Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melakukan metabolismenya, terutama dalam fotosintesis, setiap tumbuhan
memerlukan energi. Energi ini diperoleh dari pemecahan hasil asimilasi yaitu berupa
glukosa, yang diubah menjadi energi kimia yaitu molekul berenergi tinggi (ATP). Energi
ini diperoleh melalui proses yang sangat komplek dan terjadi di dalam sel yang
dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal dari tumbuhan. Proses oksidasi dari
glukosa menjadi ATP ini dinamakan respirasi. Suatu penelitian dilakukan untuk
mengetahui atau mengukur respirasi kecambah Vigna radiata, dilakukan untuk
selanjutnya mengukur koesien respirasi (Q10) dimana untuk setiap kenaikan suhu 100C
kecepatan reaksi respirasi menjadi dua kali lipat.

B. Permasalahan
Penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang timbul yaitu bagaimana pengaruh
suhu terhadap respirasi, dalam hal ini adalah kecepatan respirasi.

C. Tujuan
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
kecepatan respirasi kecambah Vigna radiata serta menghitung koesien respirasinya (Q10)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi merupakan suatu proses pembongkaran, dimana energi yang tersimpan


dalam tubuh ditimbulkan kembali untuk melangsungkan proses-proses kehidupannya
(Dwidjoseputro, 1988).
Respirasi merupakan suatu rangkaian ksidasi biokimia makanan yang terjadi di
dalam sel. Energi yang terkandung dalam zat makanan ini diubah menjadi suatu substansi
yang menyimpan suplai energi siap pakai (ATP). Tumbuhan menggunakan energi ini
dalam mensintesis lemak, protein, dan senyawa-senyawa lain, untuk pembelahan sel dan
aspek lain dalam pertumbuhan, dalam asimilasi, untuk memelihara struktur protoplasma
dan keselektifpermeabelan membran, dan untuk aktivitas tumbuhan lainnya (Greulach &
Adams, 1950).
Proses oksidasi makanan berlangsung dalam berbagai jalan untuk spesies berbeda
atau bahkan dalam satu spesies, di bawah kondisi yang berbeda. Ada dua macam
respirasi, yaitu respirasi anaerob dan respirasi aerob. Cara utama respirasi yaitu respirasi
aerobik dimana dalam respirasi ini tergantung pada suplai oksigen seperti halnya
tergantung pada zat makanan (Greulach & Adams, 1950).
Untuk respirasi aerobik dapat dilihat melalui suatu persamaan reaksi berikut :
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + 675 cal
(Dwidjoseputro, 1988).
Proses respirasi ini berlangsung dalam 3 tahap, pertama glikolisis yang merupakan
pemecahan glukosa hasil hidrolis senyawa polisakarida, siklus Krebs dan proses
dilanjutkan dengan rantai pengangkutan elektron. Semua reaksi di atas menghasilkan
hasil bersih 36 molekul ATP, 6 molekul CO 2, dan 6 molekul H2O (Salisbury & Ross,
1995).
Respirasi memiliki dua fungsi utama bagi tumbuhan yaitu : 1) Respirasi adalah proses
yang menghasilkan senyawa reaktif atau suatu senyawa khusus di luar unsur utama
penting sel. 2) Respirasi adalah proses dimana energi dilepaskan dari pemecahan zat
makanan, dan dimanfaatkan untuk pembentukan struktur sel serta untuk melakukan
aktivitas (Curtis & Clark, 1950).
Faktor internal yang mempengaruhi tingkat respirasi dalam tumbuhan yaitu
konsentrasi substrat respirasi (senyawa gula), konsentrasi enzim yang berupa enzim
aktivator dan enzim inhibitor, serta derajat hidrasi air (Ferry & Ward, 1959).
Pengukuran terhadap respirasi biasanya dilakukan dengan cara mengukur perubahan
panas pembakaran glukosa, tetapi ketika glukosa dioksidasi dalam sel tanaman yang
sedang tumbuh, hanya sebagian energi yang muncul dalam bentuk panas, sedang energi
yang lain berujud lain (Curtis & Clark, 1950).
Faktor utama yang mempengaruhi tingkat respirasi adalah temperatur, kandungan air
dalam sel, persediaan zat makanan, dan konsentrasi oksigen. Faktor yang paling
membatasi dalam respirasi adalah temperatur dan hampir di setiap waktu, tingkat
respirasi tumbuhan akan meningkat dengan naiknya temperatur sampai titik sekitar 50 0C
dimana enzim tidak teraktivasi. Respirasi merupakan reaksi enzimatis sehingga dalam
prosesnya temperatur sangat berpengaruh terhadap kerja enzim dalam mengkatalisis
proses respirasi (Greulach & Adams, 1950).
Karbohidrat, misalnya sukrosa, fruktosa, atau pati merupakan substrat respirasi dan
jika mereka teroksidasi secara sempurna, maka volume O2 yang diambil persis berimbang
dengan CO2 yang dilepaskan. Nisbah CO2 terhadap O2 ini disebut Koesien Respirasi atau
RQ, sering mendekati 1. RQ yang didapat dari biji yang sedang berkecambah dari
tumbuhan kacang-kacangan, yang mengandung pati sebagai cadangan makanan utama,
menunjukkan nilai RQ sekitar 1,0. dengan mengukur RQ berbagai bagian tumbuhan
dapat diketahui informasi tentang jenis senyawa yang sedang dioksidasi (Salisbury &
Ross, 1995).
Seperti telah diketahui sebelumnya, temperatur mempunyai pengaruh yang besar
terhadap aktivitas respirasi. Pada 00C respirasi sangat sedikit. Sedang pada suhu 30 0-400C
sangatlah giat, tetapi kalau temperatur terus naik sampai di atas 40 0C maka kegiatan
respirasi itu hanya sebentar saja. Setelah 2-3 jam tampaklah berkurangnya kegiatan
tersebut. Mungkin sekali hal ini disebabkan karena nonaktifnya enzim-enzim pada
temperatur yang relatif tinggi, kurangnya O2, banyaknya timbunan CO2, dan kurangnya
persediaan subsrat. Antara 100-300C nilai koesien respirasi adalah 2 2,5. Untuk di atas
temperatur maksimal akan berkurang (Dwidjoseputro, 1988).
Koesien respirasi (Q10) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Q10 = laju respirasi pada temperatur T + 100


