Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semenjak tahun 2000, tuberkulosis telah dinyatakan WHO sebagai
remerging desease, karena angka kejadian TB yang telah dinyatakan
menurun pada tahun 1990 kembali meningkat. Kasus TB di Indonesia
tidak pernah menurun dan cenderung meningkat. Laporan internasional
menyatakan bahwa Indonesia merupakan kasus terbesar ketiga setelah
Cina dan India.
Penularan TB oleh bakteri yang terdapat dalam droplet yang
dikeluarkan penderita sewaktu bersin atau berbicara sangat mudah sebagai
jembatan penyebaran infeksi. Pengobatan tidak teratur, pemakaian OAT
yang terputus dan tidak tuntas dapat mengakibatkan resistensi bakteri
terhadap obat dan menambah resiko penyebaran infeksi yang lebih besar.
Perawat diwajibkan untuk memahami dengan benar mengenai TB agar
dapat melakukan asuhan keperawatan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Selain itu melakukan usaha pencegahan untuk
memutuskan rantai penularan infeksi. Sehingga dengan dibuatnya
makalah ini sebagai mahasiswa diharapkan dapat memahami tinjauan teori
dan konsep asuhan dasar keperawatan dari tuberkulosis paru.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir
secara ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan secara nyata
serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah.
b. Tujuan khusus
Agar Mahasiswa/(i) memahami dan mengetahui tentang:
1. Pengertian Tuberkulosis
2. Etiologi Tuberkulosis

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 1


3. Patofisiologis Tuberkulosis
4. Manifestasi klinik pada klien dengan Tuberkulosis
5. Pencegahan dan penanganan Tuberkulosis Paru

C. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan pada penulisan ini,
penulis menggunakan metode study kepustakaan.
Dalam study kepustakaan ini penulis memperoleh informasi dari
beberapa buku dan website yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam penyusunan makalah.

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tuberkolosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberolosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus
limfe (Brunner & Suddarth. 1997).
Tuberculosis adalah penyakit menular pada manusia dan hewan yang
disebabkan oleh spesies mikrobakterium yang ditandai dengan
pembentukan tuberkel dan nekrosis pada jaringan paru paru (Dorland,
2009 : 1127).

B. Etiologi

Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis


Tuberculosis ditularkan dari penderita ke orang lain melalui transmisi
udara. Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-
0,6 mikron. Individu terinfeksi melalui kontak saat berbicara, bersin,
dengan melepaskan droplet besar (dari 100 mikron) dan kecil 1-5 mikron
(Suzanne & Brenda, 1996 : 584). Oleh karena itu penyakit ini merupakan
air bone infection. Infeksi terjadi apabila droplet nukleat terhisap arah ke
jaringan paru setelah mengalami berbagai hambatan sepanjang saluran

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 3


nafas bagian atas dan bawah. Implantasi kuman terjadi pada respiratory
bronchial atau alveolus dan selanjutnya akan berkembang.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri
tahan asam. Sifat lain kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih
menyenangi jaringan yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu
bagian apikal paru (Irman Somantri, 2009).
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat
mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini
dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari
penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya,
terutama yang kontak erat. TBC merupakan penyakit yang sangat
infeksius. Seorang penderita TBC dapat menularkan penyakit kepada 10
orang di sekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat ini
telah terinfeksi M. tuberculosis. Kabar baiknya adalah orang yang
terinfeksi M. tuberculosis tidak selalu menderita penyakit TBC. Dalam hal
ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga
tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC.

C. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi
terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat
dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga
dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya
(ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit (neotrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit
spesifiktuberkolosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 4


menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10
minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas yang merupakan
gumpalan hasil basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi
oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah
menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari masa fibrosa ini
disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik
membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat mengalami kalsifikasi
membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa
perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respon dapat juga terjadi dengan
infeksi ulang dan aktivasi dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon
memecah, melepaskan bahan seperti keju di dalam bronchi. Bakteri
kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit
lebih jauh. Tuberkel yang memecah meyembuh, membentuk jaringan
parut yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan
terjadinya bronkopneumonioa lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan
selanjutnya.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan
lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke
lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh
remisi lama ketika penyakit dihentikan hanya supaya diikuti dengan
periode aktivitas yang diperbaharui hanya sekitar 10% individu yang
awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 5


