Anda di halaman 1dari 27

TENTIR MODUL

GASTROINTESTINAL
KULIAH 6,7,9 Peringatan!!! Tentir bukanlah satu-satunya sumber
bacaan. Tentir dapat saja salah. Hal-hal yang
mencurigakan harap dicrosscheck dengan kuliah
maupun textbook.

Disadur dari FKUI angkatan 2007


Tim Refraksi Akpro

Selamat Belajar !!!


Semoga bermanfaat yaa
^^ 2009 SUKSES ^^

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


K-6: PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK ABNORMALITAS GASTER
GASTROINTESTINAL & HEPAR Abnormalitas Gaster
Oleh: dr. Diana aulia, sp.pk 1. GERD (gastro esophageal reflux disease)
- keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esophagus,
INTRODUCTION dengan berbagai gejala yang timbul akibat dari keterlibatan esophagus, faring, laring,
Pemeriksaan Patologi Klinik itu bertujuan untuk: dan saluran nafas
- Mengevaluasi fungsi hepato-gastrointestinal - Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku untuk
- Mendeteksi abnormalitas pada liver, pankreas, sistem bilier, dan usus diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di esophagus
- Melakukan tes laboratorium spesifik dan non spesifik - Dengan melakukan pemeriksaan endoskopi dapat dinilai perubahan makroskopik
Tes laboratorium spesifik: tes spesifik untuk mengetahui adanya abnormalitas dari mukosa esophagus, serta dapat menyingkirkan keadaan patologis lain yang
tertentu pada organ saluran hepato-gastrointestinal, contoh: AST, ALT, amilase dapat menimbulkan gejala GERD. Jika tidak ditemukan mucosal break pada
 AST = aspartat transaminase  SGOT (letak lebih banyak di mitokondria) pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas
 ALT = Alanin tramsaminase  SGPT (letak lebih banyak di sitoplasma) GERD, keadaan ini disebut non-erosive reflux disease (NERD)
 Jadi, kalau ada kelainan akut yang akan meningkat lebih dahulu SGPT nya - Ditemukannya kelainan esofagitis pada pemeriksaan endoskopi yang dipastikan
Tes laboratorium non-spesifik: mendeteksi abnormalitas pada saluran hepato- dengan pemeriksaan histopatologi (biopsi), dapat mengkonfirmasikan bahwa gejala
gastrointestinal, contoh: tes hematologi untuk mendeteksi anemia yang disebabkan heartburn atau regurgitasi tersebut disebabkan oleh GERD.
karena perdarahan GI. - Pemeriksaan histopatologi juga dapat memastikan adanya Barrett’s esophagus,
Nah, alat2 yang dipakai dalam pemeriksaan PK itu ada yang manual, semi otomatik, displasia, atau keganasan. Tidak ada bukti yang mendukung perlunya pemeriksaan
dan full otomatik. Alat tersebut harus sensitif dan spesifik. Sensitif artinya mudah histopatologi/biopsy pada NERD.
mendeteksi kelainan,sedangkan spesifik berarti apa yang dites betul yang dimaksud. - Terdapat beberapa klasifikasi kelainan esofagitis pada pemeriksaan endoskopi pada
- Untuk mendiagnosis, memonitor terapi, dan memprediksi prognosis dan pasien GERD, antara lain klasifikasi Los Angeles dan klasifikasi Savarry-Miller.
epidemiologi
- Untuk pre-analisis, analisis, dan post-analisis Klasifikasi Los Angeles
Dalam tahap pre-analisis, perlu diperhatikan apakah pasien harus puasa lebih
Derajat Gambaran endoskopi
dahulu, sudah/belum mengkonsumsi obat, sampel yang akan diambil (dari
kerusakan
arteri/vena)  jangan lupa diberi EDTA (Etilen Diamin Tetra Acetyc Acid) untuk
A Erosi kecil-kecil pada mukosa esophagus dengan diameter < 5 mm
antikoagulan, perhatikan pula kontainernya steril/tidak
B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter > 5 mm tanpa
- Mengetahui interpretasi hasil laboratorium
saling berhubungan
- Mengetahui keterbatasan interpretasi laboratorium
C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai/mengelilingi seluruh
INGAT: pemeriksaan laboratorium tidak bisa dipakai sebagai penentu diagnosis,
lumen
namun hanya sebagai pemeriksaan penunjang
D Lesi mukosa esophagus yang bersifat sirkumferensial (mengelilingi
(Produksi cairan oleh tubuh lihat di slide ya…)
seluruh lumen esophagus)

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


2. Gastritis Okuda (1969) menemukan 94% pasien dengan tumor lambung yang ganas
- peradangan pada dinding mukosa lambung sehingga menjadi merah, bengkak, dengan biopsi, sedangkan dengan sitologi lavase hanya didapatkan 50%.
berdarah dan luka, dikenal dengan maag; dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal b. Endoskopi ultrasound
- Gastritis akut biasanya disebabkan oleh lesi sterss pada penderita sakit berat, obat- Alat ini digunakan untuk melihat sejauh mana tumor telah menjalar.
obatan (aspirin, NSAID, alkohol, dll.), trauma (pemasangan NGT, endoskopi, radiasi, c. Pemeriksaan darah pada tinja
dll.), infeksi (sering oleh H. pylori) Pada tumor lambung yang ganas sering didapatkan darah samar dalam tinja
- Gastritis kronis dibagi menjadi 2 tipe besar, yaitu tipe A merupakan gastritis (occult blood) sehingga perlu dilakukan tes Benzidin.
autoimun dan gastritis tipe B disebabkan oleh Helicobacter pylori, merokok, alkohol d. Sitologi
- Diagnosis Pemeriksaan Papaniculou cairan lambung dapat memastikan tumor ganas
Gastritis akut ditegakkan dengan endoskopi, dilanjutkan dengan pemeriksaan lambung dengan keakuratan hasil 80-90%, tentunya perlu ditunjang dengan
histopatologi biopsi mukosa lambung, radiologis dengan kontras ganda gastroskopi dan biopsi.
- Gastritis kronis dapat dilakukan pemeriksaan : laboratorium untuk mengetahui  Untuk mendeteksi karsinoma gaster dapat dinilai dari macam2 penanda, seperti rasio
anemia, analisis cairan, uji schiling, kadar gastrin, tes antibodi. Diagnosis ditegakkan pepsinogen I: pepsinogen II, produksi gastrin
dengan histopatologi biopsi mukosa lambung atau bisa dengan gastroskopi
LAB. EXAMINATION GASTRIC, DUODENAL & PANCREATIC JUICE
3. Ulkus peptikum • Perdarahan – hematemesis (muntah darah)  Complete Blood Count, reticulocyte (1
- Rusaknya atau hilangnya jaringan mukosa sampai lamina propria pada berbagai stage sebelum erotrosit), hemostasis test, fecal occult blood test
saluran pencernaan makanan yang terpajan cairan asam lambung, yaitu esophagus, • Kalau ada emesis bisa dilakukan analisis gas darah/pH, elektrolit darah (NA, K, Cl)
lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi juga jejunum • Eritrosit pada pewarnaan biasa bersifat polikrom dan lebih besar, sedangkan dengan
- Sekitar 90% disebabkan oleh H. pylori, selebihnya disebabkan oleh sekresi bikarbonat tes metilen blue akan didapatkan benang DNA berwarna biru.
mukosa, ciri genetik, dan stress
- Diagnosis SINDROM MALABSORPSI
- Riwayat nyeri hilang setelah makan. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan  Meliputi penyakit yang termasuk pada tiap defisiensi dari absorpsi makanan yang
barium radiogram, bila tidak berhasil dilanjutkan dengan endoskopi esensial (lemak, vitamin, protein, karbohidrat, mineral, dan air) dalam intestin
- Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah tes serologi, tes  Klasifikasi berdasarkan maldigesti intraluminal (defisiensi pankreas dan asam
pernapasan, biopsi, dan biakan kuman. Tes pernapasan untuk menguji empedu) , malabsorpsi mukosa (defek brush border dan abnormalitas epitel)
keberadaan urea. Sedangkan biopsi dilakukan melalui tindakan endoskopi. Tes  Salah satu contoh penyakitnya adalah Coeliac disease, merupakan penyakit herediter
serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman H.pylori biasanya hanya di mana terjadi perubahan pada vilinya, sehingga menyebabkan zat terutama gluten
untuk keperluan data epidemiologis (dari gandum) sulit diabsorpsi. Pemeriksaan yang biasanya dilakukan adalah gliedin
 Jika terjadi malabsorpsi protein  protein loss (albumin 40%)  edema, asites
4. Karsinoma gaster (penimbunan cairan dalam rongga abdomen)
- Pemeriksaannya antara lain:
a. Gastroskopi dan biopsy Beberapa Tes Untuk Malabsorpsi
Tes Untuk Menilai Abnormalitas Mukosa

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


1. The d-xylose absorption test : Absorbsi xylose tidak lengkap dimetabolisme di usus 2. Volume Feses : Jika cairan diare tidak terdapat leukosit atau eritrosit, infeksi enterik
halus bagian proksimal, Abnormalitas ini ditandai jika eksresi pada ginjal rendah atau infalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24jam harus
kurang dari 4 gram urine setelah pemberian 25 gr dosis oral. False positif terjadi pada dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>200
renal insufisiensi, hipertensi portal dan penggunaan NSAID. ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa
2. Breath Hidrogen Test : Hidrogen dihasilkan dari fermentasi bakteri dari karbohidrat, malabsorbsi lemak.
di mana akan meningkat pada pertumbuhan bakteri dan intolerans laktosa. Hidrogen 3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam : Jika berat feses >
Breath Test akan mencapai pucaknya 2 jam setelah pertumbuhan bakteri dan 3-6 jam 300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr
pada pasien dengan defisiensi laktase atau insufisiensi pankreas. Membedakan mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses
defisiensi laktase dan insufisiensi pankreas, pemberian enzim pankreas akan malabsorbstif.
menurunkan Breath hydrogen. 4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per
DIARRHEA ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi
- Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari feses (>200 mg/hari) yang dapat jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72
dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Ekskresi yang banyak dari lemak dapat
dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal. disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pankreas.
- Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik. Diare akut berdurasi 2 minggu atau 5. Osmolalitas Feses : Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotik atau
kurang, sedangkan diare kronik lamanya lebih dari 2 minggu. diare sekretori. Elekrolit feses Na, K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas
- Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare adalah menurunnya absorpsi normal feses normal adalah –290 mosm. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah
larutan dalam air, Meningkatnya sekresi elektrolit ke dalam lumen intestinal, Adanya biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebaliknya osmotic gap tinggi menunjukkan
absorpsi yang buruk secara osmosis larutan aktif di lumen usus, Meningkatnya suatu diare osmotik.
motilitas intestinal, Penyakit Inflamasi yang menghasilkan darah,pus dan mucus.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia, E
- Notes: diare pada anak ±60-70% karena rotavirus  tidak perlu antibiotik. Pada diare
Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi
yang disebabkan H.pilory dapat dilakukan pemeriksaan lewat darah maupun feces.
dengan modifikasi noda asam.
Jika memakai darah hanya bisa memeriksa IgG dan IgM
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan leukositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG LAINNYA
suatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining awal CBC,
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare kronik adalah:
protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas absorpsi. Fe,
1. Leukosit Feses (Stool Leukocytes) : Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
Vit.B12, asam folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADEK). Pemeriksaan darah
kronik. Leukosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bakteri
tepi menjadi penunjuk defek absorpsi lemak pada stadium luminal, apakah pada
dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien
mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time, karotin dan
dalam keadaan immunocompromised, penting sekali kultur organisme yang tidak
kolesterol mungkin turun tetapi Fe, folat dan albumin mungkin sekali rendah jika
biasa seperti Kriptokokus, Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang
penyakit adalah mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa
sudah mendapat antibiotik, toksin Clostridium difficle harus diperiksa.
atau obstruksi limfatik.

