Fixed 2
Fixed 2
Disusun Oleh
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks, tidak saja
menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat
pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi
suatu rumah sakit maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan
yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi yang
bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, risiko ini juga
membahayakan pengunjung rumah sakit tersebut. Potensi bahaya di rumah sakit,
selain penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan
kondisi, yaitu kecelakaan(peledakan,kebakaran,kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber cidera lainnya), radiasi,bahan kimia berbahaya,
gas anastesi,gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut,
jelas mengancam jiwa dan kehidupan para karyawan di rumah sakit, para pasien
maupun para pengunjung yang ada dilingkungan rumah sakit. Hasil laporan National
Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di
rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan
penyakit infeksi, dan sebagainya.
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Upaya K3 di RS
Membuat tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, hingga dapat kurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang selanjutnya dapat tingkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tid ak saja menyebabkan korban jiwa
ataupun kerugian materi untuk pekerja dan entrepreneur, namun dapat juga
mengganggu sistem produksi secara detail, mengakibatkan kerusakan
lingkungan yang selanjutnya akan beresiko pada orang -orang luas.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Th. 2003 mengenai Kesehatan,
Pasal 23 dinyatakan kalau usaha Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus diadakan di semua tempat kerja, terutama tempat kerja yang
memiliki resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
memiliki karyawan paling sedikit 10 orang. Bila memerhatikan isi dari
pasal diatas maka jelaslah kalau Tempat tinggal Sakit (RS) termasuk
kedalam persyaratan tempat kerja dengan beragam ancaman bahaya yang
bisa menyebabkan efek kesehatan, bukan sekedar pa da beberapa pelaku
segera yang bekerja di RS, namun juga pada pasien ataupun pengunjung
RS. Hingga telah semestinya pihak pengelola RS mengaplikasikan bebrapa
usaha K3 di RS.
Bahaya Potensial di RS
Step persiapan
Prinsip manajemen : kebijakan, penyediaan dana, fasilitas
dan prasarana untuk mensupport aktivitas K3 RS .
Membuat Unit Organisasi K3 di RS yang terlihat dalam
susunan organisasi RS
Susunan/Organisasi K3-RS
Susunan Unit K3-RS terbagi dalam :
Step Proses
Program K3-RS
Proses kesehatan kerja untuk karyawanb (prakerja, berkala,
khusus)
Usaha pengamanan pasien, pengunjung dan petugas
Penambahan kesehatan lingkungan
Sanitasi lingkungan RS
Pengelolaan dan pemrosesan limbah padat, cair, gas
Mencegah dan penanggulangan bencana (Disaster program)
Pengelolaan layanan, bahan dan barang berbahaya
Pendidikan dan kursus K3
Sertifikasi dan kalibrasi fasilitas, prasarana, dan
perlengkapan RS
Pengumpulan, pemrosesan dan pelaporan K3
B. Perencanaan
RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan system manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan K3RS dapat mengacu pada standar system Manajemen K3RS
diantaranya self assessment akreditasi K3RS dan SMK3.
Perencanaan meliputi :
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian factor resiko. RS
harus melakukan kajian dan indentifikasi sumber bahaya, penilaian serta
pengendalian factor resiko.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
Sumber bahaya yang ada di RS harus diidentifikasi dan dinilai
untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.
b. Penilaian factor resiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan resiko
kesehatan dan keselamatan.
c. Pengendalian factor resiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian resiko yakni menghilangkan
bahaya, menggantikan sumber resiko dengan sarana/peralatan lain yang
tingkat resikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi
dan alat pelindung pribadi (APP).
2. Membuat peraturan
RS harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional
prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan
mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, deperbaharui
dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak
yang terkait.
3. Tujuan dan sasaran
RS harus mempertimbangkan peraturan perundang – undangan, bahaya
potensial dan resiko K3 yang bisa diukur, satuan/indicator pengukuran,
sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian dan jangka waktu
pencapaian (SMART)
4. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3
RS.
5. Program K3
RS harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS, untuk mencapaii
sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.
C. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen
dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing – masing serta kerja sama dalam
pelakasanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang
jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana
K3 RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelakaan K3 di
semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta mengenali penyebab timbulnya
masalah bersama unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai
sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat
kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya erta dicari pemecahannya.
1. Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3 RS
a. Tugas pokok :
Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS
mengenai masalah – masalah yang berkaitan dengan K3.
