Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah adalah bagian-bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau
absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau dibawahnya, dalam memenuhi
kebutuahan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah
(http://id.wikipedia.org/wiki/ilmu_ukur_tanah).
Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak atau kedudukan
suatu objek diatas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat( umumnya dipergunakan
apa yang disebut sistem koordinat geodetis). Dalam hal pelaksanaan pengukuran itu sendiri
yang dicari dan dicatat adalah angka-angka,jarak, dan sudut. Jadi koordinat yang akan
diperoleh adalah dengan melakukan degan melakukan pengukuran-pengukuran sudut
terhadap sistem koordinat geodetis tersebut (sosrosodarsono,1997).
Dibidang teknik sipil sangat dibutuhkan data pengukuran yang akurat untuk
melakukan suatu pembangunan. pengukuran tersebut harus dilakukan dengan alat yang
sesuai dengan perkembangan teknologi. Dengan demikian peratan ukur tanah secara
elektronis,maka proses pengukuran menjadi lebih cepat dan tingkat ketelitiannya tinggi,dan
mempunyai arti yang penting bagi perencanaan rekayasa.

1.2 Lokasih dan Waktu Praktek

Lokasih: Lapangan depan gedung A Politeknik Negeri Kupang

Hari/tanggal: Rabu, 4 Oktober 2017, 11 Oktober 2017.

Waktu Praktek: 14.00-17.00

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teori

Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari gabungan
beberapa garis yang bersama-sama
membentuk kerangka dasar untuk keperluan pemetaan suatu daerah terten adalah ilmu
yang mempelajari bagaimana cara mengukur tanah dengan baik yang menghasilkan
hasil pengukuran yang akurat dan cepat. teknik pengukuran bisa menggunakan poligon
tertutup maupun terbuka tergantung dari medan dan situasi lapangan.
Namun sebelum membahas keduanya. Kita perlu tahu apa pengertian dari poligon itu.
Poligon adalah metode untuk menentukan posisi horizontal dari titik-titik di lapangan
yang berupa segi banyak dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak. tujuannya
adalah untuk mendapatkan data-data lapangan berupa koordinat horizontal (x,y). kenapa
harus membentuk poligon ? karena digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan suatu
wilayah.
Peralatan yang sering digunakan untuk pekerjaan ini adalah theodolite dan rambu ukur
yang sudah saya bahas pada artikel sebelumnya. Selain alat di atas ada kelengakapan
lainnya seperti statif, formulir ukur, alat tulis dan payung. Untuk saat ini ada alat yang
lebih canggih lagi yaitu Total Station. Anda bisa membaca artikel pengertian total
station untuk penjelasan lebih lengkap. Perbedaannya adalah pada theodolite kita harus
menulis seluruh data pengukuran seperti ba, bt, bb, sudut dan sebagainya. Sedangkan
pada Total Station pencatatan data dilakukan otomatis oleh alat tersebut.
Kembali ke topik sebelumnya seperti pada paragraf pertama poligon terdiri dari tiga
macam yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka. Kita akan bahas satu per satu.

Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon segi
banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1
kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan
membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk
mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut.



Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada pengukuran di lapangan
semua sudut mempunyai besaran yang berbeda-beda. lalu bagaimana cara

2
menerapkan di lapangannya? Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah penentuan
jumlah titik poligon disesuaikan dengan kondisi lapangan. Misalkan yang diukur lahan
yang sangat luas maka membutuhkan banyak titik poligon. Usahakan menggunakan
sedikit titik poligon yang terpenting menutup. Semakin banyak titik poligon maka tingkat
kesalahan sudut semakin besar.
Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya apabila kita menghitung jumlah keseluruhan
sudut dalam bisa menggunakan rumus (n-2)x180.
Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720 derajat. Hasil hitungan tersebut adalah sudut
apabila poligon tersebut benar-benar menutup. tapi tahukah anda bahwa pengukuran di
lapangan tidak bisa seperti itu. biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut dalam
karena beberapa faktor di lapangan. Misalkan saya bandingkan hasil pengukuran dari
lapangan sebelum dikoreksi didapat jumlah sudut dalam sebesar 720d54'43" (720
derajat 54 menit 43 detik). Maka hasil pengukuran saya ini ada kesalahan atau kelebihan
sudut sebesar 54'43". Maka yang harus dikoreksi adalah sebesar 54'43" agar sudut
dalam sesuai dengan hasil rumus di atas. Selain untuk mengkoreksi sudut dalam, fungsi
dari poligon tertutup ini adalah untuk mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai
pengukuran dari titik awal atau titik 1 dengan elevasi awal 100 m dari permukaan laut.
Maka saat kita kembali ketitik awal lagi setelah melalui titik poligon 2,3,4,5, dan 6
harusnya elevasi akhir adalah 100 m juga. apabila lebih atau kurang dari itu maka harus
dikoreksi.