D. Pathways

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 6


E. Manifestasi Klinis

Gambar 2. Gejala TB
Gejala umum TB paru batuk lebih dari 2 minggu dengan atau
tanpa mengeluarkan sputum, malaise, demam ringan, nyeri dada, batuk
darah. Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia dan penurunan berat
badan. Sedangkan gejala khusus antara lain tergantung dari organ
tubuh yang terkena bila terjadi sumbatan sebagaian bronkus atau
saluran yang menuju ke paru-paru akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar akan menimbulkan suara wheezing, suara
napas melemah yang disertai sesak (Irman Soemantri, 2009 : 68).
1. Demam : subfebris, febris (40-41 C) hilang timbul.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkis, sebagai reaksi
tubuh untuk membuang atau mengeluarkan sekret produksi dari

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 7


reaksi inflamasi, baik dimulai dengan batuk kering sampai dengan
batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu
lama (kurang lebih 3 minggu).
3. Sesak napas : timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang
sampai setengah paru.
4. Nyeri dada : nyeri jarang timbul, hanya jika infiltrasi radang
sampai ke pleura
5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot, serta berkeringat pada malam hari tanpa sebab
6. Suara khas pada perkusi dada abnormal
7. Pada atelektasis terhadap gejala paru-paru : sianosis, sesak napas,
dan kolaps. Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernapas.
8. Peningkatan sel darah limfosit yang menandakan terjadinya proses
infeksi
9. Pada anak, berkurangnya BB dua bulan berturut-turut tanpa sebab
yang jelas atau gagal dalam masa pertumbuhan, demam berlanjut
hingga dua minggu, demam dan batuk tidak respons terhadap
terapi.

F. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari
lobus akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 8


G. Pencegahan dan Penanganan
a. Pencegahan
Usaha untuk mencegah dan mengontrol tuberkulosis bergantung
pada vaksinasi bayi dan deteksi serta perawatan untuk kasus aktif.
The World Health Organization (WHO) telah berhasil mencapai
sejumlah keberhasilan dengan regimen pengobatan yang dimprovisasi,
dan sudah terdapat penurunan kecil dalam jumlah kasus.
1. Vaksin
Sejak tahun 2011, satu-satunya vaksin yang tersedia adalah bacillus
CalmetteGurin (BCG). Walaupun BCG efektif melawan
penyakit yang menyebar pada masa kanak-kanak, masih terdapat
perlindungan yang inkonsisten terhadap TB paru. Namun, ini
adalah vaksin yang paling umum digunakan di dunia, dengan lebih
dari 90% anak-anak yang mendapat vaksinasi. Bagaimanapun,
imunitas yang ditimbulkan akan berkurang setelah kurang lebih
sepuluh tahun. Tuberkulosis tidak umum di sebagian besar Kanada,
Inggris Raya, dan Amerika Serikat, jadi BCG hanya diberikan
kepada orang dengan risiko tinggi. Satu alasan vaksin ini tidak
digunakan adalah karena vaksin ini menyebabkan tes kulit
tuberlulin memberikan positif palsu, sehingga tes ini tidak
membantu dalam penyaringan penyakit. Jenis vaksin baru masih
sedang dikembangkan.
2. Kesehatan masyarakat
World Health Organization (WHO) mendeklarasikan TB sebagai
emergensi kesehatan global pada tahun 1993. Tahun 2006,
Kemitraan Stop TB mengembangkan gerakan Rencana Global Stop
Tuberkulosis yang ditujukan untuk menyelamatkan 14 juta orang
pada tahun 2015. Jumlah yang telah ditargetkan ini sepertinya
tidak akan tercapai pada tahun 2015, sebagian besar disebabkan
oleh kenaikan penderita HIV dengan tuberkulosis dan munculnya
resistensi tuberkulosis multi-obat (multiple drug-resistant