laju respirasi pada temperatur T

Nilai Q10 untuk reaksi kimia in vitro biasanya sekitar 2. Nilai lebih dari 2
menunjukkan satu proses tumbuhan di bawah pengendalian metabolik, sedangkan nilai di
bawah 2 menunjukkan bahwa kecepatan respirasi yang sedang diteliti, dibatasi oleh suatu
proses fisik yang murni seperti difusi atau oleh suatu reaksi fotokimia (Fitter & Hay,
1991).
BAB III
METODE

A. Alat
Alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Botol, sebagai wadah/tabung respirasi
2. Kain kasa, untuk membungkus kecambah
3. Benang, untuk mengikat
4. Erlenmeyer, untuk tempat titrasi
5. Buret, sebagai alat penitrasi

B. Bahan
Adapun bahan-bahan yang dipergunakan adalah :
1. Kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
2. Larutan 0,5 N NaOH, sebagai pengikat CO2
3. Larutan 0,1 N HCl, sebagai penitrasi
4. Larutan BaCl2 , sebagai pembentuk garam(endapan)
5. Phenolftalein, sebagai indikator
6. Akuades, untuk membuat kecambah

Cara Kerja
C.
1. Ditimbang 5 gr kecambah yang telah disediakan, kemudian dibungkus
dengan kain kasa.
2. Diisikan masing-masing 30 ml larutan 0,5 NaOH ke dalam botol
3. Bungkusan kecambah digantungkan dalam botol tadi dengan bantuan
seutas benang, ditutup rapat.
4. Botol-botol disimpan termasuk kontrol (botol tanpa kecambah) pada suhu
kamar dan dalam inkubator 370C.
5. Setelah 24 jam, larutan NaOH dalam botol diambil 5 ml kemudian
dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2,5 ml larutan BaCl2 dan
ditetesi dengan dua tetes phenolftalein, selanjutnya dititrasi dengan 0,1
HCl. Titrasi diakhiri setelah warna merah tepat hilang.
6. Dari hasil titrasi tersebut dihitung banyaknya CO2 yang dibebaskan pada
respirasi kecambah pada tiap temperatur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari hasil percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Banyaknya HCl 0,1 N yang dibutuhkan dalam ml.

