Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan

Kerja (K3) Di Rumah Sakit

Disusun Oleh

1. Bramantiana Pratama (201612049)


2. Humairoh (201612057)
3. Meycho Demo N (201612063)
4. Meiriska Dwi A (201612061)
5. Nabila Fildza A (201612068)
6. Riqqah Kurniawati (201612070)
7. Riswanda Januar P (201612072)

STIKES YAYASAN RUMAH SAKIT


DR. SOETOMO 2016/2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks, tidak saja
menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat
pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi
suatu rumah sakit maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan
yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi yang
bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, risiko ini juga
membahayakan pengunjung rumah sakit tersebut. Potensi bahaya di rumah sakit,
selain penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan
kondisi, yaitu kecelakaan(peledakan,kebakaran,kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber cidera lainnya), radiasi,bahan kimia berbahaya,
gas anastesi,gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut,
jelas mengancam jiwa dan kehidupan para karyawan di rumah sakit, para pasien
maupun para pengunjung yang ada dilingkungan rumah sakit. Hasil laporan National
Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di
rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan
penyakit infeksi, dan sebagainya.

1.2 Tujuan

Terciptanya cara kerja,lingkungan kerja yang sehat,aman,nyaman,dalam


rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan rumah sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan Kerja menurut WHO/ ILO (1995)

Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat


kesehatan fisik, mental dan social yang setinggi-tingginya bagi semua pekerja di
semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan
psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia
dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.

Upaya K3 di RS
Membuat tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, hingga dapat kurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang selanjutnya dapat tingkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tid ak saja menyebabkan korban jiwa
ataupun kerugian materi untuk pekerja dan entrepreneur, namun dapat juga
mengganggu sistem produksi secara detail, mengakibatkan kerusakan
lingkungan yang selanjutnya akan beresiko pada orang -orang luas.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Th. 2003 mengenai Kesehatan,
Pasal 23 dinyatakan kalau usaha Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus diadakan di semua tempat kerja, terutama tempat kerja yang
memiliki resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
memiliki karyawan paling sedikit 10 orang. Bila memerhatikan isi dari
pasal diatas maka jelaslah kalau Tempat tinggal Sakit (RS) termasuk
kedalam persyaratan tempat kerja dengan beragam ancaman bahaya yang
bisa menyebabkan efek kesehatan, bukan sekedar pa da beberapa pelaku
segera yang bekerja di RS, namun juga pada pasien ataupun pengunjung
RS. Hingga telah semestinya pihak pengelola RS mengaplikasikan bebrapa
usaha K3 di RS.
Bahaya Potensial di RS

Potensi bahaya di RS, selain penyakit -penyakit infeksi ada juga


potensi bahaya-bahaya lain yang memengaruhi kondisi dan keadaan di RS,
yakni kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera yang lain), radiasi,
beberapa bahan kimia yang beresiko, gas-gas anastesi, masalah psikososial
dan ergonomi. Semua potensi bahaya itu diatas, terang meneror jiwa dan
kehidupan untuk beberapa karyawan di RS, beberapa pasien ataupun
beberapa pengunjung yang ada di lingkungan RS.

Respon kegawat daruratan di RS

Step persiapan
 Prinsip manajemen : kebijakan, penyediaan dana, fasilitas
dan prasarana untuk mensupport aktivitas K3 RS .
 Membuat Unit Organisasi K3 di RS yang terlihat dalam
susunan organisasi RS

Susunan/Organisasi K3-RS
Susunan Unit K3-RS terbagi dalam :

 Bagian I : Bagian pengamanan perlengkapan medik,


pengamanan radiasi dan limbah radioaktif .
 Bagian II: Bagian pengamanan perlengkapan nonmedik,
pengamanan dan keselamatan bangunan
 Bagian III : Bagian pengembangan sanitasi fasilitas
kesehatan.
 Bagian IV : Bagian service kesehatan kerja dan mencegah
penyakit akibat kerja.
 Bagian V : Bagian mencegah dan penanggulangan
bencana

Pekerjaan Unit Organisasi K3-RS

 Berikan referensi dan pertimbanagan pada Direktur RS


mengenai beberapa masalah yang terkait dengan K3-RS
 Bikin program K3-RS
 Melakukan program K3_RS
 Melakukan pelajari program K3-RS

