Anda di halaman 1dari 11

KELIPING

ENERGI NUKLIR

NAMA : ANDRI IRAWAN


KELAS : X-2 (Teknik Kendaraan Ringan)
Daya nuklir adalah penggunaan terkendali reaksi nuklir guna
menghasilkan energi panas, yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Penggunaan daya nuklir guna kepentingan manusia saat ini masih
terbatas pada reaksi fisi nuklir dan peluruhan radioaktif.

Para peneliti sedang melakukan percobaan fusi nuklir untuk


menghasilkan energi. Energi panas dari fusi nuklir jauh lebih banyak
dari fisi nuklir, tapi sampai saat ini belum dapat ditemukan wadah
atau tempat sebagai reaktornya. Semua jenis batu kawah gunung
meleleh jika dipakai fusi, jadi sampai saat ini fusi nuklir belum dapat
digunakan untuk menghasilkan energi listrik.

Daya nuklir menyumbangkan sekitar 6% dari seluruh kebutuhan


energi dunia, dan 13-14% kebutuhan listrik di dunia. Gabungan
energi nuklir di Amerika Serikat, Perancis, dan Jepang menyumbang
50% dari seluruh pembangkit listrik nuklir yang ada.

Penggunaan energi nuklir sampai saat ini masih kontroversial dan


banyak memunculkan perdebatan. Para pendukungnya, seperti
Asosiasi Nuklir Dunia dan IAEA, mengatakan bahwa energi nuklir
adalah salah satu sumber energi yang dapat mengurangi emesi
karbon. Yang menolak, seperti Greenpeace dan NIRS, mempercayai
bahwa nuklir akan membahayakan manusia dan lingkungan.

Beberapa kecelakaan akibat nuklir dan radiasi telah bermunculan.


Kecelakaan akibat pembangkit listrik tenaga nuklir di antaranya
Bencana Chernobyl (1986), Bencana nuklir Fukushima Daiichi (2011),
dan Bencana Three Mile Island (1979). Untuk kecelakaan kecil pada
Kapal selam bertenaga nuklir misalnya pada K-19 (1961), K-27 (1968),
dan K-431 (1985). Penelitian internasional terus melakukan
peningkatan keamanan energi nuklir, seperti dengan pengamanan
nuklir pasif, dan adalanya kemungkinan untuk menggunakan fusi
nuklir.
Penggunaan
Sampai tahun 2005, pembangkit listrik nuklir menyediakan 6.3%
dari jumlah energi dunia, dan 15% dari listrik terpasang dunia.
Negara-negara seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Jepang
menyumbang 56.5% dari seluruh energi nuklir dunia. Tahun 2007,
IAEA melaporkan ada 439 reaktor nuklir yang dioperasikan di 31
negara di dunia. Pada bulan Desember 2009, jumlahnya turun
menjadi 436 reaktor. Sejak energi nuklir komersial mulai digunakan
tahun 1950an, tahun 2008 adalah tahun pertama dimana tidak ada
satu pun reaktor nuklir yang dibangun, meskipun tahun berikutnya
ada 2 reaktor baru lagi yang dibangun.

Penggunaan energi nuklir belakangan ini sedikit menurun sejak


tahun 2007, turun 1.8% pada tahun 2009 menjadi 2558 TWh dengan
menyumbang 13–14% kebutuhan listrik dunia. Salah satu faktor
penyebabnya adalah karena penutupan reaktor besar di Jepang di
Pembangkit listrik nuklir Kashiwazaki-Kariwa karena adanya Gempa
Chūetsu 2007.

Amerika Serikat memproduksi paling banyak energi nuklir, dengan


19% dari konsumsi listrik mereka diambil dari nuklir. Sedangkan
Perancis adalah negara pengguna nuklir dengan persentase terbesar-
negara ini mengandalkan 80% kebutuhan listriknya pada tahun 2006
dari nuklir. Di Uni Eropa secara keseluruhan, energi nuklir
menyediakan 30% kebutuhan listrik di kawasan itu. Peraturan energi
nuklir di setiap negara Uni Eropa berbeda-beda. Contohnya, ada
beberapa negara Uni Eropa seperti Austria, Estonia, Irlandia dan
Italia, tidak mempunyai reaktor nuklir aktif. Di sisi lain, Perancis
memiliki pembangkit nuklir dalam jumlah besar, ada 16 pembangkit
nuklir multi-unit yang sekarang digunakan.
Fusi nuklir
Reaksi fusi nuklir mempunyai potensi karena diyakini lebih aman
dan mengeluarkan sifat radioaktif lebih kecil daripada fisi nuklir.
Meski begitu, secara teknik masih susah untuk direalisasikan, dan
masih butuh pengembangan lagi sehingga skala penggunaannya bisa
cocok untuk sebuah pembangkit listrik. Penelitian terhadap
digunakannya fusi nuklir sudah dilakukan sejak tahun 1950-an.