Poligon Terbuka
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun
irigasi. tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan terbuka. namun
tetap disarankan untuk menggunakan poligon tertutup apabila mengukur luas lahan.
Yang dimaksud terbuka disini adalah poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam
seperti pada tertutup. jadi pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik
awal seperti pada gambar di bawah ini.

Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan tidak terikat
sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-data koordinat
pada titik awal dan titik akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z). Sedangkan
terikat tidak sempurna adalah hanya mempunyai data koordinat dan elevasi pada titik
awal saja. Data koordinat tersebut bisa didapatkan dari benchmark. Poligon terbuka tidak
terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya surveyor-surveyor handal dan
berpengalaman banyak lah yang bisa menggunakan ini karena yakin ketelitian dan
kesalahan sudut hanya kecil. Tingkat kesalahan pada pengukuran sangat tergantung
dari pengukurnya sendiri seberapa akurat bisa melakukannya.

tu

3
Kerangka Kontrol Horisontal (KKH) merupakan kerangka dasar pemetaan yang
memperlihatkan posisi horisontal (X,Y) antara satu titik relatif terhadap titik yang lain di
permukaan bumi pada bidang datar. Untuk mendapatkan posisi horisontal dari KKH dapat
digunakan banyak metode, salah satu metode penentuan posisi horisontal yang sering
digunakan adalah metode poligon. Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi
horisontal banyak titik dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan
sudut sehingga membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik (polygon). Pada penentuan posisi
horisontal dengan metode ini, posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari
titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam
poligon.
Macam-macam Poligon
Poligon dapat dibedakan berdasarkan dari [1] bentuk dan [2] titik ikatnya

Poligon Menurut Bentuknya


Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. poligon terbuka,
2. tertututup,
3. bercabang dan
4. kombinasi.
Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik yang
berlainan (tidak bertemu pada satu titik).

Poligon Tertutup
Poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya bertemu pada
satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut dan koreksi koordinat tetap dapat
dilakukan walaupun tanpa titik ikat.

Poligon Bercabang
Poligon cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau lebih titik simpul,
yaitu titik dimana cabang itu terjadi.

4
Poligon Kombinasi
Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari bentukbentuk poligon
yang ada.

2. Poligon Menurut Titik Ikatnya


1. Poligon Terikat Sempurna
Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun poligon
terbuka, suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui koordinat dan
jurusannya minimum 2 buah titik ikat dan tingkatnya berada diatas titik yang akan dihasilkan.
Poligon tertutup terikat sempurna :
Poligon tertutup yang terikat oleh azimuth dan koordinat.
Poligon terbuka terikat sempurna :
Poligon terbuka yang masing-masing ujungnya terikat azimuth dan koordinat.
2. Poligon Terikat Tidak Sempurna
Suatu poligon yang terikat tidak sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun
poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui
koordinatnya atau hanya jurusannya.
Poligon tertutup tidak terikat sempurna :
Poligon tertutup yang terikat pada koordinat atau azimuth saja.
Poligon terbuka tidak terikat sempurna :
1. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja, sedangkan ujung yang
lain tidak terikat sama sekali. Poligon semacam ini dapat dihitung dari azimuth awal dan
yang diketahui dan sudut-sudut poligon yang diukur, sedangkan koordinat dari
masingmasing titiknya masih lokal.
2. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja, sedangkan ujung
yang lain tidak terikat sama sekali.Poligon semacam ini dapat dihitung dengan cara
memisalkan azimuth awal sehingga masing-masing azimuth sisi poligon dapat dihitung,
sedangkan koordinat masing-masing titik dihitung berdasarkan koordinat yang diketahui.

5
Oleh karena itu pada poligon bentuk ini koordinat yang dianggap betul hanyalah pada
koordinat titik yang diketahui (awal) sehingga poligon ini tidak ada orientasinya.
3. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan
ujung yang lain tidak terikat. Poligon jenis ini dapat dikatakan satu titik terikat secara
sempurna namun belum terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut maupun koreksi
koordinat, tetapi sistim koordinatnya sudah benar.
4. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth. Pada poligon jenis ini ada
koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-titik poligon adalah koordinat lokal.
5. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat. Jenis poligon ini tidak ada
koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.
6. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat, sedangkan ujung yang
lain terikat azimuth. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut dan koreksi koordinat.
7. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat saja,
sedangkan ujung yang lain terikat koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut
tetapi ada koreksi koordinat.
8. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung
yang lain tidak terikat azimuth. Poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi
koordinat.
9. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung
yang lain tidak terikat azimuth. Jenis poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi
koordinat.
3. Poligon Tidak Terikat/Bebas

Poligon tertutup tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas)


Poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas), pengukuran seperti ini akan
terjadi pada daerah-daerah yang tidak ada titik tetapnya dan sulit melakukan pengukuran
baik dengan cara astronomis maupun dengan satelit. Poligon semacam ini dihitung dengan
orientasi lokal artinya koordinat dan azimuth awalnya dimisalkan sembarang.

