BAB I
PENDAHULUAN
karena manusia dikaruniai oleh Allah SWT akal, perasaan, dan kehendak yang tidak
dimiliki oleh makhluk lainnya tersebut. Menurut Abdulkadir Muhammad, akal adalah
alat berpikir, sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan akal, manusia
menilai mana yang benar dan mana yang salah, sebagai sumber nilai kebenaran.
Perasaan adalah lat untuk menyatakan keindahan sebagai sumber seni. Dengan
perasaan, manusia menilai mana yang indah (estetis) dan yang jelek. Kehendak
manusia menilai mana yang baik dan yang buruk, sebagai sumber nilai moral.1 Dalam
kehidupan manusia disadari bahwa yang benar, yang indah, dan yang baik itu
Sebaliknya yang salah, yang jelek, dan yang buruk itu menyengsarakan,
menyusahkan, dan membosankan manusia. Dari dua hal yang bertolak belakang ini,
memilih mana yang paling menguntungkan (nilai moral). Maka dari itu, manusia
1
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 2.
1
harus beretika dalam hal apapun, karena pengertian etika itu sendiri adalah ilmu
pengetahuan tentang asas – asas ( moral ). Dimana sifat itu hanya dimiliki oleh
manusia. Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berprilaku baik dan benar
berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika itu dilanggar, timbullah kejahatan, yaitu
perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia
yang disebut moral. Contoh moral itu adalah, berkata dan berbuat jujur, menghormati
orangtua atau guru, menghargai orang lain, membela kebenaran dan keadilan,
menyambut anak yatim piatu. Dalam perkataan sehari-hari, sering orang salah atau
mencampuradukkan antara kata tika dan etiket. Kata etika berarti moral, sedangkan
kata etikat berarti sopan santun, dan tata karma. Maka dari itu dalam makalah saya
perlu dikaji lagi tentnag etika, agar orang mempunyai etika dalam kehidupannya 2.
Dari latar belakang diatas maka penulis akan mencoba membahas tentang ETIKA
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
2
Ibid.
2
1. Untuk mengetahui apa pengertian etika profesi hukum.
2. Untuk mengetahui fungsi dari adanya kode etik profesi hukum.
3. Untuk mengetahui eksistensi dari etika profesi hukum
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika
3
WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Umum bahasa Indonesia mengemukakan
bahwa pengertian etika adalah : ilmu pengetahuan tentang asas – asas ( moral ).
Etika atau dalam bahasa Inggris disebut Ethics yang mengandung arti : Ilmu
masyarakat; ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral; kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dgn akhlak; nilai mengenai benar
Secara etimologis etika berasal dari bahasa Yunani kuno Ethos yang berarti
kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap. Aristoteles adalah filsuf pertama yang
berbicara tentang etika secara kritis, reflektif, dan komprehensif. aristoles pula filsuf
pertama yang menempatkan etika sebagai cabang filsafat tersendiri. Aristoteles dalam
konteks ini lebih menyoal tentang hidup yang baik dan bagaimana pula mencapai
hidup yang baik itu. yakni hidup yang bermutu/bermakna ketika manusia itu
manusia itu mencapai dirinya sepenuh-penuhnya. manusia ingin meraih apa yang apa
yang disebut nilai (value), dan yang menjadi tujuan akhir hidup manusia adalah
perilaku manusia menampakkan berbagai model pilihan atau keputusan yang masuk
3
Suhrawardi K. Lubis,S.H,Etika Profesi Hukum,Hlm 1
4
dalam standar penilaian atau evaluasi, apakah perilaku itu mengandung kemanfaatan
2. Pengertian Profesi
Profesi dalam kamus besar bahasa indonesia adalah bidang pekerjaan yang
jenis profesi yang dikenal antara lain : profesi hukum, profesi bisnis, profesi
kedokteran, profesi pendidikan (guru). menurut Budi Santoso ciri-ciri profesi adalah :
a. suatu bidang yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus menerus dan
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia,Hlm.789.