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 9


tuberculosis, MDR-TB). Klasifikasi tuberkulosis yang
dikembangkan oleh American Thoracic Society pada umumnya
digunakan dalam program kesehatan masyarakat.
Karena kuman TB ada di mana-mana termasuk di Mal, Kantor dan
tentunya juga di Rumah Sakit, maka pencegahan yang paling
efektif adalah Gaya Hidup untuk menunjang Ketahanan Tubuh
kita:
1. Cukup gizi, jangan telat makan
2. Cukup istirahat, jika capai istirahat dulu
3. Jangan Stres Fisik, capai berlebihan
4. Jangan Stres Mental
5. Pencegahan
a. Identifikasi dan pengobatan dini individu dengan
tuberkulosis aktif (TB)
1. Pertahankan indeks kecurigaan TB yang tinggi untuk
mengidentifikasikan kasus dengan cepat.
2. Dengan cepat lakukan terapi efektif banyak obat anti
TB berdasarkan pada data klinis dan surveilense
resistensi obat.
b. Pencegahan penyebaran doplet infeksius dengan metoda
mengontrol sumber dan dengan mengurangi kontaminasi
mikroba di udara dalam ruangan.
1. Lakukan tindakan pencegahan isolasi hasil tahan
asam (BTA) dengan segera bagi semua pasien yang
diduga atau dinyatakan mempunyai TB aktif dan
mereka yang mungkin infeksius. Tindakan pencegahan
isolasi BTA termasuk penggunaan ruangan pribadi
dengan tekanan negatif dalam hubungannya dengan
area disekitarnya dan pertukaran udara minimum 6 kali
per jam. Udara dalam ruangan harus dikeluarkan secara
langsung ke luar. Penggunaan lampu ultraviolet atau

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 10


filter udara efisiensi partikular yang tinggi untuk
menambahkan ventilasi dapat dipertimbangkan.
2. Individu yang memasuki ruangan isolasi BTA harus
menggunakan respirator partikular disposibel yang
menempel dengan tepat dan benar di wajah
3. Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat
bukti klinis penurunan infeksius (yaitu batuk berkurang
secara substansial, dan jumlah organisme pada sputum
berikutnya berkurang). jika diduga atau dinyatakan
adanya resistensi obat, lanjutkan tidak kewaspadaan
isolasi sampai sputum menunjukan negatif terhadap
BTA.
c. Surveilens untuk Transmisi TB
1. Pertahankan surveilens terhadap infeksi TB diantara
petugas kesehatan (HCW) dengan pemeriksaan kulit
tuberkulin secara periodik,rutin. Terapi preventif yang
sesuai dengan kondisi bagi HCW jika ada indikasi.
a. Pertahankan surveilens terhadap kasus TB diantara
pasien dan HCW.
b. Dengan cepat lakukan prosedur penyelidikan kontak
diantara HCW, pasien, dan pengunjung yang
terpajan dengan pasien TB infeksius yang tidak
diobati. Atau yang menjalani pengobatan secara
tidak efektif yang tidak dilakukan prosedur BTA
yang sesuai. Rekomendasikan terapi yang sesuai
atau terapi preventif untuk kontak dengan penyakit
atau infeksi TB tanpa penyakit baru.Regimen
teraupetik harus dipilih berdasarkan pada riwayat
klinis dan data surveilen resisten obat lokal.
d. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap
kelompok-kelompok populasi tertentu misalnya: karyawan

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 11


rumah sakit, Puskesmas, balai pengobatan, penghuni rumah
tahanan, dan siswa-siswi asrama.
e. Vaksinasi BCG (Bacille Calmette
Guerin) adalah mikroorganisme Mycobacterium bovis yang
dilemahkan atau dimatikan yang diberikan untuk
mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit yang
menular dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif
terhadap TBC. Dilakukan secara intradermal pada bagian
lengan atas bayi atau anak. Pada anak dosis 0,1 ml dan bayi
0.05 ml.
f. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat Puskesmas
maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah
maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia PPTI).

b. Penanganan
Pengobatan TB menggunakan antibiotik untuk membunuh
bakterinya. Pengobatan TB yang efektif ternyata sulit karena struktur
dan komposisi kimia dinding sel mikobakteri yang tidak biasa.
Dinding sel menahan obat masuk sehingga menyebabkan antibiotik
tidak efektif. Dua jenis antibiotik yang umum digunakan
adalah isoniazid danrifampicin, dan pengbatan dapat berlangsung
berbulan-bulan. Pengobatan TB laten biasanya menggunakan
antibiotik tunggal. Penyakit TB aktif sebaiknya diobati dengan
kombinasi beberapa antibiotik untuk menurunkan risiko
berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Pasien
dengan infeksi laten juga diobati untuk mencegah munculnya TB aktif
di kehidupan selanjutnya. WHO merekomendasikan directly observed
therapy atau terapi pengawasan langsung, dimana seorang pengawas
kesehatan mengawasi penderita meminum obatnya. Tujuannya adalah