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


8. Tes Laboratorium lainnya : Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa Alanin Enzim yg dihasilkan di hati, yg
seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), kalsitonin Transaminase dilepaskan ke dalam darah jika sel Luka pada sel hati (mis. hepatitis)
(medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (ALT) hati mengalami luka
(carcinoid syndrome).
9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses Aspartat Enzim yg dilepaskan ke dalam
Luka di hati, jantung, otot atau
Transaminase darah jika hati, jantung, otot atau
dengan NaOH yang akan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses otak
(AST) otak mengalami luka
terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya. Di
antaranya Mg, SO4 dan PO4 Penyumbatan aliran empedu,
Komponen dari cairan pencernaan
Bilirubin kerusakan hati, pemecahan sel
(empedu) yg dihasilkan oleh hati
ABNORMALITAS HATI darah merah yg berlebihan
• Hiperbilirubinemia ( Gilbert, Crigler Najjar, Dubin Johnson, dll)
Enzim yg dihasilkan oleh hati,
• Hepatitis : viral A-G Kerusakan organ, keracunan obat,
Gamma-glutamil pankreas & ginjal; dilepaskan ke
• Autoimun : autoimun hepatitis, allograft rejection penyalahgunaan alkohol, penyakit
Transpeptidase dalam darah hika organ-organ tsb
• Genetik : alfa 1 AT def, Wilson, hemokhromatosis pankreas
mengalami luka
• Alkoholik : fatty liver, hepatitis alkoholik
• Sistemik : sarkoidosis, amiloidosis, TBC Enzim yg dilepaskan ke dalam Kerusakan hati, jantung, paru-
Laktik
• Sindroma kolestatik :kolesistitis, kolangitis darah jika organ tertentu paru atau otak & pemecahan sel
Dehidrogenase
• Drug induced : INH, asetaminofen mengalami luka darah merah yg berlebihan
• Vaskular injury : portal vein trombosis Enzim yg hanya terdapat di hati;
• Mass lession : CA hepatoseluler, kolangiokarsinoma, abses, kista, dll Penyumbatan saluran empedu
5-nukleotidase dilepaskan ke dalam darah jika hati
atau gangguan aliran empedu
mengalami cedera
TES FUNGSI HATI
Pemeriksaan fungsi hati dilakukan terhadap contoh darah. Sebagian besar pemeriksaan Protein yg dihasilkan oleh hati &
secara normal dilepaskan ke dalam
bertujuan untuk mengukur kadar enzim atau bahan-bahan lainnya dalam darah,
darah;
sebagai cara untuk mendiagnosis kelainan di hati. Albumin Kerusakan hati
salah satu fungsinya adalah
Pemeriksaan Untuk Mengukur Hasil Pemeriksaan Menunjukkan menahan cairan dalam pembuluh
darah
Enzim yg dihasilkan di dalam hati,
tulang & plasenta; Protein yg dihasilkan oleh hati janin Hepatitis berat atau kanker hati
Alfa-fetoprotein
yg dilepaskan ke hati bila terjadi Penyumbatan saluran empedu, dan buah zakar (testis) atau kanker testis
Alkalin Fosfatase
cedera atau pada aktivitas normal cedera hati & beberapa kanker
tertentu, mis. pertumbuhan tulang Antibodi untuk melawan Sirosis bilier primer & penyakit
Antibodi
atau kehamilan mitokondria, merupakan autoimun tertentu, mis. hepatitis
Mitokondrial
komponen sel sebelah dalam menahun yg aktif

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


Pankreatitis adalah radang pankreas yang kebanyakan bukan disebabkan oleh infeksi
Waktu yg diperlukan darah untuk
bakteria atau virus akan tetapi akibat autodigesti oleh enzim pankreas yang keluar dari
Waktu Protombin membeku
saluran pankreas.
(Protombin Time) (pembekuan memerlukan vit. K &
Kriteria Ranson (Faktor yg berpengaruh buruk pada kehidupan pasien pankreatitis akut)
bahan-bahan yg dibuat oleh hati
A. Pada saat masuk rumah sakit:
PANKREAS 1. Usia > 55 tahun
Pankreas merupakan bagian dari organ pencemaan. Hati dan pankreas adalah dua organ 2. Leukositosis > 16.000/ml
utama dari sistem pencernaan. Dua organ ini dihubungkan dengan duodenum melalui 3. Hiperglikemia > 11 mmol/L (>200 mg%)
saluran sekretori, masing-masing duktus koledokhus dari hati dan duktus pankreatikus 4. LDH serum > 400 IU/L
dari pankreas. Kedua saluran ini bermuara di duodenum pada tempat yang sama yaitu 5. AST (SGOT) serum > 250 IU/L
papila Vateri. Parenkim dari pankreas terdiri dari dua macam kelenjar :
Kelenjar eksokrin pankreas. B. Selama 48 jam perawatan:
Bagian ini mengambil tempat ± 95% dari seluruh parenkim pankreas. Pada sel-sel acinus 1. Penurunan hematokrit > 100%
dalam kelenjar inilah dibentuk enzim2 pencernaan. 2. Sekuestrasi cairan > 4000 ml
Kelenjar endokrin pankreas. 3. Hipokalsemia < 1,9 mmol/L (<8,0 mg%)
Bagian ini merupakan pulau2 yang tersebar di seluruh parenkim pankreas. Pulau2 ini 4. PO2 arteri < 60 mmHg
disebut pulau2 Langerhans. Pulau2 Langerhans merupakan kelenjar endokrin yang 5. BUN meningkat > 1,8 mmol/L (> 5 mg%) setelah pemberian cairan iv
memproduksi hormon insulin, glukagon dan somatostatin yang langsung 6. Hipoalbuminemia < 3,2 g%
mensekresikannya ke dalam pembuluh darah.
Interpretasi klinik Kriteria ranson:
Kelenjar eksokrin pankreas mensintesa dan mensekresikan protein (enzim) yang relatif Kriteria awal menggambarkan beratnya proses inflamasi,sedangkan kriteria akhir waktu
lebih besar dibandingkan dengan jaringan2 yang lain. Dalam sekret yang jumlahnya ± 48 jam menggambarkan efek sistemik aktivitas enzim terhadap organ target, seperti paru
2.500 ml per hari terdapat 6 sampai 12 gram enzim2 pencernaan. Selain protein, dan ginjal.Indikator penting yang harus diperhatikan:
pankreas juga mensekresi air dan elektrolit (terutama bikarbonat). 1. Hipotensi (<90> 130 x/mnt
2. PO2 < 60 mmHg
Ada 2 kelompok enzim yang dikeluarkan oleh pankreas : 3. Oliguria (< 50 ml/jam) atau BUN, kreatinin yang meningkat
1. Enzim yang diproduksi sudah dalam keadaan aktif yaitu, alfa amilase, lipase, 4. Metabolik / Ca serum < 8,0 mg% atau albumin serum < 3,2 g%
kolesterol esterase dan nuklease.
2. Enzim yang diproduksi dalam keadaan inaktif, disebut zimogen, terdiri dari Pankreatitis Kronik merupakan peradangan pankreas yang menahun. Diagnosis
tripsinogen, khimotripsinogen, proelastase, prokarboksipeptidase A dan ditegakkan berdasarkan gejala atau adanya riwayat pankreatitis akut. Pemeriksaan darah
prokarboksipeptidase B, profosfolipase A. kurang bermanfaat dalam mendiagnosis pankreatitis kronik, tetapi bisa menunjukan
adanya peningkatan kadar amilase dan lipase. Pemeriksaan darah juga dapat digunakan
Pankreatitis untuk mengetahui kadar gula darah , yang mungkin akan meningkat. Foto rontgen perut
dan pemeriksaan USG bisa menunjukan adanya batu pada pankreas. Endoskopi

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


pankreatografi retrograd (tehnik sinar X yang memperlihatkan struktur dari saluran Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi pankreas adalah pemeriksaan yang langsung
pankreas) bisa memperlihatkan saluran yang melebar, penyempitan saluran atau batu mengukur bahan2 yang dikeluarkan atau bahan yang dapat menggambarkan kelainan
pada saluran. CT scan bisa memperlihatkan adanya perubahan ukuran, bentuk dan fungsi dari pankreas akan tetapi bagaimanapun sempurnanya pemeriksaan laboratorium
tekstur dari pankreas. tentu belum dapat memberikan diagnosis yang tepat, oleh karena demikian luasnya
1. Acute pancreas gejala klinik dari kelainan pankreas dan tidak ada yang spesifik. Pemeriksaan ini harus
 WBC, Ht, ESR ↑ dikerjakan pada setiap dugaan pankreatitis.
 ↑ ALT, AST, bil, alk phos
 ↑ Blood/urine amylase, lipase B. Pemeriksaan laboratorium u/kelainan fungsi organ sekunder akibat pankreatitis.
 ↓ Ca (autodigestivefat necrosismet Hb) Antara lain :
2. Chronic pancreas Elektrolit ; Na+, K+, Cl- dan HCO3-.
 Normal enzim Enzim hati, Bilirubin, Faktor pembekuan, Hemoglobin, Hematokrit, Jumlah leukosit
 ↓ Pancreatic juice  malasorption, diarrhea, steatorrhoea
 ↑ Blood glucose, ↓ elastase Menilai Fungsi pankreas
FIBROCYSTIC PANCREAS  Mucovicidosis, Congenital exocrine enzymatic disease, 1. Schiling test : Protease pankreas dari ikatan R-protein diperlukan untuk pembelahan
Autosomal ressesive B12 sebelum bergabung dengan faktor intrinsik di mana pada insufisiensi pankreas
Tiga grup fibrosis pankreas berdasarkan usia dan onset penyakit: berat kan menurunkan absorbsi B12. Label yang digunakan adalah Cobalamin (CO)
1. Infant : meconium ileus dengan isotop yang berbeda. CO ini mengikat R protein dan faktor intrinsik. Pada
2. Children : insufisiensi pankreas CO tidak diabsorbsi.
 Fibrocystic disease 2. Test Stimulasi Pankreas : Pankreas dapat distimulasi dengan CCK intravena atau
 Failure to gain weight sekretin atau makanan yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat. Cairan
 Large foul stools pankreas diaspirasi melalui kateter dari duodenum sebagai bikarbonat atau enzim
Adult : repeated pulmonary infection pankreas spesifik. Tidak adanya peningkatan bikarbonat atau enzim pankreas setelah
distimulasi menunjukkan insufisiensi pankreas.
Pemeriksaan laboratorium untuk radang pankreas ini digolongkan dalam 2 kelompok
yaitu kelompok yang langsung dapat menunjukkan peradangan dan kelompok yang STOOL ANALYSIS
menunjukkan kelainan fungsi organ sekunder akibat pankreatitis. Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol
A. Pemeriksaan yang langsung berhubungan dengan peradangan pankreas dan sterkobilinogen. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa
1. Amilase dalam serum dan urine 6. Glukosa makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan
2. Lipase 7. Tripsin tidak dapat diabsorpsi secara sempurna. Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari
3. Ratio amilase / kreatinin clearance 8. Fosfolipase A defekasi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan
4. Makroamilase 9. Benzoil – tirosil -- PABA jari bersarung dari rektum. Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya
5. Isoenzim amylase 10.Polipeptida pancreas tinja diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik,  Warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau
mikroskopik dan kimia. bismuth dan mungkin juga oleh melena.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK BAU


Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah, lendir  Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.
dan parasit.  Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna
dan dirombak oleh kuman.
 Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna
JUMLAH. Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100—250 gram per hari.
seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.
Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan  bila banyak makan sayur jumlah tinja
meningkat. Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare
DARAH. Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam. Darah
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau
itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada
skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja
perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna
yang lunak dan bercampur gas.
menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau vari ses dalam
esophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah
WARNA
terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid
 Warna tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua
atau karsinoma rektum.
dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir
oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang
yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu
dimakan.
 Warna kuning dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat santonin. hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar.
 Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung klorofil Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada
atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porfirin dalam usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa
mekonium. tinja. Diperiksa pula adanya cacing ascaris, ancylostoma dan lain-lain yang mungkin
 Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran didapatkan dalam tinja.
pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.
Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK.
steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit,
dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan sel epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah
radiologik. pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
 Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar
dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. PROTOZOA. Protozoa biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
 Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran didapatkan bentuk trofozoit.
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.
 Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia
hemolitik.
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
TELUR. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan terhadap darah samar untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat
sebagainya. dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu
abnormal. Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat dilakukan dengan menggunakan
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada tablet reagens. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase
disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan
Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan mengoksidasi zat warna tertentu yang menimbulkan perubahan warna Tablet Reagens
alergi saluran pencemaan. Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai
atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit aktivitas sebagai peroksidase sering menimbulkan reaksi positif palsu seperti daging, ikan
dalam tinja selalu berarti abnormmal. sarden dan lain lain.
Pisang dan preparat besi seperti ferro fumarat dan ferro carbonat dapat menimbulkan
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk menghindari makanan
dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat tersebut diatas selama 3—4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar.
karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal. Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus
akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi
KRISTAL. Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi
kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan
oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang
lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai menyelenggarakan perubahan tadi. Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah
kristal Charcoat Leyden dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil tes menjadi
ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran negatif, tinja berwarna kelabu disebut akholik. Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam
pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin. tinja memberikan basil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin, karena
dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresikan per 24
SISA MAKANAN. Sisa makanan hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
normal, tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan
dengan keadaan abnormal. Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan
dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastis dan lain-lain. Untuk melakukan pemeriksaan urobilin urin.
identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan
adanya amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai Tumor Marker GI: CEA dan AFP
untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa makanan ini akan Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang ditemukan pada banyak tipe sel dan
meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi. pada fetus yang sedang berkembang. CEA diperiksa di darah. Rentang normalnya 2,5
ng/ml pada orang dewasa bukan perokok dan 5,0 ng/ml pada perokok. Protein ini
PEMERIKSAAN KIMIA TINJA merupakan komplek glikoprotein dengan berat molekul 20.000 yang berhubungan