Asal mula
Penggunaan energi nuklir sebagai membangkitkan listrik dimulai
pada awal abad ke-20, ketika elemen-elemen radioaktif seperti
radium, dapat menghasilkan energi yang sangat besar, sesuai dengan
prinsip E=mc². Penggunaan energi nuklir saat itu masih sulit untuk
dilakukan karena elemen radiokatifnya mempunyai paruh waktu yang
pendek. Situasi ini mulai agak berubah pada tahun 1930-an dengan
adanya penemuan fisi nuklir.

Tahun 1932, James Chadwick menemukan neutron, yang


kemudian dengan cepat menjadi alat yang potensial untuk
eksperimen nuklir karena tidak adanya muatan listrik. Eksperimen
dengan neutron membuat Frédéric dan Irène Joliot-Curie
menemukan radioaktivitas induksi tahun 1934, yang bisa membuat
elemen "seperti radium" yang harganya lebih murah daripada radium
asli. Selanjutnya pada tahun 1930-an Enrico Fermi berfokus untuk
menyempurnakan keefektifan dari radioaktivitas induksi ini.
Percobaan yang terus ia lakukan membuatnya menemukan satu
elemen baru yang dinamakan hesperium.
Pada tahun 1938, seorang ahli kimia asal Jerman Otto Hahn and
Fritz Strassmann, bersama dengan fisikawan asal Austria Lise Meitner
dan keponakan Meitner, Otto Robert Frisch, melakukan eksperimen
dengan hasil dari uranium-dengan-neutron, untuk meneliti lebih
lanjut klaim Fermi. Mereka menemukan bahwa neutron tersebut
dapat membelah nukleus atom uranium menjadi 2 bagian sama
persis, kebalikan dari Fermi. Hasilnya adalah seseatu yang sangat
mengejutkan: semua bentuk peluruhan nuklir hanya berakibat kecil
bagi massa dari nuklues, dimana proses ini kemudian dinamakan
sebagai fisi. Para peneliti selanjutnya, termasuk Leó Szilárd, kemudian
ia mengetahui, jika reaksi fisi melepaskan neutron tambahan, sebuah
reaksi rantai nuklir yang stabil bisa dihasilkan. Setelah hasil
percobaan ini diumumkan oleh Frédéric Joliot-Curie tahun 1939, para
peneliti dari banyak negara (termasuk Amerika Serikat, Britania Raya,
Perancis, Jerman, dan Uni Soviet) memberikan petisi pada
pemerintah mereka masing-masing untuk mendukung penelitian
nuklir fisi, tepat saat jatuhnya Perang Dunia II.

Di Amerika Serikat sendiri, mereka mulai membuat reaktor buatan


manusia pertama, yang kemudian dikenal sebagai Chicago Pile-1,
tanggal 2 Desember 1942. Proyek ini kemudian menjadi bagian dari
Proyek Manhattan, yang membuat uranium yang diperkaya dan
membangun reaktor besar untuk membuat plutonium yang akan
digunakan sebagai senjata nuklir pertama di dunia, yang kemudian
dipakai untuk mengebom kota Hiroshima dan Nagasaki.
Pasca Perang Dunia II, kemungkinan digunakannya energi atom
untuk penggunaan sehari-hari, tidak untuk perang, diusahakan
secara meluas sehingga digunakan sebagai alasan agar semua
penelitian nuklir tidak mesti diawasi oleh sebuah lembaga militer.
Meski begitu, para peneliti tetap setuju kalau seorang sipil yang
belajar nuklir membutuhkan sedikitnya satu dekade untuk dapat
menguasai nuklir. Fakta lainnya adalah reaktor nuklir juga dapat
digunakan untuk memproduksi senjata nuklir (plutonium) yang
membuat pemerintahan di berbagai negara (termasuk Amerika
Serikat, Britania Raya, Kanada, dan Uni Soviet) mencoba menerapkan
aturan agar semua percobaan nuklir berada di bawah kontrol dan
klasifikasi pemerintah. Di Amerika Serikat, penelitian reaktor berada
di bawah Komisi Energi Atom Amerika Serikat, yang berlokasi di Oak
Ridge, Tennessee, Situs Hanford, dan Laboratorium Nasional
Argonne.

