Tipus Formalin
Tipus Formalin
Bahan pengawet dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahan pengawet alami dan bahan
pengawet sintetis. Zat pengawet alami adalah pengawet yang berasal dari alam, contohnya
adalah garam dan gula. Sedangkan zat pengawet sintetis adalah bahan pengawet yang berasal
dari bahan kimia, contohnya adalah asam benzoat dan garamnya (Na dan K), asam propionat
dan garamnya (Na dan Ca), asam sorbat dan garamnya (Na, K, dan Ca), natrium nitrat dan
belerang dioksida. Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet
yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan, diantaranya formalin dan
boraks (Cahyadi, 2006).
Tipus formalin
Formalin adalah zat kimia yang mengandung unsur karbon, hidrogen dan
oksigen dan mempunyai nama lain formaldehid. Secara fisik terdapat dalam
bentuk larutan tidak berwarna dengan kadar antara 37 - 40%. Formalin biasanya
mengandung alkohol/metanol sebesar 10 - 15% yang berfungsi sebagai stabilisator.
Karakteristik dari zat ini adalah mudah larut dalam air, mudah menguap,
mempunyai bau yang tajam dan iritatif walaupun ambang penguapannya hanya
1%, mudah terbakar bila kontak dengan udara panas atau api, atau bila kontak
dengan zat kimia tertentu. Di pasaran tersedia dalam bentuk yang sudah diencerkan
maupun dalam bentuk padat (Percikan Iman, 2006).
formalin hanya bertahan 2 hari saja, setelah itu akan menjadi asam dan rusak. Dan
dengan kadar formalin yang lebih rendah lagi yaitu 0,1 - 0,15 % dapat
mengawetkan tahu hingga 3 minggu. Ciriciri dari tahu berformalin ini adalah
bentuknya bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari, tidak busuk,
bau agak menyengat dan aroma kedelai sudah tidak nyata lagi
(Percikan Iman, 2006).
Penggunaan formalin digunakan pada bahan pangan adalah sebagai
pengawet. Ada beberapa ciri-ciri makanan yang mengandung formalin yang sering
digunakan oleh masyarakat, diantaranya adalah :
- Mie basah
Lebih kenyal, awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibanding yang
tidak berformalin. Mi tampak mengkilat, liat, dan tidak lengket.
- Bakso
Lebih kenyal, aroma khas dari bakso tidak tercium, awet beberapa hari dan
tidak mudah busuk.
- Ikan Asin
Daging kenyal, utuh, lebih putih dan bersih dibandingkan ikan asin tanpa
formalin serta agak berwarna cokelat dan lebih tahan lama serta tidak rusak sampai
lebih dari sebulan pada suhu 25 oC.
- Ikan Segar
Warnanya putih bersih, dagingnya tidak kenyal, tidak berlendir, insangnya
berwarna merah tua bukan merah segar, tidak mudah busuk dan lalat tidak
mengerubunginya.
- Ayam Potong
Berwarna putih bersih, lebih awet, tidak mudah busuk dan agak sedikit
tegang serta lalat tidak mengerubunginya
Selain ciriciri makanan diatas bila mengandung formalin, masih banyak
lagi makanan lain yang mengandung formalin, tidak hanya makanan segar tapi
juga makanan olahan seperti bakso (Widyaningsih, 2006).
formalin.
e. Untuk ikan asin yang mengandung formalin, menurut BPOM tidak rusak
sampai lebih dari satu bulan pada suhu kamar. Warna ikan asin bersih cerah,
namun tidak berbau khas ikan asin.
Ciri-ciri di atas memang hanya bersifat umum, namun setidaknya dapat
memberikan sedikit gambaran kepada kita tentang ciri makanan yang diduga
mengandung formalin. Karena bagaimanapun juga, harus tetap diwaspadai, jangan
sampai makanan yang kita konsumsi malah menuai penyakit, padahal seharusnya
makanan menjadi sumber kesehatan bagi tubuh saparindo dan haayati 2006
Dapus
PrayitNo. A.H., Firdha M., Afina V.R., Tombak M.B., Bekti P.G., dan Soeparno. 2009.
Karakteristik Sosis Dengan Fortifikasi -Caroten Dari Labu Kuning (Cucurbita moschata).
Buletin Peternakan Vol. 33(2): 111-118. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Suprapti, Lies. 2005.
Tepung Tapioka Pembuatan dan Pem
anfaatannya
.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Astawan, Made. 2006. Mengenal Formalin dan bahayanya. Jakarta: Penebar Swadya
Widyaningsih, T.W, dan E.S. Murtini, 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan.
Surabaya: Trubus Agirasana.
Pada perlakuan tanpa perendaman dengan air mendidih, didapatkan sampel ikan asin, mie basah
dan bakso mengandung formalin karena hasil uji menunjukkan positif (+). Pada sampel ikan asin
menunjukkan warna yang paling ungu. Kedua yaitu bakso dan yang terkecil yaitu mie basah.
Perbedaan ini mungkin dikarenakan konsentrasi formalin yang terdapat pada sampel tersebut
berbeda. Semakin pekat warna ungu pada sampel maka menunjukkan bahwa semakin banyak pula
konsentrasi formalin yang terapat pada sampel. Menurut Yuliarti (2007)Sedangkan sampel tahu,
lontong, dan cilok yang dianalisis ternyata tidak menunjukkan hasil uji yang positif (+) dan tidak
berwarna ungu. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahwa sampel tahu, lontong, dan cilok tersebut
tidak mengandung formalin. Namun, kemungkinan sampel tahu, lontong, dan cilok yang dianalisis
mengandung formalin, akan tetapi dalam konsentrasi yang sangat sedikit, sehingga saat dianalisis
kualitatif tidak menunjukkan hasil positif.tidak mengandung formalin. Hal ini didukung dengan hasil
uji yang menyatakan negatif (-) dan tidak berwarna ungu. Hal ini, mungkin dikarenakan adanya
perlakuan dengan perendaman pada air mendidih. Perendaman dengan air mendidih dapat
menurunkan kadar formalin yang terdapat pada sampel. Hal ini juga dapat diketahui bahwa
kandungan formalin yang sebelumnya ada pada sampel mie basah dan sekarang tidak ada
menunjukkan bahwa kadarnya sedikit.
Yuliarti. 2007. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta : Penerbit Andi