Anda di halaman 1dari 9

KASUS

Pasien Ny. T umur 69 tahun datang ke UGD RSUD K dengan keluhan sakit perut,
dan BAB disertai darah. Berdasarkan anamnesa ditemukan klien muntah darah sebanyak 2x,
mual dan susah menelan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya pasien langsung dibawa
ke UGD RSUD K. Klien dirawat dengan diagnosa medis Hematemesis Melena + Anemia.

Riwayat penyakit dahulu : tidak ada

Riwayat penyakit keluarga : tidak terdapat penyakit keluarga

Pemeriksaan Fisik :

Airway : jalan nafas paten, tidak terdapat sumbatan jalan nafas, tidak terdapat suara nafas
tambahan

Breathing : Nafas spontan, gerakan dinding dada simetris, RR 18x/menit, tidak ada sesak
nafas, tidak terdapat retrksi otot bantu nafas, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, perkusi sosnor, suara nafas vesikuler

Circulation : Nadi teraba, N= 82x/menit, TD= 100/60 mmHg, pasien pucat, tidak terdapat
sianosis, CRT < 3dtk, akral hangat, turgor kulit elastis.

Dissability : Kesadaran komposmentis, GCS E=4, M=6, V=5, pupil isokor, reflek cahaya +/+

Exprosure : Tidak terdapat luka bakar atau jejas di tubuh pasien

Five intervensi : tidak terpasang kateter

Give Comfort : Pasien mengeluh nyeri pada uluhati, dengan skala nyeri 3 (0-10), nyeri
dirasakan hilang timbul seperti ditusuk-tusuk dengan dan nyeri dirasakan hilang
timbul.
Terapi :

No Nama Obat Dosis Rute Indikasi


1 NaCl 0,9% 20 tpm IV Mengganti cairan tubuh
2 Lansoprazole 2x30 mg IV Antisekresi
3 Asam tranexamat 3x200 mg IV Antifibrinolitik
4 Sulcrafat Syp 3xC1 Oral Antasida minimal
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hematemesis adalah darah yang berasal dari saluran cerna yang biasanya berwarna
gelap dan disertai mual, muntah dan anemia. Melena adalah keluarnya feses hitam yang
di warnai oleh darah yang berubah. Jadi Hematemesis Melena adalah suatu kondisi di
mana pasien mengalami muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB)
berdarah dan berwarna hitam.(Sylvia A.Price. 2005)
Di Eropa dan Amerika dalam buku Current Diagnosis & Treatment in
Gastroenterology, sebagian besar penyebab perdarahan saluran cerna atas adalah tukak
peptik. Hal itu sesuai data penelitian CURE yaitu sekitar 55% pasien perdarahan saluran
cerna atas yang disebabkan oleh tukak peptik.
Menurut Ari F. Syam (2005) dalam penelitiannya di RSCM Jakarta menyebutkan
kebanyakan penderita perdarahan saluran cerna atas disebabkan oleh varises esophagus
(33,5%). Tingginya angka penderita varises esophagus dikarenakan adanya hubungan antara
varises esophagus dengan penyakit hepatitis B dan C di Indonesia. Demikian pula pada
penelitian Nasrul Zubir dan Julius (1992) di RSU dr. M. Jamil Padang, jenis kelainan
yang ditemukan pada pemeriksaan endoskopi yang terbanyak adalah varises esophagus
sebanyak 196 penderita (23,17%), gastritis refluks menempati urutan tertinggi diantara
gastritis lainnya (41,21%).
Di Indonesia sebagian besar (70-85%) hemetemesis disebabkan oleh pecahnya varises
esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati sehingga prognosisnya tergantung dari
penyakit yang mendasarinya. Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan
fungsi hati penderita, alkohol, obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.
Pendarahan SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, malena, atau keduanya.
Walaupun perdarahan akan berhenti dengan sendirinya, tetapi sebaiknya setiap
pendarahan saluran cerna dianggap sebagi suatu keaadaan serius yangs setiap saat dapat
membahayakan pasien. Setiap pasien dengan pendarahan harus dirawat di rumah sakit
tanpa kecuali, walaupun pendarahan dapat berhenti secara spontan. Hal ini harus
ditanggulangi secara saksama dan dengan optimal untuk mencegah pendarahan lebih
banyak, syok hemoragik, dan akibat lain yang berhubungan dengan pendarahan tersebut,
termasuk kematian pasien.(Dwaney, 2012)