Pekerjaan mengenai nuklir terus berlanjut di Amerika Serikat,


Kanada, Inggris, dan Uni Soviet di akhir 1940-an dan awal 1950-an.
Listrik pertama yang dihasilkan oleh reaktor nuklir untuk pertama kali
terjadi pada tanggal 20 Desember 1950 di stasiun percobaan EBR-I
dekat Arco, Idaho, dan berhasil memproduksi listrik sekitar 100 kW.
Nuklir juga digunakan pada kapal selam Amerika Serikat, seperti pada
kapal selam USS Nautilus milik AS yang diluncurkan tahun 1955.
Tahun 1953, Presiden Amerika Dwight Eisenhower memberikan
pidatonya yang berjudul "Atom untuk Perdamaian" di Perserikatan
Bangsa-Bangsa, ia menginginkan agar pengembangan energi nuklir
untuk tujuan "damai" dapat terealisasi dengan cepat.
Awal pengembangan

Pada tanggal 27 Juni 1954, Pembangkit Listrik Nuklir Obninsk di


Uni Soviet menjadi pembangkit listrik nuklir pertama di dunia yang
memproduksi listrik sebesar 5 kiloWatt.

Pada tahun 1954, Lewis Strauss, Direktur dari Komisi Energi Atom
Amerika Serikat mengatakan bahwa produksi listrik pada masa depan
"bisa sangat murah". Strauss merujuk pada fusi hidrogen yang pada
waktu itu secara rahasia dikembangkan menjadi bagian dari Proyek
Sherwoot tapi perkataan dari Strauss diterjemahkan sebagai suatu
janji bahwa fisi nuklir akan menjadi sumber energi yang sangat
murah.

Di acara Konferensi Pertama Jenewa Perserikatan Bangsa-Bangsa


pada tahun 1955, para insiyur dan peneliti bertemu untuk
menyelidiki lebih lanjut teknologi nuklir ini. Tahun 1957 EURATOM
diluncurkan di Komunitas Ekonomi Eropa (nantinya dikenal sebagai
Uni Eropa). Pada tahun yang sama, Badan Energi Atom Internasional
(IAEA) didirikan.

Pembangkit listrik tenaga nuklir komersial pertama di dunia,


Calder Hall di Sellafield, Inggris, dibuka pada tahun 1956 dan
menghasilkan listrik 50 MW (nantinya 200 MW). Sedangkan
generator nuklir komersial pertama di dunia yang dioperasikan
adalah Reaktor Shippingport, Pennsylvania, Amerika Serikat, dibuka
Desember 1957.

Limbah radioaktif tingkat rendah

Industri nuklir juga menghasilkan limbah radioaktif tingkat rendah


dalam jumlah yang besar. Biasanya limbah ini berbentuk barang biasa
yang terkontaminasi, misalnya pada baju, alat-alat, resin water
purifier, dan juga material-material yang digunakan untuk
membangun gedung reaktor. Di Amerika Serikat, Komisi Pelaksana
Nuklir telah berulangkali mencoba agar limbah nuklir tingkat rendah
ini dapat diperlakukan seperti sampah biasa: ditimbun, didaur ulang
kembali, dll. Kebanyakan limbah radioaktif tingkat rendah hanya
mengeluarkan radioaktif dalam jumlah yang sangat kecil, limbah ini
menjadi radioaktif biasanya dikarenakan dari penggunaan
sebelumnya.

Membandingkan limbah radioaktif dengan limbah


industri

Di negara-negara dengan energi nuklir, limbah radioaktif hanya


menyumbang kurang dari 1% dari seluruh jumlah limbah industri.
Secara keseluruhan, energi nuklir juga menghasilkan material limbah
lebih sedikit daripada menggunakan energi fosil. Pembangkit listrik
dengan batu bara tercatat menghasilkan racun dalam jumlah besar
dan material radioaktif dalam jumlah kecil (karena mengandung
logam), juga material radioaktif dari batu baranya sendiri.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Laboratorium Nasional Oak
Ridge menyatakan bahwa energi dari batu bara sebenarnya
menghasilkan radioaktif lebih banyak daripada nuklir. Dosis radiasi
normal dari pembangkit batu bara juga 100 kali lebih besar daripada
pembangkit nuklir. Meski begitu, debu batu bara mengandung
radioaktif yang jauh lebih kecil daripada limbah nuklir. Tapi, debu
batu bara ini dilepas begitu saja ke udara, sedangkan limbah nuklir
akan dibangunkan sebuah tempat khusus sehingga melindungi
lingkungan dari bahaya radioaktif.