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


dengan membran plasma sel tumor yang dilepaskan ke dalam darah. Meskipun CEA GI atau pulmo neonatus. APT positif mengindikasikan darah berasal dari ibu yang berarti
pertama kali diidentifikasi dari kanker kolon, peningkatan kadar CEA dalam darah ternyata bayi mengalami aspirasi darah ibu atau meminum darah ibu saat menyusui (pada fisura
juga ditemukan pada keganasan lainnya termasuk keganasan pada pankreas, gaster, paru mamae).
dan payudara. CEA juga terdeteksi pada sirosis, inflamatory bowel disease, penyakit paru
kronis dan pankreatitis. CEA ditemukan meningkat pada 19% perokok dan 3% orang
sehat. K-7: PARASIT YANG MENGINFILTRASI SALURAN CERNA
OLEH: PROF. DR. SALEHA SUNGKAR
Alfa Fetoprotein (AFP) Alfa Feto protein merupakan serum protein fetal normal yang
disintesis di hepar, yolk sac dan traktus gastrointestinus. AFP merupakan komponen  Parasit yang berada di saluran cerna ada: golongan cacing dan protozoa
utama dari plasma fetal yang mencapai kadar puncak konsentrasi (3 mg/ml) pada minggu  Cacing dari golongannya yang mengilfitrasi ada: nematoda, trematoda, dan
ke 12 gestasi. Setelah kelahiran kadarnya dalam darah menurun dan pada usia dewasa cestoda
konsentrasinya kurang dari 20 ng/ml. AFP penting untuk mendiagnosis karsinoma  Dari golongan nematoda ini dibagi 2 lagi menjadi:
hepatoseluler dan dapat dipakai untuk prosedur penyaring. Peningkatan kadar AFP lebih
a) STH/Soil transmitted helminths cacing2 yang ditularkan melalui tanah. Mengapa
sering ditemukan di area endemik karsinoma hepatoseluler seperti Afrika dan pada
STH? Karena siklus hidupnya itu TIDAK langsung dari orang ke orang, tapi harus
pasien dengan HbsAg positif. Selain sebagai marker karsinoma hepatoseluler AFP juga
hinggap dulu di tanah agar jadi bentuk infektif. STH yang akan dipelajari saat ini
merupakan marker untuk karsinoma germ sel (nonseminoma). Marker ini adalah
adalah: - Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale,
glikoprotein yang diproduksi selama kehidupan fetal dan merupakan homolog dari
Trichuris trichiura
albumin. Pada orang dewasa sehat kadarnya kurang dari 10 ug/L. AFP meningkat pada
b) Bukan STH :
kehamilan normal, penyakit hati benigna (hepatitis, sirosis) seperti juga pada kanker.
- Oxyuris vermicularis
- Trichinella spiralis.
Apt test
APT tes adalah tes yang digunakan untuk membedakan darah neonatal dengan
1. Ascaris lumbricoides
darah maternal. Tes ini digunakan untuk mengidentifikasi sumber darah pada feces pada
 Disebut juga cacing gelang.
bayi yang baru lahir. Saat ini, tes ini juga digunakan untuk membedakan fetal dan
 Ukuran jantan lebih kecil dari betina (cacing jantan: 10–30 cm, cacing betina: 22–35
maternal hemoglobin pada sampel darah (tidak hanya sampel darah fesces).
cm).
APT tes sering digunakan pada kasus perdarahan vagina selama kehamilan untuk
 Hidup di rongga usus halus, dan di dalam usus halus cacing bertelur (100.000-
mengetahui asal darah tersebut: fetus atau ibunya. Hasil positif mengindikasikan darah
200.000/hari) dan dapat mengeluarkan telur melalui feses kalau telur ascaris ini
berasal dari fetus sedangkan hasil negatif mengidentifikasikan darah berasal dari sang ibu.
mencemari tanah, tanah yang paling disukai adalah tanah liat, maka cacing ini bisa
APT tes juga digunakan untuk mendeteksi adakah darah fetus pada sirkulasi darah ibu
menjadi sumber infeksi. Kemudian jika menyentuh tanah, telur ascaris akan berubah
dalam kasus fetal-maternal hemorrhage. Karena tes ini hanya bersifat kualitatif melihat
menjadi bentuk infektif di tanah dalam waktu 3 minggu.
keberadaan hemoglobin fetus, tes kuantitatif Kleihauer-Betke test lebih sering digunakan
 Dinding telur ascaris tebal
untuk melihat derajat keparahan penyakit ini.
 Prevalensi 60-90 %.
APT tes juga digunakan pada neonatus yang muntah darah, feces berdarah, atau
 Telur bentuk infektif  tertelan manusia  menetas di usus halus  larvanya
perdarahan pada NGT (Nasogastric Tube). APT negatif mengindikasikan darah berasal dari
menembus ddg usus halus  masuk pembuluh darah/limfe ke sirkulasi jantung
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
 paru  menembus ddg pemb.darah paru ddg alveolus  rongga alveolus  - Anamnesis Cacing dewasa keluar sendiri melalui mulut, hidung, atau feses. Anak bisa
bronkiolus  bronkus  trakea  faring  laring (Karena di laring ada benda asing: saja muntah cacing atau saat BAB keluar cacing askariasis.
LARVA. Maka terjadilah refleks batuk)  larva tertelan ke esofagus  usus halus Pengobatan ascariasis sederhana.
(jadi cacing dewasa). - pirantel pamoat 10 mg/kgBB atau mebendazol 500 mg atau albendazol 400 mg
 Waktu yg dibutuhkan: 2 bulan dosis tunggal hanya diberikan sekali saja. BUKAN sehari sekali. Sekali saja
 Seseorang yang mengalami askariasis, telur yang berada di dalam usus akan diberikannya.
terbawa feses dan mencemari lingkungan. Kalau orang BAB sembarangan maka Pencegahan:
feses yang mengandung telur akan mencemari tanah telur cacing nempel di - baik cuci tangan sebelum makan dan sesudah kontak dengan tanah karena
tangan orang2 yang main tanah orang kalau mau makan gak cuci tangan telur infektifnya harus lewat tanah.
infektif tertelan. Telur cacing yang kering juga dapat terbang lewat udara dan bisa - gunting kuku
langsung hinggap di makanan orang yang makan akan mendapatkan infeksi telur - defekasi di jamban, jangaan sembarangan. Di jamban tiak kontak dengan tanah
matang. siklus hidupnya terputus.
 Gangguan alveolus perarahan kecil di alveolus orang akan batuk dan demam.
Pemeriksaan darah ada eosinofilia, kalau foto toraks ada infiltrat bercak seperti TBC. 2. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Semua ini disebut dengan sindrom Loeffler yang akan menghilang steelah 3 minggu.  Cacing tambang  yang patogen untuk manusia ada 2: sesuai dengan namanya
awalnya banyak ditemukan di daerah pertambangan dan perkebunan. Banyak pada
Cacing Dewasa: tanah yang gembur dan berhumus.
 Ringan jumlah cacing dewasa di usus sedikit: nausea, anoreksia (tdk nafsu makan),  Nekatoriasis, ankilostomiasis
diare, konstipasi.  Distribusi di daerah khatulistiwa: perkebunan, pertambangan
 Berat jumlah cacing dewasa di usus banyak:  A.duodenale: Mediterannia, Asia Utara, pantai barat Amerika Selatan
- Sindroma malabsorbsi (karena cacing menyerap zat gizi di dalam usus) malnutrisi,  N.americanus: Afrika Selatan, Asia Selatan, Indonesia, Australia, Pasifik
selain itu juga cacing mengeluarkan substansi yang menyebabkan gangguan kognitif,
 Prevalensi di Indonesia tinggi: 30-50%
pertumbuhan terlambat
 Morfologi: Cacing betina 1 cm, Cacing jantan 0.8 cm. N.americanus: mempunyai
- Karena jumlah cacing yang banyak terjadi ileus
benda khitin. A.duodenale: mempunyai 2 pasang gigi.
- obstruksi usus (usus tersumbat), saluran empedu, apendiks, dll  pada kasus berat
- obstruksi usus (usus tersumbat) terjai ileus obstruktif butuh tindakan bedah
Morfologi Telur:
karena caing-cacing menggumpal, menyumbat.
- Ukuran: 60x40 mikron
- Askariasis berat perut membuncit dan ketika diberikan obat cacing akan keluar
- Telur cacing tambang tipis.
cacing yang sangat banyak kualitas hidup anak menjadi rendah. (Lihat gambar di
Jumlah telur: A.duodenale 20.000/hari, N.americanus 10.000/hari, dan Telur mati pd 45
Slide).
derajat C dlm bbrp jam dan 0 derajat C dlm 7 hari.

Diagnosis:
Larva:
- Pemeriksaan feses, 1 gr feses dan NaCl menemukan telur dalam feses.
 Larva Rhabditiform: 250 mikron, makan bakteri dan organic debris
 Larva Filariform: 600 mikron, tidak makan
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
 Larva hidup ditempat lembab, berpasir, humus dan terlindung sinar matahari - Eosinofilia.
 Tidak tahan kering dan basah. Anemia:
 Mati dalam 1 jam pd suhu 45oC - Cacing mengisap darah
 Mati dlm 6 minggu kecuali ada reinfeksi - Cacing mengeluarkan antikoagulan kalau perdarahan sulit membeku.
 Larva Rhabditiform tidak tahan kering dan basah, hanya bisa hidup pada daerah - Berat anemia sesuai dg berat infeksi
yang lembab, dalam waktu 6 minggu akan mati. Setelah itu larva Rhabditiform akan - Akibat anemia: pusing, lemah, napsu makan berkurang, daya tahan menurun,
berubah menjadi larva Filariform. Larva Filariform ini adalah bentuk INFEKTIF. produktivitas menurun, edema, perkembangan fisik, gangguan kognitif, mental dan
 Telur  larva rhabditiform larva filariform menembus kulit yang kontak dengan seksual terhambat
tanah sirkulasi kapiler  jantung  paru bronkus  trakea laring  usus - Gejala ringan/tidak nampak bila gizi baik.
halus. - Pada gambar di slide anak suka garuk-garuk pantat terinfeksi Oxyuris
 Larva filariform akan menembus kulit sampai ke usus: 1 minggu, dan akan berubah vermicularis.
menjadi dewasa selama 5-6 minggu Diagnosis:
 A. duodenale dapat menetap di usus 6-8 tahun sedangkan N. americanus 4-5 tahun.  menemukan telur dalam tinja segar (tinja yang < 4 jam setelah defekasi)
 menemukan larva dalam tinja lama (tinja yang > 4 jam setelah defekasi) telur
Cara Infeksi: sudah menetas menjadi larva.
- larva filariform menembus kulit: folikel rambut, pori, kulit utuh  membedakan spesies tidak bisa dengan mikroskop biasa: biakan Harada-Mori.
- port d’entrée: dorsum pedis, sela jari, tangan, sela jari, bagian tubuh yang kontak
dengan tanah Pengobatan:
- menelan larva filariform: makanan & minuman tercemar.  pirantel pamoat 10 mg/kg bb dosis tunggal. Khusus untuk A.duodenale diberikan 3
hari berturut-turut
Patologi dan Gejala Klinis:  mebendazol 500 mg/dosis tunggal atau 2x100 mg, 3 hari berturut-turut
Larva filariform:  albendazol 400 mg/dosis tunggal
- Menembus kulit: ground itch (kontak dengan tanah), dew itch (kontak engan tanah  Pada infeksi cacing tambang selain bunuh cacing, juga atasi anemia
yang berembun) GATAL. Karena larva filariform saat menembus kulit menghasilkan
antigen reaksi. makulopapular, eritema Pencegahan dan Pemberantasan:
- gatal hebat  orang menggaruk terluka infeksi sekunder a) memutuskan siklus hidup cacing:
- paru: batuk, bronkhitis, pneumonitis - defekasi di WC
Gejala Klinis: Cacing Dewasa - jaga kebersihan: penyediaan air bersih, cuci tangan
- Gejala tergantung spesies cacing, jumlah cacing, dan gizi penderita. - memakai alas kaki saat bekerja di kebun
- Cacing tambang mengganggu hospesnya terutama karena menghisap darah. Di lumen - tidak menggunakan tinja sebagai pupuk (biasanya digunakan pada negara Korea
usus cacing tambang menghisap darah dari kapiler usus. dan Taiwan)
Gejala Gastroenteritis: - pengobatan masal bila frekuensi >30%
- Terjadi 6 minggu setelah infeksi b) penyuluhan kesehatan hidup bersih dan sehat.
- mual, muntah, nyeri epigastrium, diare, melena bisa sembuh sendiri

