Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Alquran dan alhadits merupakan pedoman bagi umat islam, setiap tindakan
seorang muslim haruslah sesuai dengan tuntunannya atau setidaknya tidak
bertentangan dengan keduanya . akan tetapi untuk memahami maksud yang
terkandung dalam alquran dan hadits tidaklah semudah yang kita pikirkan dengan
akal, melainkan membutuhkan ilmu yang menjelaskan kesamaran dan menyingkap
maksud-maksud dalam alquran dan hadits. Salah satu ilmu tersebut adalah
ilmu ushul fiqih.
Suatu pembahasan ushul fiqih yang membantu memahami dan menjelaskan
suatu maknaadalh mantuq mafhum dan mujmal mubayyan.Pembahasan meneanai ini
sangat penting, karna untuk mendapatkan suatu pemahaman yang mantap
memerlukan pengetahuan yang luas mengenai suatu makna perkataaan yang teliti.
Dengan mengetahui mantuq mafhum dan mujmal mubayyan ini kita dapat
mengklasifikasikan yang mana perkataan yang masih memerlukan penjelasan lebih
lanjut karena masih bersifat umum dan jelas sehingga maksudnya dapat di uraikan
dengan jelas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Mujmal?
2. Apa saja yang menyebabkan adanya Mujmal?
3. Bagaimana Hukum lafal Mujmal?
4. Sebab-sebab al- mujmal berlakunya al-ijml melalui salah satu daripada tiga
perkara?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian Mujmal


2. Menyebutkan apa-apa saja yang menyebabkan adanya Mujmal
3. Menjelaskan Hukum lafal Mujmal
4. Menyebutkan apa saja Sebab-sebab al- mujmal berlakunya al-ijml melalui salah
satu daripada tiga perkara

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MUJMAL
Mujmal, adalah suatu perkataan yang belum jelas maksudnya dan untuk
mengetahuinya diperlukan penjelasan dari lainnya. Penjelasan ini disebut al-bayan. Dalam
arti lain, kandungan maknanya masih global dan memerlukan perincian. Ketidak jelasan
tersebut disebut ijmal.
Menurut Muhammad Adib bin Samsudin Mujmal pada bahasa ialah dari pada
perkataan al-jaml yang bermaksud percampuran. Manakala dari segi istilah pula
bermaksud sesuatu (lafaz) yang mempunyai dallah lebih daripada satu yang tiada
kelebihan antara satu sama lain.
Menurut Abd Latif Muda dan Rosmawati Ali selain itu, mujmal juga membawa
maksud ungkapan yang mengandungi banyak makna, namun makna yang dimaksudkan di
antara makna-makna tersebut tidak jelas sehingga diteliti dan dikaji secara mendalam.

Menurut Abdul Kadir Hassan, di samping itu mujmal membawa maksud yang
terjumlah, yang terkumpul dan yang tersembunyi. Di dalam ilmu usul fiqh, ditujukan kepada
satu perkataan dalam satu susunan yang mempunyai dua erti yang sama beratnya. Tegasnya
di sini, mujmal itu merupakan satu lafaz dalam satu susunan yang maksudnya tidak dapat
ditentukan melainkan mesti ada yang menentukannya. Seperti firman Allah yang berbunyi :

Dan hendaklah kamu sapu kepala-kepala kamu. (QS Al-Midah 5: 6 )

Menurut Abd Latif Muda dan Rosmawati Ali ayat di atas memperjelaskan
bahawa perkataan hendaklah kamu sapu itu, dikatakan mujmal karena
mempunyai dua arti: yaitu sapu banyak dan sapu sedikit, sapu sedikit dan sapu
banyak ini tentang arti sama beratnya.
Ijmal, bisa terjadi dalam kata-kata tunggal atau jumlah kalimat, yaitu susunan kata-
kata atau takrib.
Dalam kata-kata tunggal, ijmal disebabkan oleh :
Tasrif kata-kata atau pengambilannya, seperti qaala dari qaulun (perkataan) atau
qailulah (tidur siang).
Satu lafazh untuk menunjukkan beberapa arti (musytarak).
Lafazh yang digunakan untuk menunjukkan istilah syara yang tertentu, seperti
lafazh, shalat, akat, puasa, dan lain-lain. .1

B. SEBAB-SEBAB ADANYA IJMAL


Ijmal terdapat dalam:
1. Kata-kata tunggal (ifrad)
2. Susunan kata-kata (jumlah, Tarkib)
Dalam kata-kata tunggal, ijmal adakalanya karena:
a. Tasrif kata-kata atau pengambilannya, seperti qaala dari qaulun (perkataan) atau
qailulah (tidur siang).
b. Satu lafal untuk menunjukan beberapa arti (musytarak)