PERLAKUAN HCl 0,1 yang dibutuhkan (ml)


0
1. Suhu kamar (27 C)
c. kontrol 27 ml

d. kecambah
23 ml
2. Suhu inkubator (370C)

c. kontrol 26,5 ml

d. kecambah
16,9 ml

Tabel 2. Koesien respirasi kecambah Vigna radiata

Q10 kecambah Vigna radiata


2,4
B. Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil, Q10 dari kecambah Vigna
sinensis adalah sebesar 2,4. Hasil ini diperoleh dari perhitungan data yang
didapatkan dari hasil percobaan. Dalam percobaan ini digunakan botol tertutup
rapat supaya CO2 hasil respirasi kecambah dapat seluruhnya terikat padaNaOH
dalam botol. Pengikatan CO2 oleh NaOH berlangsung menurut reaksi sebagai
berikut :
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O...(1)
Proses pengikatan berlangsung selama 24 jam lalu larutan NaOH dari botol
diambil sebagian (5 ml) dan ditambahkan dengan 2,5 ml larutan BaCl 2 dan
dititrasi dengan larutan HCl dengan indikator pp. reaksi yang terjadi yaitu :
Na2CO3 + BaCl2 2 NaCl + BaCO3..(2)
Dari reaksi diatas dapat diketahui bahwa larutan BaCl 2 berfungsi untuk
menjadikan larutan menjadi basa yang lebih kuat daripada Na 2CO3, serta
membentuk endapan NaCl. Ketika ditambahi pp berwarna merah dan terjadi
reaksi asam basa yang setara ketika ditambah dengan HCl. Ditandai dengan tepat
hilangnya warna merah. Akhirnya diketahui konsentrasi CO 2 yang bereaksi dengan
NaOH di awal reaksi, karena perbandingan mol CO 2 pada reaksi 1 setara dengan
mol CO2 pada reaksi di bawah ini : Buat teman2x yang pinjam laporan ini tolong
jangan asal contek, anggaplah laporan ini sebagai contoh saja :) ok!
ttd: susilo 99

BaCO3 + HCl BaCl2 + H2O + CO2.(3)


Berdasarkan reaksi di atas, maka perlakuan terhadap kontrol pada kedua
perlakuan suhu, akan lebih sedikit HCl yang dibutuhkan dibandingkan dengan
yang berisi kecambah. Hal ini disebabkan pada kontrol tidak terjadi pengikatan
CO2 hasil respirasi, namun dari hasil diperoleh HCl kontrol lebih banyak
daripada kecambahnya. Kemungkinan diakibatkan kekurang telitian titrasi dimana
pada perlakuan kecambah warna larutan yang terbentuk agak merah sehingga
penentuan jumlah HCl titrasi kurang akurat, atau dengan kata lain dikarenakan
subyektivitas dalam penentuan titik akhir titrasi dengan bantuan indicator pp ini.
Pada kontrol terlihat HCl yang dibutuhkan baik pada suhu 27 0C maupun 370C
relatif sama (lihat tabel), sehingga dapat dikatakan prosedur percobaan sudah
benar. Untuk perlakuan kecambah pada suhu 370C ternyata HCl yang dibutuhkan
lebih sedikit, hal ini disebabkan sulitnya penentuan titik akhir titrasi mengingat
warna larutan akhir yang berwarna kemerahan. Hal ini mungkin disebabkan botol
yang digunakan kurang bersih, atau karena kecambahnya terendam sehingga
bereaksi dengan NaOH.
Seiring dengan kenaikan suhu, laju respirasi akan meningkat, peningkatan ini
sampai pada suhu optimumnya (sekitar 400-500C). menurut Salisburi dan Ross
(1995), koesien respirasi (Q10) untuk biji kacang-kacangan yang sedang
berkecambah sekitar 1,0. Sedangkan dari hasil percobaan diperoleh sebesar 2,4.
Hal ini dapat menandakan bahwa nilai lebih dari 2 menunjukkan satu proses
tumbuhan di bawah pengendalian metabolik (Fitter and Hay, 1991). Atau karena
kekurang telitian dalam tirasi HCl.
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa respirasi