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


Hambatan: - mebendazole 200 mg (dewasa), 100 mg (anak-anak) untuk 3 hari berturut-turut.
- sosial-ekonomi dan pendidikan rendah gak punya sarana air minum dan jamban - albendazole 400 mg
keluarga. - Karena cacing ini masuk ke dalam usus sedangkan pirantel pamoat tidak diserap oleh
- sanitasi lingkungan buruk jaringan pirantel pamoat HANYA bisa membunuh cacing yang berada di lumen usus.
- lingkungan padat
- kebiasaan defekasi di tanah, pupuk tinja, bekerja tanpa alas kaki Epidemiologi: hampir sama seperti Ascaris lumbricoides.
- harga obat tidak terjangkau oleh masyarakat yang untuk beli makan saja sulit.
4. Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis/pinworm)
3. Trichuris trichiura  Bukan STH (tidak butuh tanah untuk perkembangannya)
- rural Asia, warm climate  Bentuk cacing kremi ini kayak kelapa
 Cara infeksi dengan menelan telur. Kalau telur tertelan masuk ke usus di usus  penyakit: oxyuriasis, enterobiasis
akan berubah menjadi larva larva terus jalan dari usus halus ke usus besar. Pada  distribusi: cosmopolitan, prevalensi di Indonesia tinggi
cacing ini, tidak mempunyai siklus paru (siklus hidup sederhana).  Hidup di: caecum, colon ascendens, appendix
 Cacing bertelur akan tumbuh menjadi dewasa, dalam waktu 60-70 hari, akan  Cacing ini hidup di kolon tapi akan berjalan ke regio perianal, dan bertelur di sana.
memproduksi telur 3.000-10.000 per hari, dan telurnya kalau sudah mencemari  Telurnya diletakkan di perianal gatal menggaruk infeksi sekunder
tanah, akan berubah menjadi bentuk infektif dalam waktu 3-6 minggu.
 Cacing ini bertelur malam-malam anak gatal di malam hari anak kurang tidur
 Cacing dewasa bentuknya seperti cambuk. Jantan 4 cm dan betina panjangnya 5
cm. Metode Infeksi:
 Hidup di kolon asendens dan sekum. Tidak terdapat siklus paru - ingestion of infective eggs
- Autoinfeksi anak garuk2 pantat telur di tangan telur tertelan
Gejala klinis: - Retrofeksi telur di regio perianal menetas larva masuk dari anus
 Dalam kondisi ringan (cacing < 10 buah) asimptomatik
 Jika cacing yang menginfeksi banyak infeksi berat cacing memasukkan kepalanya Infeksi bisa terjadi:
dan menempel erat pada dinding usus sehingga menimbulkan gejala disentri dan - Dari orang ke orang
diare. Akibat gejala berat ini orang akan terjadi perangsangan terus menerus - Melalui alat2 dalam rumah
orang akan mengeden terus menerus (ada rangsangan seperti ingin BAB terus (saat betina naruh telur di anus anak merasa gatal garuk-garuk telur lepas dari
terjadi prolapsus recti (rectumnya keluar) akibat rangsangan yang mengejan terus. anus mencemari peralatan rumah tangga, pakaian/hinggap di makanan orang bisa
terinfeksi).
Diagnosis: menemukan telur di dalam tinja.
Pengobatan: Gejala:
(Harus diberikan obat yang dapat menyerap ke jaringan agar bisa membunuh cacing - Pruritus ani/gatal pada anus
Trichuris trichiura, dan TIDAK bisa diberikan single dose hasilnya tidak lebih baik - Cacing bisa bermigrasi/ectopic migration: masuk ke vulva, vagina, tuba fallopii,
dibandingkan jika diberikan 3 hari berturut-turut). appendix
Pengobatannya diberikan:
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
Diagnosis: Menemukan telur di dalam tinja, bentuk telurnya berinding tebal (mirip telur ascaris),
- Menemukan telur I regio perianal dengan cara: anal swab. atau saat anamnesis adanya pengeluaran proglotid secara tiba-tiba dari anus.
Penatalaksanaannya: praziquantel dan albendazole
Treatment:
- Pyrantel pamoate atau mebendazole atau albendazole (sama seperti ascaris). 6. Taenia solium
 Hospes perantaranya adalah babi, dan lebih berat dari pada taenia saginata karena
Epidemiologi: siklus hidupnya berbeda
- Karena telur ini diletakkan di regio perianal, dan tidak dikeluarkan bersama-sama  Orang yang terinfeksi taenia solium saat defekasi mengeluarkan telur telur akan
dengan feses,maka transmisi lewat feses TIDAK penting. Jangan cari2 telur Oxyuris mencemari lingkungan kalau ada babi makan feses orang yang berisi telur
dalam FESES. Yang penting adalah menjaga pencemaran tingkat keluarga jaga anak tersebut di tubuh babi akan berkembang menjadi sistiserkus selulosae. Kalau
yang menderita penyakit dengan cara menggunakan celana panjang saat tidur di orang makan daging babi mentah/setengah mentah sistiserkus selulosae tersebut
cuci- akan mati telurnya. Semua peralatan tidur dan baju tidur di cuci dan di jemur di akan berubah menjadi cacing dewasa (TAENIASIS)
sinar matahari.  Tapi, kalau ada orang makan-makanan yang menganung TELUR taenia solium, akan
menderita SISTISERKOSIS.
5. Taenia Saginata Gejala: GI complaints
 Taenia saginata adalah cacing pita yang hospes perantaranya adalah sapi. Panjangnya Pengobatan:
bisa mencapai 6 meter. Taenia saginata hospesnya adalah manusia, cacing ini hidup praziquantel 10mg/kg, dosis tunggal dan albendazole.
di dalam usus halus bertelur telur dikeluarkan bersama feses. - Untuk mengetahui apakah pengobatan telah berhasil atau tidak, maka harus
 Jika orang terinfeksi taenia defekasi di kebun fesesnya yang ada telur infeksi menemukan SCOLEX nya. Kalau scolexnya tidak ketemu dari scolex itu akan tumbuh
mencemari tanaman/daerah sekitar sapi memakan tanaman yang tercemar telur terus proglotinya dan infeksi akan terjadi berulang. Mengumpulkan feses setelah 24
taenia masuk ke tubuh sapi akan berubah menjai larva yang menghinggapi otot jam diobati. Dari feses tersebut, cari scolexnya.
sapi (larva sistiserkus bovis) maka jika orang kemudian makan daging sapi yang
tercemari larva sistiserkus bovis ke usus manusia tumbuh menjadi cacing Epidemiologi:
dewasa  taenasis - BAB di kebun
 Pada taenia saginata jika manusia menelan telur taenia saginata TIDAK APA2 - Kontaminasi sayuran dengan tinja yang berasal dari air limbah atau tinja sebagai pupuk
- Babi tidak dikandangkan
 Kalau manusia menelan larva sistiserkosis bovis BAHAYA

7. Schistosoma japonicum
Gejala Klinis tiba-tiba proglotid (bagian sari cacing taenia) keluar sendiri dari anus. GI
 Adalah suatu cacing yang dapat menginfeksi manusia dan penyakitnya disebut:
complaints mual, diare, nyeri abdomen.
Oriental schistosomiasis, skistosomiasis japonika, penyakit katayama, demam keong.
Gejala sistemik: lelah, lapar, pusing, turunnya berat badan.
Gejala yang jarang terjadi: vomiting of segments, obstruksi saluran empedu/saluran  Ada 6 penyakit tropikal: malaria, filaria, schistosoma, lepra, tripanosoma, dan
pankreas/appendix. leismania. Schistosoma di Indopnesia hanya endemik di: Sulawesi Tengah.
 Sumber infeksi: manusia & hospes reservoar  anjing, kucing, rusa, tikus, sawah,
Diagnosis: sapi, babi rusa, dll.
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
 Hospes perantara: Oncomelania hupensis lindoensis makan tumbuhan air yang mentah ke saluran cerna manusia cacing dewasa dlm 3
 Habitat keong: tanah garapan, hutan bln telur ditemukan dlm tinja.
Gejala: ada inflamasi, peradangan, abses, nyeri abdomen, nyeri epigastrium.
Morfologi dan Lingkungan Hidup: Diagnosis:
 Scistosoma antara jantan dan betinanya selalu berjalan bersama-sama - Menemukan telur pada feses
- Orang memuntahkan cacing dewasa
 Scistosoma yang ada di dalam vena akan bertelurmasuk ke usus dan akan
Terapi:
dikeluarkan melalui feses (marsoni dan japonicum). Tapi pada sistosoma
- Praziquantel: 60 mg/kgBB in divided doses.
hematobium akan dikeluarkan melalui urin
K-9: TATA LAKSANA NUTRISI GANGGUAN GI DEWASA
 Telur cacing ini kalau masuk ke dalam air (rawa/sawah) defekasi di tempat-tempat
Oleh: dr.Erwin Christianto
berair telur menetas menjadi mirasidium akan masuk ke keong air mirasidium
akan berubah jadi sporokista  serkaria dan serkaria akan menembus kulit. Pada
saat serkaria menembus kulit GATAL. Serkaria akan masuk ke peredaran darah
masuk ke habitatnya vena mesenterika superior.
Patologi:
Stadium I: gatal, giant urticaria (merah dan lebar2), demam, hepatomegali, eosinofilia
tinggi
Stadium II: sindrom disentri
Stadium III: sirosis hepatis, splenomegali, hipertensi portal dapat menyebabkan
gangguan seperti gambar di slide (pemb darah melebar, perut buncit)
Diagnosis:
- menemukan telur dalam tinja/biopsi jaringan
- reaksi serologi: COPT, IHT, CFT, FAT, ELISA
Terapi: prazikuantel

8. Fasciolopsis buski
 Adalah trematoda terbesar yang apat menginfeksi manusia (2–7.5 cm x 0.8–2 cm)
 Bentuk sama seperti Fasciola hepatica (pada hewan)
 Adult worm: man, pig, dog, rabbit
 Geographic distributions : China, Taiwan, Thailand, India, Indonesia, Vietnam

