola
mata. Kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata
berguna untuk membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan
sekresi akan dialirkan ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi
hidung dekat mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk
kehidung.
Bola Mata
Bola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina.
Lapisan terluar yang kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada
yang bening yaitu pada bagian iris dan pupil yang membantuk
kornea. Lapisan tengan yaitu koroid mengandung pembuluh
pembuluh darah yang arteriolnya masu kedalam badan siliar yang
menempel pada ligamen suspensori dan iris. Lapisan terdalam adalah
retina yang tidak mempunyai bagian anterior mengandung reseptor

3
cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
Reseptor cahaya melakukan synap dengan saraf - saraf bipolar
diretina dan kemudian dengan saraf saraf ganglion diteruskan
keserabut saraf optikus. Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel
batang. Sel kerucut dapat ditemukan di dekat pusat retina dan
diperkirakan menjadi reseptor terhadap cahaya terang dan
penglihatan warna. Sel sel batang ditemukan banyak pada daerah
perifer retina yang merupakan reseptor terhadap gelap atau
penglihatan malam. Sel sel batang mengandung rhodopsin yaitu
suatu protein fotosintetif yang cepat berkurang dalam cahaya terang.
Regenerasi rhodopsin bersifat lambat tergantung pada tersedianya
vitamin A, mata memerlukan waktu untuk beradaptasi dari terang ke
gelap. Defisiensi vitamin A mempengaruhi kemampuan melihat
dimalam hari.
Ruangan pada mata
Bagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga ; anterior dan posterior.
Rongga anterior teletak didepan lensa, selanjutnya dibagi lagi
kedalam dua ruang ; ruang anterior ( antara kornea dan iris ) dan
ruang posterior ( antara iris dan lensa ). Rongga anterior berisi cairan
bening yang dinamakan humor aqueous yang diproduksi dalam
badan ciliary, mengalir kedalam ruang posterior melewati pupil
masuk keruang anterior dan dikeluarkan melalui saluran schelmm
yang menghubungkan iris dan kornea ( sudut ruang anterior ).
Iris dan lensa
Iris adalah berwarna, membran membentuk cairan ( bundar )
mengandung dilator involunter dan otot otot spingter yang
mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan ditengah tengah iris,
ukuran pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan
memfokuskan objek ( akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan,
pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk penglihatan dekat.

4
Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung )
bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan
posterior. Lensatersusun dari sel sel epitel yang dibungkus oleh
membrab elastis, ketebalannya dapat berubah ubah menjadi lensa
cembung bila refraksi lebih besar.
Otot otot mata
Otot otot mata terdiri dari dua tipe; ekstrinsik dan intrinsik. Otot
otot intrinsi bersifat volunter ( dibawah sadar ), diluar bola mata yang
mengontrol pergerakan diluar mata. Otot otot intrinsik bersifat
involunter ( tidak disadari ) berada dalam badan ciliary yang
mengontrol ketebalan dan ketipisan lensa, iris dan ukuran pupil.
Sudut filtrasi
Sudut filtrasi ini terdapat didalam limbus kornea. Limbus adalah
bagian yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari
membran descemet dan membran bowman lalu ke posterior 0,75
mm, kemudian kedalam mengelilingi kanal schelmm dan trabekula
sampai ke COA. Akhir dari membran descemet disebut garis
schwalbe. Limbus terdiri dari 2 lapisan epitel dan stroma. Epitelnya
dua kali setebal epitel kornea. Didalam stromanya terdapat serat
serat saraf dan cabang akhir dari A. siliaris anterior. Bagian
terpenting dari sudut foltrasi adalah trabekula, yang terdiri dari:
1. Trabekula korneoskeral, serabutnya berasal dari lapisan dalam
stroma kornea dan menuju kebelakang, mengelilingi kanal
schelmm untuk berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma
kornea, menuju ke skleralspur ( insersi dari m. siliarir ) dan
sebagian ke m. siliaris meridional.
3. serabut berasal dari akhir membran descemet ( garis
schwalbe), menuju kejaringan pengikat m. siliaris radialis dan
sirkularis.