Rumus Umum Perhitungan Poligon

Pada Gambar 9.5, untuk mendapatkan koordinat titik 1, 2, 3 dan 4 maka dilakukan
pengukuran sudut (1, 2,3, 4) dan jarak (dB1, d12, d23, d34, d4C)

6
Rumus koordinat secara umum :

Syarat Geometris Hitungan Koordinat


1. Syarat Sudut

Apabila dipakai pada poligon tertutup dimana titik awal dan titik akhir sama maka rumus
diatas akan berubah :
Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka :
syarat sudut :

syarat absis :

7
syarat ordinat :

Untuk poligon tertutup yang diukur sudut luarnya maka :


syarat sudut :

syarat absis

syarat ordinat

Toleransi Pengukuran

Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :


1) Perhitungan Sudut Jurusan Awal (awal) dan Sudut Jurusan Akhir (akhir)
awal = ArcTan (X akhir - X awal) / (Y akhir - Y awal)
akhir = ArcTan (X awal - X akhir) / (Y awal - Y akhir)

2) Perhitungan Syarat Geometrik KPS (Kesalahan Penutup Sudut)


KPS = ( - ((n - 2) . 180) - ( awal - akhir)
f = -KPS
Koreksi (Vi) = f/n, n=jumlah titik sudut
Toleransi KPS = 7"n

3) Perhitungan Sudut yang Dikoreksi


a kor = a + Vi
b kor = b + Vi

8
c kor = c + Vi
Dst.

4) Perhitungan Sudut Jurusan Masing-masing Titik


ba = ag + 180 - b kor
cb = ba + 180 - c kor
dc = cb + 180 - d kor
Dst

5) Perhitungan x (absis)
Xag = d1 x sin ag
Xba = d2 x sin ba
Xcb = d3 x sin cb
Dst
di sin i = Xag + Xba + Xcb +

6) Perhitungan y (ordinat)
Yag = d1 x cos ag
Yba = d2 x cos ba
Ycb = d3 x cos cb
Dst
di cos i= Yag + Yba + Ycb +

7) Perhitungan Kesalahan Absis


fx = di . sin i - (Xa - Xg)

8) Perhitungan Kesalahan Ordinat


fy = di . cos i - (Ya - Yg)

9) Perhitungan Koreksi Absis


VXag = (d1 / di) . (-fx)
VXba = (d2 / di) . (-fx)
Dst

10) Perhitungan Koreksi Ordinat


VYag = (d1 / di) . (-fy)
VYba = (d2 / di) . (-fy)
VYcb = (d3 / di) . (-fy)
Dst

9
11) Perhitungan x (absis) yang Terkoreksi
Xag kor = Xag + VXag
Xba kor = Xba + VXba
Xcb kor = Xcb + VXcb
Dst

12) Perhitungan y (ordinat) yang Terkoreksi


Yag kor = Yag + VYag
Yba kor = Yba + VYba
Ycb kor = Ycb + VYcb
Dst

13) Perhitungan Koordinat Titik Definitif


XA = XG + Xag
YA = YG + Yag
XB = XA + Xba
YB = YA + Yba
XC = XB + Xcb
YC = YB + Ycb

2.2 Tujuan
1) Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat ilmu ukur tanah.
2) Mahasiswa dapat mengenal alat-alat dalam ilmu ukur tanah .
3) Mahasiswa dapat menggunakan theodolite.
4) Mahasiswa dapat terampil mengatur atau menyetel theodolite pada saat di lapangan.
5) Mahasiswa dapat mengatasi segala kesulitan yang di hadapi di lapangan.

10
2.3 Peralatan

1. Theodoli

Gambar 2.1 Theodolite


Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass
yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di
baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Bagian- bagian dari Theodolit Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua
bagian :
A. Bagian atas, terdiri dari :
Teropong / Teleskope
Nivo tabung
Sekrup Okuler dan Objektif
Sekrup Gerak Vertikal
Sekrup gerak horizontal
Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
Nivo kotak
Sekrup pengunci teropong
Sekrup pengunci sudut vertical
Sekrup pengatur menit dan detik
Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
B. Bagian Bawah terdiri dari :
Statif / Trifoot

11
Tiga sekrup penyetel nivo kotak
Unting unting
Sekrup repetisi
Sekrup pengunci pesawat dengan statif

2. Statif

Gambar 2.2 Statif

Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga Theodolit dengan ketiga


kakinya dapat menyangga penempatan alat yang, pada masing-masing ujungnya
runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi
rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak pada
gambar diatas.