Daur hidup:
Orang defekasi Telur dari tinja menetas setelah 3-7 minggu di air  berubah menjadi
mirasidium ke hospes perantara I yaitu keong air sporokista  redia induk redia
anak serkaria menempel ke tumbuhan air  metaserkaria (bentuk INFEKTIF)  Orang
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
Penyakit pencernaan telah menjadi salah satu masalah yang paling sering ditemui pada peradangan di esophagus, hindari makanan asam, pedas, dan berbumbu kuat. Selain itu,
layanan kesehatan. Kebiasaan makan dan jenis makanan tertentu memainkan peran turunkan berat jika berlebih.
penting pada munculnya penyakit pencernaan sampai pada tatalaksana dan
pencegahannya. Pada berbagai kasus, makanan juga berperan pada peningkatan Gastritis & peptic ulcers
perasaan pasien akan kesehatan serta kualitas hidupnya dan pada penurunan rasa nyeri, Gastritis dan tukak lambung dapat terjadi akibat infeksi, zat kimia, kelainan sistem saraf
penderitaan, dan biaya yang harus ditanggungnya (Beyer, 1988) (vagus) , gangguan integritas mukosa lambung dan duodenum. Penyebab tersering adalah
KELAINAN PADA TRAKTUS GI ATAS (esophagus,gaster,duodenum) infeksi Helicobacter pylori. H.pylori dapat menyebabkan gastritis kronik, ulkus
Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD) peptikum/tukak lambung, atrofi gastritis, dan kanker lambung.
GERD merupakan iritasi dan inflamasi pada esophagus akibat refluks atau Atrofi gastritis adalah kondisi peradangan kronik dengan kerusakan membrane
masuknya asam lambung ke esophagus. Pada individu normal, refluks asam lambung ke mukosa dan kelenjar pada lambung, berakibat achlorhydria (tidak disekresinya HCl) dan
esophagus dibatasi oleh Lower Esophageal Sphincter(LES) yang terletak di perbatasan terganggunya sekresi faktor instrinsik.
esophagus-lambung. Meski begitu, sejumlah kecil asam lambung tetap akan terefluks ke Faktor predisposisi gastritis : penggunaan jangka panjang aspirin dan NSAID
esophagus, merangsang kontraksi dinding esophagus yang akan mendorong asam lainnya, steroid, alcohol, zat erosive dan rokok. Faktor penyebab ulkus peptikum : infeksi
tersebut kembali ke lambung. Kelainan terjadi jika asam lambung terefluks dalam jumlah H.pylori, gastritis, aspirin dan NSAID, kortikosteroid, stress.
berlebih atau esophagus gagal berespon dan berkontraksi (motilitas) terhadap asam Terapi nutrisiyang disarankan meliputi evaluasi status vitamin B12, karena pada
lambung yang masuk, berakibat ke gejala heartburn. Selain itu, gangguan pada LES juga atrofi gastritis terjadi penurunan sekresi faktor intrinsic yang penting untuk absorpsi
menyebabkan GERD vitamin B12. Pada gastritis kronik, juga terjadi penurunan absorpsi Fe,Ca, dan nutrient
Dalam terapi diet, yang menjadi focus adalah dampak makanan terhadap lain akibat menurunnya sekresi asam lambung. Lalu, hindari konsumsi alcohol karena
tekanan LES dan sekresi asam lambung. Hal ini bergantung jenis makanan dan waktu dapat merusak mukosa lambung, memperparah gejala ulkus, dan mengganggu
masuknya makanan. Tujuan terapi adalah mencegah refluks, mencegah rasa nyeri dan pemulihan ulkus peptikum. Alcohol dan kafein juga meningkatkan sekresi asam lambung.
iritasi akibat peradangan mukosa esophagus, dan menurunkan erosi serta keasaman Terapi lain juga meliputi peningkatkan intake asam lemak omega 3 dan 6,
asam lambung. probiotik, turmeric (dipercaya dapat menghambat penempelan H.pylori ke dinding
Sekresi asam lambung memuncak 2-3 jam setelah makan. Oleh karena itu, lambung), serta konsumsi rutin cranberry (mengandung phenolic antoxidant, mungkin
penderita GERD disarankan untuk tetap berdiri dan jangan berbaring setelah makan dapat membantu mengeradikasi H.pylori)
supaya asam lambungnya bertahan di bagian bawah akibat gravitasi. Ini juga yang Notes : pada awalnya dokter dokter menyarankan penderita gastritis dan peptic
menjadi alasan penderitajangan makan 3-4 jam sebelum tidur malam. Selain itu, ulcer untuk melakukan pantangan makanan tertentu, seperti cabai, makanan asam,
makanan yang tinggi lemak, cokelat, dan alcohol dapat merelaksasikan LES sehingga makanan keras, dll. Namun, dari tahun 1950 hingga sekarang, tidak ada penelitian yang
refluks lebih mudah terjadi. membuktikan kebenaran diet ini terhadap insidens progress penyembuhan peptic ulcer.
Mengenai sekresi asam lambung, rokok, alcohol, dan kafein dapat meningkatkan Maka, pasien peptic ulcer tidak disarankan melakukan pantangan khusus karena
sekresi asam lambung. Jadi hindarilah konsumsi zat ini. Selain itu, makan dalam jumlah dikuatirkan menimbulkan efek-efek lain. Kecuali alcohol, rokok, dan kafein, mereka sudah
besar jugaakan meningkatkan sekresi asam lambung terbukti mengiritasi dan merangsang lambung. (textbook Shils-modern nutrition in health
Saran lain : jangan memakai baju yang ketat,terutama setelah makan. Makanlah n disease,dan Manual of Gastroenterology. Tambahan aja, meskipun di slide dikasih saran
makanan dengan diet seimbang dengan jumlah serat cukup. Lalu jika telah terjadi menghindari makanan pedas,etc)

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


Terapi small frequent feeding (makan sering dalam jumlah kecil) mungkin dapat - karbohidrat kompleks, hindari karbohidrat sederhana (seperti
membuat pasien merasa lebih nyaman karena kemungkinan refluks menurun, laktosa,glukosa,dekstrosa) karena memiliki osmolaritas yang tinggi
merangsang aliran darah dan gaster, - mengonsumsi serat dan jangan banyak minum sambil makan. Serat bermanfaat
menurunkan waktu transit di sistem GI atas dan otomatis menurunkan laju
Kanker Lambung absorpsi glukosa (bila laju penyerapan glukosa tinggi, insulin disekresi dalam
Dapat berakibat malnutrisi akibat kehilangan darah dan protein, atau lebih umumnya jumlah besar bahkan bisa melebihi jumlah glukosa yang diserap, sehingga akan
akibat obstruksi dan gangguan mekanik dalam proses pencernaan. Konsumsi buah- terjadi gejala hipoglikemi)
buahan, sayur, dan selenium mungkiin dapat mencegah kanker lambung. (Ada penelitian - hindari aktivitas satu jam setelah makan, biasakan beristirahat setelah makan.
yang mengatakan diet tinggi serat berbanding terbalik dengan angka kejadian kanker - Hindari laktosa,seperti dalam susu dan eskrim, yang masih bisa ditoleransi
gastrointestinal.) adalah keju dan yoghurt
Di sisi lain, risiko kanker ditingkatkan konsumsi alcohol, kelebihan berat badan,
infeksi kronik H.pylori, rokok, konsumsi acar dan makanan tinggi garam, serta konsumsi
mikronutrien yang inadekuat. KELAINAN PADA TRAKTUS GI BAWAH
Untuk terapi, pertama-tama tentukan lokasi kanker, sifat dan natur gangguan Gas Intestinal dan Flatulens
fungsional yang terjadi, serta staging kanker. Pasien dengan kanker yang lanjut dan tidak Pada suatu keadaan, lambung dan usus kita bisa terisi banyak gas yang
dapat dioperasi harus menjalani diet yang disesuaikan dengan toleransi, preferensi, dan menyebabkan seringnya buang angin. Peningkatan gas ini dikarenakan oleh fermentasi
kenyamanan mereka. bakteri, terutama pada konsumsi karbohidrat, dan hal ini dapat menimbulkan rasa tidak
Hampir seluruh pasien kanker mengalami anoreksia pada stadium lanjut, berikan nyaman pada perut dan kembung.
terapi nutrisi dengan makanan cair atau infuse. Beberapa penyebab dari hal tersebut antara lain inaktivitas fisik, motilitas saluran
pencernaan yang menurun oleh berbagai sebab, aerophagia atau menelan udara,
Dumping Syndrome komponen makanan yang kita konsumsi, atau kelainan yang terdapat dalam saluran
Adalah gejala kompleks berupa percepatan laju gastric emptying dengan tidak maupun organ pencernaan.
terkendali ke usus halus, akibatnya kemampuan digesti dan absorpsi usus halus Terapi nutrisi yang sesuai untuk masalah ini adalah kita harus mengurangi asupan
terganggu. Penyebabnya adalah gastrectomy total atau subtotal, manipulasi pylorus, karbohidrat yang kemungkinan besar mengalami malabsorpsi dan fermentasi. Contoh
fundoplication(fundus dipuntir melingkari esophagus), dan gastric bypass (operasi makanan yang harus dikurangi adalah golongan kacang-kacangan (legume), serat yang
pengecilan ukuran lambung, dilakukan untuk orang obesitas). Apabila penyebabnya larut, resistant starch (sejenis tepung), dan karbohidrat sederhana seperti fruktosa dan
adalah vagotomy dan pyloroplasty, akan terjadi percepatan laju cairan. Jika vagotomy dan gula alkohol.
antrectomy, percepatan cairan dan zat padat.
Terapi nutrisi : tujuannya mencegah masuknya makanan dalam jumlah besar ke Konstipasi
usus. Maka disarankan : Konstipasi adalah keluhan (bukan penyakit) yang sering dijumpai pada keadaan
- frequent small feeding (makan jumlah sedikit tapi sering) sehari-hari. Konstipasi atau sembelit ini adalah terhambatnya defekasi dari kebiasaan
- makanan tinggi protein(20% dari total kalori) dengan lemak sedang(30%) namun normal. Pengertian ini dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses yang
total kalori cukup kurang, konsistensinya keras dan kering. Penyebab terjadinya konstipasi banyak, namun
beberapa di antaranya yang paling sering terjadi adalah tidak menghiraukan keinginan

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


untuk defekasi, kurangnya serat dalam asupan makanan sehari-hari, kurangnya cairan lipid. Peningkatan ekskresi lipid dapat diukut dengan menentukan level lipid feses.
yang dikonsumsi, inaktivitas fisik, dan penggunaan laksati yang kronik. Biasanya ekskresi lipid yang lebih dari 0,3(g/kg)/hari dapat dianggap sebagai steatorrhea.
Anjuran terbaik untuk penderita konstipasi adalah mengkonsumsi serat yang larut Steatorrhea dapat mengakibatkan turunnya berat bedan secara kronis. Karena hal
maupun tidak larut dalam jumlah yang cukup dan meminum air yang cukup setiap hari. tersebut, tubuh membutuhkan peningkatan asupan kalori terutama dalam bentuk protein
Serat dapat meningkatkan kandungan cairan feses dalam kolon karena mengikat air, dan karbohidrat kompleks.
selain itu dapat meningkatkan massa mikrobial, massa feses, dan frekuensi defekasi, serta Salah satu nutrisi yang dapat diberikan pada penderita steatorrhea adalah MCTs.
tingkat transit pada kolon. Serat juga dapat melunakkan konsistensi feses sehingga Medium-chain triglycerides (MCTs) adalah trigliserida-trigliserida yang terdiri atas 3 asam
memudahkan feses untuk dikeluarkan. lemak rantai sedang. Berbeda dengan asam lemak rantai panjang, asam lemak rantai
Jumlah serat yang dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya adalah sekitar sedang dapat diabsorpsi langsung ke dalam aliran darah tanpa adanya garam empedu.
14g/1000kkal. Serat ini dapat ditemukan dalam berbagai jenis makanan seperti whole MCTs dapat diberikan pada penderita steatorrhea karena kemampuannya tersebut untuk
grain, buah, sayur, polong-polongan, biji-bijian, dan kacang-kacangan. masuk dalam vena porta dan ditransport ke hati tanpa pembentukan micelle dan
resintesis menjadi trigliserida dalam sel usus, sehingga lebih mudah diabsorpsi tanpa
adanya garam empedu. Sumber makanan MCTs adalah coconut oil. Selain MCTs,
Diare diperlukan pula asupan mikronutrien seperti vitamin larut lemak (A, D, E, K), Ca, Zn, Mg.
Diare memiliki karakteristik defekasi yang sering dengan feses yang encer, diikuti
dengan hilangnya sejumlah besar cairan dan elektrolit, terutama sodium (Na +) dan Striktur dan Obstruksi GI
potasium (K+). Striktur atau penyempitan (stenosis) dan obstruksi dapat terjadi pada saluran
Diare dapat disebabkan berbagai hal yang terkait dengan penyakit inflamasi, infeksi gastrointestinal. Hal-hal yang menyebabkan kelainan ini adalah tumor intestinal, jaringan
(oleh jamur, bakteri, virus), medikasi (obat-obatan yang dikonsumsi seperti laksatif), parut dari operasi GI, inflammatory bowel disease (IBD), ulkus peptikum, dan enteritis
konsumsi gula yang berlebihan, kerusakan lapisan mukosa yang berperan dalam absorpsi, radiasi. Apabila saluran pencernaan mengalami obstruksi parsial maka juga akan terjadi
reseksi saluran GI, dan malnutrisi. obstruksi makanan. Makanan yang paling sering menyebabkan obstruksi adalah yang
Langkah pertama penanganan diare adalah penggantian cairan dan elektrolit yang berasal dari tumbuhan yang berserat.
hilang dengan konsumsi cairan elektrolit, sup atau air kaldu, jus sayur-sayuran, dan cairan Phytobezoar  Bezoar adalah massa yang terperangkap pada sistem
isotonik lainnya. Sedangkan pada tahap selanjutnya dapat diberikan karbohidrat tepung- gastrointestinal (biasanya lambung) walaupun massa ini dapat terperangkap pada lokasi
tepungan seperti sereal atau roti, daging rendah lemak, dan ditambah sayur, buah dalam yang lain. Terdapat beberapa variasi bezoar, beberapa di antaranya mengandung
jumlah sedikit dan diikuti dengan konsumsi lemak. konstituen nonorganik dan yang lain organik. Phytobezoar adalah salah satu jenis bezoar
Penggunaan probiotik dalam makanan atau suplemen juga cukup membantu. yang mengandung materi makanan dari tanaman yang tak dapat dicerna seperti selulosa.
Biasanya probiotik ini cukup berpengaruh pada diare yang berkaitan dengan antibiotik, Biasanya phytobezoar sering ditemukan pada pasien dengan kelainan pencernaan dan
traveller diarrhea, pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dan beberapa jenis diare anak. penurunan motilitas lambung.
Steatorrhea Terapi nutrisi yang dibutuhkan adalah :
Steatorrhea adalah adanya lemak yang banyak pada feses. Feses dapat mengapung - Makanan yang mengandung serat dibatasi, dengan kata lain membatasi makan buah,
di air akibat lipid yang berlebihan, memiliki penampakan yang berminyak dan biasanya sayur, dan coarse grain
bau yang khas. Biasanya steatorrhea ini disebabkan operasi reseksi (eksisi atau - Menyediakan kurang dari 10-15 g serat, biasanya dalam ukuran kecil seperti pada sayur,
pemotongan bagian suatu organ) organ yang terlibat dalam pencernaan dan absorpsi jus buah, sereal, dan roti.

