Forensik Bab 6
Forensik Bab 6
Pendahuluan
Kronologi Kasus
Cybercrime secara umum dapat didiefinisikan sebagai Computer Crime. Menurut hukum
internasional yang diadopsi oleh PBB ( united Nation) ada dua katagori dan definisi;
Cybercrime in a narrow sense (computer crime): Any illegal behavior directed by means of
electronic operations that targets the security of computer systems and the data processed by
them. Dalam arti sempit Cybercrime (kejahatan komputer): Setiap aktifitas illegal yang
diarahkan dengan operasi elektronik yang menargetkan keamanan sistem komputer dan data
diproses.
Kasus pencurian data nasabah kembali terulang. Kali ini kejahatan di bidang keuangan (fraud)
ini diduga dilakukan di merchant perusahaan produk kecantikan Body Shop. Meski belum
diketahui nilai pencurian yang dialami, Bank Indonesia (BI) menduga aksi kejahatan ini terjadi
di dua mall di ibukota.
Dari hasil penelitian yang dilakukan BI bersama institusi terkait, aksi pencurian data nasabah
ternyata tak hanya terjadi di dua mall di ibukota. BI menduga pencurian data juga terjadi di satu
kantor cabang Body Shop di Padang Sumatera Barat.
Para pelaku pencurian data pertama kali terdeteksi lewat transaksi mencurigakan di Amerika
Serikat dan Meksiko. Namun, aksi terus berlanjut sehingga BI menemukan kejanggalan serupa di
beberapa negara seperti Filipina, Turki, Malaysia, Thailand, bahkan hingga ke India.
Berikut adalah kronologi dan perkembangan kasus pencurian data kartu kredit di Body Shop
seperti diungkap dari keterangan tertulis BI, Senin (25/3/2013):
Perkembangan Investigasi
crimes in which the computer is the target of the criminal activity, crimes in which the
computer is a tool used to commit the crime, and crimes in which the use of the computer
is an incidental aspect of the commission of the crime.
[f]irst, a computer may be the object of a crime: the offender targets the computer
itself. This encompasses theft of computer processor time and computerized services.
Second, a computer may be the subject of a crime: a computer is the physical site of the
crime, or the source of, or reason for, unique forms of asset loss. This includes the use of
viruses, worms, Trojan horses, logic bombs, and sniffers. Third, a computer may
be an instrument used to commit traditional crimes in a more complex manner. For
example, a computer might be used to collect credit card information to make fraudulent
purchases.
Menurut instrumen PBB dalam Tenth United Nations Congress on the Prevention of Crime and
the Treatment of Offenders yang diselenggarakan di Vienna, 10-17 April 2000, kategori cyber
crime, Cyber crime dapat dilihat secara sempit maupun secara luas, yaitu:
(a) Cyber crime in a narrow sense (computer crime): any illegal behavior directed by
means of electronic operations that targets the security of computer systems and the data
processed by them;
(b) Cyber crime in a broader sense (computer-related crime): any illegal behaviour
committed by means of, or in relation to, a computer system or network, including such
crimes as illegal possession, offering or distributing information by means of a computer
system or network.
Akan tetapi, dalam pengertian yang lebih sempit, pengaturan tindak pidana siber diatur
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE). Sama halnya seperti Convention on Cybercrimes, UU ITE juga tidak
memberikan definisi mengenai cybercrimes, tetapi membaginya menjadi
beberapa pengelompokkan yang mengacu pada Convention on Cybercrimes (Sitompul, 2012):
Ketentuan penyidikan dalam UU ITE berlaku pula terhadap penyidikan tindak pidana siber
dalam arti luas. Sebagai contoh, dalam tindak pidana perpajakan, sebelum dilakukan
penggeledahan atau penyitaan terhadap server bank, penyidik harus memperhatikan kelancaran
layanan publik, dan menjaga terpeliharanya kepentingan pelayanan umum sebagaimana diatur
dalam UU ITE. Apabila dengan mematikan server bank akan mengganggu pelayanan publik,
tindakan tersebut tidak boleh dilakukan.