5
4. Ligamentum pektinatum rudimenter, berasaal dari dataran depan iris
menuju ke depan trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen,
jaringan homogen, elastis, dan seluruhnya diliputi endotel.
Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga
bila ada darah dalam canal schelmm, dapat terlihat dari luar.
2. Fisiologi Penglihatan
Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui
kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous,
lensa, humor vitreous) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda
untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.
Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek
yang jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa.
Pemglihatan dekat memerlukan kontraksi dari badan ciliary, yang
bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti
dengan relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung
agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Penglihatan yang terus
menerus dapat menimbulkan ketegangan mata karena kontraksi yang
menetap (konstan) dari otot-otot ciliary. Hal ini dapat dikurangi
dengan seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata.
Akomodasi juga dinbantu dengan perubahan ukuran pupil.
Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih
kuat melelui lensa yang tebal.
Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi
aktivitas listrik diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus
terbagi di optik chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri),
bagian medial dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang
berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual.
Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP)
Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara
produksi dan pengaliran dari humor aqueous. Pengaliran dapat

6
dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula (yang menyaring
humor aquoeus ketika masuk kesaluran schellem) atau dfengan
meningkatnya tekanan pada vena-vena sekitar sclera yang bermuara
kesaluran schellem. Sedikit humor aqueous dapat maengalir keruang
otot-otot ciliary kemudian ke ruang suprakoroid. Pemasukan
kesaluran schellem dapat dihambat oleh iris. Sistem pertahanan katup
(Valsava manuefer) dapat meningkatkan tekanan vena.
Meningkatkan tekanan vena sekitar sklera memungkinkan
berkurangnya humor aquoeus yang mengalir sehingga dapat
meningkatkan IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat terjadi
karena stress emosional.
B. Definisi Sensori
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam
maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ
sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang
untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan
informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran
yang sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi
yang segera atau informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan
dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat
otak yang sesuai dan agar individu menerima sensi.Setelah menginterpretasi
makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2. Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi

7
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau
mengorganisasikan input sensorik yang diterima. Biasanya proses ini
terjadi secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan
burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara
binatang
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input
(registration), yaitu individu menyadari akan adanya input. Proses
selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu
memperhatikan input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai
mengartikan input tersebut (interpretation). Selanjutnya adalah tahap
organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk
memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah
execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap input
sensorik.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang
kondisi fisik dan lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi
sensorik yang diterima akan masuk ke otak tidak hanya melalui mata,
telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh
lainnya seperti :
- Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada
retina.Fungsinya menyampaikan semua informasi visual tentang
benda dan menusia.
Mata adalah organ sensorik yang mentrasmisikan rangsang
melalui jaras pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini
diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi tentunya banyak
perubahan yang terjadi.

8
C. Proses menua
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel
yang ada dalam tubuh menurun. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(constantinides 1994). Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit
degeneratif.
D. Masalah sensori pada lansia
Mata atau penglihatan
Mata dan pendengaran merupakan bagian yang vital dalam kehidupan
untuk pemenuhan hidup sehari-hari, terkadang perubahan yang terjadi pada
mata dan telinga dapat menurunkan kemampuan beraktifitas. Para lansia
yang memilih masalh mata dan telinga menyebabkan orang tersebut
mengalami isolasi sosial dan penurunan perawatan diri sendiri.
- Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri
dari sklera, koroid dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang
terluar yang terlihat berwarna putih, kornea adalah lanjutan dari sklera
yang berbentuk transparan yang ada didepan bola mata, cahaya akan
masuk melewati bola mata tersebutsedangkan koroid merupakan
bagian tengah dari bola mata yang merupakan pembuluh darah.
Dilapisan ketiga merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina
akan diputuskan leh retina dengan bantuan aqneous humor,lensa dan
vitous humor. Aqueous humor merupakan cairan yang melapisi