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 12


untuk mengurangi jumlah penderita yang tidak meminum obat
antibiotiknya dengan benar. Bukti yang mendukung terapi
pengawasan langsung secara independen kurang baik. Namun, metode
dengan cara mengingatkan penderita bahwa pengobatan itu penting
ternyata efektif.
1. Kasus baru
Rekomendasi tahun 2010 untuk pengobatan kasus baru
tuberkulosis paru adalah kombinasi antibiotik selama enam bulan.
Rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutoluntuk dua
bulan pertama, dan hanya rifampicin dan isoniazid untuk empat
bulan selanjutnya. Apabila resistensi terhadap isoniazid tinggi,
ethambutol dapat ditambahkan untuk empat bulan terakhir sebagai
alternatif.
2. Penyakit kambuh
Bila tuberkulosis kambuh, lakukan tes untuk menentukan jenis
antibiotik yang sensitif sebelum menentukan pengobatan. Jika
multiple drug-resistant TB (MDR-TB) terdeteksi,
direkomendasikan pengobatan dengan paling tidak empat jenis
antibiotik efektif selama 824 bulan.
3. Resistensi obat
Resistensi primer muncul saat seseorang terinfeksi jenis TB
resisten. Seorang dengan TB yang rentan dapat mengalami
resistensi sekunder (didapat) pada saat terapi. Seseorang juga dapat
mengalami perkembangan resistensi karena pengobatan yang tidak
adekuat, jika obat yang diresepkan tidak dipakai dengan sesuai
(karena tidak patuh), atau karena obat yang digunakan berkualitas
rendah. TB dengan resistensi obat merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius di negara yang sedang berkembang.
Pengobatan untuk TB yang resisten terhadap obat akan berlangsung
lebih lama dan memerlukan obat yang lebih mahal. MDR-TB
(Mulitple Drugs Resistance-TB) sering didefinisikan sebagai

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 13


resistensi terhadap dua obat yang paling efektif dalam lini pertama
pengobatan TB: rifampicin and isoniazid. Extensively drug-
resistant TB juga resisten terhadap tiga atau lebih dari enam kelas
pengobatan lini kedua. TB resisten obat total adalah resistensi
terhadap semua jenis obat yang selama ini digunakan. TB dengan
resisten total terhadap obat pertama kali ditemukan pada tahun
2003 di Italia, tetapi hal ini tidak pernah dilaporkan hingga tahun
2012. Sekarang ini ada kecenderungan untuk mengetahui terlebih
dahulu apa betul yang menginfeksi adalah bakteri TB atau bakteri
lainnya dan obat apa saja yang masih mempan, oleh karenanya
perlu dilakukan kultur bakteri terlebih dulu sebelum dilakukan
pengobatan. Pada tahun 2007, WHO merekomendasikan
penggunaan media cair untuk kultur bakteri TB agar lebih akurat
dan membutuhkan waktu hingga 40 hari.

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 14


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada
paru yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri
tahan asam yang ditularkan melalui udara yang ditandai dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.
Mycobakterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang
aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar UV.
Gejala umum TB paru batuk lebih dari 2 minggu dengan atau tanpa
mengeluarkan sputum, malaise, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.
Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia dan penurunan berat badan.
Sedangkan gejala khusus antara lain tergantung dari organ tubuh yang
terkena bila terjadi sumbatan sebagaian bronkus atau saluran yang menuju
ke paru-paru akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar akan
menimbulkan suara wheezing, suara napas melemah yang disertai sesak.
Usaha untuk mencegah dan mengontrol tuberculosis sejauh ini
masih bergantung pada vaksinasi bayi dan deteksi serta perawatan untuk
kasus aktif.

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 15


DAFTAR PUSTAKA

Brunner 7 Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol: 1, Edisi
8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan
KeperawatanPedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Pasien.ed.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gannguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

TB Paru & Strategi Dots Konsep Dasar Tuberkulosis | 16

Anda mungkin juga menyukai