Anda di halaman 1dari 44

MATERI PELATIHAN

CLINICAL PATHWAYS

Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA

Hotel Aston Tropicana


Bandung, 25 – 26 Juli 2011

PENGURUS DAERAH JAWA BARAT


ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH SELURUH INDONESIA
(ARSADA)
Sekretariat : RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi Kode Pos 43113 Telp. 0266 225181
Fax 0266 212988 Email : info.arsada.jabar@gmail.com http://arsada-jabar.blogspot.com/
Daftar Isi

Halaman
Pendahuluan Clinical Pathways 1

Definisi Clinical Pathways 2

Clinical Pathways dalam Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) dan


Sistem Pembiayaan Casemix 3

Standar Pelayanan Kedokteran (SPK), Pedoman Nasional Pelayanan


Kedokteran (PNPK), Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Panduan
Praktik Klinis (PPK) 5

Prinsip Prinsip dalam menyusun Clinical Pathways 12

Langkah Langkah penyusunan Clinical Pathways 13

Persiapan dalam penyusunan Clinical Pathways 14

Peran Clinical Pathways dalam Mutu di Rumah Sakit 15

Peran Clinical Pathways dalam Pendidikan Kesehatan/Kedokteran di


Rumah Sakit utama dan jejaring 19

Peran Clinical Pathways dalam Penelitian Kesehatan/Kedokteran di Rumah


Sakit 21

Manfaat Clinical Pathways dalam Akreditasi Rumah Sakit 22

Format Umum Penyusunan Clinical Pathways 25

Instrumen Penilaian Monitoring dan Evaluasi dalam Penyusunan dan


Implementasi Clinical Pathways 31

Format Penilaian Diri (Self-Assessment) untuk Monitoring dan Evaluasi


dalam Penyusunan dan Implementasi Clinical Pathways di Rumah Sakit 43

i
Clinical Pathways Rumah Sakit
Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA
Ketua Komite Medik
RSUP Fatmawati, Jakarta.

Pendahuluan

Dalam rangka untuk menjaga mutu layanan rumah sakit (dalam hal ini quality
assurance) yang mencakup standar pelayanan (medis, perawat, apoteker dan
penunjang), audit (medis dan manajemen) dan peningkatan mutu
berkesinambungan - maka diperlukan suatu instrumen yang dapat merangkum
seluruh kegiatan dan upaya tersebut di atas dalam penyelenggaraan layanan
kesehatan yang terpadu di rumah sakit melalui Clinical Pathways.

Definisi

Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu


yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan
hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.1,2,3


Disampaikan pada Acara Pelatihan orkshop Clinical Pathways ARSADA Jawa Barat di Hotel Aston
Tropicana Bandung 25-26 Juli 2011.
1
Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix
di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober
2005.
2
Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di
rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005,
RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam
rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29
Desember 2005.
3
Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways
Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006.

1
Clinical Pathways dalam Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) dan Sistem
Pembiayaan Casemix

Clinical Pathways merupakan kombinasi pertemuan antar Clinical Governance


dan Sistem Pembiayaan Casemix. INA-DRG adalah versi Departemen
Kesehatan RI untuk sistem pembiayaan berdasarkan pendekatan sistem
casemix. Sistem casemix adalah suatu cara sistem pembiayaan berdasarkan
pengelompokan jenis diagnosis kasus yang homogen. Secara ringkasnya
sistem casemix terdiri dari 3 komponen utama – yakni kodefikasi diagnosis
(ICD 10) dan prosedur tindakan (ICD 9 CM), pembiayaan (costing) yang
dapat berupa top-down approach, activity based costing dan atau kombinasi
keduanya, dan clinical pathways. Untuk saat ini INA-DRG yang disusun
berdasarkan data dari 15 rumah sakit vertikal Depkes RI (tipe A, B dan
rumah sakit khusus) telah berhasil membuat 23 MDC (Major Diagnostic
Categories).

Upaya tersebut memang belum sempurna dan belum mencerminkan realitas


keadaan seluruh pelosok tanah air – namun sebagai titik tonggak awal, hal
tersebut merupakan suatu keberhasilan dalam membuat suatu sistem
pembiayaan layanan kesehatan rumah sakit dan usaha baik menuju kepastian
dan dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitas maupun validitas datanya
yang representatif untuk Indonesia. Sebagai sistem yang baru lahir INA-
DRG akan terus bergulir dan berkembang sesuai tuntutan perkembangan
layanan kesehatan baik nasional maupun regional.4

Sistem Casemix adalah suatu cara mengelola sumber daya rumah sakit
seefektif mungkin dalam memberikan layanan kesehatan yang terjangkau
kepada masyarakat berdasarkan pengelompokkan spektrum diagosis penyakit
yang homogen dan prosedur tindakan yang diberikan. 5,6,7,8,9 INA-DRG adalah

4
Firmanda D. Sosialisasi INA DRG: Konsep INA-DRG dan keterkaitannya dengan peningkatan mutu
pelayanan di rumah sakit. Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Kesehatan daerah (Rakerkesda) Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2009 di Hotel Grand Elite Kompleks Riau Business Centre, Pekanbaru
2 – 5 Maret 2009.
5
Goldman L. Cost-Effectiveness in a flat world — Can ICDs help the United States get rhythm? N
Engl J Med 2005;353(14 ):1513-5.
6
Dana B Mukame DB, Zwanziger J, Bamezai A. Hospital competition, resource allocation and quality
of care. BMC Health Services Research 2002; 2(10): 1472-81.
7
Diane Rowland D. Medicaid — Implications for the health safety net.N Engl J Med 2005;353(14):
1439-41.
8
Greally C. After 12 years of Casemix in Ireland, a major review leading to its modernisation and

2
variasi sistem casemix untuk Indonesia yang disusun berdasarkan data dari
15 rumah sakit vertikal, mempergunakan ICD 10 untuk diagnosis dan ICD 9
CM untuk prosedur tindakan serta biaya berdasarkan tarif yang berlaku pada
waktu tersebut. Dengan berakhirnya lisensi grouper INA-DRG terhitung
tanggal 30 September 2010, maka nama sitem Casemix INA-DRG berubah
menjadi INA-CBG10.