5
i. perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab
Dengan pengertian etika dan profesi diatas, maka dapat diambil pengertian
etika profesi hukum. Jadi etika profesi hukum adalah Ilmu tentang kesusilaan, tentang
apa yang baik dan apa yang buruk, yang patut dikerjakan seseorang dalam jabatannya
sebagai pelaksana hukum dari hukum yang berlaku dalam suatu negara. sesuai
dengan keperluan hukum bagi masyarakat Indonesia dewasa ini dikenal beberapa
subyek hukum berpredikat profesi hukum yaitu : Polisi, Jaksa, Penasihat hukum
perlu memiliki5:
masyarakat.
c. Sikap patut,artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan dalam
Seluruh sektor kehidupan, aktivitas, pola hidup, berpolitik baik dalam lingkup
mikro maupun makro harus selalu berlandaskan nilai-nilai etika. Urgensi etika
5
. Notohamidjojo,dalam Supriadi,S.H.,M.Hum.,Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di
Indonesia,Hlm. 66
6
adalah, pertama, dengan dipakainya etika dalam seluruh sektor kehidupan manusia
dan penyesuaian sesuai dengan panduan etika yang wajib dipijaki, kedua, terjadinya
competition dan abus competition dan terakhir yang dapat ditambahkan adalah
penjagaan agar tetap berpegang teguh pada norma-norma moral yang berlaku dalam
Aristoteles berpendapat bahwa tata pegaulan dan penghargaan seorang manusia, yang
tidak didasarkan oleh egoisme atau kepentingan individu, akan tetapi didasarkan pada
hal-hal yang altruistik, yaitu memperhatikan orang lain. Pandangan aristoles ini jelas,
bahwa urgensi etika berkaitan dengan kepedulian dan tuntutan memperhatikan orang
lain. Dengan berpegang pada etika, kehidupan manusia manjadi jauh lebih bermakna,
Berlandaskan pada pengertian dan urgensi etika, maka dapat diperoleh suatu deskripsi
umum, bahwa ada titik temu antara etika dan dengan hukum. Keduanya memiliki
kesamaan substansial dan orientasi terhadap kepentingan dan tata kehidupan manusia.
Dalam hal ini etika menekankan pembicaraannya pada konstitusi soal baik buruknya
perilaku manusia.
7
Perbuatan manusia dapat disebut baik, arif dan bijak bilamana ada ketentuan
secara normatif yang merumuskan bahwa hal itu bertentangan dengan pesan-pesan
etika. Begitupun seorang dapat disebut melanggar etika bilamana sebelumnya dalam
dengan hukum, Paul Scholten menyebutkan, baik hukum maupun etika kedua-duanya
mengharuskan untuk diikuti, sedangkan di sisi lain ada aturan yang melarang
hak-hak orang lain. Pendapat Scholten menunjukan bahwa titik temu antara etika
dengan hukum terletak pada muatan substansinya yang mengatur tentang perilaku-
perilaku manusia. apa yang dilakukan oleh manusia selalu mendapatkan koreksi dari
pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan di ubah seiring
seharusnya berbanding sama. Usaha penyelesaiannya adalah tidak lain harus kembali
6
Abdul kadir Muhammad,dalam Supriadi,S.H.,M.H.Hlm 23
8
kepada hakikat manusia dan untuk apa manusia itu hidup. hakikat manusia adalah
mahkluk yang menyadari bahwa yang benar, yang indah dan yang baik adalah
keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kebutuhan psikis dan inilah yang
mana.
2. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur kebutuhan dan
moral tradisional.
3. Adanya berbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun
Ada dimensi fungsional mengapa etika itu perlu dituangkan dalam kode etik
profesi :
9
masyarakat dapat ditentukan dan diperjuangkan. pengemban profesi
keberadaan kode etik, akan lebih mudah ditentukan bentuk, arah dan
7
Ibid.,Hlm 24
10
mempertahankan pandangan para anggota lama terhadap prinsip profesional
pelaksanannya.
3. kode etik adalah untuk pengembangan patokan kehendak yang lebih tinggi.
Kode etik ini dasarnya adalah suatu perilaku yang sudah dianggap benar serta
kemahiran, spesifikasi atau keahlian yang sudah dikuasai oleh pengemban profesi.