Step Proses
Program K3-RS
 Proses kesehatan kerja untuk karyawanb (prakerja, berkala,
khusus)
 Usaha pengamanan pasien, pengunjung dan petugas
 Penambahan kesehatan lingkungan
 Sanitasi lingkungan RS
 Pengelolaan dan pemrosesan limbah padat, cair, gas
 Mencegah dan penanggulangan bencana (Disaster program)
 Pengelolaan layanan, bahan dan barang berbahaya
 Pendidikan dan kursus K3
 Sertifikasi dan kalibrasi fasilitas, prasarana, dan
perlengkapan RS
 Pengumpulan, pemrosesan dan pelaporan K3

Step Pemantauan dan Evaluasi


 Inspeksi dan audit program K3
 Perbaikan dan ingindalian K3 yang didasarkan berdasar hasil
temuan dari audit dan inspeksi
 Referensi dan tindak lanjut hasil pelajari program K3

Tanda kesuksesan SM-K3RS

 Terlaksanakannya program K3-RS


 Penurunan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja

2.2 Sistem Manajemen K3 di RS

A. Komitmen dan Kebijakan


Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan tertulis, jelas dan mudah
dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit. Manajemen RS
mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya essensial seperti
pendanaan,tenaga K3, dan sarana terlaksananya program K3 di rumah sakit.
Kebijakan K3 di rumah sakit dalam bentuk wadah K3 RS dalam struktur organisasi
RS.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan RS perlu disusun strategi antara
lain :
1. Advokasi sosialisasi program K3 RS
2. Menetapkan tujuan yang jelas
3. Organisasi dan penugasan yang jelas
4. Meningkatkan SDM professional di bidang K3 RS pada setiap unit kerja di
lingkungan RS
5. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak
6. Kajian resiko secara kualitatif dan kuantitatif
7. Membuat program kerja K3 RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan
pencegahan
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala

B. Perencanaan
RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan system manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan K3RS dapat mengacu pada standar system Manajemen K3RS
diantaranya self assessment akreditasi K3RS dan SMK3.
Perencanaan meliputi :
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian factor resiko. RS
harus melakukan kajian dan indentifikasi sumber bahaya, penilaian serta
pengendalian factor resiko.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
 Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
 Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
Sumber bahaya yang ada di RS harus diidentifikasi dan dinilai
untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.
b. Penilaian factor resiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan resiko
kesehatan dan keselamatan.
c. Pengendalian factor resiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian resiko yakni menghilangkan
bahaya, menggantikan sumber resiko dengan sarana/peralatan lain yang
tingkat resikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi
dan alat pelindung pribadi (APP).
2. Membuat peraturan
RS harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional
prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan
mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, deperbaharui
dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak
yang terkait.
3. Tujuan dan sasaran
RS harus mempertimbangkan peraturan perundang – undangan, bahaya
potensial dan resiko K3 yang bisa diukur, satuan/indicator pengukuran,
sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian dan jangka waktu
pencapaian (SMART)
4. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3
RS.
5. Program K3
RS harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS, untuk mencapaii
sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.

C. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen
dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing – masing serta kerja sama dalam
pelakasanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang
jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana
K3 RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelakaan K3 di
semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta mengenali penyebab timbulnya
masalah bersama unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai
sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat
kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya erta dicari pemecahannya.
1. Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3 RS
a. Tugas pokok :
 Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS
mengenai masalah – masalah yang berkaitan dengan K3.
 Merumukan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksana
dan prosedur.
 Membuat program K3RS.
b. Fungsi
 Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan K3.
 Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya
promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 RS.
 Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
 Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.
 Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS.
 Member nasehat tentang manajemen K3 di temoat kerja, kontrol
bahaya, mengeluarkan peraturan dan iniatif pencegahan.
 Invetigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya.
 Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan proses.

