Pendahuluan
Kelopak mata merupakan lapisan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata
disebut juga sebagai palpebral atau blefaral. Otot levator palpebra superior bertugas menarik
kelopak mata agar terbuka. Gerakan kelopak mata tersebut dapat bersifat volunter maupun
involunter. Kelopak mata juga memiliki sederetan bulu mata di sepanjang batas kelopak mata
yang bertugas menambah proteksi mata dari debu dan benda asing lainnya, termasuk keringat.
Fungsi utama dari palpebral adalah untuk menyebarkan air mata dan hasil sekresi lainnya
secara berkala untuk menjaga kelembaban mata, karena kornea khususnya harus selalu dalam
keadaan lembab, termasuk saat tidur. Refleks mengedip yang dimiliki kelopak mata berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan agar tidak ada benda asing yang menyakiti bola mata. Terdapat
beberapa kelainan yang dapat mengganggu fungsi dan kerja kelopak mata, beberapa di
antaranya yang cukup sering terjadi adalah hordeolum, kalazion, dan blefaritis.
Hordeolum
Kalazion
Kalazion merupakan kelainan kelopak mata yang terjadi akibat sumbatan pada kelenjar
sebasea seperti kelenjar meibom atau kelenjar zeiss. Kalazion terbentuk ketika hasil pemecahan
lemak mengalami kebocoran hingga ke jaringan sekitar dan mencetus respon inflamasi
granulomatosa. Kalazion berbeda dengan hordeolum karena kalazion terjadi akibat sumbatan
pada kelenjar disertai peradangan steril dan bukan karena infeksi. Kalazion dikarakteristikkan
dengan adanya massa jaringan granula dan inflamasi kronis (dengan limfosit dan makrofag),
sedangkan hordeolum umumnya adalah reaksi peradangan akut piogenik dengan leukosit PMN
dan nekrosis dengan pembentukan pustula. Kelenjar meibom tertanam pada lempengan tarsal
dari kelopak mata sehingga edema akibat sumbatan kelenjar biasanya akan tertahan pada
bagian konjungtiva dari kelopak mata, namun terkadang dapat juga keluar hingga ke bagian
eksternal dari kelopak mata. Kalazion yang terjadi akibat sumbatan pada kelenjar Zeiss
biasanya terletak pada pinggiran kelopak.
Karakteristik dari kalazion adalah adanya benjolan pada kelopak yang tidak terasa
nyeri. Benjolan pada kalazion juga sedikit lebih keras dan memiliki batas yang lebih tegas
dibandingkan benjolan pada hordeolum. Tidak ada nyeri tekan atau hanya terjadi nyeri tekan
ringan pada kelopak mata. Kelopak mata menjadi terasa berat dan mata sering berair. Benjolan
pada kalazion terbentuk secara gradual dalam waktu beberapa minggu. Penatalaksanaan
kalazion dapat dilakukan dengan memberikan antibiotic topical atau tetes, contohnya seperti
kloramfenikol. Kalazion dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu
beberapa bulan dan direabsorbsi dalam kurang lebih dua tahun. Penyembuhan dapat dibantu
dengan lid hygiene dan kompres air hangat pada mata yang bermasalah selama kurang lebih
lima belas menit, empat kali dalam sehari. Hal ini akan mempercepat drainase dan
melembutkan minyak yang mengeras dan menyumbat duktus kelenjar. Apabila kalazion
disertai dengan infeksi, dapat ditambahkan pemberian antibiotik tetrasiklin. Pemberian steroid
topikal juga dianjurkan untuk mengurangi respon peradangan. Apabila kalazion terus
membesar atau tidak mengecil dalam beberapa bulan maka dapat diberikan injeksi lokal steroid
intralesi apabila benjolan tidak terlalu besar dan dapat juga dilakukan pembedahan pada
benjolan yang cukup besar (kuretase definitif atau eksisi massa granulomatosa).
Blefaritis
Blefaritis merupakan kondisi peradangan pada pinggiran kelopak mata, khususnya pada
daerah tumbuhnya bulu mata. Blefaritis dapat dibagi menjadi blefaritis anterior dan posterior.
Blefaritis anterior merujuk pada peradangan di bagian tengah kulit kelopak mta, bulu mata,
atau folikel bulu mata, sedangkan blefaritis posterior meliputik orifisium dan kelenjar meibom,
lempengan tarsal, dan blefarokonjungtival junction. Blefaritis dapat disebabkan oleh sumbatan
pada kelenjar sebasea di dasar bulu mata atau dikarenakan adanya infeksi bakteri, alergi, dan
lain sebagainya. Hal ini akan kelopak mata mengalami peradangan, terasa gatal, dan iritasi.
Crusting juga sering terjadi pada kasus blefaritis di daerah sekitar bulu mata dan kantus medial.
Blefaritis memiliki kemungkinan untuk berubah menjadi hordeolum jika mengalami infeksi
atau kalazion karena sumbatan pada kelenjar sebasea di pinggiran kelopak mata. Blefaritis yang
kronis juga dapat menyebabkan kerontokan bulu mata.
Penatalaksanaan untuk kasus blefaritis dapat dimulai dengan perawatan kelopak mata
dan bulu mata. Hal ini dilakukan dengan menggunakan kompres air hangat pada kelopak mata
sehingga dapat melunakkan crusting, kemudian bersihkan sisa-sisa crusting dengan handuk
basah dan shampoo bayi yang dilarutkan dalam air. Bersihkan pinggiran kelopak secara lembut
dan perlahan dalam keadaan mata tertutup. Dapat juga menggunakan cotton swab yang
dicelupkan ke dalam larutan shampoo bayi untuk membersihkan pinggiran kelopak. Antibiotik
dapat diberikan bila terdapat indikasi bahwa blefaritis disebabkan oleh infeksi bakteri;
antibiotik yang biasa diberikan adalah eritromisin atau sulfacetamide dalam bentuk topikal atau
tetes dan digunakan setelah kelopak dibersihkan. Tetes atau salep steroid juga dapat diberikan
bersama dengan antibiotic untuk mengurangi reaksi peradangan. Penyebab yang mendasari
terjadinya blefaritis juga harus ditatalaksanai secara tuntas untuk menghindari blefaritis
berulang.
Kesimpulan
Terdapat beberapa penyakit kelopak yang sering ditemukan, antara lain adalah
hordeolum, kalazion, dan blefaritis. Penyakit kelopak mata biasanya terjadi karena adanya
peradangan pada kelenjar atau folikel di kelopak mata. Meskipun sebagian besar penyakit
bersifat self-limiting dengan prognosis yang baik, menjaga kebersihan kelopak mata atau lid
hygiene akan sangat membantu proses penyembuhan dan juga berfungsi sebagai pencegahan
penyakit.
Sumber Pustaka
Ilyas, S. dan Yulianti, S. R. 2015. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Kelima. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.