i
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI 1
B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI DAN ISU 6
STRATEGIS YANG DIHADAPI
C. SISTEMATIKA 9
BAB II : PERENCANAAN KERJA 10
A. PERENCANAAN KINERJA 10
B. PERJANJIAN KINERJA 12
BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA 13
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 13
B. REALISASI ANGGARAN 33
C. SUMBER DAYA LAINNYA 34
BAB IV : PENUTUP 39
LAMPIRAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Tahun 2015 iii
DAFTAR TABEL
Sedangkan untuk jumlah Tempat Tidur (TT) di RS sampai saat ini sebanyak 319.559
yang terdiri dari TT Kelas VVIP sebanyak 5.625, TT Kelas VIP sebanyak 25.752, TT
Kelas I sebanyak 39.623, TT Kelas II sebanyak 55.820, TT Kelas III sebanyak 119.060,
TT Ruang ICU sebanyak 6.876, TT Ruang PICU sebanyak 1.392, TT Ruang NICU
sebanyak 3.262, TT Ruang ICCU sebanyak 1.163, TT Ruang HCU sebanyak 3.966, TT
Ruang IGD sebanyak 13.391, TT Ruang Perinatologi sebanyak 20.556, TT Ruang
Operasi sebanyak 5.906, TT Ruang Bersalin sebanyak 10.959. dan TT Ruang Isolasi
sebanyak 6.255. Jika dilihat dari komposisinya, jumlah TT Kelas III merupakan
komposisi paling besar yaitu 37,3% dari total TT di RS.
Dalam rangka pencapaian visi 2019, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan telah
menetapkan suatu peta strategi yang menggambarkan hipotesis jalinan sebab akibat
dari 17 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan prioritas strategis
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan yang diperlukan guna memampukannya
dalam mencapai target kinerja yang berkelanjutan di masa yang akan datang).
Peta strategi disusun untuk mencapai visi Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tahun 2019 menciptakan Akses pelayanan kesehatan rujukan yang terjangkau dan
berkualitas bagi masyarakat. Visi tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk 1 (satu)
tujuan strategis (outcome), yaitu tersedianya fasyankes rujukan berkualitas yang dapat
dijangkau oleh masyarakat.
Tersedianya fasyankes rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh masyarakat
dapat dicapai dengan memastikan proses-proses strategis berikut dikerjakan secara
excellent yakni: mewujudkan Regionalisasi Sistem Rujukan yang Terstruktur dan
Berjenjang, mewujudkan Sistem Manajemen Kinerja Fasyankes Rujukan se
Indonesia,mewujudkan Media Sosilisasi Pelayanan Kesehatan, melakukan advokasi
C. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan terdiri dari:
Bab I Pendahuluan
A. Penjelasan Umum Organisasi
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi
C. Sistematika
Bab II Perencanaan Kinerja
A. Perencanaan Kinerja
B. Perjanjian Kinerja
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
B. Realisasi Anggaran
C. Sumber Daya Lainnya
Bab IV Penutup
Lampiran
A. PERENCANAAN KINERJA
Indikator kinerja yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 untuk
mencapai sasaran program yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari masing-
masing Direktorat mengalami perubahan dengan adanya perubahan Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
Indikator Kinerja yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat Pelayanan
Kesehatan Rujukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 64 tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut:
Sasaran Target
No Indikator
Program 2015 2016 2017 2018 2019
Perubahan Indikator Kinerja yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat
Pelayanan Kesehatan Rujukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 64 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI adalah sebagai berikut :
Sasaran Target
No Indikator
Program 2015 2016 2017 2018 2019
Tabel 4. Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan
Target Tahun 2016 Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Sasaran Indikator kinerja Target 2016
Program
Tersedianya 1 Persentase kabupaten/kota dengan 70%
Fasyankes kesiapan akses layanan rujukan
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional yang dimaksud dengan Kab/Kota dengan kesiapan akses
layanan rujukan adalah Kab/Kota yang memiliki:
1) Rasio TT di RS dan Klinik Utama dibanding penduduk 1:1000
2) Memiliki RS dengan jejaring ke RS Rujukan Regional
d. Pencapaian Kinerja
Target pencapaian kinerja tahun 2016 untuk indikator jumlah Kab/Kota dengan
kesiapan akses layanan rujukan adalah 70% Kabupaten/Kota dengan kesiapan
akses rujukan atau sebanyak 348 Kab/Kota dari jumlah Kab/Kota sebanyak 497
(jumlah Kab/Kota sebanyak 497 target total yang ditetapkan dalam RPJMN).