1
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2009), hlm. 282-283

3
c. Lafal yang digunakan untuk istilah syara yang tertentu, seperti lafal, salat, zakat,
puasa dan lain-lain.
Contoh ijmal:
Dalam kata-kata tunggal
Isim :
1. Qurun dengan pengertian suci atau datang bulan
2. Jaun dengan pengertian hitam atau putih
3. Naahil dengan pengertian dahaga atau segar

Fiil :

1. Qaala dengan pengertian berkata atau tidur siang


2. Khataba dengan pengertian berpidato atau meminang
3. asasa dengan pengertian menghadap atau membelakang.

Huruf :

1. Waw yang menunjukan huruf athaf (penghubung) atau huruf istinaf


(menunjukan permulaan kata), atau segala hal.
2. Ilaa, yang menunjukan ghayah atau berarti beserta (maa).
Ijmal terjadi dalam susunan kata-kata, misalnya terdapat dalam surat Al-Baqarah
ayat 237 :









Artinya :
Atau memaafkan orang yang mempunyai ikatan perkawinan.

4
Yang mempunyai ikatan perkawinan bisa diartikan wali atau suami. Karena
maknanya tidak tunggal, hukumnya belum pasti. Oleh karena itu, tidak diamalkan sebelum
ada penjelasan atau al-bayan.

C. HUKUM LAFAL MUJMAL


Apabila terdapat perkataan yang mujmal baik dalam Quran maupun Hadis, maka
kita tidak menggunakannya, sehingga datang penjelasan. Seperti perkataan shalat, zakat,
haji dan lain-lain yang dijelaskan oleh nabi saw. Tentang cara-cara melakukannya.
Demikian pula tentang batas-batas harta yang terkena zakat.
Macam-macam penjelasannya.
Penjelasan ada 7 macam:
1. Perkataan : seperti penjelasan puasa tamattu : 10 hari. Tiga hari sewaktu masih
haji dan 7 hari lainnya sesudah pulang ke negrinya. (baca QS Al-Baqarah ayat
196)
















5


196. Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah Karena Allah. jika kamu terkepung (terhalang
oleh musuh atau Karena sakit), Maka (sembelihlah) korban[120] yang mudah didapat, dan jangan
kamu mencukur kepalamu[121], sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di
antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya
berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu Telah (merasa) aman,
Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia
menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau
tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu
Telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban membayar
fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang
yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah
sangat keras siksaan-Nya.

[120] yang dimaksud dengan korban di sini ialah menyembelih binatang korban sebagai
pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan; atau sebagai denda Karena melanggar hal-hal
yang terlarang mengerjakannya di dalam ibadah haji.
[121] Mencukur kepala adalah salah satu pekerjaan wajib dalam haji, sebagai tanda selesai ihram.

2. Perbuatan : seperti penjelasan nabi tentang mengadakan shalat, haji, dll.


3. Tulisan : seperti penjelasan nabi tentang batas dan macam harta yang terkena
zakat.
4. Isyarat : nabi mengangkat ke 10 jarinya 3 kali. Kemudian nabi mengulanginya
sambil membenamkan ibu jarinya pada kali yang terakhir. Dimaksudkan, bahwa
bulan arab itu kadang-kadang berisi 30 hari atau 29 hari.
5. Tidak berbuat : seperti nabi tidak berwudhu lagi setelah makan daging yang
dimasak.
6. Diam, tidak berkata : tatkala nabi menerangkan tentang wajibnya haji, ada
seorang sahabat menanyakan apakah kewajiban tersebut tiap-tiap tahun. Nabi
diam tidak menjawab. Berarti kewajiban haji tidak tiap-tiap tahun.
7. Dengan dalil-dalil yang mentakhsiskan.
Dari waktu mengerjakan perintah
Menunda penjelasan dari waktu mengerjakannya tidak mungkin. Artinya sampai
waktunya belum ada penjelasan. Kalau penundaan ini terjadi, berarti membolehkan

6
adanya kepercayaan atau perbuatan yang salah, karena belum dijelaskan. Hal ini tidak
mungkin.
Sebagai contoh ialah urut-urutan wali dalam pernikahan. Menurut sebagian ulama,
tidak wajib memperhatikan urut-urutan wali dari yang terdekat sampai yang terjauh.
Karena itu apabila wali yang dari jauh menikahkan, padahal ada yang dekat, maka
pernikahan sah.
Kalau urut-urutan tersebut diharuskan tentulah dijelaskan oleh Rasulullah saw.
Dari waktu turunnya perintah:
Menunda penjelasan dari waktu turunnya perintah bisa terjadi, artinya pada waktu
dikeluarkannya perintah belum ada penjelasan. Alasan: terdapat dalam QS Al-Qiyamah
ayat 18-19.



