Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan, urutan antara


suatu lapisan sedimen dengan lapisan sedimen yang lain dalam dimensi ruang dan
waktu.
Adapun hal yang melatar belakangi diadakannya Studi Stratigrafi Daerah
Awila Puncak dan Sekitarnya adalah untuk membuktikan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Peneliti Terdahulu.

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan


Sekitarnya yaitu untuk Melakukan measuring section (MS) pada daerah tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai pada Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak Dan
Sekitarnya yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui formasi penyusun daerah penelitian berdasarkan jenis
litologi yang ditemukan.
2. Untuk mengetahui satuan geomorfologi derah penelitian.
3. Untuk mengetahui struktur yang ada di daerah penelitian.

I.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak Dan
Sekitarnya yaitu agar menambah wawasan dalam pengambilan data geomorfologi,
stratigrafi dan struktur serta cara pengolahannya.

I.4 Alat dan Bahan

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 1


Alat dan bahan yang digunakan dalam Studi Stratigrafi Daerah Awila
Puncak Dan Sekitarnya yaitu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1. Alat Beserta Fungsi/Kegunaan
No. Alat Kegunaan
Sebagai alat untuk melakukan orientasi
Kompas Geologi medan/pengeplotan titik pengamatan, mengukur
1
(Brunton) kelerengan morfologi dan untuk mengukur data
struktur baik struktur primer maupun sekunder.
Sebagai alat untuk menentukan lokasi koordinat
2 GPS
field trip
3 Palu Sebagai alat untuk menyampling batuan
Sebagai alat untuk membantu dalam pengukuran
4 Papan Clipboard
strike dan dip pada suatu singkapan batuan
5 Kamera Sebagai alat untuk mengambil data lapangan
6 Alat Tulis Menulis Untuk menulis data hasil penelitian
Untuk mengamati komposisi mineral penyusun
7 Lup
batuan
8 Busur Derajat Sebagai alat bantu dalam menentukan sudut
9 Mistar 30 cm Sebagai alat bantu untuk mengukur
10 Pensil Warna Sebagai alat untuk memberikan keterangan warna

Tabel 1.2. Bahan Beserta Fungsi/Kegunaan


No. Bahan Kegunaan
Sebagai bahan untuk menguji kandungan mineral
1 Larutan HCl 0,1 M
karbonat dalam batuan
Sebagai bahan untuk mencatat data yang ada di
2 Buku Lapangan lapangan

I.5 Metode Dan Tahap Penelitian

Persiapa
n

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 2


Studi Literatur Administrasi

Pengambilan Data
Lapangan

Measuring Section - Data Geomorfologi


- Data Struktur
- Data Litologi

Pengolahan Data

- Morfometri - Pola Aliran Sungai


- Ketebalan - Tipe Genetik Sungai
- Penampang Terukur - Peta Geomorfologi
- Rekonsturksi Lipatan - Peta Morfogenesa
- Tabel MS - Dan lain-lain

Penyusunan Laporan

Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode langsung ( Direct Method ) dan


Metode Measuring Section. Metode langsung adalah suatu cara yang dilakukan
dalam pengambilan data secara langsung ke lapangan untuk memenuhi keperluan
pengolahan data. Metode Measuring Section merupakan metode yang digunakan
untuk mendapatkan data – data stratigrafi dengan membentangkan meteran pada
tiap pembelokan sungai.
1. Studi Literatur dan Administrasi

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 3


Mencari dan mempelajari literatur daerah penelitian yang tertuang dalam
cakupan geologi regional serta melakukan perizinan pada pihak yang berwenang
untuk melakukan penelitian pada suatu daerah.
2. Pengambilan Data Lapangan
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Measuring
Section dengan mengambil beberapa data seperti arah, kedudukan batuan dan
sebagainya. Data – data yang diperlukan seperti data geomorfologi, data struktur
dan data litologi. Pegambilan data struktur berupa data kekar, arah breksiasi dan
data lipatan. Pengambilan data geomorfologi berupa data sketsa morfogarfi dan
kemiringan lereng. Pengambilan data litologi berupa kedudukan batuan dengan
identifikasi secara sifat fisik batuan.
3. Pengolahan Data
Beberapa data lapangan yang diperoleh akan diolah yang diantaranya peta
morfometri atau peta yang menggambarkan kemiringan lereng suatu tempat
berdasarkan grid 1x1 pada keseluruhan peta dasar penelitian. Selanjutnya
menentukan arah tegasan utama dari data kekar menggunakan proyeksi
stereografis. Mengolah data seperti peta aliran sungai, peta genetic sungai dan
lain- lain.