2. Struktur organisasi K3 di RS
Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur dan bukan merupakan kerja
rangkap.
Model 1 :
Merupakan organisasi yang berstruktur dan bertanggung jawab kepada
Direktur RS, bentuk organisasi K3 di RS merupakan organisasi struktural
yang terintegrasi ke dalam komite yang ada di RS dan disesuaikan dengan
kondisi/kelas masing – masing RS, misalnya Komite Medis/Nosokomial.
Model 2 :
Merupakan unit organisasi fungsional (non structural), bertanggung jawab
langsung ke Direktur RS. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3RS,
yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di RS.
Keanggotaan :
 Organisasi/unit pelaksana K3RS beranggotakan unsur-unsur dari
petugas dan jajaran direksi RS.
 Organisasi/unit oelaksana K3RS terdri dari sekurang-kurangnya
Ketua, Sekertaris dan anggoa. Organisasi/unit pelaksana K3RS
dimpimpin oleh ketua.
 Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekertaris serta
anggota.
 Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS sebaiknya adalah salah satu
manajemen tertinggi di RS atau sekurang-kurangnya manajemen
dibawah langsung direktur RS.
 Sedang sekertaris organisasi/unit pelaksana K3RS adalah seoang
tenaga professional K3RS, yaitu manajer K3RS atau ahli K3.
3. Mekanisme kerja
Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan organisasi/unit pelaksana K3RS.
Sekertaris organisasi/unit pelaksana K3RS memimpin dan
mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan keputusan
organisasi/unit pelaksana K3RS.
Anggota organisasi/unit pelaksana K3RS mengikuti rapat organisasi/unit
pelaksana K3RS dan melakukan pembahasan atas persoalan yang diajukan
dalam rapat, serta melksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi/unit
pelaksana K3RS.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi/unit
pelaksana K3RS mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksaan K3
di RS. Sumber data antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit,
tidak hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan
perawatan RS, khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan
sumber yang lain bisa dari tempat pengobatan RS sendiri antara lain jumlah
kunjungan, P3K dan tindakan medis karena kecelakaan, rujukan ke RS bila
perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan dan lama berobat. Dari bagian
teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.
Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan
lingkungan kerja RS, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya
potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan
berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3 dan
analisisnya.
Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3RS untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun
tindakan preventif. Hasil rumusan didampaikan dalam bentuk rekomendasi
kepada Direktur. Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi/unit
pelaksana K3RS serta alternative- alternative pilihan serta perkiraan hasil atau
konsekuensi setiap pilihan.
Organisasi/unit pelaksana K3RS membantu melakukan upaya promosi di
lingkungan RS baik pada petugas, pasien maupun melakukan upaya promosi
di lingkungan RS baik pada petugas, pasien maupun pengunjung, yaitu
mengenai segala upaya pencegahan KAK dan PAK di RS. Juga bisa diadakan
lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau Unit kerja yang ada di lingkungan
kerja RS, dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaan dan penerapan K3nya
mendapat reward dari direktur RS.

Ruang lingkup K3 di Rumah Sakit

 Fasilitas higene yang memonitor dampak lingkungan kerja pada


tenaga kerja diantaranya pencahayaan, bising, suhu/iklim kerja.
 Fasilitas Keselamatan kerja yang mencakup pengamanan pada
perlengkapan kerja, penggunaan alat pelindung diri dan sinyal/rambu-
rambu peringatan dan alat pemadam kebakaran.
 Fasilitas Kesehatan Kerja yang mencakup kontrol awal, berkala dan
khusus, gizi kerja, kebersihan diri dan lingkungan.
 Ergonomi yakni kesehatan pada alat kerja dengan tenaga kerja

Sumber Stres Di Tempat tinggal Sakit

 Beban kerja terlalu berat


 Perseteruan dan ketidakjelasan peran
 Kurang supervisi dan pengarahan
 Bekerja di daerah yang asing
 Nada gaduh
 Kurang bertindak - kenikmatan kerja rendah
 Kurang penghargaan
 Kerja bergilir
 Pajanan terhadapa toksikan, pasien infeksius
 Ketidakpastian (politik, kerja kontrak)

Langkah langkah penyelenggaraan

Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di RS , maka perlu langkah langkah


penerapannya yaitu :

1. Tahap persiapan

a.Menyatakan komitmen

Komitmen harus dimulai dari direktur utama / direktur RS (manajemen puncak).


Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya dalam kata kata,
tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui, dipelajari,
dihayati, dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas RS.

b. Menetapkan cara penerapan K3 di RS

bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunakan jasa konsultan jika
RS memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan
mngarahkan orang.

c. Pembentukan organisasi / unit pelaksana K3 RS

d. Membentuk kelompokm kerja penerapan K3


anggota kelompok kerja sebaiknya teridiri atas seorang wakil dari setiap unit
kerja, biasanya menejer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas anggota
kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi dan jumlah
anggota kelompokm kerja disesuaikan dengan kebutuhan RS.

e. menetapkan sumberdaya yang diperlukan

sumberdaya disisni mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu, dan
dana.

