Anda di halaman 1dari 7

TRANSFORMATOR PENGUJI

Transformator ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. perbandingan jumlah lilitannya (turn ratio N) lebih besar dari


perbandingan pada transformator tenaga( power transformer). Hal ini
masuk akal, oleh karena transformator penguji yang dia pasang dalam
sebuah laboratorium diterapkan pada tegangan distribusi(127 220 volt),
sedangkan tegangan output yang harus dihasilkan adalah tegangan uji
beberapa ratus ribu volt. Tegangan tinggi bolak balik frekuensi rendah
2. kapasitas kVA-nya kecil dibandingkan dengan kapasitas trafo tenaga oleh
karena untuk keperluan mengadakan lompatan api tidak diperlukan tenaga
yang besar. Yang diperlukan ialah tegangan, bukan tenaga.
3. Kecuali untuk pengujian-pengujian khusus, hanya transformator satu fasa
yang dipakai.
4. Biasanya satu ujung lilitanya(terminal) ditanam dalam tanah(grounded)
untuk keperluan pengamana dan keamanan.
5. Pada waktu merencanakan isolasi untuk transformator penguji hanya
diperhitungkan isolasi terhadap tengang penguji maksimum.
6. Konstruksi lilitan dan isolasinya harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga tercapai gradient tegangan (dv/dx) yang seragam dan osilasi
tegangan dalam yang dapat diabaikan dalam lilitanya.

Konstruksi Transformator Uji

Pengoperasian singkat dan tidak ada masalah pendinginan trafo


Sistem Isolasi Minyak
Inti umumnya Core Type
Lilitan berbentuk (50-60 kV Polylayer Polyline Wound Disc Winding
Lilitan Primer digulung di Inti, sedangkan lilitan sekundernya digulung di luar
lilitan primernya. Distribusi tegangan tidak linier, jadi ditambahkan perisai statis)
TRANSFORMATOR INSTRUMEN

Transformator instrument berfungsi untuk mencatu instrument ukur (meter) dan


relai serta alat-alat serupa lainnya. Transformator ini terdapat dua jenis yaitu
transformator arus (CT) dan transformator tegangan (PT).

Transformator instrument yang berazaskan induksi terdiri dari inti (core) dan
kumparan (winding). Inti berfungsi sebagai jalannya fluxi magnit sedangkan
kumparan berfungsi mentransformasikan arus dan tegangan. Kumparan primer
dan sekunder dapat lebih dari satu kumparan.

N1 / N2 = V1/ V2 = I2 /I1

Dimana :
N1 : Jumlah lilitan primer
N2 : Jumlah lilitan sekunder
V1 : Tegangan primer
V2 : Tegangan sekunder
I1 : Arus primer
I2 : Arus sekunder

Yang termasuk dalam trafo-trafo pengukuran adalah:

Trafo arus (CT)

Trafo tegangan (PT/CVT)

Gabungan trafo arus dan trafo tegangan (combined current transformer and
potential transformer)
Fungsi trafo pengukuran (CT/PT/CVT) adalah:

Mengkonversi besaran arus atau tegangan pada sistem tenaga listrik dari
besaran primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem metering
dan proteksi.

Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer.

Standarisasi besaran sekunder, untuk arus 1 A, 2 A dan 5 A, tegangan 100,


100/3, 110/3 dan 110 volt

a. Transformator Arus (CT)


Berdasarkan penggunaan, trafo arus dikelompokkan menjadi dua kelompok dasar,
yaitu; trafo arus metering dan trafo arus proteksi.

Trafo Arus Metering

Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada daerah
kerja (daerah pengenalnya) antara 5% - 120% arus nominalnya, tergantung dari
kelas dan tingkat kejenuhan.

Trafo Arus Proteksi

Trafo arus proteksi memiliki ketelitian tinggi sampai arus yang besar yaitu pada
saat terjadi gangguan, dimana arus yang mengalir mencapai beberapa kali dari
arus pengenalnya dan trafo arus proteksi mempunyai tingkat kejenuhan cukup
tinggi.

b. Transformator tegangan (PT)


Trafo tegangan dibagi menjadi 2 (dua) jenis, trafo tegangan magnetik (magnetic
voltage transformer/VT) atau yang sering disebut trafo tegangan induktif, dan
trafo tegangan kapasitif (capacitor voltage transformer/CVT). Pada dasarnya,
prinsip kerja trafo tegangan sama dengan prinsip kerja pada trafo arus. Pada trafo
tegangan perbandingan transformasi tegangan dari besaran primer menjadi
besaran sekunder ditentukan oleh jumlah lilitan primer dan sekunder. Diagram
fasor arus dan tegangan untuk trafo arus juga berlaku untuk trafo tegangan.
Menurut prinsip kerjanya, trafo tegangan diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu:

Trafo Tegangan Induktif (inductive voltage transformer atau


electromagnetic voltage transformer)
Trafo tegangan induktif adalah trafo tegangan yang terdiri dari belitan primer dan
belitan sekunder dengan prinsip kerja tegangan masukan (input) pada belitan
primer akan menginduksikan tegangan ke belitan sekunder melalui inti.

Trafo Tegangan Kapasitor (capasitor voltage transformer)

Trafo tegangan kapasitif terdiri dari rangkaian kapasitor yang berfungsi sebagai
pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan menengah pada primer,
selanjutnya diinduksikan ke belitan sekunder.