I.6 Waktu, Letak dan Kesampaian Daerah

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak Dan Sekitarnya dilakukan pada hari
Jum’at - Minggu, tanggal 6 – 8 Januari 2017. Bertempat di daerah Awila Puncak
Kab. Konawe Utara. Daerah tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan roda
empat maupun roda dua, dengan waktu tempuh ± 2,5 - 3 jam dari Kampus
Universitas Halu Oleo.

I.7 Peneliti Terdahulu

Adapun nama-nama peneliti terdahulu yang telah meneliti daerah tersebut,


adalah sebagai berikut:

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 4


1. Endharto, M. dan Surono, 1991. Preliminari Study of The Meluhu Complex
Related to Terrane Formation in Sulawesi.
2. Hamilton, W., 1979. Tectonics of The Indonesian Region.
3. Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. 1993.
Keterangan Peta Geologi Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi Tenggara,
Skala 1:250000.
4. Sukamto, R., 1975. Structural of Sulawesi in The Light of Plate Tectonic.
5. Surono dan Bachri S., 2001. Stratigraphy, Sedimentation, and
Paleogeographic Significance of The Triassic Meluhu Formation, Southeast
Arm of Sulawesi, Eastern Indonesia.
6. Surono, 2013,. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi.

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Landasan Teori

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan
yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 5


absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
penyebaran lapisan
batuan.
Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad
ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa
perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama
(superposisi). Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan
bahwa lapisan batuan yang terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan
beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan
yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara
satu tempat ke tempat lainnya pada suatu wilayah yang sangat luas. Berdasarkan
hasil pengamatan ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu system yang
berlaku umum untuk periode-periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu
belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William Smith
dan kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan, hubungan dan
genesa batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi.
Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata,
yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata
“grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya gambar atau
lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai
ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan
pembentukan (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.

 Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi


stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi
ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun
pengertian nama-nama tersebut seperti misalnya: Formasi/formasi,
Zona/zona, Sistem dan sebagainya.
 Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap
lapis batuan dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 6


batuan tersebut. Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan lainnya
adalah “selaras” (conformity) atau “tidak selaras” (unconformity).
 Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan
memiliki genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh, facies
sedimen marin, facies sedimen fluvial, facies sedimen delta, dsb.

Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa


dilakukan dalam pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran
stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari
hubungan stratigrafi antar setiap perlapisan batuan / satuan batuan, ketebalan
setiap satuan stratigrafi, sejarah sedimentasi secara vertikal dan lingkungan
pengendapan dari setiap satuan batuan. Di lapangan, pengukuran stratigrafi
biasanya dilakukan dengan menggunakan tali meteran dan kompas pada
singkapan-singkapan yang menerus dalam suatu lintasan. Pengukuran diusahakan
tegak lurus dengan jurus perlapisan batuannya, sehingga koreksi sudut antara jalur
pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak begitu besar.
Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
terperinci urut-urutan perlapisan Satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan
stratigrafi, hubungan stratigrafi, sejarah sedimentasi dalam arah vertikal, dan
lingkungan pengendapan. Mengukur suatu penampang stratigrafi dari singkapan
mempunyai arti penting dalam penelitian geologi.
Secara umum tujuan pengukuran stratigrafi adalah:
a) Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan suatu satuan
stratigrafi (formasi), kelompok, anggota dan sebagainya.
b) Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi.
c) Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan
dan urut- urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk
menafsirkan lingkungan pengendapan.

Pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan terhadap singkapan singkapan


yang menerus, terutama yang meliputi satu atau lebih satuan satuan stratigrafi
yang resmi. Metoda pengukuran penampang stratigrafi banyak sekali ragamnya.
Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 7
Namun demikian metoda yang paling umum dan sering dilakukan di lapangan
adalah dengan menggunakan pita ukur dan kompas. Metoda ini diterapkan
terhadap
singkapan yang menerus atau sejumlah singkapan-singkapan yang dapat
disusun menjadi suatu penampang stratigrafi.

Gambar 2.1 Singkapan batuan pada satuan stratigrafi (kiri) dan singkapan
singkapan yang menerus dari satuan stratigrafi (kanan).

Metoda pengukuran stratigrafi dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:

1. Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigrafi, antara lain: pita ukur (± 25


meter), kompas, tripot (optional), kaca pembesar (loupe), buku catatan
lapangan, tongkat kayu
sebagai alat bantu.
2. Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran stratigrafi, jalur
lintasan ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah mewakili bagian Bawah
sedangkan huruf T (Top) mewakili bagian atas.
3. Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok atau
tanda lainnya pada batas-batas satuan litologinya.
4. Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah atau atas.
Unsur-unsur yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah: arah lintasan
(mulai dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng (apabila
pengukuran di lintasan yang berbukit), jarak

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 8


antar station pengukuran, kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran unsur-
unsur geologi lainnya.

Gambar 2.2 Sketsa pengukuran penampang stratigrafi

5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang
penampang, sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada
alas dan atap dari satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
6. Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran stratigrafi
yang meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan tersebut, yaitu:
jenis batuan, keadaan perlapisan, ketebalan setiap lapisan batuan, struktur
sedimen (bila ada), dan unsur-unsur geologi lainnya yang dianggap perlu. Jika
ada sisipan, tentukan jaraknya dari atas satuan.

Gambar 2.3 Aktivitas dari pengukuran stratigrafi terukur


7. Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas setelah
melaluiproses perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian digambarkan
dengan skalatertentu dan data singkapan yang ada disepanjang lintasan di-
plotkan dengan Memakai simbol-simbol geologi standar.

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 9


8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan terlebih
dahulu koreksikoreksi Antara lain koreksi sudut antara arah lintasan dengan
jurus kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng (apabila pengukuran di
lintasan yang berbukit), Perhitungan ketebalan Setiap lapisan batuan dsb.

BAB III
GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

III.1 Geomorfologi Regional Daerah Penelitian


1. Satuan Pegunungan

Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan kemiringan


lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai pola yang
hampir sejajar berarah barat laut – tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur
sesar regional di kawasan ini. Pola ini mengindikasikan bahwa pembentukan
morfologi pegunungan itu erat hubungannya dengan sesar regional.

Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat


oleh batuan ofiolit. Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan itu.
Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 10


panjang dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam.
Sementara itu, pegunungan yang dibentuk oleh batuan malihan, punggung
gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun
bersudut tajam.

2. Satuan Perbukitan Tinggi

Satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang mencapai ketinggian 500 m dpl
dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini berupa batuan sediman
klastika Mesozoikum dan Tersier.

III.2 Stratigrafi Regional Daerah Penelitian

1. Kompleks Ofiolit (Ku)

Kompleks ofiolit terdiri dari peridotit, dunit dan serpentinit. Serpentinit


berwarna kelabu tua sampai kehitaman, padu dan pejal. Batuannya bersifat
afanitik dengan susunan mineral antigorit, lempung dan magnetit. Umumnya
memperlihatkan struktur kekar dan cermin sesar yang berukuran megaskopis.
Dunit berwarna kehitaman, padu dan pejal serta bertekstur afanitik. Penyusunnya
ialah olivin, piroksin dan plagioklas serta sedikit serpentin dan magnetit. Berbutir
halus sampai sedang, mineral utama olivin berjumlah sekitar 90% tampak adanya
penyimpangan dan perlengkungan. Dan penyimpangan kembaran yang dijumpai
pada piroksin mencirikan gejala deformasi yang di alami oleh batuan ini.
Kompleks ofiolit juga merupakan satuan batuan beku ultrabasa yang membentuk
pegunungan berlereng terjal dan kasar dengan punggung gunung memanjang dan
runcing.