2. Tahap pelaksanaan
a. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di
dalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu
agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukaan sebelumya sebagai
produk akhir dari pelatihan.
c. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya :
- Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala, dan khusus)
- Penyediaan alat pelingung diri dan keselamatan kerja
- Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
- Penempatan kerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
- Pengobatan pekerja yang menderita sakit
- Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dan hazard yang ada
- Melaksanakan biological monitoring
- Melaksanakan surveilens kesehatan kerja
3. Tahap pemantauan dan evaluasi

Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RS adalah salah asatu fungsi


manajemen K3 RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui
dan menilai sampai sejauh mana proses K3 RS itu berjalan, dan mempertanyakan
keefektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 RS dalam
menvapai tujuan yang ditetapkan.

Pemantauan dan evaluasi meliputi :

a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi kedalam sistem pelaporan


RS(SPRS):
- Pencatatan dan pelaporan K3
- Pencatatan semua kegiatan K3
- Pencatatan dan pelaporan KAK
- Pencatatan dan pelaporan PAK
b. Inspeksi dan pengujian

Inspeksi K3 merupaka suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum


dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di RS dilakukan secara berkala terutama
oleh petugas K3 RS sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini
mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun
pemeriksaan terhadap pekerja beresiko seperti biological monitoring (pemantau
secara biologis).

c. Melaksanakan audit K3

Audit K3 yang meluiputi falsafah dan tujuan , administrasi da pengelolahan ,


pengembangan karyawan dan program pendidikan , evaluasi dan pengendalian.

Tujuuan audit K3 :

- Untuk menilai potensi bahaya , gangguan kesehatan dan keselamatan


- Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan
- Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu

Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit , identifikasi,
penilaian resiko, direkomendasikan kepada manajemen puncak.

Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara


berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam
pencapaian dan tujuan K3.
BAB III

STAKEHOLDER

Pemangku
Informasi Pemangku Kepentingan
Kepentingan

- Menetapkan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk


pelaksanaan dan prosedur penerapan K3RS
- Menetapkan cara penerapan K3RS dapat menggunakan jasa
Direktur RS konsultan atau tanpa jasa konsultan apabila RS memiliki
personil yang mampu untuk mengorganisasikan dan
mengarahkan orang

- Mempersiapkan data dan informasi pelaksaan K3 di semua


tempat kerja
- Merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab
Manajer Rumah
timbulnya masalah bersama unit-unit kerja kemudian
Sakit (Ketua
mencari jalan pemecahannya serta mengkomunikasikannya
organisasi/Satuan
kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan
Pelaksana K3RS)
baik.
- Memonitor dan mengvaluasi pelaksanaan program untuk
menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah
berhasil.

Manajer K3 RS/ahli - Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas


K3(Sekretaris kesekretariatan dan melaksanakan keputusan organisasi
Organisasi)

- Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada Direktur


RS mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3
- Investigasi dan melaporkan kecelakaan dan
Organisasi/Unit
merekomendasikan sesuai kegiatannya.
Pelaksana K3 RS
- Berpartisipasi dalam perencanaan upaya promosi K3
- Berpartisipasi dalam pelatihan dan penelitian K3RS
BAB IV

DRAFT KEBIJAKAN

Mengingat :

1. UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaga Negara


RI Tahun 1970 No 1, Tambahan Lembaran Negara RI No 2918)
2. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaga Negara RI
Tahun 2003 No 39, Tambahan Lembaran Negara RI No 4729)
3. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang
Timbul karena Hubungan Kerja
4. Keputusan Menteri Kesehatan No 351/Menkes/SK/III/2003 Tentang
Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Menimbang :

a. Bahwa dalam kegiatan rumah sakt berpotensi menimbulkan bahaya fisik,


kimia, biologi, ergonomik dan psikososial yang dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pekerja, pasien, pengunjung
maupun masyarakat di lingkungan rumah sakit.
b. Bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya kesehatan dan keselamatan
khususnya terhadap pekerja, perlu dilakukan upaya-upaya kesehatan dan
keselamatan kerja dengan menetapkan Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit dengan Keputusan Menteri
Kesehatan

Memutuskan Kebijakan :

1. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
2. Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah
Sakit sebagaimana terlampir dalam Lampiran Keputusan ini
3. Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua merupakan acuan
bagi pengelola maupun karyawan Rumah Sakit dalam melakukan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Pedoman sebagaimana dimaksud
dalam Diktum Kedua dilaksanakan oleh Menteri Kesehatan, Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, dengan melibatkan organisasi profesi
dan masyarakat.
5. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu 10 April 2007

Anda mungkin juga menyukai