Artinya : apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya
itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kami lah penjelasannya.
Lafal tsumma (kemudian) berarti datang kemudian dengan ada perselangan waktu (
raqib dengan tarakhi)2

D. SEBAB-SEBAB AL-MUJMAL BERLAKUNYA AL-IJML MELALUI SALAH


SATU DARI PADA TIGA PERKARA
1. - Al-ishtirk dan tiada qarinah ( Abd Latif Muda dan
Rosmawati Ali 2001 : 352 ). Tidak dapat ditarjikan salah satu daripada makna
lafaz al-musytarak tersebut disebabkan tiada qarinah yang menjelaskan makna
yang dikehendakinya. Justeru itu, ia dikira mujmal. Seperti lafaz, al-mawl bererti
hamba yang dimerdekakan atau tuan yang memerdekakan hamba.
kalimah gharb atau asing yang tidak difahami makna dikehendaki sehinggalah
ada penjelasan daripada Allah. Contohnya lafaz al qqah dalam firman Allah.
Maksudnya : Hari Kiamat. ( Surah al-qqah 69: 1 ) Kalimah itu tidak

difahami makna maknanya melainkan setelah dijelaskan oleh Allah iaitu Hari
Kiamat.

2
A. SyafiI Karim, Fiqih Ushul Fiqh, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2001), hlm. 188-191

7
2. iaitu pindahan daripada
makna bahasa kepada istilah syarak. Seperti lafaz: al-Rib. Lafaz yang
dipindahkan kepada syarak daripada bahasa dan digunakan untuk makna syarak
tidak sama dengan makna bahasa. Pengertian yang dikehendaki pada penggunaan
syarak dijelaskan melalui al-Sunnah.Al-Mujmal ialah lafaz yang tidak mungkin
dapat diketahui perincian daripada lafaznya yang tersendiri, bahkan ia hanya
dapat difahami melalui pentafsiran dan ijtihad. Terdapat banyak lafaz nas al-
Quran mengandungi hukum taklifi yang berbentuk mujmal yang ia kemudiannya
dijelaskan oleh al-Sunnah. Contohnya, berkenaan dengan perintah solat yang
dibawa dalam bentuk mujmal, kemudian ia dijelaskan melalui al-Sunnah.
Sebagaimana Sabda Baginda: Maksudnya:
Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahyang ( Riwayat
Malik bin Al-Huwarith) . Pada mulanya, terdapat nas di dalam firman Allah :

Maksudnya : Dirikanlah solat ( al-Baqarah 2: 43 ) Perkataan

merupakan ayat mujmal iaitu tafsiran dari sudut cara untuk bersolat masih
lagi dalam keadaan samar. Namun ia telah dijelaskan oleh al-Sunnah bahwa cara
untuk bersolat hendaklah diikuti sebagaimana cara Rasulullah bersolat. Hal ini
telah menjelaskan ayat mujmal. Hukum Al-Mujmal Jumhur ulama sepakat
bahawa sememangnya lafaz al-mujmal terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah.
Berkaitan dengan hukum beramal dengannya adalah ditangguhkan sehingga
ditafsirkan dan dijelaskan maksudnya yang sebenar. Oleh itu, lafaz al-mujmal
memerlukan penjelasan atau al-bayan agar ia dapat ditentukan apakah sebenarnya
yang dimaksudkan daripada lafaz tersebut untuk dapat beramal dengannya ( Abd
Latif Muda dan Rosmawati Ali 2001: 354 ).3

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mujmal, adalah suatu perkataan yang belum jelas maksudnya dan untuk
mengetahuinya diperlukan penjelasan dari lainnya. Penjelasan ini disebut al-bayan. Dalam

3
http://usulfiqh1.blogspot.co.id/2009/10/al-mujmal-al-mubayyan.html

8
arti lain, kandungan maknanya masih global dan memerlukan perincian. Ketidak jelasan
tersebut disebut ijmal.
Sebab-sebab adanya Ijmal :
1. Kata-kata tunggal (ifrad)
2. Susunan kata-kata (jumlah, Tarkib)
Hukum lafal mujmal Apabila terdapat perkataan yang mujmal baik dalam Quran
maupun Hadis, maka kita tidak menggunakannya, sehingga datang penjelasan. Seperti
perkataan shalat, zakat, haji dan lain-lain yang dijelaskan oleh nabi saw. Tentang cara-cara
melakukannya. Demikian pula tentang batas-batas harta yang terkena zakat.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam
pembuatan makalah dengan berbagai referensi dari buku dan internet. Selanjutnya penulis
juga menginginkan tulisan ini bermanfaat bagi penulis maupun pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Saebani Beni. Fiqh Ushul Fiqh. (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2009)
Karim, A. SyafiI. Fiqih Ushul Fiqh. (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2001)
http://usulfiqh1.blogspot.co.id/2009/10/al-mujmal-al-mubayyan.html

9
10

Anda mungkin juga menyukai