2. Formasi Meluhu (TRJm)

Formasi Meluhu terdiri atas batupasir, kuarsit, serpih hitam, serpih merah,
filit, batusabak, batugamping dan batulanau. Batupasir telah termetamorfkan
lemah, batugamping mengandung fosil Halobia sp. dan Daonella sp. Umur dari

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 11


formasi ini adalah Trias Tengah sampai Jura. Formasi ini menindih tak selaras
batuan malihan paleozoikum dan menjemari dengan formasi Tokala.

3. Formasi Tokala (TRJt)

Formasi Tokala terdiri atas kalsilutit, batugamping, batupasir, serpih dan


napal. Kalsilutit berwarna kelabu muda, kelabu sampai merah jambu, berbutir
halus, sangat padu, serta memiliki perlapisan yang baik, dengan kekar yang diisi
urat kalsit putih kotor. Umumnya telah mengalami pelipatan kuat; tidak jarang
ditemukan sinklin dan antiklin, serta lapisan yang hampir tegak (melebihi 80
derajat). Setempat terdaunkan. Batugamping, mengandung fosil Halobia, Amonit
dan Belemnit. Batupasir berukuran halus sampai kasar, berwarna kelabu kehijauan
sampai merah kecoklatan terakat lempung dan oksida besi lunak, setempat padat,
mengandung sedikit kuarsa, berlapis baik. Serpih dan napal berwarna kelabu
sampai kelabu tua, memiliki perlapisan baik, tebal lapisan antara 10 - 20 cm.
Lempung pasiran, berwarna kelabu sampai kecoklatan, perlapisan baik, tebal
lapisan antara 1 - 10 cm berselingan dengan batuan yang disebutkan terdahulu.
Formasi ini diperkirakan berumur Trias - Jura Awal dengan lingkungan
pengendapan pada laut dangkal (neritik). Tebal formasi ini diperkirakan lebih dari
1000 meter.

III.3 Struktur Regional Daerah Penelitian

Struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan adalah sesar geser


mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar Lawanopo (yang berasosiasi
dengan batuan campur-aduk toreo), sistem sesar Konaweha, sesar kolaka, dan
banyak sesar lainnya serta liniasi. Sesar dan liniasi menunjukkan sepasang arah
utama tenggara-barat laut (3320), dan timur laut barat daya (42 0). Arah tenggara -
barat laut merupakan arah umum dari sesar geser mengiri dilengan tenggara
sulawesi.

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 12


Sistem sesar Lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama barat laut-
tenggara yang memanjang sekitar 260 Km dari Utara Malili sampai tanjung
Toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar Matano,
sementara ujung tenggaranya bersambung dengan sesar Hamilton, Yang
memotong sesar naik Tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar Lawanopo oleh
Hamilton (1979) bedasarkan dataran Lawanopo yang ditorehnya.
Adanya mata air panas di Desa Toreo, sebelah tenggara Tinobu serta
pergeseran pada bangunan dinding rumah dan jalan sepanjang sesar ini
menunjukan bahwa sistem sesar Lawanopu masih aktif sampai sekarang.

BAB IV
GEOLOGI LOKAL DAERAH PENELITIAN

IV.1 Geomorfologi Lokal Daerah Awila Puncak dan sekitarnya

Satuan morfologi yang dapat diamati di daerah penelitian di dominasi oleh


satuan morfologi perbukitan dengan topografi miring hingga terjal. Selain itu,
dijumpai satuan morfologi pedataran yang berbatasan langsung dengan morfologi
perbukitan. Sebelah utara awila puncak di dominasi oleh satuan pegunungan
dengan ketinggian hampir mencapai 700 mdpl.

