Anda di halaman 1dari 2

Pekan lalu perhatian masyarakat tersita oleh kedatangan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari

Arab Saudi. Negara ini terkenal memiliki komoditas kurma dan hewan ternak unta. Meski terkenal
dengan unta, populasi unta di Arab Saudi hanya 250.000 ekor.

Jauh di bawah populasi unta liar di Australia, yang mencapai 700.000 ekor. Food and Agriculture
Organization (FAO), mencatat populasi unta di seluruh dunia 14 juta ekor. Terbanyak di Somalia,
6,5 juta ekor. Sudan 4 juta ekor. Ethiopia dan Kenya 2 juta ekor.

Jadi, total populasi unta dan ternak unta sebanyak 14 juta ekor, yang 12,5 juta berada di negara-
negara Tanduk Afrika, 700.000 ekor merupakan unta liar di Australia, dan 800.000 ekor
tersebar di berbagai negara, termasuk Asia. Unta liar Australia didatangkan dari Afrika pada akhir
abad 19 dan awal abad 20, untuk mengatasi kesulitan transportasi di kawasan gurun di Australia
Tengah.

Unta di Australia menjadi ancaman bagi peternakan sapi dan domba karena samasama
memerlukan rumput dan air. Tapi unta masih lebih baik dari kelinci, yang dibawa ke Australia
pada 1788, yang kemudian menjadi liar. Unta masih bisa ditangkap untuk diekspor ke Timur
Tengah, terutama ke Arab Saudi.

Bahkan pangeran dari negerinegeri kaya minyak di Timur Tengah juga senang berwisata ke
Australia guna berburu unta. Sebab populasi mamalia ini sengaja dibatasi oleh pemerintah
Australia, agar tidak mengganggu peternakan sapi dan domba. Di dunia ini ada tiga jenis unta,
yakni unta Arab, atau Afrika, dengan ciri berpunuk tunggal (dromedary, one-humped camel,
Camelus dromedarius).

Kedua unta Asia, berpunuk ganda (Bactrian camel, Camelus bactrianus). Ketiga unta liar Asia (wild
Bactrian camel, Camelus ferus). Unta berpunuk tunggal hidup di Afrika dan Timur Tengah. Unta
berpunuk ganda hidup di Asia Tengah, dan unta liar Asia hanya ada di Mongolia dan China,
dengan populasi kecil. The International Union for Conservation of Nature (IUCN), mencatat unta
liar Asia berstatus kritis (critically endangered).

Awalnya, masyarakat gurun hanya melihat unta sebagai hewan buruan, untuk diambil kulitnya
serta dimakan dagingnya. Ketika manusia sadar bahwa unta punya daya tahan luar biasa di gurun,
mulailah upaya menjinakkan mamalia ini. Proses penjinakan unta Afrika dimulai di Tanduk Afrika
dan Selatan Jazirah Arab sekitar 3000 Sebelum Masehi (SM). Sedangkan unta Asia, mulai
dipelihara di Asia Tengah sekitar tahun 2.500 SM.

Tujuan menjinakkan unta dan ternak unta Afrika selain untuk diambil kulit dan dagingnya, juga
untuk kendaraan dan pengangkut barang melintasi gurun pasir. Unta memang mamalia gurun
yang berteracak datar, hingga kaki tidak akan terperosok ke dalam pasir. Kuda tidak bisa melewati
padang pasir karena kakinya bisa masuk ke pasir hingga sulit berjalan normal apalagi berlari.

Budidaya unta

Setelah berhasil menjinakkan dan ternak unta, manusia juga memanfaatkan susu unta. Selain
dikonsumsi dalam bentuk segar, stearin (bahan padat, asam lemak) pada susu unta juga diproses
menjadi minyak samin.

Kata samin berasal dari bahasa arab samn. Beda dengan mentega biasa, minyak samin tahan
disimpan dalam wadah kedap udara di suhu ruangan tanpa menjadi tengik (teroksidasi).
Sebenarnya minyak samin bisa diproduksi dari susu mamalia lain seperti sapi, kerbau, atau
kambing. Tetapi karena minyak ini paling banyak diproduksi dari susu unta, maka minyak samin
kemudian identik dengan hewan unta.

Kali pertama minyak samin diproduksi di India Timur. Baru kemudian menyebar ke Timur
Tengah, Afrika Timur dan Utara. Belakangan minyak samin juga diproduksi dari bahan nabati,
terutama dari minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Minyak Samin Cap Onta produksi
Unilever Indonesia, juga terbuat dari bahan CPO, hingga harganya terjangkau. Harga minyak
samin dari bahan CPO hanya Rp 50.000 per kilogram (kg).

Minyak samin dari susu sapi Rp 120.000 per kg, sedangkan harga susu unta segar Rp 240.000 per
kg. Ini merupakan hukum pasar biasa, semakin sedikit pasokan dengan permintaan normal, harga
akan semakin tinggi. Harga daging unta (steak, fil- let) bobot 0,2 kg Rp 650.000.

Konsumen daging unta hanyalah kalangan jetset, masyarakat gurun, atau masyarakat Australia
yang bosan dengan daging sapi, kambing dan domba. Harga unta Afrika bobot hidup 300500 kg,
sekitar Rp 6,5 juta sampai Rp 15 juta dengan pembelian minimal satu pengapalan (10002000
ekor).

Unta Asia berbobot hidup antara 300 1.000 kg, hingga harganya bisa lebih tinggi dari unta Afrika,
sesuai dengan bobotnya. Harga eceran unta bisa sampai Rp 20 juta per ekor, lebih mahal
dibandingkan dengan harga saat pembelian minimal 1000 ekor. Unta bisa hidup dan berkembang
biak di Indonesia. Contohnya di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta; dan di Taman Safari, Bogor.

Tetapi, satwa ini pasti lebih cocok hidup di Nusa Tenggara Timur yang kering. Ke depan,
masyarakat muslim Indonesia pasti memerlukan unta sebagai hewan kurban. Sebab begitu ada
orang yang memulai, kurban hewan unta pasti menjadi tren. Di Asia Selatan, Timur Tengah, dan
Afrika Timur serta Utara, pilihan hewan kurban sapi, kerbau, domba, kambing juga unta. o

Anda mungkin juga menyukai