TRANSFORMATOR DAYA

Transformator atau transformer atau sering juga disebut dengan trafo adalah
komponen/part elektronik yang mempunyai fungsi untuk mentransfer daya listrik
dalam bentuk AC (Alternating Current) atau dalam bentuk denyut-denyut
tegangan tertentu. Transformator tidak mentransfer daya dalam bentuk tegangan
DC dengan kurva yang lurus (misalnya dari baterai atau aki).
Pada dasarnya semua transformator adalah mentransfer daya, dalam bilangan
yang besar ataupun yang kecil, dalam frekwensi AC yang rendah ataupun yang
tinggi. Akan tetapi yang akan dibicarakan di sini adalah khusus transformator
daya untuk penggunaan umum pada frekwensi listrik AC 50/60Hz.

Bagian-bagian transformator, fungsi dan cara kerjanya.


Transformator terdiri dari tiga bagian utama yang membentuknya, yaitu :
Gulungan primer, gulungan sekunder, dan inti.
Gulungan primer adalah lilitan-lilitan kawat tembaga berlapis email yang
digulung pada inti yang berfungsi mengadopsi daya listrik dari suatu sumber AC,
sedangkan gulungan sekunder adalah lilitan-lilitan kawat yang digulung pada inti
yang berfungsi melimpahkan daya listrik yang telah diambil itu kepada beban
(load) tertentu. Inti adalah besi khusus tempat digulungkannya gulungan primer
dan gulungan sekunder secara bersama-sama.
Antara gulungan primer dengan gulungan sekunder tidak ada sambungan/kontak,
kedua gulungan itu saling terisolasi. Transfer daya listrik terjadi dengan
terjangkitnya medan magnet (fluks magnetik) yang berubah-ubah pada inti yang
disebabkan oleh mengalirnya arus AC pada gulungan primer, kemudian
perubahan-perubahan medan magnet ini diinduksikan kepada gulungan sekunder
dan menjadi perubahan-perubahan tegangan.

Secara teoritis, tegangan dan arus yang ditransfer oleh transformator adalah utuh
100%. Ini berarti jika tidak ada arus yang mengalir dari gulungan sekunder maka
gulungan primer pun tidak akan menarik arus. Akan tetapi di dalam prakteknya
tidaklah demikian.
Meskipun pada gulungan sekunder tidak terjadi pemakaian arus, di gulungan
primer masih mengalir arus (meskipun kecil). Ini disebabkan karena ketidak-
sempurnaan transformator, antara lain dikarenakan adanya kerugian-kerugian
pada bahan pembuat inti, kerugian tembaga, kerugian gulungan (seperti misalnya
adanya rongga/celah antar lilitan), kerugian panas dan lain-lain. Dalam
prakteknya transfer daya utuh 100% tidak pernah tercapai. Efisiensi terbaik
transformator yang mampu dicapai konon adalah 98%, tetapi kebanyakannya
lebih rendah dari itu. Bahkan banyak transformator kecil murahan yang dibuat
asal jadi hanya mempunyai efisiensi sekitar 50%.

Transfer daya dengan menaikkan atau menurunkan tegangan.


Transfer daya pada transformator dilakukan dengan menurunkan tegangan atau
menaikkannya (di gulungan sekunder) dengan konsekwensi : Jika tegangan
diturunkan yang besar adalah arusnya, dan jika tegangan dinaikkan maka arusnya
akan mengecil, sebab daya adalah perkalian tegangan dengan arus.
Di sebagian kalangan masyarakat awam ada anggapan bahwa ketika tegangan
dinaikkan dengan menggunakan transformator maka daya listrik pun akan
menjadi bertambah besar, dan ketika tegangan diturunkan maka konsumsi daya
listrik akan menjadi lebih hemat.
Tentu saja anggapan ini adalah anggapan yang salah.
Sebagaimana telah disinggung bahwa ketika tegangan dinaikkan konsekwensinya
adalah arusnya akan mengecil (pada besaran daya yang sama), dan apabila
tegangan diturunkan tidak pernah terjadi penghematan daya, terlebih lagi setiap
transformator dalam prakteknya tidak ada yang mempunyai efisiensi 100%.
Kesimpulannya adalah : Setiap kali transformator digunakan, entah untuk
menaikkan ataupun menurunkan tegangan yang terjadi sebenarnya adalah justeru
pemborosan. Namun meskipun pemborosan, di dalam banyak hal penggunaan
transformator tetap lebih dibutuhkan untuk menghindari pemborosan yang lebih
besar lagi jika tidak menggunakannya.
Pada power-transformator atau AC-transformer dipakai istilah satuan VA (Volt-
Ampere). VA adalah satuan daya listrik yang lebih spesifik menyangkut masalah
tekhnis, didapatkan dari : VA = VRMS x IRMS.
Tentang VRMS dan IRMS bisa diikuti dalam :
Mengenal AC .

Besarnya tegangan yang dilimpahkan kepada gulungan sekunder tergantung dari


perbandingan antara banyaknya lilitan pada gulungan primer dengan banyaknya
lilitan pada gulungan sekunder.
Contoh : Pada gulungan primer yang banyaknya 110 lilitan diberikan tegangan
AC sebesar 110V. Maka pada gulungan sekunder yang banyaknya 30 lilitan akan
muncul tegangan AC sebesar 30V.
Dari contoh itu dapat disimpulkan : Vp : Vs = Np : Ns
Di mana Vp adalah tegangan primer, Vs adalah tegangan sekunder, Np adalah
gulungan primer dan Ns adalah gulungan sekunder.
Dengan demikian besarnya tegangan sekunder dapat diketahui : Vs = (Vp.Ns) /
Np.
TUGAS
PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

DISUSUN OLEH:

NAMA : RICANDRA SEMBIRING

NIM : 140402097

SUB JURUSAN : ENERGI

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Anda mungkin juga menyukai