Satuan pegunungan terbentuk oleh batuan ofiolit pada wilayah utara awila
puncak dengan tipe pegunungan yang mempunyai punggung gunung yang
panjang dan lurus dengan lereng yang relatif datar dan memiliki kemiringan yang
terjal. Satuan padataran di bentuk oleh satuan sedimen klastika dan batuan

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 13


karbonat. Diselatan awila puncak, satuan perbukitannya terbentuk oleh batuan
malihan dan batugamping malih dengan bentuk lereng yang terputus-putus.

IV.2 Stratigrafi Lokal Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya

Satuan penyusun batuan Ofiolit yang ditemukan di daerah penelitian


terdiri atas peridotit dengan warna kehijauan, tekstur holokristalin, faneritik
dengan struktur batuan yang massive dan di dominasi oleh mineral olivin.

Satuan batuan penyusun Formasi Meluhu yang ditemukan di daerah


penelitian terdiri atas batusabak, batugamping, batugamping pasiran dan batupasir
yang termetamorfkan lemah.

Satuan batuan penyusun Formasi Tokala yang ditemukan di daerah


penelitian terdiri atas batuan kalkarenit dan kalsilutit yang di jumpai di zona
breksiasi, dan napal.

IV.3 Struktur Lokal Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya

Di daerah Awila Puncak dan sekitarnya dapat di jumpai struktur yang

berupa kekar, zona breksiasi dan lipatan. Kekar yang didapatkan dilapangan di

ukur arahnya dan diolah dengan menggunakan metode stereografis, sehingga di

dapatkan arah , zona breksiasi yang diukur memiliki arah 330°.

Lipatan yang ditemukan di daerah penelitian berupa lipatan chevron


dimana setelah direkonstruksi dengan menggunakan metode busk, sayapnya
memiliki perbedaan ukuran dimana salah satu sayapnya memiliki ukuran yang
lebih kecil. Hal ini menunjukkan lipatan tersebut di sebabkan oleh gaya tektonik
yang terjadi beberapa kali.

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 14


BAB V
STUDI STRATIGRAFI DAERAH AWILA PUNCAK
DAN SEKITARNYA

V.1 Litologi Penyusun Daerah Awila Puncak Dan Sekitarnya

Stasiun 1 dijumpai singkapan dengan jenis litologi batusabak (slate)

dengan kedudukan N 207o E/24o dengan ciri memiliki warna abu-abu. Batuan ini

merupakan penciri formasi meluhu yang merupakan salah satu formasi penyusun

daerah penelitian. Batuan ini merupakan hasil metamorfisme dari batulempung.

Stasiun 2 dijumpai singkapan batuan yang terdiri atas batupasir sedang dan

batugamping. 2 jenis litologi tersebut berada pada dua singkapan yang saling

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 15


berhadapan dengan kedudukan N 305o E/27o. Litologi yang dijumpai pada stasiun

ini merupakan penciri dari formasi Meluhu.

Stasiun 3 dijumpai singkapan batuan dengan jenis litologi napal dan breksi

sesar dengan arah N 338 oE. batuan ini memiliki warna keabuan. Dari jenis

litologi yang ditemukan diketahui jenis formasi pada stasiun ini adalah Formasi

Tokala.

Stasiun 4 dijumpai singkapan dengan batuan penyususn berupa batupasir

dengan sisipan batulempung. Batuan ini emmiliki kedudukan N 210 oE/90o. dari

jenis litologi yang ditemukan, diketahui jenis formasi pada daerah ini adalah

Formasi Meluhu.

Stasiun 5 dijumpai singkapan bataun ultrabsa yaitu peridotit yang

merupaakn jenis litologi penysuun kompleks ofiolit.

V.2 Sejarah Geologi Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil dan data yang didapatkan dilapangan, maka dapat

diasumsikian bahwa daerah penelitian awalnya merupakan daerah yang terbentuk

dilaut dangkal dan laut dalam, hal ini dicirikan oleh ditemukannya batu gamping

kalkarenit, batupasir dan batunapal. Pada daerah tersebut juga ditemukan adanya

batuan ultrabasa beupa peridotit, hal ini memungkinkan bahwa telah terjadi proses

ofiolit pada masa la mpau yaitu proses pengangkatan batuan yang terdapat

dikerak samudra ke atas atas kerak benua.