Untuk masa yang akan datang, bila telah berhasil terkumpul seluruh clinical
pathways – maka INA CBG akan lebih disempurnakan dengan menghitung
DRG Relative Weight dan Casemix Index serta Base Rate setiap
pengelompokkan jenis penyakit dan selanjutnya dapat membandingkan
(benchmarking) cost efficiency antar rumah sakit dalam memberikan layanan
kesehatan yang sama serta dapat menerapkan Comparative Effectiveness
(pengembangan implementasi dari ilmu Health Technology Assessment)11,12,13
yang saat ini menjadi tren di luar negeri.

Adapun peran profesi dalam sistem pembiayaan Casemix INA CBG dapat
dilihat sebagaimana dalam Gambar 1 berikut.

expansion as a central pillar in hospital funding policy. Ireland Department of Health, 2004.
9
Casemix Unit Department of Health and Children. Casemix Measurement in Irish Hospitals. Ireland
Department of Health, 2005.
10
Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan RI Nomor IR.03.01/
I/570710 Tanggal 18 Oktober 2010.
11
Firmanda D. Pedoman implementasi Health Technology Assessment (HTA) di rumah sakit.Disampaikan
pada Pertemuan Finalisasi Pedoman dan Draft Rekomendasi Hasil HTA 2008, diselenggarakan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel
Majesty, Bandung 27 – 30 Agustus 2008.
12
Firmanda D. Bringing Health Technology Assessment (HTA) into practice. Disampaikan pada Acara
Pelatihan Penapisan Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment/HTA) diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis Depkes RI, Hotel Bumikarsa Komplek Bidakara, 11 – 13
Agustus, 2009.
13
Firmanda D. Principles to guide technology adoption related to safety and patient-centredness for
clinical effectiveness. Presented at 4th Hospital Management Program from CHAMPS FKM-UI, Hotel
Novotel Palembang July 31 – August 1, 2009.

3
Gambar 1. Peran profesi dengan membuat Clinical Pathways dalam INA DRG
sebagai sistem pembiayaan Casemix.14

Standar Pelayanan Kedokteran, Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran,


Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Panduan Praktik Klinis (PPK)

Dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


1348/MENKES/PER/IX/2010 – yang digunakan adalah istilah Standar
Pelayanan Kedokteran (SPK) yang terdiri dari Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO). PNPK dibuat
oleh organisasi profesi dan disahkan oleh Menteri Kesehatan RI, sedangkan

14
Firmanda D. Peran Profesi IDAI dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dalam Sistem
Pembiayaan Casemix. Disampaikan pada acara pertemuan perhimpunan profesi dan kolegium dengan
P2JK di Bali 23-25 November 2009 dan di Batam 7-9 April 2010.

4
SPO dibuat di tingkat rumah sakit oleh profesi medis dengan koordinator
Komite Medis dan ditetapkan penggunaannya di rumah sakit tersebut oleh
pimpinan (direktur). Secara sederhana peraturan tersebut dapat dilihat
sebagaimana dalam Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Ringkasan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


1348/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran – PNPK,
SPO dan PPK.

Standar Pelayanan Kedokteran tersebut tidak identik dengan Buku Ajar,


Text-books ataupun catatan kuliah yang digunakan di perguruan tinggi.
Karena Standar Pelayanan Kedokteran merupakan alat/bahan yang
diimplementasikan pada pasien; sedangkan buku ajar, text-books, jurnal,

5
bahan seminar maupun pengalaman pribadi adalah sebagai bahan
rujukan/referensi dalam menyusun Standar Pelayanan Kedokteran.

Standar Prosedur Operasional untuk profesi medis di rumah sakit dalam


bentuk Panduan Praktik Klinis15 - pada umumnya dapat diadopsi dari Panduan
Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang telah dibuat oleh organisasi
profesi masing masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengan kondisi
sarana dan kompetensi yang ada di rumah sakit. Bila PNPK yang telah dibuat
oleh organisasi profesi tersebut dan telah disahkan oleh Menteri Kesehatan
RI serta sesuai dengan kondisi rumah sakit – maka tinggal disepakati oleh
anggota profesi (SMF) terkait sebagai Panduan Praktik Klinis (PPK) dan
disahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur rumah sakit tersebut.

Namun bila PNPK tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi
rumah sakit atau dalam PNPK belum mencantumkan jenis penyakit yang sesuai
dengan keadaan epidemiologi penyakit di daerah/rumah sakit tersebut –
maka profesi di rumah sakit tersebut wajib membuat Panduan Praktik Klinis
(PPK) untuk rumah sakit tersebut dan disahkan penggunaannya di rumah sakit
oleh direktur rumah sakit.

