Step 1
1. Uji preklinik :
Merupakan uji yang dilakukan setelah seleksi obat tradisional yang dilakukan secara
invivo dan invitro untuk melihat toksisitas dan efek farmakodinamik.
2. Tolerabilitas :
Merupakan sejauh mana obat dapat menghasilkan efek yang merugikan dalam tubuh.
Step 2
1. Apa tujuan dari uji preklinik ?
2. Bagaimana tahapan dari uji preklinik?
3. Apa saja macam-macam uji preklinik dan cara melakukannya? Jelaskan perbedaan
dan karakteristik dari uji preklinik?
4. Apa saja syarat dari uji preklinik?
5. Hewan coba apa saja dan factor yang mempengaruhi hewan coba?dan syaratnya
hewan coba?
6. Apa saja kendala/hambatan dari uji preklinik?
7. Apa saja kode etik pada uji preklinik di hewan coba?
STEP 3
1. Apa tujuan dari uji preklinik ?
Dilakukan pada hewan coba untuk mengetahui ada toksisitas, efek farmakodinamik
dan farmakokinetik dan LD50.
Ada 2 macam data :
Kualitatif : dari gejala prekliniknya
Kuantitatif :
ada 2 dosis letal minimum (paling kecil mematikan hewan coba) dosis letal median
(mematikan 50 mencit).
a. Noael : No. observe adverse effect level (dosis tertinggi yang tidak menyebabkan
hewan coba muncul)
b. Loael : low observe adverse effect level (dosis paling kecil yang mematikan
hewan coba)
Dari kedua data dapat menentukan indeks terapeutik namun membutuhkan waktu
yang lama
2. Bagaimana tahapan dari uji preklinik? Apa saja macam-macam uji preklinik dan cara
melakukannya? Jelaskan perbedaan dan karakteristik dari uji preklinik?
Taha pemilihan
Tahap pengujian farmakodinamik untuk mengetahui apakah bahan tradisional
menimbulkan efek farmakologi yang diharapkan dan titik tangkapnya dilakukan
invivo maupun invitro
Invitro : pengujian pada suatu sistem namun diluar tubuh dan sample lebih sedikit,
murah dan cepat, mengetahui efek secara lokal, sensitivitas lebih tinggi. Contoh uji
antibiotik.
Invivo : dalam tubuh (mencit dan tikus), membutuhkan sample lebih banyak, lebih
mahal dan lebih lama. Menggambarkan tubuh manusia dan dapat memanipulasi
mencit seperti meningkatkan TD merusak sel pada mencit.
Idealnya menggunakan beberapa hewan coba (1 hewan pengerat dan 1 hewan non
pengerat)untuk tanaman yang belum dikenal menggunakan 2 jenis hewan coba tikus
dan mencit dari 2 jenis kelamin bila diperlukan menggunakan anjing
Tahap pengujian toksisitas : memberikan berbagai macam dosis untuk melihat dosis
mana berefek pada tubuh
- toksisitas akut : mengetahui nilai LD 50 dan dosis maksimal yang ditoleransi hewan
coba dalam dosis tunggal dan diberi lewat 2 rute (oral/IV). LC (letal concentrate
berapa dosis menimbulkan efek yang dilakukan di lingkungan). Toksisitas mata dan
kulit (primer dan sensitivitas kulit dari imunnya)
- toksisitas subakut : menentukan organ sasaran obat tsb. Pengujian selama 1 3
bulan
Idealnya 3 jenis hewan coba. 2 rodent dan 1 non rodent untuk sementara cukup
memadai menggunakan 1 jnis yaitu tikus minimal 3 dosis salah satu dosis adalah
dosis equivalent yang akan digunakan pada manusia 10 hewan perdosis 2 jenis
kelamin.
- toksisitas kronik ; lama perlakuan dilakukan selama 6 bulan . dilakukan apabila obat
akan digunakan jangka panjang.
Mengunkaan min 20 ekor hewan coba per dosis. Harus disesuaikan lama pemakaian
obat pada manusia.
Dosis tunggal/ beberapa dosis : menggunakan 1 jenis hewan tidak lebih dari 2
minggu
Beberapa hari : 1 jenis hewan selama 2 minggu
2 minggu : 3 bulan pada hwan coba
3 minggu : 6 bulan
6 bln atau lebih : bukan hewan pengerat (biasanya menggunakan tikus atau mencit)12
bulan, hewan pengerat (tikus rodent)18 bulan
-uji efek pada organ reproduksi :melihat efek pada reproduksinya
- uji karsinogenik : mengetahui obat tsb dalam jangka panjang menimbulkan sel
kanker atau tidak. Dilakukan selama 2 tahun.
- uji mutagenik : mengetahui obat tsb mengakibatkan mutagenik
Tahap farmakodinamik
Inklusi masih hidup tetap harus dimatikan untuk di autopsi dan dilihat makros dan
mikrosnya.
STEP 4