Pencapaian indikator ini pada tahun 2016 ada sebanyak 266 Kab/Kota dengan
kesiapan akses layanan rujukan. Jika dibandingkan dengan keseluruhan jumlah
Kab/Kota 497, maka pencapaian indikator ini sebanyak 54 %, sehingga indikator
ini belum mencapai target.
Jika dibandingkan dengan target sampai tahun 2019 sebanyak 95% Kab/Kota
dengan kesiapan akses layanan rujukan, maka masih terdapat 205 Kab/Kota
yang harus dilakukan pembinaan agar memiliki kesiapan akses layanan rujukan
pada akhir tahun 2019 atau realisasi baru mnecapai 56,8%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Grafik berikut ini:
Capai tahun 2016 sebesar 54% tidak mengalami kenaikan jika dibandingkan
dengan capain tahun 2015
g. Realisasi Anggaran
Alokasi Anggaran untuk melaksanakan indikator ini sebesar
Rp49.346.429.000,- dengan realisasi sampai dengan sebesar
Rp45.108.374.423 atau 91,4%. Anggaran digunakan untuk memperkuat
pelayanan pada rumah sakit seperti penyusunan NSPK, pembinaan layanan
b. Definisi Operasional
Definisi operasional indikator ini adalah tersedianya 60 RS Rujukan Nasional
dengan RS Regional yang menerapkan integrasi data rekam medis.
c. Cara Perhitungan
Jumlah RS Rujukan Nasional, Rujukan Provinsi dan RS Rujukan Regional yang
menjadi pengampu integrasi data rekam medis
d. Pencapaian Kinerja
Pada tahun 2016 telah berhasil dilakukan integrasi rekam medis pada 7 RS atau
sebesar 46,7% dari target yaitu 15 RS
Tabel 7 : Rumah Sakit yang menerapkan integrasi data rekam medis
No Nama Rumah Sakit Keterangan
1 RSUP Wahidin Sudirohusodo RS Rujukan Nasional
2 RSUD Labuan Baji RS Rujukan Regional
3 RSUD Kota Makassar RS Rujukan Regional
4 RSUD A Makassau pare Pare RS Rujukan Regional
5 RSUD Sariwegading RS Rujukan Regional
6 RSUD tenriawaru Bone RS Rujukan Regional
7 RSUD Sulthan Daeng Radja RS Rujukan Regional
Jika dibandingkan dengan target tahun 2019 untuk indikator jumlah rumah sakit
rujukan nasional dengan rs rujukan regional yang menerapkan integrasi data
rekam medis yaitu 60 RS, maka masih terdapat 45 RS yang harus dilakukan
pembinaan atau realisasi baru mencapai 11,7%.
50 45
40
30
Realisasi
30
Target
20 15
7
10
0
2015 2016 2017 2018 2019
Dalam RPJM Tahun 2015-2018 untuk indikator jumlah rumah sakit rujukan
nasional dengan rs rujukan regional yang menerapkan integrasi data rekam
medis belum ditetapkan target
e. Permasalahan
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya pemenuhan capaian
indikator tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Belum adanya pedoman integrasi rekam medis
2) Masih lemahnya teknologi informasi di RS
3) Telah ada SIRS di RS yang tidak dapat diintegrasikan Karena terkait dengan
sourccat dan hak cipta dari masing-masing system yang telah terpasang.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi Operasional dari indikator Persentase RS Regional sebagai pengampu
pelayanan telemedicine adalah :
1) Terselenggaranya salah satu jenis pelayanan telemedicine oleh RS
Pengampu dengan fasyankes yang diampu
2) Telemedicine adalah pelayanan kesehatan jarak jau melalui pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi dalam rangka konsultasi diagnostik dan
tatalaksana perawatan pasien antara faskes pengampu dan yang diampu.