3. Rambu ukur

Gambar 2.3 Rambu ukur

12
Rambu ukur berfungsi sebagai alat bantu dalam penentuan beda tinggi dengan
menggunakan Theodolit, rambu ukur biasanya terdiri dari beberapa jenis seperti
gambar diatas, rambu interval 5 mm biasa disebut rambu jauh dan rambu interval 10
mm biasa disebut rambu jauh.

4. Meter

Gambar 2.4

5. Alat penunjang seperti alat tulis, kalkulator, dan lainnya sangat dibutuhkan dalam
pencatatan hasil pengukuran yang dilakukan.

Gambar 2.5 Alat tulis

13
6. Kompas
Digunakan untuk menunjukan arah utara.

Gambar 2.6 kompas

2.4 Langkah-langkah kerja

1. Survey lapangan
2. Menentukan titik pengukuran dan memberikan tanda (X) pada titik yang mau diukur
3. Menyiapkan alat-alat pengukuran
4. Menyetel alat.
Theodolit manual
a. Misalnya pengukuran dimulai dari titi P1,maka mulailah meyetel pesawat
theodolit di titik P1
b. Pasangkan statif dan theodolit pada titik P1.
c. Mulailah melakukan sentering sehingga posisi theodolit tepat berada di atas
tanda(X) pada titik P1.Usahakan statif tdak bergeser.Kalau sampai bergeser
maka harus melakukan sentering ulang
d. Mengatur kedataran theodolit sampai berada pada posisi yang datar dengan
memperhatikan nivo.
e. Cek kembali posisi senteringnya dan pastikan senteringnya tidak bergeser.
f. Setelah itu menentukan nol drajat(0 ) dengan cara sejajarkan titik putih dan
merah pada piringan atas dan bawah.Apabila sudah sejajar,kunci piringan atas.

14
g. Selanjutnya tentukan arah utara dgn kompas dan putar theodolit ke arah utara
dan kunci piringan bawah.
h. Theodolit siap digunakan

Theodolit Digita
Cara penyetelannya tidak jauh berbeda dengan Theodoli Manual.Penyetelan
Theodolit Digital lebih mudah dibandingka dengan Theodolit Manual.
a. Pasangkan statif dan theodolit pada titik P1.
b. Sama seperti Theodolit Manual,mulailah melakukan sentering sehingga posisi
theodolit tepat berada di atas tanda(X) pada titik P1.Usahakan statif tdak
bergeser.Kalau sampai bergeser maka harus melakukan sentering ulang.
c. Mengatur kedataran theodolit sampai berada pada posisi yang datar dengan
memperhatikan nivo
d. Pastikan senteringnya tidak bergeser.
e. Tentukan arah utara dgn kompas dan putar theodolit ke arah utara dan kunci.
f. Nyalakan Theodolit ,untuk menentukan 0 ,tekan tombol 0 pada Theodolit.
g. Tekan tombo V % untuk menentukan sudut vertikalnya.
h. Theodolit siap digunakan.
i. Pengukuran sudah bisa dilakukan.Buka piringan atas dan arahkan ke rambu
ukur yang sudah ditempatkan di titik yang mau di ukur.Ukur semua titik utama
dan titik detailnya.
j. Catat benang tengah,benang bawah dan benang atas.Catat juga bacaan sudut
horisontal biasa,horisontal luar biasa dan bacaan sudut vertikal.
k. Untuk menentukan sudut horisontal luar biasa,buka piringan atas dan putar
theodolit 180 .putar juga lensanya dan mulai mengukur.Selisih bacaan sudut
horisontal biasa dan horisontal luar biasa 180 .
l. Catat semua data yang sudah di ukur dan di masukan ke dalam tabel.
m. Lakukan pengolahan dat

15
2.5 Data hasil pengukuran

16
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hasil praktek yang kami gunakan adalah hasil dari pengukuran menggunakan
theodolite digital.
Theodolite digital tidak rumit dalam penggunaannya.

3.2 Saran

Dalam praktikum kali ini kami banyak sekali mengalami kesusahan dalam
pengumpulan data atau pun pengolahan data sering kali selalu salah dalam
pengolahan data,untuk itu kepada dosen pengasuh mata kuliah kami
mengharapkan agar lebih banyak lagi dibantu dalam penglolahan data karena
kami sangat sulit dalam perhitungan atau pengolahan data ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kamaruddin,thamrin.dasar-dasar ilmu ukur tanah.fakultas keguruan dan ilmu


pendidikan.universitas syiah kuala

Rais,jacob.1970.ilmu ukur tanah,edisi kedua.cipa sari ; semarang.

Dasar-dasar pengukuran tanah (surveving ) .

Erlangga; jakarta

Sosrosodarsono.1997

18

Anda mungkin juga menyukai