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 16


BAB V
STUDI STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN

V. 1 Litologi Penyusun Daerah Penelitian

Stasiun 1
Dijumpai singkapan batuan matamorf dengan dimensi panjang 3 meter
dan tinggi 2 meter bersifat insitu.

Gambar 5.1 Singkapan Batuan Stasiun 1 dengan Arah Foto N 118o E

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 17


Pada singkapan ini dijumpai litologi dengan dalam kondisi lapuk
berwarna abu-abu dan dalam dalam kondisi segar berwarna abu-abu kehitaman.
Batuan ini memiliki tekstur relik karena menampakkan adanya tekstur sisa batuan
sebelumnya, dimana strukturnya foliasi karena adanya penjajaran mineral.
Komposisi mineralnya terdiri atas monmorilonit, illit.

Berdasarkan ciri tersebut maka nama batuannya adalah batusabak (slate)


dengan kedudukan foliasi 40o/N135 o E.

Stasiun 2

Dijumpai singkapan batuan sedimen dengan dua jenis litologi. memiliki


dimensi panjang 4 meter dan tinggi 2 meter, bersifat insitu.

Gambar 5.2 Singkapan Batuan Stasiun 2 dengan Arah Foto N 100o E

Litologi pertama dijumpai jenis batuan sedimen dengan dalamkondisi


lapuk berwarna coklat dan dalam kondisi segar berwarna abu-abu dengan ukurab
butir pasir kasar, bentuk butir subrounded, sortasi sedang, porositas baik dan
permeabilitas baik. Batuan ini meiliki struktur berlapis. Komposisi mineral batuan
ini terdiridari kuarsa, muskovit dan biotit. Berdasarkan hasil identifikasi maka
nama batuan ini adalah batupasir kasar. Dengan kedudukan N 290 oE/52o

Litologi kedua dengan jenis batuan sedimen dimana dalam kondisi lapuk
berwarna abu-abu kecoklatan dan dalam kondisi segar berwarna abu-abu. Batuan
ini memiliki struktur amorf dengan komposisi mineral yaitu kalsit. Sehingga
berdasarkan hasil identifikasi maka nama batuan ini adalah batugamping kristalin.

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 18


Stasiun 3

Dijumpai singkapan batuan dengan jenis batuan sedimen dengan dimensi


tinggi 4 meter dan panjang 2 meter bersifat insitu yan terdapat pada titik koordinat
S 35o 35’34,42” E 122o10’8,79”. Dijumpai pula breksi sesar pada stasiun ini.

Gambar 5.3 Singkapan Batuan Stasiun 3 dengan Arah Foto N 330o E

Jenis litologi pada stasiun ini merupakan jenis batuan sedimen dengan
warna dalam keadaan lapuk berwarna hitam keabuan dan warna segar hitam.
Ukuran butirnya lempung, bentuk butirnya rounded, kemas tertutup, sortasi baik,
porositas dan permeabilitas buruk. Nama batuan ini adalah batugamping
(kalsilutit). Pada stasiun ini dijumpai breksiasi sesar dengan arah N 330o E.

Stasiun 4

Dijumpai singkapan batuan dengan jenis batuan sedimen memiliki dimensi


panjang 1 m dan tinggi 1 m yang terbentuk secara insitu yang terdapat pada
koordinat S 03o35’34,42” E 142o10’10,79” serta memiliki sisipan lempung.

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 19


Gambar 5.4 Singkapan Batuan Stasiun 4 dengan Arah Foto N 207o E

Jenis batuan sedimen dengan warna dalam keadaan lapuk abu-abu


kecoklatan dan warna segar abu-abu, ukuran butirnya pasir sedang, bentuk butir
rounde, sortasi baik, kemas terbuka. Porositas dan permbeabilitas baik, komposisi
mineral penyusun utama adalah kuarsa dengan struktur batuan berlapis. Nama
batuan ini adalah batupasir, dimana terdapat sisipan batulempung. Kedudukan
batuannya N 210oE/90o.

