Tidak semua penderita infeksi saluran nafas yang disebabkan infeksi Streptokokus β
hemolitik grup A menderita demam reumatik. Sekitar 3 persen dari penderita infeksi saluran
nafas atas terhadap Streptokokus β hemolitik grup A di barak militer pada masa epidemi yang
menderita demam reumatik dan hanya 0,4 persen didapati pada anak yang tidak diobati setelah
epidemi infeksi Streptokokus β hemolitik grup A pada populasi masyarakat sipil. Dalam laporan
WHO Expert consultation Geneva, 29 October–1 November 2001 yang diterbitkan tahun 2004
angka mortalitas untuk penyakit jantung reumatik 0,5 per 100.000 penduduk di negara maju
hingga 8,2 per 100.000 penduduk dinegara berkembang dan didaerah Asia Tenggara
diperkirakan 7,6 per Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan
Indonesia 100.000. Diperkirakan sekitar 2000 – 332.000 yang meninggal diseluruh dunia karena
penyakit tersebut. Angka disabilitas pertahun (The disability-adjusted life years (DALYs)1 lost)
akibat penyakit jantung reumatik diperkirakan sekitar 27,4 per 100.000 dinegara maju hingga
173,4 per 100.000 dinegara berkembang yang secara ekonomis sangat merugikan.
d. Stenosis aorta
Stenosis aorta adalah obstruksi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta dimana lokasi
obstruksi dapatterjadi di valvuler, supravalvuler, dan subvalvuler.Gejala-gejala stenosis aorta
akan dirasakanpenderita setelah penyakit berjalan lanjuttermasuk gagal jantung dan kematian
mendadak.Pemeriksaan fisik pada stenosisaorta yang berat didapatkan tekanan nadi menyempit
dan lonjakandenyut arterimelambat.
Yang paling dapat diterima adalah mekanisme pertama yaitu dari sudut imunologi, dimana
reaksi autoimun terhadap infeksi streptococcus akan menyebabkan kerusakan jaringan atau
manifestasi demam reumatik, dengan cara :
Kerusakan jaringan yang disebabkan tersebut berupa peradangan difus yang menyerang jaringan ikat
berbagai organ, terutama jantung, sendi dan kulit. Terserangnya jantung merupakan keadaan
yang sangat penting, karena :
1. Kematian pada fase akut, yang sebagian besar karena gagal jantung.
2. Kecacatan jantung, yang sebagian besar oleh adanya deformitas katup.
Keterlibatan jantung pada penyakit demam rematik dapat mengenai setiap komponen
jaringannya. Proses radang selama karditis akut paling sering terbatas pada endokardium dan
miokardium, namun pada pasien dengan miokaditis berat, pericardium dapat juga terlibat.
Peradangan di endokardium biasanya mengenai endotel katup, sekitar 50%kasus adalah katup
mitral, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir katup yang ditunjukkan
dengan adanya vegetasi seperti manik-manik (verruceae) di sepanjang pinggir daun katup. Proses
ini mengganggu penutupan katup yang efektif, mengakibatkan regurgitasi katup. Jika tidak ada
pembalikan proses dan penyembuhan, proses ini akhirnya akan menyebabkan stenosis dan perubahan
pengapuran yang kasar, yang terjadi beberapa tahun pasca serangan.
Peradangan di miokardium, terdapat pembentukan lesi nodular yang khas pada dinding
jantung berupa sel Aschoff yang terdiri dari infiltrat perivaskuler sel besar dengan inti polimorf
dan sitoplasma basofil tersusun dalam roset sekeliling pusat fibrinoid yang avaskular.
Peradangan Perikardium, adanya penumpukan cairan (eksudasi) di dalam rongga perikard yang
disebut sebagai efusi perikard. Dan hal ini mengganggu pengisian ventrikel sehingga volume
sekuncup berkurang.
Bila terjadi karditis seluruh lapisan jantung akan dikenai. Perikarditis paling sering terjadi
dan perikarditis fibrinosa kadang-kadang didapati. Pada keadaan fatal, keterlibatan miokard
menyebabkan pembesaran semua ruang jantung. Pada miokardium mula-mula didapati
fragmentasi serabut kolagen, infiltrasi limfosit, dan degenerasi fibrinoid dan diikuti didapatinya
nodul aschoff di miokard yang merupakan patognomonik DR.
(1) Komponen bagian dalam adalahpeptidoglikan, yang memberi kekakuan dinding sel,
menimbulkan arthritis, sertareaksi nodular pada kulit binatang percobaan.
(2) Komponen kedua adalahpolisakarida dinding sel, atau karbohidrat spesifik grup. Struktur
imunokimia komponen ini menetukan serogrupnya.
Karbohidrat grup A merupakan polimer polisakarida, yang terdiri dari pendukung utama
Ramnose dengan rantai samping yang diakhiri ujung terminalN-asetilgluktosamin. Karbohidrat
ini terbukti memiliki determinan antigenicbersama dengan glikoprotein pada katup jantung
manusia.
(3) Komponenketiga terdiri dari mosaic protein yang dilabel sebagai protein M, R dan T.
Dariketiga protein ini yang terpenting adalah protein M, yakni antigen spesifik tipe dari
streptococcus group A.