Dalam menyusun PNPK dari organisasi profesi maupun PPK untuk rumah sakit -
profesi medis memberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical
effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapi
berdasarkan pendekatan evidence-based medicine. Secara ringkasnya
langkah tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

15
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1348/MENKES/PER/IX/2010

6
PNPK/PPK

Gambar 3. Langkah umum dalam kajian literatur melalui pendekatan evidence-


based, tingkat evidens dan rekomendasi dalam proses penyusunan Standar
Pelayanan Kedokteran bentuk Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK)
dan atau Panduan Praktik Klinis (PPK).

7
Sedangkan Format Panduan Praktik Klinis (PPK) adalah sebagaimana contoh
berikut dalam Gambar 4 sampai 6.

Gambar 14. Format Panduan Praktik Klinis Komite Medik RSUP Fatmawati (1)

8
Gambar 5. Format Panduan Praktik Klinis Komite Medik RSUP Fatmawati (2)

9
Gambar 6. Format Panduan Praktik Klinis Komite Medik RSUP Fatmawati (3)

10
Proses selanjutnya setelah menyusun Panduan Praktik Klinis (PPK) Rumah
Sakit adalah membuat Clinical Pathways sebagai salah satu komponen dari
Sistem Casemix (INA DRG) yang saat ini dipergunakan untuk Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (Jamkesmas) di rumah sakit.

Clinical Pathways

Definisi

Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu


yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan
hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah
sakit.16,17,18

Prinsip prinsip dalam menyusun Clinical Pathways

Dalam membuat Clinical Pathways penanganan kasus pasien rawat inap di


rumah sakit harus bersifat:

a. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara


terpadu/integrasi dan berorientasi fokus terhadap pasien (Patient
Focused Care) serta berkesinambungan (continuous of care)
b. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat/bidan, penata,
laboratoris dan farmasis)
c. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan
perjalanan penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian

16
Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix
di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober
2005.
17
Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di
rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005,
RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam
rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29
Desember 2005.
18
Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways
Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006.

11
(untuk kasus rawat inap) atau jam (untuk kasus gawat darurat di unit
emergensi).
d. Pencatatan CP seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien
secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentuk
dokumen yang merupakan bagian dari Rekam Medis.
e. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan CP dicatat sebagai
varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit.
f. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit
penyerta atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors).
g. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.

Clinical Pathways tersebut dapat merupakan suatu Standar Prosedur


Operasional yang merangkum:
a. Profesi medis: Standar Pelayanan Medis dari setiap Kelompok Staf
Medis/Staf Medis Fungsional (SMF) klinis dan penunjang.
b. Profesi keperawatan: Asuhan Keperawatan
c. Profesi farmasi: Unit Dose Daily dan Stop Ordering
d. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap dan Operasi dari Sistem Kelompok
Staf Medis/Staf Medis Fungsional (SMF), Instalasi dan Sistem
Manajemen Rumah Sakit.

Langkah langkah penyusunan Clinical Pathways

Langkah langkah dalam menyusun Format Clinical Pathways yang harus


diperhatikan:
1. Komponen yang harus dicakup sebagaimana definisi dari Clinical
Pathways
2. Manfaatkan data yang telah ada di lapangan rumah sakit dan kondisi
setempat19 seperti data Laporan RL2 (Data Keadaan Morbiditas
Pasien) yang dibuat setiap rumah sakit berdasarkan Buku Petunjuk
Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit20 dan sensus
harian untuk:

19
Firmanda D. Kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM: indikator mutu rekam medik dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada Sosialisasi Pola Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit. Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI
di Hotel Panghegar Bandung 1-3 Juni 2006.
20
Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah
Sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.

12
a. Penetapan judul/topik Clinical Pathways yang akan dibuat.
b. Penetapan lama hari rawat.
3. Untuk variabel tindakan dan obat obatan mengacu kepada Standar
Pelayanan Medis, Standar Prosedur Operasional dan Daftar Standar
Formularium yang telah ada di rumah sakit setempat, Bila perlu
standar standar tersebut dapat dilakukan revisi sesuai kesepakatan
setempat.
4. Pergunakan Buku ICD 10 untuk hal kodefikasi diagnosis dan ICD 9 CM
untuk hal tindakan prosedur sesuai dengan profesi/SMF masing
masing.26

Persiapan dalam penyusunan Clinical Pathways

Agar dalam menyusun Clinical Pathways terarah dan mencapai sasaran serta
efisien waktu, maka diperlukan kerjasama dan koordinasi antar profesi di
SMF, Instalasi Rawat Inap (mulai dari gawat darurat, ruangan rawat inap,
ruangan tindakan, instalasi bedah, ICU/PICU/NICU) dan sarana penunjang
(instalasi gizi, farmasi, rekam medik, akuntasi keuangan, radiologi dan
sebagainya).
1. Profesi Medis – mempersiapkan Standar Pelayanan Medis (SPM/SPO)
sesuai dengan bidang keahliannya. Profesi Medis dari setiap divisi
berdasarkan data dari rekam medis diatas - mempersiapkan
SPM/SPO, bila belum ada dapat menyusun dulu SPM/SPOnya sesuai
kesepakatan.
2. Profesi Rekam Medis/Koder – mempersiapkan buku ICD 10 dan ICD 9
CM, Laporan RL1 sampai dengan 6 (terutama RL2). Profesi Rekam
Medis membuat daftar 5 - 10 penyakit utama dan tersering dari setiap
divisi SMF/Instalasi dengan kode ICD 10 serta rerata lama hari rawat
berdasarkan data laporan morbiditas RL2.
3. Profesi Perawat – mempersiapkan Asuhan Keperawatan.
4. Profesi Farmasi – mempersiapkan Daftar Formularium, sistem unit
dose dan stop ordering.
5. Profesi Akuntasi/Keuangan – mempersiapkan Daftar Tarif rumah sakit

Setiap varians yang didapatkan akan dilakukan tindak lanjut dalam bentuk
pelaksanaan audit medis sebagaimana yang dianjurkan dalam Undang Undang
RI Nomor 29 Tahun 2004 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
755/Menkes/Per/IV/2011.