Selain UU ITE, peraturan yang landasan dalam penanganan kasus cyber crime di Indonesia ialah
peraturan pelaksana UU ITE dan juga peraturan teknis dalam penyidikan di masing-masing
instansi penyidik.
Dasar Hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana
Dampak umum
Dampak Cybercrime
Setiap kejahatan memiliki dampak-dampak negatif, tak terkecuali dalam dunia cyber. Berikut
ini adalah dampak-dampak dari cybercrime,
1. Dampak pada Ekonomi
Sekarang ini banyak orang yang mempercayakan segala proses bisnis melalui internet, selain
proses yang cepat, bisnis juga dapat dijalakan dimana saja selama masih memiliki akses
internet. Informasi yang cukup penting pun di simpan dalam komputer dan dapat diakses
dimana saja. Bank pun menjalankan proses bisnis melalui internet, seperti penggunaan ATM
yang bisa diakses oleh nasabah dimana saja. Bisa dibayangkan jika ada pelaku kriminal dunia
internet beraksi didalamnya, akan terjadi kekacauan sistem, penggunaan komputer akan
melambat sehingga proses bisnis tidak dapat berjalan baik, kebocoran informasi penting
sehingga dapat disalah gunakan.
2. Dampak pada Nilai Market
Menilai resiko pelanggaran keamanan cukuplah sulit pada bisnis yang menggunakan
jaringan. Inilah yang membuat nilai market cukup susah untuk diprediksi. Oleh karena itu
perlu suatu pendekatan untuk mengukur dampak dari pelanggaran tersebut. Pendekatan nilai
pasar diharap mampu mendapat ekspetasi pasar modal terhadap pelanggaran keamanan.
3. Dampak pada Tingkat Kepercayaan
Semenjak serangan cyber meluas kesemua orang didalam cyberspace dan menembus sistem
yang terhubung ke halaman website, pengguna yang yang menungunjungi website akan
frustasi dan tidak akan berminat untuk kembali mengunjungi website. Padahal situs yang
dimaksud bukan dari kesalahan pemilik situs melainkan dari pihak luar yang menyerang,
tetapi pengguna tidak tahu siapa dari dalang sebenarnya dan sudah kehilangan rasa percaya
untuk mengunjungi kembali situs tersebut. Persepsi dari satu konsumen bisa merusak
kepercayaan terhadap konsumen lainnya. Oleh karena itu mulai timbul kekawatiran akan
penggunaan transaksi online diakibatkan adanya korban dari situs yang diserang. Hal ini
menjadi suatu yang menyulitkan bagi pebisnis online dan akan membuat usaha bisnis
tersebut merosot. Seperti hal yang terjadi pada pengguna suatu kartu untuk internet pada
Smartfren, banyak pelanggan yang komplain, walau tidak tau penyebab pastinya, hal ini
tentu membuat banyak pelanggan kecewa dan akan pindah dari operator tersebut [6].
4. Area Siap untuk Dieksploitasi : Keamanan Nasional
Pada era moderen, banyak negara yang menggunakan teknologi untuk kekuatan penggerak
militer. Internet memiliki 90% ketidakamanan dan 10% keamanan yang baik. Karena itu
banyak teroris atau penjahat menggunakan teknologi informasi untuk merencanakan dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan kriminal mereka. Perkembangan teknologi yang canggih
tidak hanya memfasilitasi pemerintah, namun para kriminal juga turut mengikuti dan secara
tidak langsung menggunakan fasilitas tersebut.
C. Kesimpulan
Kita sebagai manusia harus lebih berhati hati dan smart, dalam menyikapi dan
menggunakan teknologi ini mestinya kita dapat memilah mana yang baik, benar dan
bermanfaat bagi sesama, kita juga mesti pandai melihat mana yang buruk dan
merugikan bagi orang lain untuk selanjutnya kita menghindari atau memberantasnya
jika hal itu ada di hadapan kita.
D. Daftar Literature
https://adekurniawanrusdy.wordpress.com/2015/06/05/pengertian-dan-definisi-
cybercrime-dan-computer-crime/