Chandra
Chandra
PENELITIAN HUKUM
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
1
Cholid Narbuko, Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara, 2016)., hal.
28
Pada ilmu-ilmu sosial, termasuk ilmu hukum, maka kelangsungan
perkembangan suatu ilmu senantiasa tergantung pada unsur-unsur, sebagai
berikut:
1. Teori;
2. Metodologi;
3. Aktivitas penelitian;
4. Imajinasi sosial.
2
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: IU Press, 1986)., hal. 50
c. Penelitian problem-solution.
Pasal 6
(1) Materi muatan Praturan Perundang-undangan mengandung asas;
a. Pengayoman;
b. Kemanusiaan;
c. Kebangsaan;
d. Kekeluargaan;
e. Kenusantaraan;
f. Bhineka tunggal ika;
g. Keadilan;
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
(2) Selain asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan Perundang-
undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum
Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. Sebagai contoh
doktrin iktikad baik, doktrin fakta hukum, dan sebagainya.
3
Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika, 2014)., hal. 24
kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, objek hukum. Penelitian
ini penting artinya. Sebab, masing-masing pengertian pokok/dasar tersebut
mempunyai arti tertentu dalam kehidupan hukum. Sebagai contoh,
pengertian pokok/dasar peristiwa hukum yang mempunyai arti penting
dalam kehidupan hukum, mencakup keadaan kejadian tersebut, misalnya
dapat memiliki sifat, yaitu:
a. Alamiah, misalnya dalam Pasal 362 dan 363 KUHP. Hal ini diuraikan
sebagai berikut.
Pasal 362
Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.
Pasal 363
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. Pencurian ternak;
2. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa
bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal
terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan
atau bahaya perang;
3. Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh
orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki
oleh yang berhak;
4. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih;
5. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan,
atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan
merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai
anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan
salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
b. Horizontal
Apabila dua dan/atau lebih peraturan perundang-undangan yang
kedudukannya sederajat dan mengatur bidang yang sama, misalnya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah (LN-RI Tahun 1974 Nomor 38) dengan
Undang-Undang 1979 Nomor 56), dan Undang-Undang RI Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Kalau dikaji secara mendalam, agar hukum itu berfungsi maka setiap
kaidah hukum harus memenuhi ketiga macam unsur kaidah di atas,
sebab: (1) apabila kaidah hukum hanya berlaku secara yuridis, maka
ada kemungkinan kaidah itu merupakan kaidah mati; (2) apabila hanya
berlaku secara sosiologis dalam arti teori kekuasaan, maka kaidah itu
menjadi aturan pemaksa; (3) apabila hanya berlaku secara filosofis,
maka kemungkinannya kaidah itu hanya merupakan hukum yang
dicita-citakan (ius constituendum).
Sulitnya penegakan hukum di Indonesia berawal dari sejak peratuan
perundang-undangan dibuat, paling tidak ada dua alasan untuk
mendukung pernyataan ini.
Pertama, pembuat peraturan perundang-undangan tidak memberi
perhatian cukup apakah aturan yang dibuat nantinya bisa dijalankan
atau tidak. Pembuat peraturan perundang-undangan sadar ataupun
tidak telah mengambil asumsi aturan yang dibuat akan dengan
sendirinya dapat berjalan.
Kedua, peraturan perundang-undangan kerap dibuat secara tidak
realistis. Hal ini terjadi terhadap pembuatan peraturan perundang-
undangan yang merupakan pesanan dari elit politik, negara asing
maupun lembaga internasional.
b. Penegak Hukum
Di Indonesia secara tradisional institusi hukum yang melakukan
penegakan hukum adalah kepolisian, kejaksaan, badan peradilan, dan
advokat. Di luar institusi tersebut masih ada diantaranya, Direktorat
Jenderal Bea Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, dan Direktorat Jenderal
Imigrasi. Peroblem dalam penegakan hukum yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia perlu untuk dipotret dan dipetakan. Tujuannya agar
para pengambil kebijakan dapat mengupayakan jalan keluar.
Dalam hal penegakan hukum tersebut, kemungkinan penegak hukum
menghadapi hal-hal sebagai berikut:
1) Sampai sejauh mana petugas terikat dari peraturan-peraturan yang
ada.
2) Sampai batas-batas mana petugas berkenan memberikan kebijakan.
3) Teladan macam apakah yang sebaiknya diberikan oleh petugas
kepada masyarkat.
4) Sampai sejauh mana derajat sinkronisasi penugasan-penugasa yang
diberikan kepada para petugas sehingga memberikan batas-batas
yang tegas berkenan wewenangnya.