13
Peran Clinical Pathways dalam Mutu di Rumah Sakit

Secara ringkas berbagai manfaat dari implementasi Clinical Pathways sebagai


instrumen pelayanan berfokus kepada pasien (patient-focused care),
terintegrasi, berkesinambungan dari pasien masuk dirawat sampai pulang
sembuh (continuous care), jelas akan dokter/perawat penanggung jawab
pasien (duty of care), utilitas pemeriksaan penunjang, penggunaan obat
obatan termasuk antibiotika, prosedur tindakan operasi, antisipasi
kemungkinan terjadinya medical errors (laten dan aktif, nyaris terjadi
maupun kejadian tidak diharapkan/KTD) dan pencegahan kemungkinan cedera
(harms) serta infeksi nosokomial dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety), mendeteksi dini titik titik potensial berisiko selama proses layanan
perawatan pasien (tracers methodology) dalam rangka manajemen risiko
(risks management), rencana pemulangan pasien (patient discharge) , upaya
peningkatan mutu layanan berkesinambungan (continuous quality
improvement) baik dengan pendekatan tehnik TOC (Theory of Constraints)
untuk sistem maupun individu profesi, penulusuran kinerja (performance)
individu profesi maupun kelompok (team-work) sebagaimana dalam Gambar 7
berikut.

14
Gambar 7. Manfaat Clinical Pathways ditinjau dari berbagai aspek.

Secara langsung dengan Clinical Pathways dapat menilai pengelolaan obat dan
bahan habis pakai (drugs and laboratory reagents management) yang efisien
melalui kebijakan unit daily dosage, stop ordering, monitoring efek samping
obat (MESO), klasifikasi penggunaan obat yang bersifat fast-moving, slow-
moving dan stagnan sehingga penumpukan obat/reagens di depo/gudang obat
instalasi farmasi dapat dicegah sebagaimana dalam Gambar 8 berikut.

15
8
.

Sedangkan akan manfaat Clinical Pathways untuk pihak pasien, profesi dan
rumah sakit selaku institusi layanan kesehatan publik secara sederhana dapat
dilihat pada Gambar 9 dan untuk pihak penyandang dana/biaya dari asuransi
kesehatan dan pemerintah (pusat/daerah) sebagaimana dalam Gambar 10.

16
Gambar 9. Manfaat Clinical Pathways untuk pasien, profesi dan rumah sakit.

Gambar 10. Manfaat Clinical Pathways bagi penyandang dana/anggaran biaya


(asuransi dan pemerintah)

17
Peran Clinical Pathways dalam pendidikan kesehatan/kedokteran di Rumah
Sakit Utama maupun Jejaring

Manfaat Clinical Pathways untuk bidang pendidikan kesehatan/kedokteran


(maupun spesialis) di rumah sakit pendidikan/jejaringnya dapat dipergunakan
sebagai jembatan dalam rangka implementasi penilaian peserta didik berbasis
komptensi (medical education assessment tools) yang dirangkum dalam cara
Workplace-Based Assessment (WPBA)21 dalam bentuk portfolio berjenjang,
Mini-CEX, Case-based Discussion (Cb-D), DOPS, Mini-PAT22 dan Script
Concordance Test (SCT)23 yang merupakan standar internasional yang dianut
di dunia pendidikan saat ini (Gambar 11).

21
Firmanda D. Implementation of Workplace-based Assessment in Indonesian Pediatrics Teaching
Institutions. Disampaikan pada Kongres Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV di Manado, 10-14 Juli
2011.
22
Firmanda D. Implementation of Portfolios, Mini-CEX, DOPS, CB-D and Mini-PAT in Department of
Pediatrics Fatmawati Hospital Jakarta. Disampaikan pada Kongres Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA)
XV di Manado, 10-14 Juli 2011.
23
Firmanda D. Script Concordance Test dalam Buku Rampai Pendidikan Dokter Spesialis Anak.
Disampaikan pada Sidang Pleno Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia di Kongres Ilmu Kesehatan
Anak (KONIKA) XV di Manado, 10-14 Juli 2011.

18
Gambar 11. Manfaat Clinical Pathways untuk pendidikan kedokteran di rumah
sakit dalam bentuk Workplace-based Assessment (WPBA).18-20

19
Peran Clinical Pathways dalam penelitian kesehatan/kedokteran di Rumah
Sakit

Disamping itu Clinical Pathways dapat dipergunakan untuk penelitian


deskriptif dan analitik baik secara cross-sectional, prospektif maupun
retrospektif untuk bidang kedokteran klinis, manajemen dan kesehatan
lainnya sebagaimana contoh berikut yang pernah disampaikan pada Pertemuan
Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak III di Yogyakarta pada tahun 2007.
Hasil penelitian tersebut merupakan input dalam rangka penerapan
implementasi Evidence-based Medicine (EBM) sesuai keadaan dan kondisi
setempat – baik untuk prevalensi penyakit (pre-test probability) dan
perhitungan likelihood ratio positive dalam rangka penegakkan diagnosis dan
terapi pertimbangan pemilihan obat berdasarkan NNT (numbers need to
treat) maupun NNH (numbers need to harms) serta pertimbangan CBE (Cost-
Benefit Effectiveness), juga mencari nilai cost-weight, case-mix index dan
base rate dari kasus penyakit tersebut sebagaimana contoh dalam Gambar 12
berikut.21