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


- Pada obstruksi distal atau striktur, tetap menjaga konsistensi feses lunak dengan o Apabila terdapat malabsorpsi lemak maka MCTs dibutuhkan dalam makanan
mengkonsumsi serat dalam jumlah sedang tapi dalam ukuran partikel yang kecil seperti karena berguna meningkatkan asupan kalori dan absorpsi nutrien yang larut
jus dan meminum air yang cukup lemak.
o Asupan asam lemak n-3 perlu ditingkatkan karena memiliki efek antiinflamasi
KELAINAN PADA USUS KECIL o Probiotik dapat memodifikasi flora mikrobial
Inflammatory Bowel Disease o Prebiotik (seperti oligosakarida) dapat merubah campuran mikroorganisme-
Dua bentuk utama IBD adalah Crohn disease dan kolitis ulseratif. Karakteristik dari mikroorganisme dalam flora kolon, mendukung adanya lactobacillus dan
penyakit ini adalah diare, demam, penurunan berat badan, anemia, intoleransi makanan, bifidobakteria, penekan mikroflora patogen dan oportunis, dan meningkatkan
malnutrisi, kegagalan pertumbuhan, dan manifestasi ekstraintestinal seperti artritis, produksi SCFAs. Short chain fatty acid (SCFAs) adalah sub-kelompok dari asam
dermatologis, dan hepatis. Penyebab awal terjadinya penyakit ini adalah predisposisi lemak dengan ekor alifatik dengan kurang dari 6 karbon. Contohnya adalah asam
genetik yang didukung oleh iritan seperti virus, bakteri, atau proses autoimun. Hal-hal ini asetat, asam propionat, asam isobutirat, asam butirat, asam laktat, dll. Asam lemak
memicu aktivasi abnormal dari respon imun mukosa dan respon sistemik sekunder yang rantai pendek ini seperti rantai sedang yang dapat langsung masuk ke vena porta
mengakibatkan kerusakan sel usus kecil dan usus besar dengan malabsorpsi, ulserasi, selama pencernaan lipid. Bedakan dengan asam lemak rantai panjang yang harus
atau striktur. Ujung-ujungnya terjadi diare, penurunan berat badan, dan pertumbuhan dikemas dalam kilomikron dan masuk kapiler limfatik dan masuk ke pembuluh
yang terhambat. darah vena subklavia. Asam lemak rantai pendek dibentuk saat serat difermentasi
Beberapa penyakit yang berhubungan nutrisi dengan IBD antara lain : di dalam kolon.
- Anemia terkait hilangnya darah dan konsumsi yang kurang
- Penyempitan saluran GI dan striktur yang mengakibatkan rasa kembung, nausea, Faktor risiko yang terkait dengan kambuhnya IBD adalah peningkatan asupan sukrosa,
pertumbuhan berlebih bakteri, dan diare kurangnya asupan buah dan sayuran, kurangnya konsumsi serat, banyaknya asupan
- Malabsorpsi daging merah, alkohol, dan perubahan rasio asam lemak n-6/n-3.ntir ini
- Nafsu makan menurun, timbulnya rasa cemas dan takut karena nyeri abdomen,
kembung, nausea, atau diare
- Interaksi obat dan nutrien
Goal primer terapi nutrisi dalam penyakit ini adalah untuk mengembalikan dan
mempertahankan status nutrisi pasien dengan IBD. Terapi nutrisinya antara lain:
o Kebutuhan energi tidak terlalu meningkat
o Kebutuhan protein perlu ditingkatkan tetapi jarang yang melebihi 50% daripada
normal
o Suplementasi vitamin serta mineral juga perlu, contonya asam folat, vitamin B6,
B12, Zn, K, dan Se.
o Makan sedikit dengan frekuensi sering ditoleransi lebih baik
o Sejumlah kecil isotonik, cairan, suplemen oral juga bermanfaat

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


o Bentuk infektif stadium kista matang. Kista dapat hidup lama dalam air
(10-14 hari). Kista juga tahan terhadap klor yang terdapat pada aor ledeng.
Kista akan mati pada suhu 500C atau dalam keadaan kering.
o Life cycle:
Bila kista matang tertelan kista masuk lambung dalam keadaan utuh
(dinding kista tahan thd asam lambung) masuk ke lumen terminal usus
halus, dicernakan ekskistasi keluarlah stadium tropozoit yang masuk ke
lumen usus besar. Stadium kista dibentuk dari stadium tropozoit yang
berada di lumen usus besar. Stadium tropozoit dapat ditemukan pada tinja
yang konsistensinya lembek atau cair, sedangkan stadium kista biasanya
ditemukan pada tinja padat (karena kista tidak patogen; hanya merupakan
stadium yang infektif)
o Patogenesis
Stadium tropozoit dapat bersifat patogen dan menginvasi usus besar ikut
aliran darah nyebar ke hati, paru, otak, kulit, dan vagina merusak
jaringan tersebut (sesuai dgn namanya: “histo-lytica” = menghancurkan
KULIAH PARASIT PART 2
jaringan). Predileksi utamanya di daerah apendiks atau sekum.
Protozoa Penyebab Penyakit Gastrointestinal
o Gejala klinis
OLEH: PROF.DR. SALEHA SUNGKAR
 Amebiasis intestinal: nyeri perut dan diare dengan tinja berlendir atau
berdarah, tidak nafsu makan BB turun. Kalau kronik (menahun),
 Entamoeba histolytica (subphylum: sarcodina) diarenya diselingi sembelit dan ada rasa tidak enak di perut.
o Morfologi:
 Amebiasis ekstraintestinal: ada abses hati (paling sering), demam,
Dalam daur hidupnya, E. histolytica mempunyai 2 stadium: trofozoit dan
batuk, dan nyeri perut kuadran kanan atas.
kista. Tropozoit berukuran 10-60 mikron (kalo’ sel darah merah sekitar 7 o Diagnosis pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan serologi untuk
mikron), mempunyai inti entameba yang terdapat di endoplasma,
mendeteksi antibodi, deteksi antigen, PCR.
ektoplasma bening homogen terdapat di bagian tepi sel, pseudopodium o Pengobatan
(kaki semu) besar dan lebar seperti daun, pergerakannya cepat dan menuju  Obat yang bekerja pada lumen usus:
suatu arah (linier), endoplasma berbutir halus (biasanya mengandung  Paromomisin (humatin): dosis 25-35 mg/kgbb/hari selama 7 hari
bakteri atau sisa makanan). Bila ditemukan sel darah merah pd tropozoit,  Diloksanaid furoat (furamid, entamizol): dosis 3 kali 500 mg perhari
disebut erythrophagocytosis, yang merupakan ciri khas infeksi parasit ini. selama 10 hari.
Kistanya berukuran 10-20 mikron, bentuknya bulat atau lonjong, punya inti  Iodoquinol (iodoksin): dosis 3 kali 650 mg/ hari selama 20 hari.
entameba.  Obat yang bekerja pada jaringan:
o Disease Amoebiasis, Amoebic dysentri, Amoebic liver abses. Manusia  Emetin hidroklorida
 Metronidazole: dosis 3x750 mg/ jari selama 7-10 hari.
merupakan satu-satunya hospes parasit ini.
o Pencegahan dengan kebersihan perorangan (cuci tangan) dan kebersihan
o Epidemiologi Amebiasis terdapat di seluruh dunia (kosmopolit), terutama
lingkungan (masak air minum sampai mendidih, mencuci sayur dan buah
di daerah tropik dan daerah beriklim sedang.
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
dengan bersih, menutup makanan yang dihidangkan, buang sampah di dari duodeno-jejunal junction untuk mencari tropozoit. Bila masih tidak
tempat tertutup, serta tidak menggunakan tinja manusia sebagai pupuk). ditemukan, dapat dilakukan biopsi usus. Pemeriksaan yang lain adalah
dengan deteksi antigen.
 Giardia lamblia (subphylum: mastigospora) o Pengobatan
o Disease: giardiasis  Tinidazol dosis tunggal (2 gr pada dewasa; 30-35 mg pada anak)
o Epidemiologi kosmopolit; prevalensinya makin tinggi pada sanitasi yang  Metronidazol
buruk. G. lamblia lebih sering ditemukan pada anak daripada dewasa,  Kuinakrin, pilihan untuk ibu hamil (ES lebih berat dari metronidazol)
 Furozolidon berbentuk cairan; untuk bayi dan anak
terutama anak berumur 6-10 tahun. Pada orang dewasa, giardiasis
ditemukan pada orang yang bepergian (traveler’s diarrhea). Di daerah  Balantidium coli (ciliate protozoa)
endemis, infeksi lebih sering ditemukan pada bayi. o Disease: balantidiosis atau disentri balantidium
o Life cycle: o Life cycle
Parasit ini juga memiliki 2 stadium: kista dan tropozoit. G. lamblia hidup di B. coli adalah protozoa terbesar pada manusia. Ia hidup di selaput lendir usus
lumen usus kecil, yaitu duodenum, bagian proksimal jejenum, serta kadang- besar, terutama di sekum. Ia memiliki 2 stadium selama hidupnya: vegetatif
kadang di saluran dan kandung empedu. Bila kista matang tertelan (tropozoit) dan kista. Stadium vegetatif merupakan stadium yang berfungsi
ekskistasi di duodenum sitoplasmanya membelah dan flagel tumbuh dari untuk berkembang biak dengan cara belah pasang transversal. Stadium kista
aksonema terbentuk 2 tropozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat, hanya berfungsi untuk bertahan dan merupakan bentuk infektif. Bila kista
tropozoit berada di antara vili usus dan bergerak dari satu tempat ke tempat tertelan ekskistasi di usus halus stadium vegetatif, yang segera
lain. Dengan batil isapnya, si tropozoit akan melekatkan diri pada epitel berkembangbiak dan membentuk koloni kedua stadium keluar bersama
usus. Kalo’ jumlahnya banyak sekali, tropozoit dapat menutupi permukaan feses kista tertelan infeksi dst.
usus halus. Tropozoit yang tidak melekat pada mukosa usus akan mengikuti o Epidemiologi: hospesnya adalah babi, tikus, dan beberapa spesies kera
gerakan peristaltik menuju usus besar. Nah, selama perjalanan itulah terjadi tropik. Sayangnya, kadang2 parasit ini juga ditemukan pada manusia. Parasit
enkitasi (pembentukan kista). Tinja padat berisi kista, sedangkan tinja cair ini ditemukan di seluruh dunia yang beriklim subtropik dan tropik, tetapi
atau lunak biasanya berisi tropozoit. frekuensinya rendah.
o Gejala Klinis: sangat bervariasi, tergantung dari jumlah kista yang tertelan, o Patogenesis: tropozoit dapat menginvasi mukosa usus besar dan
lamanya infeksi, serta faktor hospes dan parasitnya sendiri. Gejala akut menyebabkan ulserasi. Ia juga mensekresikan enzim hialuronidase, yang
dimulai dengan rasa tidak enak di perut yang diikuti mual dan kehilangan mendegradasi jaringan usus dan memudahkan penetrasi ke mukosa usus
nafsu makan. Bisa juga disertai demam ringan. Kemudian diikuti diare yang membentuk abses kecil abses pecah ulkus yang menggaung.
berbau busuk. Pada tinja jarang ditemukan lendir dan darah. Gejala akut o Gejala Klinis: dapat asimptomatik atau simptomatik (diare kronik, disentri,
berlangsung 3-4 hari dan bisa sembuh spontan. Pada fase subakut atau mual, kolitis, nyeri perut, penurunan berat badan, serta ulserasi sampai
kronik: diare hilang timbul selama 2 thn atau lebih, penderita merasa lemah, perforasi usus).
sakit kepala dan sakit otot, malabsorpsi dan penurunan BB, serta gangguan o Diagnosis: menemukan tropozoit dalam tinja encer atau melalui
pertumbuhan (pd anak). sigmoidoskopi atau kolonoskopi. Kista juga dapat ditemukan dalam tinja.
o Diagnosis: dianjurkan pemeriksaan tinja selama 3 hari berturut-turut atau 2 o Pengobatan: tetrasiklin, metronidazol.
hari sekali selama 10 hari, karena kista dan tropozoit dikeluarkan secara
 Blastocystis hominis
periodik. Pada infeksi ringan, dapat dilakukan pemeriksaan cairan yg berasal o Disease: blastocystosis
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
o Epidemiologi: terutama ditemukan di daerah tropik.
o Morfologi dan Life cycle  Crytosporidium parvum (Phylum apicomplexa)
B. hominis mempunyai 4 bentuk: vakuolar, granular, ameboid, dan bentuk o Disease: cryptosporidiosis
kista. o Epidemiologi: ditemukan di seluruh dunia, infeksi pada laki-laki lebih tinggi.
Bentuk alveolar paling sering ditemukan pada tinja atau biakan. Di tengah Hewan maupun manusia dapat menjadi sumber infeksi. Merupakan salah
ada struktur mirip vakuol yang tampak transparan dan refraktil. Vakuol satu penyebab traveler’s diarrhea.
disebut benda sentral, yang dikelilingi oleh sitoplasma perifer yang o Life cycle
mengandung nukleus, mitokondria, dan badan Golgi. Inti 1-4.. Parasit ini termasuk Coccidia yang mirip Isospora dan Toxoplasma. Bila
Bentuk granular sel berisi granula. Stadium ini dibentuk dari stadium ookista matang tertelan ekskistasi di traktus GI atas sporozoit keluar
vakuolar. Fungsinya belum diketahui. dari ookista dan masuk ke sel epitel usus pada bagian apeks, tetapi tidak di
Bentuk Ameboid bentuk tidak teratur dan banyak ditemukan dalam tinja dalam sitoplasma (disebut meront) parasit berkembang biak secara
atau biakan. Mirip leukosit. aseksual (merogoni) dan menghasilkan merozoit yang memasuki sel lain
Bentuk kista polimorfik, tapi kebanyakan oval atau sirkular, dengan atau merozoit membentuk mikro dan makrogametosit berkembang menjadi
tanpa lapisan membran. Mengandung mitokondria dan inti. mikro dan makrogamet pembuahan terbentuk ookista lagi, yang
B. hominis berkembang biak secara aseksual dengan 4 macam
mengadung 4 sporozoit.
pembelahan: belah pasang, plasmotomi, skizogoni, dan endodiogeni. Pada Ada 2 macam ookista: yang berdinding tipis dan mengeluarkan sporozoit di
manusia biasanya terjadi belah pasang. Bentuk ameba berkembang dengan dalam usus, dan yang berdinding tebal (dikeluarkan melalui tinja). Masa
plasmotomi, yaitu terpotongnya satu atau lebih dari satu bagian (progeni prepaten, yaitu waktu antara infeksi dan pengeluaran ookista berkisar 5-21
dari tonjolan2 sel). Progeni mengandung satu atau lebih nukleus, tapi tidak hari.
memiliki benda sentral. o Patogenesis: traktus intestinal merupakan tempat utama kriptosporoidosis.
Benda sentral adalah organel di mana terjadi skizogoni. Sel induk atau Tempat lain yaitu paru, telinga bagian tengah, saluran empedu, pankreas,
skizon berisi progeni sampai sampai sel pecah dan progeni menyebar ke dan lambung. Infeksi ekstraintestinal lebih sering mengenai saluran empedu
sekitarnya. Makin besar jumlah progeninya, makin kecil ukurannya. dan dapat menyebabkan calculus biliary disease.
Endodiogeni lebih jarang dan menghasilkan 2 progeni yang besar di o Gejala Klinis: diare, anoreksia, BB turun, kehilangan cairan dalam jumlah
dalam badan sentral. besar. Pada pasien aids, manifestasi klinisnya adalah: diare seperti kolera,
Bentuk kista adalah bentuk yang paling tahan terhadap pengaruh
diare kronis, diare intermiten, diare transient.
lingkungan di luar hospes dan mungkin merupakan satu2nya bentuk infektif. o Diagnosis: menemukan ookista dalam tinja, deteksi antigen ELISA, biopsi,
o Patogenesis: masih kontroversial, antara patogen atau hanya komensal.
dan PCR
o Gejala Klinis: diare, flatulensi, anoreksia, BB turun, muntah, mual,
o Pengobatan: perbaikan sistem imun dengan active antiretroviral therapy
konstipasi, dll. Infeksinya juga dihubungkan dengan kolitis ulserosa, ileitis
(HAART). Jika HAART tidak memungkinkan, digunakan beberapa antibiotik:
terminal, dan enteritis.
paramomisin, azitromisin, nitazoksanid, spiramisin.
o Diagnosis: menemukan parasit tsb pada tinja dengan pemeriksaan
langsung. Biasanya ditemukan bentuk vakuolar.  Cylclospora cayetanesis (Phylum: apicomplexa)
o Pengobatan: pengobatan dianjurkan hanya bila ditemukan B. hominis pada o Disease: Cyclosporiasis
tinja dan disertai gejala. Obatnya adalah metronidazol iodoquinol, atau o Epidemiologi: infeksi dapat terjadi pada semua umur, penyebab traveler’s
furazolidon. diarrhea.