Dengan kode etik, pengemban profesi dituntut meningkatkan karier atau prestasi-
prestasinya. Kalau itu merupakan kode etik profesi hukum, maka pengemban profesi
hukum dituntut menyelaraskan tugas-tugasnya secara benar dan bermoral. Kode etik
menjadi terasa lebih penting lagi kehadirannya ketika tantangan yang menghadang
profesi hukum makin berat dan kompleks, khususnya ketika berhadapan dengan
tantangan yang bersumber dari komunitas elit kekuasaan. sikap elit kekuasaan
terkadang bukan hanya tidak menghiraukan norma moral dan yuridis, tetapi juga
mempermainkannya.
Pameo "ubi societas ibi ius" (dimana ada masyarakat, disana ada hukum)
sebenarnya mengungkapkan bahwa hukum adalah suatu gejala sosial yang bersifat
universal. Dalam setiap masyarakat, mulai dari yang paling modern sampai pada
masyarakat yang primitif, terdapat gejala sosial yang disebut hukum, apapun
11
namanya. Bentuk dan wujudnya berbeda-beda, tergantung pada tingkat kemajemukan
dengan apa yang dialami dengan istilah hukum, yakni seiring dengan perkembangan
terdapat pelaku-pelaku sosial, politik, budaya, agama, ekonomi, dan lainnya, yang
bisa saja melahirkan istilah-istilah atau makna varian sejalan dengan tarik menarik
industrialisasi atau bisnis media, dan transformasi kultural, politik dan ekonomi yang
Misalnya kata profesi cukup gampang diangkat dan dipakai oleh bermacam-macam
Kata pekerjaan itu sebagai hak (right) secara yuridis juga dapat ditemukan
12
1. Setiap orang berhak, sesuai dengan bakat, kecakapan dan kemampuan,
yang sama, sebanding, setara atau serupa, berhak atas upah serta
kehidupan keluarganya.
Thomas Aquinas menyatakan, bahwa setiap wujud kerja mempunyai empat tujuan
sebagaimana berikut :
1. Dengan bekerja, orang dapat memenuhi apa yang yang menjadi kebutuhan
hidup sehari-harinya;
2. Dengan adanya lapangan pekerjaan, maka pengangguran dapat
pula;
3. Dengan surplus hasil kerjanya, manusia juga dapat berbuat amal bagi
sesamanya;
13
4. Dengan kerja, orang dapat mengontrol atau mengendalikan gaya hidupnya.
1. Pengetahuan
4. self control
sebagai berikut9 :
1. Suatu bidang yang terorganisasi dari teori intelektual yang terus menerus
diselenggarakan;
6. Kemampuan memberi kepemimpinan pada profesi sendiri;
7. Asosiasi dari anggota-anggota profesi menjadi suatu kelompok yang akrab
8
Liliana tedjosaputro,dalam Supriadi,S.H.,M.Hum.,Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di
Indonesia, Hlm.16.
9
Suhrawardi K. Lubis,S.H.,Hlm.12
14
Profesi hukum memiliki tempat yang istimewa ditengah masyarakat, apalagi
berangkat dari suatu proses, yang kemudian melahirkan pelaku hukum yang handal.
dengan aspek aplikatifnya menjadi substansi profesi hukum. Tanggung jawab seorang
yang profesional, menurut Wawan Setiawan, paling tidak harus bertanggung jawab
kepada:
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
berpatokan kepada norma atau tatanan hukum yang berada dalam masyarakat
norma atau tatanan yang ada, maka akan terjadi bias dalam proses interaksi itu.
Adapun pengertian dari etika profesi hukum adalah Ilmu tentang kesusilaan, tentang
apa yang baik dan apa yang buruk, yang patut dikerjakan seseorang dalam jabatannya
sebagai pelaksana hukum dari hukum yang berlaku dalam suatu Negara.
mana;
2. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur kebutuhan dan
moral tradisional;
3. Adanya berbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun
Etika juga diperlukan oleh kaum beragama yang di satu pihak diperlukan
untuk menemukan dasar kemantapan dalam iman kepercayaan mereka, dilain pihak
16
mau berpastisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua
3.2 Saran
Profesi Hukum adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobel ) karna
persoalan hukum di Negara ini kerap mendapat sorotan negatif dari masyarakat.Hal
ini disebabkan banyak professional hukum yang kurang mendalami atau menjiwai
Harapan masyarakat di Negara ini agar para pekerja di profesi hukum dapat benar-
benar menjalani perannya secara adil dan menegakkan keadilan yang sesungguhnya
profesinya.
17