24
Gambar 12. Penelitian prospektif Clinical Pathways Pneumonia
24
Firmanda D. Implementasi Clinical Pathways Pneumonia. Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan

20
Manfaat Clinical Pathways dalam Akreditasi Rumah Sakit

Konsep. konstruksi maupun model implementasi Clinical Pathways secara tidak


langsung sebagaimana diutarakan diatas bahwa:

Clinical Pathways sebagai instrumen pelayanan berfokus kepada pasien


(patient-focused care), terintegrasi, berkesinambungan dari pasien masuk
dirawat sampai pulang sembuh (continuous care), jelas akan dokter/perawat
penanggung jawab pasien (duty of care), utilitas pemeriksaan penunjang,
penggunaan obat obatan termasuk antibiotika, prosedur tindakan operasi,
antisipasi kemungkinan terjadinya medical errors (laten dan aktif, nyaris
terjadi maupun kejadian tidak diharapkan/KTD) dan pencegahan kemungkinan
cedera (harms) serta infeksi nosokomial dalam rangka keselamatan pasien
(patient safety), mendeteksi dini titik titik potensial berisiko selama proses
layanan perawatan pasien (tracers methodology) dalam rangka manajemen
risiko (risks management), rencana pemulangan pasien (patient discharge) ,
upaya peningkatan mutu layanan berkesinambungan (continuous quality
improvement) baik dengan pendekatan tehnik TOC (Theory of Constraints)
untuk sistem maupun individu profesi, penulusuran kinerja (performance)
individu profesi maupun kelompok (team-work).

Merupakan suatu rangkaian sistem yang dapat dipergunakan sebagai


instrumen untuk memenuhi persyaratan penilaian Akreditasi dari Komite
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi baru maupun dari Joint Commission
International for Hospital (JCI) versi 2011 untuk standar standar dalam
Section I. Patient Centered Standard maupun dalam Section II. Healthcare
Organization Management Standard sebagaimana ilustrasi Gambar 13 sampai
15 berikut.

(PIT) Ilmu Kesehatan Anak III di Yogyakarta, Juli 2007.

21
Gambar 13. Clinical Pathways dan JCI 2011 Accreditation Standards

Gambar 14. Sistematika dalam JCI 2011 Hospital Standards dan Penilaiannya

22
Gambar 15. Clinical Pathways dan tehnik Tracer Methodology yang digunakan
oleh surveyor dalam rangka Akreditasi JCI 2011
Kesimpulan:

Dari uraian singkat diatas – dengan hanya selembar Clinical Pathways -


merupakan suatu instrumen yang komprehensif merangkum secara terpadu
bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian maupun akreditasi serta
sekaligus memenuhi seluruh tiga tujuan dari Undang Undang RI Nomor 29
Tahun 2004 dan empat tujuan Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009.
Bahkan bila dilaksanakan Clinical Pathways secara konsisten dimana akan
didapatkan data data cost-weight, casemix index dan base-rate secara
lengkap (untuk micro-system) akan dapat disusun suatu National Health
Accounts sehingga Universal Coverage akan lebih mudah tercipta dan Undang
Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 untuk bidang kesehatan terwujud (secara
macro-system).

Terima kasih, semoga bermanfaat.


Jakarta 20 Juli 2011
Dody Firmanda
Ketua Komite Medik
RSUP Fatmawati Jakarta.
http://www.scribd.com/Komite%20Medik

23
LAMPIRAN

FORMAT UMUM
PENYUSUNAN
CLINICAL PATHWAYS

PENGURUS DAERAH JAWA BARAT


ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH SELURUH INDONESIA
(ARSADA)
Sekretariat : RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi Kode Pos 43113 Telp. 0266 225181
Fax 0266 212988 Email : info.arsada.jabar@gmail.com http://arsada-jabar.blogspot.com/

24
CLINICAL PATHWAYS
ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH JAWA BARAT
……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR HR HR
10 11 12
HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS ..
Diagnosis:
 Penyakit Utama
 Penyakit Penyerta
 Komplikasi
Asessmen Klinis:
 Pemeriksaan dokter …………..
 Konsultasi …………..
Pemeriksaan Penunjang:
…………..
Tindakan: …………..
Obat obatan:
 …………………………… ………………
 …………………………… ………………
 ………………………….. ………………
Nutrisi: …………..
Mobilisasi: …………..
Hasil (Outcome):
 …………………………..
 …………………………..
 …………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya …………..
Perawat Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
 Utama ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
……………………
Dokter  Penyerta ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Penanggung ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
(DPJP):  Komplikasi ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….

25
CLINICAL PATHWAYS
ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH JAWA BARAT
……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS

Diagnosis:
 Penyakit Utama
 Penyakit Penyerta
 Komplikasi
Asessmen Klinis:
 Pemeriksaan dokter ………..
 Konsultasi ………..
Pemeriksaan Penunjang: ………..
Tindakan: ………..
Obat obatan:
 …………………………… ……………
 …………………………… ……………
 ………………………….. ……………
Nutrisi: ………..
Mobilisasi: ………..
Hasil (Outcome):
 …………………………..
 …………………………..
 …………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya ………..
Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
……………………
PPDU: ……………  Utama ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
PPDS: ……………  Penyerta ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Dokter ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
Penanggung ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien  Komplikasi ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
(DPJP): ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….