9
bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang elastis
yang berfungsi untuk akomodasi.
Hubungan usia dengan mata Kornea, lensa, iris, aquous
humormvitrous humor akan mengalami perubahan seiring
bertambahnya usia., karena bagian utama yang mengalami perubahan
/ penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata,
produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu
terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa
umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada
mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan
mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda,
penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan
melihat dari jarak jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan
untuk melihat benda-bend dari jarak dekat maupun jauh. Akomodasi
merupakan hasil koordianasi atas ciliary body dan otot-otot ins,
apabial sesorang mengalami penurunan daya akomodasi makaorang
tersebut disebut presbiopi. 5 masalah yang muncul ada lansia :
a) Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya
adalah progesifitas dan pupil kekunningan pada lensa mata,
menurunnya vitous humor, perubahan ini dapat mengakibatkan
berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata kabur, hubungan
aktifitas sosial, dan penampialan ADL, pada lansia yang berusia
lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh, beberapa
orang tidak mengalami atau jarang mengalami penurunan
penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.
b) ARMD ( Age-related macular degeneration )
ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini
mengalami peningkatan makula berada dibelakang lensa
sedangkan makula sendiri berfungsi untuk ketajaman

10
penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan
menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatan
penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi :
penglihatan samara-samar dan kadang-kadang menyebabkan
pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan
kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat
lebih kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan
tidak teratur. Pada dasarnya orang yang ARMD akan mengalami
gangguan pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas
terhadap cahaya yang menyilaukan, cahaya redup dan warna
yang tidak mencolok. Dalam kondisi yang parah dia akan
kehilangan penglihatan secara total. Pendiagnosaan dilakukan
oleh ahli oftomologi dengan bantuan berupa test intravena
fluorerensi ngiography. treatment Beberapa kasus dalam ARMD
dapat dilakukan dengan tembok laser (apabila akondisi tidak
terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan adalah membantu
aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri dan
memberikan pendidikan tentang ARMD.
c) Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada
lansia usia 60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering
tidak bisa diobati namun dengan medikasi dan pembedahan
mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat glaukoma.
Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler (
IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan
tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau
pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan
nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital
jaringan nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.

11
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma
yang berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi
resikonnya di bandinng orang kulit putih, glaukoma merupakan
penyebab pertama kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka/
juga dikenal sebagai glaukoma kronis, sederhana) Dalam
perjalanan proses penyakit ini tidak pernah menimbulkan
keluhan sakit yang mencolok, visus turun pelan-pelan
dan lapangan pandang menyempit. Oleh karena tidak
sakit umumnya penderita dating berobat terlambat, pada
pemeriksaan fundus copy sudah tampak terjadi Excavasio
Glaukomatosa dan Atrophy Papil Syaraf Opticus.
Pengolahan penyakit ini lebih ditekannkan pada
pemakaian oabat anti glaucoma ; operasi baru dilakukan
bila tekanan intra okuler tinngi menetap tidak dapat turun
dengan pemberian obat. Pemakaian obat anti glaucoma
dengan jangka panjang sering menimbulkan keluhan dan
efek samping obat. Obat dapat dihentikan sementara dan
diganti dengan tindakan Laser Trabeculoplasty, obat
digunakan lagi setelah kira-kira dua bulan.
Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup/ juga
dikenal sebagai glaucoma akut).
Perjalanan proses glaucoma sudut tertutup lewat empat
stadia :
a. Stadium Prodromal
Stadium ini mempunyai cirri khas ialah
terjadi serangan (Attack), tekanan intra okuler
mendadak meningkat, dengan keluhan kemeng, visus

12
turun, nrocos. Gambaran obyektif adanya tanda
kongestif (Ciliary Injection, Edema Cornea dan Iris,
Kamar Depan Dangkal, Pupil Melebar)
2. Stadium Akut
Bila stadium prodromal tidak dikelola
dengan baik, akan timbul stadium akut, keluhan
subyektif dan gambaran kongestif menetap,
kadang-kadang disertai Cephalgia dan mual.
3. Stadium Kronis
Masih ada gambaran kongestif dengan
tambahan kelainan yang disebabkan oleh proses
yang menetap lama, ialah Keratopathia Bullosa
dan Staphiloma Scelerae. Tekanan intra-okuler
sangat tinggi dan sulit diturunkan dengan obat.
4. Stadium Absolut
Terjadi kebutaan (Ophthalmological
Blind) dengan visus nol, tidak dapat melihat/
menerima rangsang cahaya. Visus tidak dapat
direhabilitasi dengan upaya apapun.
Upaya pencegahan kebutaan dan galukoma harus
dilakukan sedini mungkin ialah pada stadium
prodromal, dilakukan operasi Iridectomy. Bila terjadi
perubahan (Atrophy) pada papil syaraf Optik, visus
tidak lagi normal.

d) Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan di
fokusing terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur
namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan

13
gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada
saat membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang
lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda.
Penanganannya yang tepat adalah pembedahan untuk
memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila
katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak
mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan.

e) Entropi dan eutropi


Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida
menyebabkan gangguan penglihatan namun menyebabkan
gangguan kenyamanan. Entropi adalh kelopak mata yang terbuka
lebar ini menyebabkan mata memerah entropi terjadikarena
adanya kelemahan pada otot konjungtifa.ektropi adalah
penyempitan konjungtiva

1) Glaukoma
a) Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran
klinik berupa tekanan intra okuler penggaungan pupil saraf
optik dengan defek lapang pandangan mata.
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intra okuler. (Long Barbara,
1996)
b) Etiologi
Primer
Terdiri dari :
Akut
Dapat disebabkan karena trauma.

14
Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam
keluarga seperti :
o Diabetes mellitus
o Arterisklerosis
o Pemakaian kortikosteroid jangka
panjang.
o Miopia tinggi dan progresif.

Dari etiologi diatas dapat menyebabkan


sudut bilik mata yang sempit.

Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti :
Katarak
Perubahan lensa
Kelainan uvea
Pembedahan
c) Manifestasi klinis
Glaukoma primer
Glaukoma sudut terbuka
o Kerusakan visus yang serius
o Lapang pandang mengecil dengan
macam macam skotoma yang khas
o Perjalanan penyakit progresif lambat
Glaukoma sudut tertutup
o Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
o Timbulnya halo disekitar cahaya
o Pandangan kabur
o Sakit kepala

15
o Mual, muntah
o Kedinginan
o Demam bahkan perasaan takut mati
mirip serangan angina, yang dapat
sedemikian kuatnya sehingga keluhan
mata (gangguan penglihatan, fotofobia
dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan
oleh klien.
Glaukoma sekunder
o Pembesaran bola mata
o Gangguan lapang pandang
o Nyeri didalam mata
Glaukoma kongenital
o Gangguan penglihatan
2) Katarak
a) Definisi
Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa,
sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut
merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga
ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
b) Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2000):
Usia lanjut dan proses penuaan
Congenital atau bisa diturunkan.
Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan,
seperti merokok atau bahan beracun lainnya.

16
Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit
metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu
(misalnya kortikosteroid).

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain,


seperti:

Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat


trauma/cedera pada mata.
Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain,
seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses
peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun
kolesterol.
Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik
(Admin,2009).
c) Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah
terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada
saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi
yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang
kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela,

17
galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai
katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt
herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris,
keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia
retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui penyebab
katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal
infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama
dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang
terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji
reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi
akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan
pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti
retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan
karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes
melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak
kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.
Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan
terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada
orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari
9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya
Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak
senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun,
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia

18
lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60
tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak
Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa
mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali
penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan
pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan.
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal
). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub
kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa
dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda
morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang
lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh
lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi
kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan
perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan

19
akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,).
Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi
melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan
bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji
bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta :
Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair
sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul.
Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam"
kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan
mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam
bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
Katarak Intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke
dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga
bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaucoma.

20
Katarak intumesen.
biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini
dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung
dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
Katarak Brunesen.
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak
nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada
katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi.
Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan
sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang
berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan
adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu
Penyakit Mata, ed. 3)

E. Pemeriksaan diagnostik

1. Tonometri (dengan schitz pneumatic atau tonometer aplanasi) mengukur


tekanan intraokuler dan memberikan nilai dasar untuk perujukan. Rentang
tekanan intraokuler normal berkisar dari 8 sampai 21mmHg. Akan tetapi,
pasien yang IOPnya menurun dari rentang normal dapat mengalami tanda
dan gejala glaucoma dan pasien yang mempunyai tekanan tinggi mungkin
tidak menunjukkan efek klinis.
2. Pemeriksaan slit lamp memperlihatkan efek glaucoma pada stuktur mata
anterior, meliputi kornea, iris dan lensa.
3. Gonioskopi menentukan sudut ruang anterior mata, yang memungkinkan
pemeriksa untuk membedakan glaucoma sudut terbuka dengan glaucoma