Pengontrolan dan monitoring dalam penyakit Hematemesis Melana + Anemia yang


dialami Ny. T sangat penting dilakukan. Makalah ini disusun untuk menemukan alternatif
dalam pencegahan penyakit Hematemesis Melana + Anemia pada Ny. T.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan critical appratial


tentang “Transfusion Strategies for Acute Upper Gastrointestinal Bleeding” dengan
menggunakan PICOT firework. Pembahasan Critical appraisal meliputi penjelasan
tujuan atau pertanyaan yang diteliti dalam jurnal yang ditelaah ,metode, sampel, tempat
penelitian, prosedur pengumpulan data, analisa data dan hasil penelitian dari jurnal yang
ditelaah.

B. Rumusan Masalah

Pencegahan seperti apa yang dapat dilakukan oleh Ny. T dalam mengatasi pendarahan
sistem gastrointestinal atas?

C. Pencarian Literatur
Strategi pencarian studi berbahasa inggris yang relevan dengan topik dilakukan
dengan menggunakan database Spingerlink, SagePub, Ebsco, Science direct, dan
menggunakan Google-Scholar, dimana penulis tidak membatasi tahun jurnal. Keyword
yang digunakan adalah Upper Gatrointestinal Bleeding, hematemesis dan melena.
Penulis memfokuskan pada artikel fulltext untuk memilih studi yang akan dikritisi
yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan menggunakan PICOT framework. Critical
appraisal dilakukan pada satu artikel tersebut.
BAB II
CRITICAL APPRAISAL

A. PICOT Framework
Comparation
Population Intervention Outcomes Time
Intervention
921 pasien Strategi tranfusi studi ini memiliki Sebanyak 225 pasien ditugaskan untuk strategi Pemberian tranfusi
dengan pada pendarahan kekuatan untuk restriktif (51%), dibandingkan dengan diberikan setiap 8
perdarahan atas akut sistem mendeteksi 65 ditugaskan untuk strategi liberal (15%), tidak jam selama 2 hari
akut parah gastrointestinal atas perbedaan antara menerima transfusi (P <0,001). Itu pertama dan setiap
gastrointestinal kelompok dalam probabilitas survival pada 6 minggu lebih tinggi hari setelahnya.
dan secara acak mortalitas pada pada kelompok restriktif-strategi dari
ditugaskan 461 setidaknya 5 poin pada kelompok liberal-strategi (95% vs 91%;
dari mereka persentase, dengan rasio bahaya untuk kematian dengan ketat
untuk strategi asumsi 10% kematian strategi, 0,55; 95% confidence interval [CI],
restriktif pada kelompok 0,33-0,92; P = 0,02). perdarahan lebih lanjut
(transfusi ketika liberal-strategi (atas terjadi pada 10% dari pasien dalam kelompok
hemoglobin dasar restriktif-strategi dibandingkan dengan
Tingkat turun di Hasil uji coba 16% dari pasien dalam kelompok liberal-strategi
bawah 7 g per sebelumnya dengan (P = 0,01), dan efek samping terjadi
desiliter) dan care1,3,18 standar), di 40% dibandingkan dengan 48% (P = 0,02).
460 untuk dengan menggunakan Probabilitas survival adalah
strategi liberal uji dua-ekor dan sedikit lebih tinggi dengan strategi terbatas
(transfusi dengan alpha daripada dengan strategi liberal di
ketika dan nilai-nilai beta subkelompok pasien yang telah perdarahan yang
hemoglobin 0,05 dan 0,2, masing- berhubungan dengan rasio ulkus peptikum
turun di bawah 9 masing. Itu (hazard,
g per desiliter). analisis statistik 0.70; 95% CI, 0,26-1,25) dan secara signifikan
Pengacakan dilakukan sesuai lebih tinggi pada subkelompok pasien
bertingkat dengan dengan sirosis dan Child-Pugh kelas A atau
menurut ada atau intention-to-treat penyakit B (rasio hazard, 0,30; 95% CI, 0,11
tidak adanya prinsip. tes standar untuk
sirosis hati yang 0.85), tetapi tidak pada mereka dengan sirosis
digunakan untuk dan kelas C ratio penyakit (hazard Child-Pugh,
perbandingan proporsi 1,04; 95% CI, 0,45-2,37). Dalam 5 hari pertama,
dan sarana. gradien Portal-tekanan
meningkat secara signifikan pada pasien
ditugaskan untuk strategi liberal (P = 0,03) tapi
tidak
pada mereka ditugaskan untuk strategi
membatasi.
B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Systematic Review untuk membandingkan efikasi dan keamanan