26
CLINICAL PATHWAYS
ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH JAWA BARAT
……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5
Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
Diagnosis:
 Penyakit Utama ………………. …………… …………… …………… ……………
 Penyakit Penyerta ………………. …………… …………… …………… ……………
 Komplikasi ………………. …………… …………… …………… ……………
Asessmen Klinis:
 Pemeriksaan dokter ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
 Konsultasi ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Pemeriksaan Penunjang: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Tindakan: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Obat obatan:
 …………………………… ………………. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ………………
 …………………………… ………………. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ………………
 ………………………….. ……………. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ………………
Nutrisi: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Mobilisasi: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Hasil (Outcome):
 ………………………….. ………………. …………… …………… …………… ……………
 ………………………….. ………………. …………… …………… …………… ……………
 ………………………….. ………………. …………… …………… …………… ……………
Pendidikan/Rencana ………………. …………… …………… …………… ……………
Pemulangan:
Varians: ………………. …………… …………… …………… ……………
……………… …………… …………… …………… ……………
Jumlah Biaya ………..
Perawat : Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
……………………  Utama ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….

Dokter  Penyerta ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….


Penanggung ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
(DPJP):  Komplikasi ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….

27
CLINICAL PATHWAYS
ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH JAWA BARAT
……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Rawat 6
Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
Diagnosis:
 Penyakit Utama
 Penyakit Penyerta
 Komplikasi
Asessmen Klinis:
 Pemeriksaan dokter …………..
 Konsultasi …………..
Pemeriksaan Penunjang:
…………..
Tindakan: …………..
Obat obatan:
 …………………………… ……………….
 …………………………… ………………
 ………………………….. ……………….
Nutrisi: …………..
Mobilisasi: …………..
Hasil (Outcome):
 …………………………..
 …………………………..
 …………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya …………..
Perawat Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
 Utama ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
……………………
Dokter  Penyerta ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Penanggung ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
(DPJP):  Komplikasi ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
............................. ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….

28
CLINICAL PATHWAYS
ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH JAWA BARAT
……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat
1 2 3 4 5 6 7
Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit..
Diagnosis:
 Penyakit Utama
 Penyakit Penyerta
 Komplikasi
Asessmen Klinis:
 Pemeriksaan dokter ………..
 Konsultasi ………..
Pemeriksaan Penunjang: ………..
Tindakan: ………..
Obat obatan:
 …………………………… ………..
 …………………………… ………..
 ………………………….. ……......
Nutrisi: ………..
Mobilisasi: ………..
Hasil (Outcome):
 …………………………..
 …………………………..
 …………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya ………
Perawat Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
 Utama ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
……………………
Dokter  Penyerta ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Penanggung ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
(DPJP):  Komplikasi ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ………..  ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ………..  ……………………………………… ……………….

29
INSTRUMEN
PENILAIAN MONITORING DAN EVALUASI
DALAM PENYUSUNAN DAN
IMPLEMENTASI
CLINICAL PATHWAYS (C P)

30
DAFTAR ISTILAH

Clinical Pathways adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang


merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien
berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan
yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka
waktu tertentu selama di rumah sakit.

Sistem DRG Casemix adalah sistem pembiayaan berdasarkan pengelompokan dan


pembauran penatalaksanaan pasien dalam hal diagnosis (utama,
pnyakit penyerta/komorbid dan komplikasi) dan prosedur tindakan
dengan menggunakan kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 – CM serta
penghitungan biaya secara pendekatan top-down, activity based
atau kombinasi keduanya dari setiap langkah dalam Clinical
Pathways (CP).

Clinical Governance (CG) adalah satu kerangka konsep sistem mutu dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu di sarana/fasilitas
pelayanan kesehatan yang terdiri dari:
1. pengelolaan secara transparan, adil dan akauntabel
2. clinical effectiveness
3. manajemen risiko klinis
4. audit medis
5. pendidikan, pengembangan dan penelitian profesi

Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah proses pelayanan pasien yang aman,
terdiri dari:
1. Asesmen risiko
2. Identifikasi dan manajemen risiko
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Tindak lanjut dan solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

31
S1 Profesi Medis

S1 P1 Komite Medik dan Kelompok Staf Medis (SMF)

Nilai Kriteria

0 Belum ada organisasi profesi dalam bentuk Komite Medik dan


Kelompok Staf Medis (SMF)

1 Telah ada organisasi profesi dalam bentuk Komite Medik dan


Kelompok Staf Medis (SMF), akan tetapi belum/tidak sesuai
dengan yang dianjurkan sebagaimana dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

2 Telah ada organisasi dan sesuai dengan Peraturan Menteri


Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011, akan tetapi belum
disahkan oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat Keputusan
(SK).

3 Organisasi tersebut telah ada SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi


belum melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung
jawabnya.

4 Telah melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung


jawabnya dari organisasi tersebut dan ada bukti tertulis akan kegiatan
tersebut.

5 Telah melakukan evaluasi dan revisi dari organisasi Komite Medik


dan SMF.

32
S1 P2 Standar Pelayanan Kedokteran (SPK), Standar Prosedur Operasional (SPO)
dan Panduan Praktik Klinis (PPK) dari profesi medis

Nilai Kriteria

0 Belum ada Format SPK/SPO/PPK dari Komite Medik untuk seluruh


Kelompok Staf Medis (SM F)

1 Telah ada Format SPM/SPO dari Komite Medik untuk seluruh Staf
Medis Fungsional (SMF), akan tetapi belum seluruh SMF membuat
SPK/SPO/PPK sesuai profesinya masing masing.