21
sudut tertutup. Sudut mata normal pada glaucoma sudut terbuka sedangkan
pada glaucoma sudut tertutup tampak tidak normal. Akan tetapi, pada pasien
lansia penutupan sebagian dapat terjadi yang memungkinkan dua bentuk
glaucoma terjadi bersamaan.
4. Oftalmoskopi mempermudah visualisasi fundus. Pada glaucoma sudut
terbuka, pelengkungan discus optikus dapat terlihat lebih awal dibandingkan
pada glaucoma sudut tertutup
5. Perimetrik atau pemeriksaan lapang pandang menentukan keluasaan
kehilangan penglihatan perifer, yang membantu mengevaluasi pemburukan
pada glaucoma sudut terbuka.
6. Fotografi fundus memantau dan mencatat perubahan pada discus optikus.

F. Penanganan
Untuk glaukoma sudut terbuka, terapi obat-obatan awal bertujuan
untuk mengurangi tekanan karena penurunan produksi humor aqueosa. Obat-
obatan tersebut meliputi penyekat beta, seperti timolol (digunakan secara hati-
hati pada pasien yang menderita asma dan menderita bradikardia) serta
betaksolol; epineprin untuk mendilatasi pupil (dikontraindikasikan pada
glaucoma sudut tertutup); dan obat tetes mata miotik, seperti pilokarpin, untuk
meningkatkan aliran balik humor aqueosa.
Pasien yang tidak berespons terhadap terapi obat-obatan dapat
memanfaatkan trabekuloplasti laser argon; yaitu ahli oftalmologi
memfokuskan sinar laser argon pada jalinan trabekular pada sudut terbuka.
Prosedur ini menghasilkan pembakaran termal yang mengubah permukaan
meshwork tersebut dan mudah aliran balik humor aqueosa.
Untuk melakukan trabekulektomi, ahli bedah mendiseksi lipatan sclera
untuk membuka jalinan trabekular. Ahli bedah menghilangkan blok jaringan
kecil dan melakukan iridektomi perifer, yang menciptakan lubang untuk aliran
balik humor aqueosa dibawah konjungtiva dan menghasilkan filtering bleb.

22
Pada pascaoperatif, injeksi subkonjungtivafluororasil dapat diberikan untuk
mempertahankan tekanan fistula. Iridektomi mengurangi tekanan dengan cara
mengeksisi sebagian iris untuk mengembalikan aliran balik humor aqueosa.
Beberapa hari kemudian, ahli bedah melakukan iridektomi profilaktik pada
mata lainnya (yang normal) untuk mencegah episode glaukoma akut pada
mata tersebut.
Glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut) adalah kedaruratan yang
membutuhkan terapi segera untuk mengurangi tekanan intraokuler yang
tinggi. Terapi obat-obatan praoperatif awal menurunkan tekanan intraokuler
dengan asetazolamid, pilokarpin (yang mengontriksikan pupil, mendorong iris
jauh dari trabekula dan memungkinkan cairan terbebas) dan manitol lewat
I.V. atau gliserin aoal (yang mendorong cairan dari mata dengan menjadikan
hipertonik). Jika pengobatan ini gagal untuk menurunkan tekanan, iridotomi
laser atau iridektomiperifer dengan pembedahan harus dilakukan dengan cepat
untuk menyelamatkan penglihatan pasien.
Analgetik narkotik dapat digunakan jika pasien mengalami nyeri berat.
Setelah iridektomi perifer, tetes mata sikloplegik dapat diberikan untuk
merilekskan otot-otot siliaris dan mengurangi inflamasi, sehingga mencegah
perlekatan.