Stasiun 5

Pada stasiun ini dijumpai singkapan jenis batuan beku dengan dimensi
panjang kurang lebih 10 m dan tinggi 2 m yang masih bersifat insitu.

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 20


Gambar 5.5 Singkapan Batuan Stasiun 5 dengan Arah Foto N 103o E

Singkapan ini memiliki litologi dengan ciri-ciri yaitu dalam keadaan lapuk
memiliki warna abu-abu kehitaman dan warna dalam keadaan segar abu-abu.
Litologi ini memiliki tekstur kristalinitas berupa holokristalin karena didominasi
oleh massa dasar Kristal, granularitasnya faneritik dan fabriknya euhedral karena
memiliki batas yang jelas relasinya inequigranular. Komposisi mineral penyusun
batuan in adalah olivine, piroksen, amphibole. Struktur batuan ini adalah massive
karena pejal. Berdasarkan hasil identifikasi nama batuan ini adalah peridotit.

V. 2 Sejarah Geologi Daerah Penelitian


Berdasarkan hasil dan data yang didapatkan dilapangan, maka dapat
diasumsikan bahwa daerah penelitian awalnya merupakan daerah yang terbentuk
dilaut dalam yang dicirikan dengan adanya batu rijang, yang kemudian terus
mengalami pengangkatan akibat proses tektonik yang juga mengangkat lantai
dasar samudra (batuan beku ultra basa) secara perlahan. Dalam proses
pengangkatan ini terbentuk juga batuan sedimen laut dangkal yaitu batugamping
kalkarenit, dan batunapal, yang terus mengalami pengangkatan sehingga
mengubah lingkungan pengendapannya menjadi lingkungan transisi dan terakhir
menjadi lingkungan fluvial yang dicirikan dengan batuan sedimen klastik yaitu
batulempung dan batupasir.
Sehingga dapat diketahui bahwa batuan yang menyusun daerah awila
puncak dan sekitarnya terbentuk dari proses pengangkatan pada kala miosen-
eosen oleh sesar Lawanopo.

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 21


BAB VI

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari fieldtrip stratigrafi daerah awila puncak dan sekitarnya


yaitu sebagai berikut :

1. Litologi penyusun daerah awila puncak dan sekitarnya yaitu terdiri dari
Formasi Meluhu yang terdiri dari batupasir, batulempung serta
batugamping, Formasi Tokala dengan breksi dan Komplek Ofiolit dengan
batuan peridotit.
2. Morfogenesa daerah Awilah Puncak dan sekitarnya yaitu terdiri dari satuan
; marine, denudasional, serta satuan structural.\
3. Struktur geologi yang berkembang di wilayah Awila Puncak dan
sekitarnya banyak menimbulkan pengaruh structural seperti sesar Lasolo
serta berbagai jenis gejala structural lain seperti lipatan dan rayapan tanah.

IV.2 Saran
Daerah Awilah puncak memiliki keunikan geolgoi tersendiri maka
sebaiknya daerah ini dikaji lebih teliti untuk pengembangan mahasiswa didik serta

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 22


sebaiknya pembagian waktu kerja laporan dan istirahat diseimbangkan secara baik
agar menimbulkan hasil kerja yang prosfektif.

DAFTAR PUSTAKA

Calista, Muh. 2016. Stratigrafi Dasar. Universitas Hasanudin. Makasar

Ehler E.G., Blatt H., 1982, “Petrology . Igneous, Sedimentary and


metamorphic”, W.H. Freeman and Company, San Fransisco, pp 110

Kerr P. F., 1977. Sedimentology and Stratigrafi., McGraw Hill Book Company
Inc. Mew York, Toronto,London.

Mac Kenzei W.S., Donaldson C.H. and Guilford C., 1982, “Atlas of Igneous
Rocks and Their Textures”, Longman group Ltd., usa, 147 pp.

Mackenzie W. S. and C. Guilford , 1980. Sedimentary Basin and Stratigrafic,


Halsted Press, London
Surono, 2012. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi. Lippi. Jakarta

Studi Stratigrafi Daerah Awila Puncak dan Sekitarnya 23

Anda mungkin juga menyukai