2 Telah ada SPK/SPO/PPK, akan tetapi belum disahkan


penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat
Keputusan (SK).

3 SPK/SPO/PPK tersebut telah disahkan penggunaannya dalam


bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum sosialisasikan
kepada seluruh staf medis sesuai dengan bidang profesinya masing
masing.

4 Telah melakukan implementasi SPK/SPO/PPK tersebut dan ada


bukti tertulis telah melakukan audit medis.

5 Telah melakukan evaluasi dan revisi dari SPK/SPO/PPK tersebut.

33
S2 Profesi Keperawatan

S2 P1 Asuhan Keperawatan

Nilai Kriteria

0 Belum ada Format Asuhan Keperawatan dari Komite/Bidang


Keperawatan untuk seluruh Kelompok Staf Keperawatan dan
Penata sesuai dengan bidangnya masing masing

1 Telah ada Format Asuhan Keperawatan dari Komite/Bidang


Keperawatan, akan tetapi belum seluruh Kelompok Staf
Keperawatan dan Penata Asuhan Keperawatan sesuai bidang
masing masing.

2 Telah ada Asuhan Keperawatan, akan tetapi belum disahkan


penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat
Keputusan (SK).

3 Asuhan Keperawatan tersebut telah disahkan penggunaannya dalam


bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum sosialisasikan
kepada seluruh staf perawat dan penata sesuai dengan bidangnya
masing masing.

4 Telah melakukan implementasi Asuhan Keperawatan tersebut dan


ada bukti tertulis telah melakukan PSBH.

5 Telah melakukan evaluasi dan revisi dari Asuhan Keperawatan


tersebut.

34
S3 Profesi Apoteker/Farmasis

S3 P1 Daftar Formularium Rumah Sakit

Nilai Kriteria
0 Belum ada Format Daftar Formularium Rumah Sakit dari
Panitia/Komite/Tim Farmasi dan Terapi.

1 Telah ada Format Daftar Formularium Rumah Sakit, akan


tetapi tidak melibatkan seluruh perwakilan dari SMF dan
profesi apoteker/farmasis dalam penyusunan Daftar
Formularium Rumah Sakit.

2 Telah ada Daftar Formularium Rumah Sakit, akan tetapi


belum disahkan penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit
dalam bentuk Surat Keputusan (SK).

3 Daftar Formularium Rumah Sakit tersebut telah disahkan


penggunaannya dalam bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan
tetapi belum sosialisasikan kepada seluruh staf profesi medis
dan apoteker/farmasis.

4 Ada bukti tertulis telah melakukan monitoring penggunaan dan


laporan (feed back) Daftar Formularium Rumah Sakit .

5 Telah melakukan evaluasi dan revisi Daftar Formularium


Rumah Sakit .

35
S3 P2 Unit Dose Daily (UDD)

Nilai Kriteria

0 Belum ada format Unit Dose Daily (UDD) Rumah Sakit dari
Panitia/Komite/Tim Farmasi dan Terapi.

1 Telah ada Unit Dose Daily (UDD), akan tetapi tidak melibatkan
seluruh perwakilan dari SMF dan profesi apoteker/farmasis
dalam penyusunan format Unit Dose Daily (UDD).

2 Telah ada Unit Dose Daily (UDD), akan tetapi belum disahkan
penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat
Keputusan (SK).

3 Unit Dose Daily (UDD) telah disahkan penggunaannya dalam


bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum
sosialisasikan kepada seluruh staf profesi medis dan apoteker/fa
rmasis.

4 Ada bukti tertulis telah melakukan monitoring penggunaan dan


laporan (feed back) Unit Dose Daily (UDD) .

5 Telah melakukan evaluasi dan revisi Unit Dose Daily (UDD).

36
S3 P3 Stop Ordering (SO)

Nilai Kriteria

0 Belum ada format Stop Ordering (SO) dari Panitia/Komite/Tim


Farmasi dan Terapi.

1 Telah ada Stop Ordering (SO), akan tetapi tidak melibatkan


seluruh perwakilan dari KSM/SMF dan profesi apoteker/farmasis
dalam penyusu nan format Stop Ordering (SO).

2 Telah ada Stop Ordering (SO), akan tetapi belum disahkan


implementasinya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat
Keputusan (SK).

3 Stop Ordering (SO)telah disahkan implementasinya dalam bentuk


SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum sosialisasikan
kepada seluruh staf profesi medis dan a pote ke r/f a rmas is.

4 Ada bukti tertulis telah melakukan monitoring implementasi Stop


Ordering (SO) .

5 Telah melakukan evaluasi dan revisi format Stop Ordering (SO).

37
S4 Clinical Pathways (ICP)

S4 P1 Format Integrated Clinical Pathways (ICP) tingkat Rumah Sakit

Nilai Kriteria

0 Belum ada Format Clinical Pathways (CP) dari Komite Medik

1 Telah ada Format Clinical Pathways (CP) Rumah Sakit, akan


tetapi tidak melibatkan seluruh perwakilan dari SMF,
Komite/Bidang Keperawatan dan profesi apoteker/farmasis
dalam penyusunan format tersebut.

2 Telah ada Format Clinical Pathways (CP), akan tetapi belum


disahkan penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit dalam
bentuk Surat Keputusan (SK).