G. Asuhan keperawatan gangguan penglihatan pada lansia


1. Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal
berikut ini :
Ukuran pupil mengecil
Pemakaian kacamata
Penglihatan ganda
Sakit pada mata seperti glaucoma dan katarak
Mata kemerahan

23
Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang
(menyilaukan).
Kesulitan memasukan benang ke lubang jarum.
Permintaan untuk membacakan kalimat
Kesulitan/ kebergantungan dalam melakukan aktivitas
pemenuhan kebutuhan sehari-hari (mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, makan, BAK/BAB, serta berpindah)
Visus
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia dengan
masalah penglihatan adalah sebagai berikut :

1. gangguan persepsi sensorik : penglihatan


2. risiko cidera : jatuh
3. gangguan mobilitas fisik
4. gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
5. kurang pengetahuan
6. kecemasan

3. intervensi keperawatan
Intervensi keperwatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah
sebagai berikut :

1. kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien


2. pastikan objek yang dilihat dalam lingkup lapang pandang klien
3. beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu
4. bersihkan mata, apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan
bersih
5. kolaborasi untuk penggunaan alat Bantu penglihatan seperti
kacamata dan penatalaksanaan medis untuk katarak.
6. Berikan penerangan yang cukup

24
7. Hindari cahaya yang menyilaukan
8. Tulisan dicetak tebal dan besar untuk menandai atau pemberian
informasi tertulis
9. Periksa kesehatan mata secara berkala.

Diagnosis Keperawatan Utama dan Kriteria Hasi (Katarak)

Diagnosa 1 :

o Risiko cidera yang berhubungan dengan penurunan penglihatan yang


disebabkan oleh katarak

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan terbebas dari cidera.

Diagnosa 2 :

o Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) yang berhubungan dengan


penurunan kemampuan untuk melihat dengan sesuai sebagai akibat
katarak
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mendapatkan kembali penglihatan
yang hilang dengan terapi

Intervensi keperawatan

1. Siapkan pasien untuk pembedahan katarak dengan tepat.


2. Berikan lingkungan yang aman. Sebagai contoh, pertahankan sisi pengaman
tempat tidur dinaikkan dan Bantu pasien beraktivitas jika perlu. Evaluasi
keamanan rumah pasien.
3. Dengarkan pasien mengungkapkan ketakutan dan kecemasan mengenai
kehilangan penglihatan yang dialaminya.
4. Periksa penglihatan pasien secara teratur.

25
Diagnosis Keperawatan Utama dan Kriteria Hasil (Glaukoma)

Diagnosa 1 :

o Gangguan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan


peningkatan tekanan intraokuler
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mencari bantuan medis ketika
perubahan penglihatan terjadi dan akan memperoleh kembali
penglihatan normal serta mempertahankan penglihatan normalnya
dengan terapi.
Diagnosa 2 :
o Risiko cidera yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan melakukan tindakan
kewaspadaan untuk mencegah cedera karena kerusakan penglihatan.

Intervensi keperawatan

1. Bagi pasien yang menderita glaukoma sudut tertutup, berikan obat-obatan


sesuai resep, dan siapkan ia secara fisik dan psikologis untuk menjalani
iridektomi laser atau pembedahan.
2. Ingat untuk memberikan obat tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang
sakit. Pada mata yang tidak sakit, obat tetes mata ini dapat mencetuskan
serangan glaukoma sudut tertutup dan dapat mengganggu penglihatan
pasien yang masih tersisa.
3. Setelah trabekulektomi, berikan obat-obatan sesuai program untuk
mendilatasi pupil. Selain itu, oleskan kortikosteroid topical sesuai program
untuk mengistirahatkan pupil.
4. Setelah pembedahan, lindungi mata dengan memasangpenutup mata dan
pelindung mata, menempatkan pasien pada posisi telungkup atau miring ke
bagian yang tidak sakitdan melakukan tindakan keamanan umum.

26
5. Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada
pasien secar teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.
6. Pantau tekanan intraokuler secara teratur
7. Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi dan perawatan tindak lanjut
sepanjang hidup.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari


dalam maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh
melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan
berkembang dengan normal.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses


menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut
penyakit degeneratif.

B. Saran

Untuk meningkatkan usia harapan hidup, lansia harus lebih


menyadari tentang kesehatan dirinya sendiri.
Perawat dituntut untuk dapat memahami secara umum tentang
konsep dasar keperawatan gerontik agardapat terlaksana asuhan
keperawatan yang komperhensif dan memiliki kemampuan
dalam melaksanakannya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta


:EGC

Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.


Jakarta: EGC

Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC

Maryam RS, ekasari MF, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC :
Jakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawata Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 1. Jakarta :
FKUI.

29

Anda mungkin juga menyukai