Limbah radioaktif tingkat tinggi

Sekitar 5% dari bahan bakar nuklir direaksikan di dalam reaktor


nuklir sampai bahan bakar tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Sekarang ini, para peneliti sedang melakukan percobaan bagaimana
untuk mendaur ulang bahan bakar ini sehingga bisa mengurangi
banyaknya limbah, dan juga menggunakan aktinida yang tersisa
sebagai bahan bakar lagi (pemrosesan ulang ini telah dilakukan di
beberapa negara).

Sebuah reaktor nuklir berkapasitas 1000-MWe akan menghasilkan


sekitar 27 ton bahan bakar nuklir terpakai setiap tahunnya. Tapi,
volume padatnya sendiri hanya sekitar 3 meter kubik jika diproses
ulang. Bahan bakar nuklir terpakai yang sekarang dihasilkan oleh
semua pembangkit nuklir komersial di Amerika Serikat dapat
menutupi sebuah lapangan sepakbola setinggi satu meter.

Bahan bakar nuklir terpakai pada dasarnya bersifat sangat


radioaktif dan harus ditangani secara matang. Tingkat radioaktif
bahan-bahan ini akan berkurang secara bertahap seiring berjalannya
waktu. Setelah 40 tahun, pancaran radioaktifnya 99.9% lebih rendah
daripada saat bahan itu baru saja selesai digunakan. Tapi, sisa 0,1%
radioaktif ini masih berbahaya. Setelah 10.000 tahun meluruh,
barulah sisa bahan bakar nuklir ini tidak lagi berbahaya bagi
kesehatan dan keamanan.

Ketika pertama kali diekstrak, bahan bakar nuklir terpakai


disimpan di baskom terlindung yang terisi air, biasanya terletak
secara on-site. Air tersebut digunakan untuk mendinginkan hasil
reaksi fisi tersebut, dan melindungi dari proses radioaktif yang terus
berjalan. Setelah beberapa tahun (biasanya 5 tahun untuk reaktor di
AS), sisa bahan nuklir tadi telah mengalami pendinginan dan tingkat
radioaktivitasnya sudah rendah, maka dipindahkan lagi ke tempat
penyimpanan kering, dimana bahan bakar tadi disimpan di ruangan
berdinding baja dan bata.

Sampai tahun 2007, Amerika Serikat sudah mengumpulkan lebih


dari 50.000 metrik ton bahan bakar nuklir terpakai dari reaktor-
reaktor nuklir mereka Tempat penyimpanan permanen sebenarnya
sudah direncanakan di daerah Gunung Yucca, tapi sampai saat ini
proyeknya dibatalkan dan masalah limbah radioaktif ini masih
menjadi masalah yang tidak terselesaikan.

Sampai tahun 2007, Amerika Serikat sudah mengumpulkan lebih


dari 50.000 metrik ton bahan bakar nuklir terpakai dari reaktor-
reaktor nuklir mereka Tempat penyimpanan permanen sebenarnya
sudah direncanakan di daerah Gunung Yucca, tapi sampai saat ini
proyeknya dibatalkan dan masalah limbah radioaktif ini masih
menjadi masalah yang tidak terselesaikan.

Menurut cerita penayangan 60 Minutes pada tahun 2007, energi


nuklir membuat Perancis menjadi negara yang udaranya paling bersih
di antara semua negara industri lainnya, dan juga biaya listriknya
paling murah di antara semua negara Eropa. Perancis memproses
ulang limbah nuklir sehingga massanya berkurang dan bisa
memproduksi energi lagi. Meski begitu, artikel itu juga mengatakan
bahwa, "Hari ini kita menyimpan berkontainer-kontainer limbah
karena para peneliti yang sekarang tidak tahu bagaimana cara
mengurangi atau menghilangkan tingkat beracunnya. Tapi mungkin
100 tahun lagi para peneliti itu akan bisa... Limbah nuklir sampai saat
ini menjadi problem serius sehingga sampai saat ini belum ada
negara yang bisa menemukan jalan keluarnya. Jika Perancis tidak
tahu cara menyelesaikan masalah ini, kata Mandil, maka "aku tidak
bisa melihat bagaimana kita akan melanjutkan program nuklir ini.'"
Tambah lagi, pemrosesan ulang nuklir ini juga dikritik oleh Union of
Concerned Scientists.

Anda mungkin juga menyukai