Merumukan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksana
dan prosedur.
Membuat program K3RS.
b. Fungsi
Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan K3.
Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya
promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 RS.
Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.
Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS.
Member nasehat tentang manajemen K3 di temoat kerja, kontrol
bahaya, mengeluarkan peraturan dan iniatif pencegahan.
Invetigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya.
Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan proses.
2. Struktur organisasi K3 di RS
Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur dan bukan merupakan kerja
rangkap.
Model 1 :
Merupakan organisasi yang berstruktur dan bertanggung jawab kepada
Direktur RS, bentuk organisasi K3 di RS merupakan organisasi struktural
yang terintegrasi ke dalam komite yang ada di RS dan disesuaikan dengan
kondisi/kelas masing – masing RS, misalnya Komite Medis/Nosokomial.
Model 2 :
Merupakan unit organisasi fungsional (non structural), bertanggung jawab
langsung ke Direktur RS. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3RS,
yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di RS.
Keanggotaan :
Organisasi/unit pelaksana K3RS beranggotakan unsur-unsur dari
petugas dan jajaran direksi RS.
Organisasi/unit oelaksana K3RS terdri dari sekurang-kurangnya
Ketua, Sekertaris dan anggoa. Organisasi/unit pelaksana K3RS
dimpimpin oleh ketua.
Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekertaris serta
anggota.
Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS sebaiknya adalah salah satu
manajemen tertinggi di RS atau sekurang-kurangnya manajemen
dibawah langsung direktur RS.
Sedang sekertaris organisasi/unit pelaksana K3RS adalah seoang
tenaga professional K3RS, yaitu manajer K3RS atau ahli K3.
3. Mekanisme kerja
Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan organisasi/unit pelaksana K3RS.
Sekertaris organisasi/unit pelaksana K3RS memimpin dan
mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan keputusan
organisasi/unit pelaksana K3RS.
Anggota organisasi/unit pelaksana K3RS mengikuti rapat organisasi/unit
pelaksana K3RS dan melakukan pembahasan atas persoalan yang diajukan
dalam rapat, serta melksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi/unit
pelaksana K3RS.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi/unit
pelaksana K3RS mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksaan K3
di RS. Sumber data antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit,
tidak hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan
perawatan RS, khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan
sumber yang lain bisa dari tempat pengobatan RS sendiri antara lain jumlah
kunjungan, P3K dan tindakan medis karena kecelakaan, rujukan ke RS bila
perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan dan lama berobat. Dari bagian
teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.
Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan
lingkungan kerja RS, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya
potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan
berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3 dan
analisisnya.
Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3RS untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun
tindakan preventif. Hasil rumusan didampaikan dalam bentuk rekomendasi
kepada Direktur. Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi/unit
pelaksana K3RS serta alternative- alternative pilihan serta perkiraan hasil atau
konsekuensi setiap pilihan.
Organisasi/unit pelaksana K3RS membantu melakukan upaya promosi di
lingkungan RS baik pada petugas, pasien maupun melakukan upaya promosi
di lingkungan RS baik pada petugas, pasien maupun pengunjung, yaitu
mengenai segala upaya pencegahan KAK dan PAK di RS. Juga bisa diadakan
lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau Unit kerja yang ada di lingkungan
kerja RS, dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaan dan penerapan K3nya
mendapat reward dari direktur RS.
1. Tahap persiapan
a.Menyatakan komitmen
bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunakan jasa konsultan jika
RS memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan
mngarahkan orang.
sumberdaya disisni mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu, dan
dana.
2. Tahap pelaksanaan
a. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di
dalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu
agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukaan sebelumya sebagai
produk akhir dari pelatihan.
c. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya :
- Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala, dan khusus)
- Penyediaan alat pelingung diri dan keselamatan kerja
- Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
- Penempatan kerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
- Pengobatan pekerja yang menderita sakit
- Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dan hazard yang ada
- Melaksanakan biological monitoring
- Melaksanakan surveilens kesehatan kerja
3. Tahap pemantauan dan evaluasi
c. Melaksanakan audit K3
Tujuuan audit K3 :
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit , identifikasi,
penilaian resiko, direkomendasikan kepada manajemen puncak.
STAKEHOLDER
Pemangku
Informasi Pemangku Kepentingan
Kepentingan
DRAFT KEBIJAKAN
Mengingat :
Menimbang :
Memutuskan Kebijakan :