dari restriktif strategi transfusi dengan orang-orang dari strategi transfusi liberal.
C. Studi Literature
Literature yang digunakan dalam penelitian ini relevan dan cukup lengkap.
Pembahasan tentang hasil penelitian sudah menjelaskan bagaimana pengaruh pemberian
tranfusi pada pasien pendarahan akut sistem gastrointestinal atas. Pemaparan hasil-hasil
jurnal sangat jelas ditampilkan dalam bentuk tabel sehingga memudahkan dalam
membandingkan.
D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian adalah tranfusi restriktif strategi, dibandingkan dengan transfusi
liberal strategi, meningkatkan hasil antara pasien dengan perdarahan saluran cerna atas
akut. Risiko perdarahan lebih lanjut, kebutuhan untuk terapi penyelamatan, dan tingkat
komplikasi semua secara signifikan berkurang, dan tingkat kelangsungan hidup
meningkat, dengan transfusi restriktif strategi. Hasil menunjukkan bahwa pada pasien
dengan perdarahan gastrointestinal akut, strategi tidak melakukan transfusi sampai
konsentrasi hemoglobin turun di bawah 7 g perdesiliter adalah pendekatan yang aman
dan efektif.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil critical appraisal yang sudah dilakukan, dalam ronde keperawatan
perawat dapat menyarankan tentang pemberian transfusi kepada Ny. T untuk mencegah
anemia pada pendarahan akut sistem gastrointestinal atas.

B. SARAN
Perlu dilakukan pencarian dan analisa jurnal lain tentang pendarahan akut sistem
gastrointestinal atas terutama dalam mengatasi gejala-gejala yang timbul seperti nyeri,
kekurangan nutrisi ataupun yang lain, yang dapat ditimbulkan oleh pasien dengan
pendarahan akut sistem gastrointestinal atas.
DAFTAR PUSTAKA

Dongeus, Marilyn E. 1999. RencanaAsuhanKeperawatan. Edisi-3. Jakarta : EGC

Dorland, W.A.N, 1998. KamusKedokteran Dorland. Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta : EGC

Villanueva Candid, M.D. Alan Colomo, M.D., Alba Bosch, M.D., Mar Concepción,
M.D.,Virginia Hernandez-Gea, M.D., Carles Aracil, M.D., Isabel Graupera, M.D.,
María Poca, M.D.,Cristina Alvarez-Urturi, M.D., Jordi Gordillo, M.D., Carlos
Guarner-Argente, M.D., Miquel Santaló, M.D.,Eduardo Muñiz, M.D., and
Carlos Guarner, M.D.., 2013. Transfusion Strategies for Acute Upper
Gastrointestinal Bleeding. England Journal of Medicine.

Anda mungkin juga menyukai