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


o Life cycle o Disease: Microsporidiasis
Ookista yang belum matang dikeluarkan bersama tinja terjadi sporulasi dalam o Daur hidup
satu sampai beberapa minggu pada suhu tinggi dan lembab oookista matang Microsporidia adalah parasit obligat intraseluler yang mempunyai 2 fase
(berisi dua sporokista yang masing2 mengandung 2 sporozoit). Parasit ini perkembangan: skizogoni (merogoni) dan fase sporogoni. Infeksi dimulai
terdapat intrasitoplasmik dan perkembangan terjadi dalam vakuol pada dengan masuknya spora ke dalam sel hospes. Tempat utamanya adalah sel
enterosit yeyenum. Infeksi terjadi dengan menelan ookista matang. epitel traktus GI dan traktus respiratorius. Setelah terjadi penonjolan polar
o Gejala Klinis: konstipasi, diare (bukan keluhan utama), anoreksia, BB turun, filamen dan pengeluaran isi spora ke dalam sel hospes, ia akan membelah
kembung, sering flatus, nyri ulu hati, mual, muntah, nyeri, otot, demam ringan, diri melalui proses merogoni yang diikuti diferensiasi menjadi spora
lelah. Sering ditemukan diare yang bergantian dengan konstipasi (sporogoni). Sporoplasma akan berkembang biak menjadi meron. Membran
o Diagnosis: ditegakkan dengan menemukan ookista dalam tinja, bisa juga dengan sel meron menebal, kemudian berdiferensiasi membentuk sporon. Sporon
PCR. membelah dan membentuk sporoblas, kemudian menghasilkan spora
o Pengobatan: trimetoprim + sulfametoksazol. Obat lainnya: metronidazol, matang. Spora yang dikeluarkan dapat menginfeksi sel lain atau ke
tinidazol, dan siprofloksasin. lingkungan melalui tinja, urin, atau sekresi saluran napas.
o Gejala Klinis: pada infeksi intestinal, frekuensi BAB sekitar 1-20 kali per hari
 Isospora belli
dengan konsistensi cair. Bila infeksi pada kandung empedu dapat disertai
o Disease: Isosporiasis
o Epidemiologi: penularan terjadi melalui makanan dan air yang terkontaminasi nyeri abdomen, muntah, dan demam.
o Diagnosis: pemeriksaan mikroskopis, metode molekuler, dan uji serologi.
dengan ookista atau sporokista. Infeksinya lebih sering ditemukan pada
o Pengobatan: albendazol, fumagilin, dan talidomid.
penderita Aids.
o Morfologi dan Life cycle
Hanya diketahui stadium ookista yang bentuknya bujur memanjang. Ookista Jangan lupa baca summary dari Prof. Saleha di slide, ya…
menjadi matang dalam 1-5 hari. Sporokista menghasilkan 4 sporozoit yang
bentuknya memanjang dan mempunyai satu inti. Infeksi terjadi jika menalan
ookista atau sporokista matang. Sporozoit masuk ke dalam usus dan K-8: MIKROBIOLOGI
berkembang biak secara endodiogeni membentuk 2 merozoit sel anak. Beberapa OLEH: DR. ANIS K.
sporozoit atau merozoit akan keluar usus dan masuk ke jaringan ekstraintestinal
membentuk stadium kista yang dormant. Kelenjar limfe mesenterik adalah yang Kuliah Mikrobiologi
paling sering terkena. Infeksi saluran cerna yang sering terjadi:
o Gejala Klinis: diare, steatore, sakit kepala, demam, malaise, nyeri abdomen,  Gastroenteritis: Sebuah sindrom yang timbul akibat gangguan dari saluran cerna.
muntah, dehidrasi, BB turun. Bisa nyeri, begah, diare dll.
o Diagnosis: dengan menemukan ookista dalam tinja, aspirasi duodenum,  Diare
duodenal string test, dan biopsi usus halus.  Disentri: diare berdarah + mukus
o Pengobatan: kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol, kombinasi
 Enterokolitis: menandakan adanya proses inflamasi saja, tidak mengarah ke gejala
pirimetamin dan sulfonamid, pirimetamin, roksitromisin (untuk pasien aids).
Untuk terjadi suatu penyakit, terdapat beberapa faktor yang menunjang, yaitu faktor
 Microsporidium
host, agent, dan environment.
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
2. Attachment
Faktor Pejamu (Host)  yang mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit Dengan adanya kemampuan ini, bakteri akan mampu melekat ke tubuh
- Tiap orang memiliki kerentanan yang berbeda-beda terdapat penyakit 3. Invasiveness
- Manusia sebagai spesies juga memiliki kerentanan terhadap agen tertentu, Merupakan kemampuan bakteri untuk bisa masuk ke sel epitel. Tidak semua bakteri
contohnya Salmonella typhi hanya menyerang manusia, dan bukan binatang pathogen pada traktus gi memiliki kemampuan invasi.
- Genetik seseorang juga berpengaruh 4. Faktor-faktor virulensi lainnya (motilitas, kemotaksis, produksi musinase) 
- Usia merupakan faktor penting. Anak-anak dan orang lanjut usia lebih rentan menunjang dan meningkatkan kemampuan hidup mikroba
terhadap infeksi saluran cerna dibandingkan usia produktif. Faktor Environment
- Kebersihan pribadi juga sangat penting. Orang yang gaya hidupnya tidak bersih akan  merupakan faktor lain yang menunjang infeksi, seperti lingkungan, kebersihan, dll
rentan.
- Sistem imun seseorang sangat menentukan kemungkinan terjadinya infeksi. Sistem
tubuh manusia dalam keadaan baik akan membunuh kuman yang masuk sehingga Perjalanan penyakit traktus GI: ada makanan yang terkontaminasi  ditelan  bisa
tidak terjadi penyakit. terlokalisir dalam saluran cerna atau sistemik. Jika gejala terlokalisir, akan terjadi mual,
- Asam lambung dan pelindung fisik lainnya  pH normal biasanya <4, pada pengguna muntah, atau diare. Jika gejala sistemik, gejala yang ditimbulkan juga bersifat sistemik
antasid (penetralisir asam) biasanya pH naik, sehingga lebih rentan terhadap infeksi dengan demam sebagai gejala utama. Contoh infeksi traktus GI yang dapat menyebabkan
- Makanan yang masuk bertemu saliva yang sudah punya lisozim dan IgA yang gejala sistemik adalah Salmonella typhi.
menghancurkan mikroba  makanan masuk ke esofagus di lambung ada asam Bakteri yang menyebabkan penyakit di traktus GI memiliki faktor virulensi yang merusak
lambung yang pH nya rendah  sebagian besar bakteri sudah mati kalau ada yang saluran verna. Toksinnya dapat merubah sistem di sel saluran cerna.
masuk ke usus bisa bikin sakit
- Namun, di semua permukaan mukosa terdapat flora normal yang bisa mencegah INFEKSI DI LAMBUNG
pertumbuhan bakteri patogen. Jumlah bakteri flora normal ini (bakteri anaerob) - Infeksi pada lambung yang utama adalah ulkus peptikum atau gastritis. Banyak sekali
sangat tinggi dalam feses. Flora normal terbanyak adalah E.coli penyebabnya, NAMUN salah satunya adalah infeksi Helicobacter pylori.
- H. pylori merupakan bakteri gram negatif spiral, dapat bergerak. Bakteri ini dapat
Faktor Mikroba  faktor-faktor virulensi berkolonisasi di traktus GI. Terdapat bakteri helicobacter lain yang juga dapat
1. Toksin menyebabkan penyakit di lambung, seperti H. cinaedi, H. fenneliae. Namun yang
- Ada banyak mikroba yang dapat menyebabkan penyakit di saluran cerna paling sering adalah H. pylori
- Bakteri tersebut akan mengeluarkan toksin, bisa eksotoksin dan endotoksin. - H. pylori sebenarnya merupakan mikroba yang sangat sensitif terhadap asam
Pada saluran cerna, kebanyakan bakteri mengeluarkan eksotoksin, yang dapat lambung. Tapi dia punya urease yang menetralisir asam lambung yang ada di sekitar
menyebabkan infeksi menjadi lebih buruk dan menyebabkan penyakit dia. Kalau berhasil, dia –mencapai dasar lambung attach sampai di dasar gastric
- Ada juga bakteri yang mengeluarkan toksin jenis lain, yaitu Clostridium pit yang tidak dipengaruhi oleh asam lambung  selanjutnya akan terhindar dari
botulinum yang mengeluarkan neurotoksin. Neurotoksin yang dikeluarkan oleh asam lambung.
bakteri tersebut akan memasuki saluran cerna, namun tidak menyebabkan - Bakteri ini juga menghasilkan superoksida dismutase dan katalase (umum dihasikan
gejala pada saluran cerna. Neurotoksin akan masuk ke peredaran sistemik dan mikroba lain)  memproteksi dirinya dari fagositosis.
menyebabkan kerusakan saraf

