Anda di halaman 1dari 3

Anestesi Umum Menggunakan LMA pada Pasien Appendiksitia Akut dengan Status ASA I

Laringeal mask airway ( LMA ) adalah alat supra glotis airway, didesain untuk memberikan dan
menjamin tertutupnya bagian dalam laring untuk ventilasi spontan dan memungkinkan ventilasi kendali
pada mode level (< 15 cm H2O) tekanan positif. Nama : Nn. AN, umur : 18 tahun, jenis kelamin :
perempuan, alamat : melikan lor rt.02 bantul, pekerjaan : pelajar, tanggal masuk : 31 agustus 2015,
berat badan : 50 kg, diagnosis : appendiksitis akut.

Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian kanan bawah sejak 3 hari yang lalu, nyeri dirasakan terus
menerus dan bertambah nyeri dari 1 hari yang lalu. Nyeri pada awalnya dirasakan pada ulu hati dan
berpindah pada kanan bawah. Sebelumnya pasien mengalami demam dari 4 hari yang lalu dan diberikan
penurun panas dan nafsu makan berkurang. Riwayat asma, hipertensi, diabetes melitus, alergi, operasi
sebelumnya, asma, merokok, hamil, hilangnya gigi, menggunakan gigi palsu, sesak, batuk, kejang,
merokok disangkal, tetapi pasien memiliki gastritis. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
baik. Kesadaran compos mentis, vital sign : airway clear, breathing spontan, RR : 20x/menit, vesikuler
(+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (-/-), circulation TD = 120/70 mmHg, N = 80x/menit, S1-S2 reguler, disability
afebris, oedem (-), GCS 15, dengan status lokalis terdapat nyeri tekan pada perut bagian kanan bawah.
Ro. Thorak dan EKG dalam batas normal, dan hasil laboratorium Hb : 13,5 g/dl, HMT: 40 vol%, PPT : 13,1
detik, APTT : 36 detik, control PPT : 14,5 detik, control APTT : 32 detik, ureum : 16 mg/dl, creatinin : 0,61
mg/dl, natrium : 142,6, kalium : 4,01, klorida : 108,8, HbSAg : negative.

Appendisitis akut dengan status fisik ASA I


Rencana general anestesi menggunakan laryngeal mask airway

Persiapan Operasi :
- Lengkapi Informed Consent Anestesi
- Puasa 8 jam sebelum operasi
- Tidak menggunakan gigi palsu
- Tidak menggunakan perhiasan/kosmetik
- Memakai baju khusus kamar bedah
Premedikasi : Midazolam 2,5 mg; Fentanyl 50 g
Jenis Anestesi : General Anestesi Laryngeal Mask Airway
Teknik : Semi Closed, LMA no.3
Induksi : Propofol 100 mg
Pemeliharaan : O2, N2O, Sevoflurane
Obat-obat : Ondansentron 4 mg, Paracetamol 1000 mg
Jenis Cairan : Ringer laktat
Kebutuhan cairan selama Operasi :
- MO : 2 x 50 = 100 cc
- PP : 8 x 100 = cc 800 cc
- SO : 4 x 50 = 200 cc
- Keb. Cairan jam I : x 800 + 100 + 200 = 700 cc
- EBV : 65 x 50 = 3.250 cc
Instruksi Pasca Bedah :
- Posisi : Supine
- Infus : Ringer laktat 20 tpm
- Antibiotik : Sesuai dr. Operator
- Analgetik : Inj. Paracetamol 500 mg/6 jam/IV mulai jam 16.30
- Anti muntah : Inj. Ondansentron 4 mg/8 jam/IV K/P mulai jam 16.30
- Lain-lain : - Awasi Vital sign dan KU
- Jika sadar penuh, Peristaltik (+) , mual (-), muntah (-), coba minum makan perlahan.
- Bed rest 24 jam post op.

Diagnosis appendisitis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik melalui palpasi
ditemukan adanya nyeri pada perut bagian kanan bawah, nyeri semakin hebat jika pasien beraktivitas
serta di tunjang oleh pemeriksaan apendikogram.
Status fisik pada pasien ini dimasukkan ke dalam ASA I (pasien keadaan sehat normal (tidak ada kelainan
organ/gangguan fisiologi, biokimia dan psikiatri). Teknik general anestesi dengan Laryngeal Mask Airway
pada pasien ini dilakukan atas pertimbangan lama waktu operasi yang relative singkat yaitu sekitar 30
menit. Pada pasien ini diberikan premedikasi berupa midazolam 2,5 mg (0,05-0,1 mg/kgBB) intravena
dan fentanil 50 mcg. Induksi anestesia dilakukan dengan pemberian propofol 100 mg (2 2,5 mg/kgBB)
(intravena), setelah refleks bulu mata menghilang segera dilakukan pemasangan LMA no.3. Untuk
maintenance selama operasi berlangsung diberikan N2O 50%, O2 50%, dan Sevoflurane 2 vol % dengan
cara inhalasi dengan mesin anestesia. Selama operasi berlangsung, dilakukan monitoring perioperasi
untuk membantu ahli anestesi mendapatkan informasi fungsi organ vital selama perioperasi, supaya
dapat bekerja dengan aman. Monitoring secara elektronik membantu ahli anestesi mengadakan
observasi pasien lebih efisien secara terus menerus. Selama operasi berlangsung juga tetap diberikan
cairan intravena RL. Pada saat dilakukannya operasi diberika injeksi ketorolac 30mg intravena sebagai
analgesik untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan anestesi selesai, serta diberikan injeksi
ondansetron 4 mg sebagai pencegahan terjadinya PONV. Setelah operasi selesai, dilakukan tindakan
suction dan reoksigenasi menggunakan face mask dengan Oksigen 2-3 liter/menit.

Seorang wanita, 18 tahun dengan apendisitis direncanakan dilakukan apendiktomi dengan general
anestesi inhalasi menggunakan teknik nafas spontan assist menggunakan LMA no 3, dan pemeriksaan
status preoperatif pasien ASA I.
Dachlan, R., Suryadi, KA., Latief Said. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif, FK UI.
Guyton AC, Hall JE. Mikrosirkulasi dan Sistem Limfatik: Pertukaran Cairan Kapiler, Cairan, Intersisial, dan
Aliran Limfe. In 9 E, editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 1997. p. 243-247.
Muhiman, M., Thaib, R., Sunatrio, Dachlan, R. Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif, FK UI.

Anda mungkin juga menyukai