merupakan reaksi enzimatis yang dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya.
Bertambahnya temperatur lingkungan sampai batas optimum akan meningkatkan
laju respirasi yang ditunjukkan dengan jumlah CO2 yang dihasilkan.
Q10 untuk kecambah Vigna radiata sebesar 2,4. Hasil ini menunjukkan satu
proses tumbuhan yang di bawah pengendalian metabolik. Namun dari data yang
diperoleh yang kemudian dihitung menghasilkan angka tersebut, dapat juga
disebabkan karena kekurang telitian dalam titrasi (subyektivitas titrasi)
Untuk kacang-kacangan yang sedang berkecambah Q10 adalah berkisar 1,0
(Salisbury and Ross, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Curtis, O. and Clark, D.G. 1950. Plant Physiology. Mc Graw Hill Book Company. Inc.
new York, Toronto, London. p. 501
Dwidjoseputro, D. 1988. Pengantar fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. hal. 139-
146
Ferry, J.F. and Ward, H.S. 1959. Fundamental of Physiology. Mac Millan Company. New
York. p. 144
Fitter, A.H. and Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada Press.
Yogyakarta. Hal. 208
Greulach, A.V. and Adams, J.E. 1950. Plants, an Introduction to Modern Botany. 2nd ed.
John Willey and Sons Inc. new York, London, Sydney. p. 305-306
Salisbury, F.B. and Ross, C.W. 1992. Plant Physiology. 4th Edition. Wadsworth Publishing
Company. Belmont. California. p. 88-99
LAMPIRAN

1. Perhitungan CO2 terikat pada suhu 270C

a. kontrol
HCl titrasi : 27 ml
NaOH mula-mula : 5 ml = 5 10-3 1 = 0,005 grol
NaOH sisa : 27 0,1 10-3 = 0,0027
NaOH pengikat CO2 = NaOH mula-mula NaOH sisa = b grol
= 0,005 0,0027 = 0,0049973
CO2 terikat (dalam 5 ml) = b grol = c grol
= 0,0049973 = 0,00249885
CO2 terikat (dalam 30 ml) = c grol 6 = d grol
= 0,00249885 6 = 0,00149919
b. kecambah
HCl titrasi : 23 ml
NaOH mula-mula : 5 ml
NaOH sisa : 23 0,1 10-3 = 0,0023
NaOH pengikat CO2 = 4,9977
CO2 terikat (dalam 5 ml) = 2,49885
CO2 terikat (dalam 30 ml) = 14,9931
CO2 respirasi = CO2 terikat (kecambah) CO2 terikat (kontrol)
= 14,9931 - 14,9919 = 0,0012

2. Perhitungan CO2 terikat pada suhu 370C

a. kontrol
HCl titrasi : 26,5 ml
NaOH mula-mula : 5 ml
NaOH sisa : 26,5 0,1 10-3 = 0,00265
NaOH pengikat CO2 = 4,99735
CO2 terikat (dalam 5 ml) = 2,498675
CO2 terikat (dalam 30 ml) = 14,99205
b. kecambah
HCl titrasi : 16,9 ml
NaOH mula-mula : 5 ml
NaOH sisa : 16,9 0,1 10-3 = 0,00169
NaOH pengikat CO2 = 4,99831
CO2 terikat (dalam 5 ml) = 2,499155
CO2 terikat (dalam 30 ml) = 14,99493
CO2 respirasi : 14,99205 14,99205 = 0,00288

Perhitungan koesien respirasi (Q10) kecambah Vigna radiata


Q10 = CO2 respirasi (t=370C) = 0,00288 = 2,4
CO2 respirasi (t=270C) 0,0012

Anda mungkin juga menyukai