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


- Pemeriksaan mikrobiologi sangat sulit untuk menemukan H. pylori karena letaknya - Merupakan flora normal di tubuh kita, tapi saat ini sudah cukup banyak E. coli yang
yang di lambung. Bakteri ini sulit ditemukan di feses. menjadi patogen. Diperkirakan E. coli mendapatkan faktor virulensinya dari bakteri
- Pemeriksaan yang bisa memastikan infeksi H. pylori pada pasien adalah endoskopi lain. Kebanyakan faktor virulensi E.coli mirip dengan bakteri lain.
lalu biopsi. Namun metode ini invasif - Enteropathogenic E. coli (EPEC)  berevolusi  Enterohemorragic E. coli atau EHEC
- Metode yang tidak invasif adalah serologi atau dengan deteksi antigen pada feses. (tadinya EPEC yang mendapatkan faktor virulensi yang lebih banyak lagi)
Tentunya sensitivfitas dan spesifisitas yang jauh di bawah biopsi. Namun, tes antigen - EHEC bukan hanya ada di manusia, ada di sapi jadi flora normal  feses sapi
merupakan metode yang cukup menolong kalau tidak ada endoskopi. mengkontaminasi susu atau daging  wabah bahkan di USA
Bahayanya: EHEC memiliki beberapa faktor virulensi. Hemorrhagic dapat membuat
Diare perdarahan di kolon. EHEC juga menghasilkan ferotoksin 1 dan 2 yang akan masuk ke
- Untuk melakukan diagnosis diare, anamnesis merupakan tahap yang sangat penting dalam darah yang reseptornya ada di dalam ginjal, yaitu reseptor GB3  DAPAT
- Dari anamnesis, dokter dapat mengetahui keparahan, frekuensi, berapa banyak feses menyebabkan HUS (hemolytic-uremic syndrome). Pada fase ini pasien tidak dapat
diare, apakah diarenya air atau hanya ampas yang sedikit, dan bagaimana respon tertolong.
diare terhadap terapi sebelumnya. Selain itu, anamnesis dapat memberikan info - ETEC (Enterotoxin E. coli) paling banyak menyebabkan diare pada bayi dan balita.
apakan adanya demam, tenesmus (nyeri pada anus karena feses yang kadar asamnya ETEC mendapatkan virulensinya dari Vibrio cholerae.
tinggi), serta Riwayat bepergian atau makan makanan tertentu sebelum terjadinya - EIEC (Enteroinvasive E. coli) mendapat virulensinya dari Shigella. Toksinnya mirip
diare ini dengan toksin shigella  mampu menginvasi (masuk ke dalam) sel  terjadi
- Riwayat memakan seafood merupakan suatu penanda adanya infeksi vibrio cholera, inflammatory diarrhea (diare campur darah dan mukus)
spesies vibrio menginfeksi melalui seafood. - Uropathogenic E. coli dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
- Penggunaan antibiotik dalam satu bulan terakhir  pada pengguna antibiotik jangka
panjang dapat terjadi perubahan flora pada saluran cerna patogen tumbuh dengan Vibrio Cholerae
baik  dapat menyebabkan diare - Sangat sedikit penderitanya sekarang. Menyebabkan diare dengan feses seperti air
- Penurunan berat badan cucian beras. Sekali keluar bisa dua liter!  menyebabkan dehidrasi.
- Jika diare sudah berlangsung selama 1 atau 2 bulan terakhir, lihat adanya - Bentuk fesesnya benar-benar hanya seperti air.
kemungkinan HIV/AIDS. - Sebenarnya juga tidak tahan terhadap asam lambung.
- Lama diare dapat menjadi arah pemikiran penyebab. Jika diare baru sebentar  - Terdapat bermacam-macam Vibrio, ada yang serovar 01 dan non 01.
kemungkinan virus - Vibrio parahemolitikus – snagat berhubungan dengan seafood. Dulu banyak orang
- Curigai kemungkinan parasit jika disertai kekurangan gizi! jepang yang kena karena memakan ikan mentah
- SETELAH ANAMNESIS, pemeriksaan leukosit pada feses dapat memisahkan diare
menjadi diare inflamasi atau non-inflamasi kalau kurang dari 5 kemungkinan. VIRUS
- Yang paling penting adalah ROTAVIRUS
E.COLI - Lebih dari 50% diare anak di bawah 2 tahun terkena
- Pada bayi di bawah 6 bulan, IgG dan IgM masih didapat dari ibu. Sejak usia 6 bulan
hingga ke 2 tahun turun ( merupakan masa-masa yang rentan). Baru pas 2 tahun
sistem imun anak naik lagi.

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina


- Inkubasi rotavirus berlangsung selama 1 hingga 2 hari menghambat asetilkolin di neuromuscular junction  paralisis dari atas ke bawah, dimulai
- Sebenarnya self limiting  tangani cairannya, biasanya 7 hari sembuh jika intake baik. dari mata  bahaya jika kena otot pernafasan  pasien akhirnya harus pake ventilator
- Dalam 7 hari, dengan mekanisme yang belum jelas, akan sembuh.
- Deteksinya yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan antigen (serologi) pada feses. Fenomena yang sering terjadi adalah anak-anak sering terkena botulisme akibat konsumsi
madu. Oleh karena itu, di Amerika Serikat anak-anak di bawah satu tahun belum boleh
Antibiotic-Associated Diarrhea mengonsumsi madu.
- Terjadi gangguan pada flora normal perut. Bisa disebabkan berbagai bakteri
- Colstridium difficile, sebenarnya flora normal begitu punya kesempatan terinisiasi Staphylococcus
utnuk menghasilkan toksin (sito- dan enterotoksin) Dapat menyebabkan keracunan karena menghasilkan superantigen dan enterotoksin.
- Colitis pseudomembranosa, dulu merupakan penyakit nosokomial. Ada lapisan yang Biasanya enterotoksin labil terhadap panas, tapi yang dihasilkan ini dapat bertahan
sebenarnya adalah sel darah putih. Dokter biasanya tahu dari kondisi feses dan hingga 100 derajat selama tiga puluh menit. Kenyataannya, makanan yang kita masak
langsung dikasih metronidazole. jarang sekali mencapai suhu tersebut atau dimasak selama itu.
- Pemeriksaan sulit secara mikrobiologi karena disangka flora normal  karena itu  Gejala utama yang ditimbulkan adalah muntah.
perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan toksin. (Bacillus aureus juga menyebabkan muntah.)
- Gram positif anaerob
Bacillus cereus: (gw lupa apa nama depannya)  ada tipe emetik (disertai muntah) dan
FOOD BORNE DISEASE DAN FOOD POISONING tipe diare. Tipe emetik lebih mengarah ke food poisoning, sangat berhubungan dengan
Food-borne disease harus dibedakan dari food poisoning. Yang satu infeksi, yang satu konsumsi nasi goreng. karena nasi goreng biasanya menggunakan nasi kemarin yang
keracunan. Tapi arti sebenarnya ada perbedaan. Pada food-borne disease ada kolonisasi sudah terkena spora.
bakteri yang dilanjutkan dengan attachment. Namun, pada food poisoning tidak ada
kolonisasi. Penyebab food poisoning bukan hanya mikroba, namun bisa karena toksin, dan Kelainan pada Hati – Hepatitis
lain-lain. Biasanya food poisoning yang terjaid karena mikroba disebabkan oleh  Penularan fekal-oral  hepatitis A dan E
Clostridium botulinum dan Staphylococcus aureus.  Infeksi parenteral  hepatitis C
 Satu-satunya virus tipe DNA  hepatitis B
BOTULISME  Penularan lewat darah, tapi terutama lewat hubungan seksual  hepatitis B
BAKTERI C.botulinum merupakan bakteri anaerob. Karena sifatnya ini, biasanya botulisme  Penularan hepatitis D selalu bersama hepatitis B, entah didahului oleh hepatitis B
disebabkan karena memakan makanan kalengan yang terinfeksi oleh bakteri tersebut. kronik (superinfeksi) atau terinfeksi secara bersamaan (koinfeksi)  dapat diperiksa
Spora C.botulinum mengkontaminasi makanan kaleng  menghasilkan banyak gas dan menggunakan tes serologis
membuat kaleng mengembung.
Masalahnya, kalau gas dihasilkan belum berlebih, belum ketahuan adanya kontaminasi ini Interpretasi Tes Serologis HBV (lihat tabel di slide)
Interpretasi Tes Serologis HAV, HCV, HDV
Makanan kaleng terinfeksi—dihangatkan  spora berubah menjadi bentuk vegetative  Anti-HAV IgM-positive  infeksi akut HAV
yang menghasilkan toksin  toksin masuk ke saluran cerna  masuk ke saraf   Anti-HAV IgG-positive  pernah terinfeksi HAV
 Anti-HCV-positive  pernah atau sedang terinfeksi HCV
By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina
 Anti-HDV-positive, HBsAg-positive  infeksi HDV
 Anti-HDV-positive, anti-HBc IgM-positive  koinfeksi HDV dan HBV
 Anti-HDV-positive, anti-HBc IgM-negative  superinfeksi HDV pada infeksi HBV kronik

Gangguan empedu  bisa cholangitis, cholecystitis  karena penekanan oleh tumor atau
striktur (pada pasien yang terlalu lama makan lewat jalan parenteral sehingga terjadi
konstriksi saluran empedu). Penyebabnya biasanya flora normal saluran cerna.

By Biro Akademik dan Profesi FSI Ibnu Sina

Anda mungkin juga menyukai