Pelayanan telemedicine yang dapat dikembangkan yaitu tele-radiologi, tele-
kardiologi, radio-komunikasi medik (tele-conference), vidio-conference
(VCom), tele-radiotherapy, tele-konsultasi.
c. Cara Perhitungan
RS rujukan Regional yang memberikan pelayanan (sebagai pengampu)
telemedicine dibagi jumlah seluruh RS Rujukan Regional) x 100%
Jumlah RS Rujukan Regional sebanyak 110 RS
d. Pencapaian Kinerja
Pelayanan telemedicine adalah pelayanan dengan menggunakan transmisi dari
informasi medis seperti teks, citra, biosinyal, video, suara serta keahlian medis
dan perawatan dari satu lokasi ke lokasi lainnya melalui hubungan
telekomunikasi. Telemedicine meliputi tele-laboratorium, tele-kardiologi, tele-
radiologi, dll. bagi pasien, dan untuk pengembangan pendidikan dokter dan
RS Zaenoel Abidin
1 1 RSUD Sabang 1 1
(Rujukan Provinsi)
2 RSIA Banda Aceh 1 1
Puskesmas Sukajaya
3
Kota Sabang
1
RSUD Abdul Azis
2 4 RSUD Pemangkat 1 1
Singkawang
5 Puskesmas Seulakau 1 1
RSUD Syamsudin
3
Sukabumi
6 RSUD Pelabuhan Ratu 1 1
RS. Universitas
4 7 RSUD Sinjai 1
Hasanuddin
8 Puskesmas Balangnipa 1 1 1
9 Puskesmas Kampala 1 1 1
10 Puskesmas Lappadata 1 1 1
11 Puskesmas Panaikang 1 1 1
Puskesmas Pulau
12
Sembilan
1 1 1
RSUD Djasamen
5 13 RSUD Simalungun 1 1
Saragih
14 RSUD Tarutung 1 1
RSUD Johanes
6 15 RS Labuan Bajo 1 1
Kupang, NTT
16 RSUD Mboi 1 1
17 RSUD Malaka 1 1
Puskesmas Ruteng
18
(Wangko)
1 1
Puskesmas Langke
19
Majok Ruteng
1 1
Jika dibandingkan dengan target tahun 2019, maka masih terdapat 29 Rumah
Sakit yang menjadi target dan harus dilakukan pembinaan atau realisasi baru
mencapai 17%.
32%
35.0%
30.0%
25.0% 20%
20.0% Realisasi
12%
15.0% Target
10.0% 6.3% 6%
3.6% 3%
5.0%
0.0%
2015 2016 2017 2018 2019
Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yaitu sebesar 3,6% maka
capaian tahun 2016 sebesar 6,3% mengalami kenaikan sebesar 2,7% sehingga
secara secara kesuluruhan jumlah RS yang telah menjadi pengampu
telemedicine sebanyak 10 RS
g. Realisasi Anggaran
Alokasi Anggaran untuk melaksanakan indikator ini sebesar Rp8.845.616.000
dengan realisasi sebesar Rp7.515.094.809,- atau 85,0%. Anggaran digunakan
untuk penyusunan pola tarif, penyusunan pedoman, sosialisasi pengembangan
jejaring, dan pengadaan perangkat telemedicine.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional dari Jumlah RS Pratama yang dibangun adalah tersedianya
RS Pratama yang dibangun pada tahun berjalan.
d. Pencapaian Kinerja
Pencapaian indikator jumlah RS Pratama yang dibangun (kumulatif) pada tahun
2015 adalah 92% atau 22 RS dari 24 RS yang ditargetkan dalam di RPJMN.
Tahun 2016 pencapaian indikator jumlah RS Pratama yang dibangun (kumulatif)
adalah 79,4% atau sebanyak 27 RS dari 34 RS yang ditargetkan di RPJMN.
Daftar nama RS Pratama yang dibangun beserta status pembangunannya dapat
dilihat pada Tabel Daftar RS Pada Proses Pembangunan RS Pratama Tahun
2016.