3 Format Clinical Pathways (CP) tersebut telah disahkan


penggunaannya dalam bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan
tetapi belum sosialisasikan kepada seluruh staf profesi medis,
staf perawat/penata dan apoteker/farmasis.

4 Ada bukti tertulis telah membuat sekurangnya 5 (lima) jenis


Clinical Pathways (CP) yang berbeda berdasarkan prioritas dan
disusun sesuai dengan SPK/SPO/PPK dan Asuhan
Keperawatan serta Daftar Formularium Rumah Sakit.

5 Telah melakukan uji coba pelaksaan sekurangnya 5 (lima) jenis


Clinical Pathways (CP) akan tetapi belum melaksanakan
evaluasi/audit..

6 Ada bukti tertulis telah melaksanakan evaluasi/audit uji coba


pelaksaan sekurangnya 5 (lima) jenis Clinical Pathways (CP).

7 Ada bukti tertulis telah melakukan revisi atas uji coba format
Clinical Pathways (CP).

38
S4 P2 Clinical Pathways (ICP) tingkat SMF

Nilai Kriteria

0 Belum ada SMF Departemen/Bagian yang membuat Clinical


Pathways (CP) sesuai format dari Komite Medik RS.

1 Telah ada sekurangnya setengah dari jumlah SMF dengan


minimal 3 Clinical Pathways (CP) yang berbeda sesuai prioritas
dan disusun sesuai dengan SPK/SPO/PPK dan Asuhan
Keperawatan serta Daftar Formularium Rumah Sakit.

2 Telah melakukan Clinical Pathways (CP) tersebut di atas akan


tetapi belum melaksanakan evaluasi/audit.

3 Ada bukti tertulis telah melaksanakan evaluasi/audit terhadap


Clinical Pathways (CP) di atas.

4 Ada bukti tertulis telah melakukan revisi atas Clinical Pathways


(CP) di atas.

5 Seluruh SMF dengan minimal 3 Clinical Pathways (CP) yang


berbeda sesuai prioritas dan disusun sesuai dengan SPK/SPO/
PPK dan Asuhan Keperawatan serta Daftar Formularium RS.

6 Seluruh SMF telah melakukan audit terhadap 3 Clinical


Pathways (CP) masing masing.

7 Ada bukti tertulis Seluruh SMF telah melakukan revisi terhadap 3


Clinical Pathways (CP) masing masing.

39
S4 P3 Kodefikasi Clinical Pathways (CP) tingkat SMF berdasarkan ICD 10 dan ICD
9 – CM.

Nilai Kriteria

0 Belum ada KSM/SMF/Departemen/Bagian yang membuat


kodefikasi sesuai ICD 10 dan ICD 9 – CM dalam Clinical
Pathways (CP) sesuai format dari Komite Medis RS.

1 Telah ada kodefikasi sekurangnya setengah dari jumlah SMF


dengan minimal 3 Clinical Pathways (CP) yang berbeda sesuai
prioritas dan disusun sesuai dengan SPK/SPO/PPK dan Asuhan
Keperawatan serta Daftar Formularium Rumah Sakit.

2 Telah melakukan kodefikasi Clinical Pathways (CP) tersebut di atas


akan tetapi belum melaksanakan evaluasi/audit.

3 Ada bukti tertulis telah melaksanakan monitoring kodefikasi


terhadap Clinical Pathways (CP) di atas.

4 Ada bukti tertulis telah melakukan feed back tentang kodefikasi


Clinical Pathways (CP) di atas.

5 Seluruh SMF dengan minimal 3 Clinical Pathways (CP) yang


berbeda sesuai prioritas dan disusun sesuai dengan
SPK/SPO/PPK dan Asuhan Keperawatan serta Daftar
Formularium Rumah Sakit telah melaksanakan kodefikasi sesuai
ICD 10 dan ICD 9 - CM.

6 Bagian Rekam Medik telah melakukan monitoring dan


Memberikan feed back kepada seluruh SM F

40
S4 P5 Varians Clinical Pathways (CP) tingkat SMF .

Nilai Kriteria

0 Tidak ada catatan tentang varians dalam Clinical Pathways


sesuai format dari Komite Medik RS.

1 Ada catatan dan pelaporan tenatng varians

2 Ada tindak lanjut atas varians yang ditemukan/dilaporkan.

3 Ada bukti tertulis telah melakukan feed back tentang


varians dalam Clinical Pathways (CP) di atas.

4 Ada bukti tertulis telah melaksanakan revisi Clinical


Pathways (CP) atas varians di atas.

41
FORMAT PENILAIAN SELF-ASSESSMENT: MONITORING DAN EVALUASI
PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAYS RS …………………………………………
Tahun : ……………………………………
Nilai Standar dan Parameter Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jun Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
S1 Profesi Medis
 S1P1 Komite Medik/SMF …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
 S1P2 SPM/PPK/SPO …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
S2 Profesi Keperawatan
 S2P1 Asuhan Keperawatan …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
S3 Profesi Apoteker
 S3P1 Formularium RS …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
 S3P2 Unit Dose Daily (UDD) …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
 S3P3 Stop Ordering (S0) …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
S4 Clinical Pathways
 S4P1 Tingkat RS …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
 S4P2 Tingkat SMF …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
 S4P3 Kodefikasi …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
 S4P4 Varians …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
Jumlah Clinical Pathways disusun: …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
Jumlah Clinical Pathways …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
diimplementasikan:
Jumlah Clinical Pathways direvisi: …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……..
42

Anda mungkin juga menyukai