70 64
60 54
50 44
40 34
Realisa
27
30 22 24 si
20
10
0
2015 2016 2017 2018 2019
Jika dibandingkan dengan capai tahun 2015 sebesar 22 RS maka capaian tahun
2016 sebesar 27 RS mengalami kenaikan 5 RS.
Daftar nama RS Pratama yang dibangun tahun 2015 tabel berikut :
e. Permasalahan
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan indikator jumlah rs pratama yang
dibangun (kumulatif) antara lain:
1) Pembangunan RS Pratama Yalimo mengalami masalah Karena penyiapan
lahan yang membutuhkan waktu lama sehingga pelaksanaan pekerjaan
menjadi tertunda
2) Daerah yang menjadi lokus RS Pratama melalui DAK Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negaran Perubahan untuk 10 RS Pratama belum siap dokumen
perencanaan seperti Detail Enggenering Disgn (DED), dan dokumen lelang,
serta pembangunan fisik RS Pratama tidak maksimal oleh daerah Karena
masalah waktu efektif yang hanya 3 bulan hingga akhir tahun
3) Daerah tidak dapat melaksanakan pembangunan RS Pratama secara
maksimal oleh daerah karena masalah waktu yang hanya 3 Bulan
4) Belum ada mekanisme monitoring pelaksanaan DAK RS Pratama secara
rutin.
g. Realisasi Anggaran
Alokasi anggaran sebesar Rp27.792.778.000,- dengan realisasi
Rp13.282.525.474,- atau 47,8%. Anggaran digunakan untuk penyelesaian
Pembangunan 3 RS Bergerak dan Pengiriman alat kesehatan dan penunjang
untuk 8 RS Bergerak dan 4 RS Pratama. Serta pengiriman alat kesehatan dan
penunjang RS Pratama yang direlokasi ke RSUD
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional dari indikator jumlah dokumen tentang kebutuhan kapal RS
di daerah kepulauan yaitu adanya data kebutuhan kapal Rumah Sakit di
Kabupaten kepulauan.
c. Cara Perhitungan
Jumlah dokumen yang terkait dengan pedoman penyelenggaraan rumah sakit
bergerak di perairan.
d. Pencapaian Kinerja
Tahun 2016 telah dilaksakan penyempurnaan pedoman RS kapal serta survey
kebutuhan RS Kapal di daerah kepulauan. Telah tersusun Draft Pedoman RS
Bergerak di Perairan yang disertai 7 Proposal tentang kebutuhan RS Kapal dari
e. Permasalahan
Dokumen kebutuhan kapal rumah sakit di daerah kepulauan yang disusun
hanya membahas penyelenggaraan rumah sakit bergerak di perairan tidak
secara detail membahas peoposal kebutuhan anggaran untuk rs kapal di daerah
kepulauan
g. Realisasi Anggaran
Alokasi anggaran yang terkait dengan indikator ini sebesar Rp200,00,000,-
dengan realisasi sebesar Rp175.304.800,- atau sebesar 87,7%.
6. KEGIATAN TROBOSAN
REALISASI
NO SUBDIT PAGU
Rp %
Subdit Pelayanan Gawat Darurat
1 12,686,576,000 12,126,652,989 95.59
Terpadu
2 Subdit YanMedik dan Keperawatan 15,970,013,000 15,292,988,210 95.76
Kondisi
No Jenis barang Jumlah
Baik Rusak
1 Mobil dinas 3 3
2 Sepeda Motor 1 1
3 Laptop 18 11 29
3 LCD Proyektor 7 7
4 Meja Direktur 1 1
5 Meja Kasubdit 5 5
6 Meja Kasie 10 10
7 Meja Staf 82 82
8 Kursi putar 100 100
11 Meja Rapat 6 6
12 Kursi Rapat 55 55
13 Kursi Tamu 5 5
14 Filling Cabinet 46 10 56
15 Lemari Besi 25 17 42
16 Brankas 1 1 2
17 Komputer 71 71
18 Printer 85 85
19 Mesin Tik Elektrik 7 7
20 Scanner 8 8
21 MesinFotocopy 1 1
22 AC 18 18
23 White Board Elektrik 1 1
24 Kulkas 1 pintu 1 1
25 Kulkas kecil 1 1