• Polartritis
Apakah ada b en gk ak yan g t e rj adi t i ba -t i ba pad a sendi -sendi besa r(l ut ut ,
per gel an gan kaki at au t an gan, pah a,l en gan, si ku dan bahu) sebelumnya?
Apakah bengkak pada sendi simetris dan berpindah?
Apakah bengkak tersebut disertai nyeri?
• Karditis
Adakah sesak? Apakah sesak dipengaruhi aktivitas? ---di psnoe ---oneffort
Adakah sesak pada malam hari? (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea)
Adakah s esak yan g t erj adi pada posi si berbari n g dan hi l an g pada posisi duduk?
(orthopnea)
Adakah nyeri dada? Bagaimanakah sifat nyeri?
Adakah pembengkakan (udem)?
• Korea
Adakah gerakan-gerakan yang tidak disadari?
Adakah kelemahan otot?
Adakah ketidakstabilan emosi?
• Eritema marginatum
Adakah bercak kemerahan yang tidak gatal?
Apakah bercaknya seakan-akan menjauhi pusat lingkaran?
Apakah bercak berpindah-pindah?
• Nodul Subkutan
Adakah teraba massa padat?
Apakah massa tersebut tidak terasa nyeri, mudah digerakkan dari kulitdi atasnya?
Riwayat medis dimasa lalu
Kondisi sebelumnya (termasuk masa kanak-kanak) dan terkait, seperti infark miokard,
hipertensi, diabetes, demam reumatik. Informasi resep dan obat lainnya, serta kepatuhan pasien.
Tinjauan kembali tekanan darah, kadar lipid, rontgen toraks, dan EKG sebelumnya.
3. Riwayat keluarga, pekerjaan,dan sosial
4. Riwayat keluarga
5. Hal-hal yang memperberat dan memperingan
6. Aktivitas, iklim, makanan, kebiasaan dan Obat-obatan
sementara tanda dan gejala perikarditis serta gagal jantung kongestif biasanya
baru t i m b u l p a d a k e a d a a n y a n g l e b i h b e r a t . B i s i n g p a d a k a r d i t i s r e m a t i k
d a p a t b e r u p a bising pansistol di daerah apeks (regurgitasi mitral), bising awal
diastol di daerah basal (regurgitasi aorta), dan bising mid -diastol pada apeks
(bising Carey-Coombs)yang timbul akibat adanya dilatasi ventrikel kiri.
2) Poliartritis
ditandai oleh adanya nyeri, pembengkakan, kemerahan, teraba panas, dan
keterbatasan gerak aktif pada dua sendi atau lebih. Artritis pada demam rematik paling sering
mengenai sendi-sendi besar anggota gerak bawah. Kelainan ini
hanya b e r l a n g s u n g b e b e r a p a h a r i s a m p a i s e m i n g g u p a d a s a t u s e n d i
d a n k e m u d i a n berpindah, sehingga dapat ditemukan artritis yang
s a l i n g t u m p a n g t i n d i h p a d a beberapa sendi pada waktu yang sama; sementara
tanda-tanda radang mereda pada satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat. Perlu
diingat bahwa artritis yang hanya mengenai satu sendi (monoartritis) tidak dapat
dijadikan sebagai suatu kriteria mayor. Selain itu, agar dapat digunakan sebagai
suatu kriterium mayor, poliartritisharus disertai sekurang -kurangnya dua kriteria
minor, seperti demam dan kenaikan
laju endap darah, serta harus didukung oleh adanya titer ASTO at
a u a n t i b o d i antistreptokokus lainnya yang tinggi.
3) Korea
secara khas ditandai oleh adanya gerakan tidak disadari dan tidak bertujuanyang
berlangsung cepat dan umumnya bersifat bilateral, meskipun dapat juga hanya
mengenai satu sisi tubuh. Manifestasi dema m rematik ini lazim disertai kelemahan
otot dan ketidak-stabilan emosi. Korea jarang dijumpai pada penderita di bawah
usia3 t a h u n a t a u s e t e l a h m a s a p u b e r t a s d a n l a z i m t e r j a d i p a d a p e r e
mpuan.
K o r e a Syndenham merupakan satu-satunya tanda mayor yang sedemikian penting
sehinggadapat dianggap sebagai pertanda adanya demam rematik meskipun tidak
ditemukankriteria yang lain. Korea merupakan manifestasi demam rematik yang muncul
secaralambat, sehingga tanda dan gej ala lain kemungkinan sudah tidak ditemukan lagi padasaat
korea mulai timbul.
4) Eritema marginatum
m e r u p a k a n w u j u d k e l a i n a n k u l i t y a n g k h a s p a d a d e m a m rematik dan
tampak sebagai makula yang berwarna merah, pucat di bagian tengah, tidak terasa
gatal, berbentuk bulat atau dengan tepi yang bergelombang dan
meluass e c a r a s e n t r i f u g a l . E r i t e m a m a r g i n a t u m j u g a d i k e n a l s e b a g a i
e r i t e m a a n u l a r e rematikum dan terutama timbul di daerah badan, pantat
, a n g g o t a g e r a k b a g i a n proksimal, tetapi tidak pernah ditemukan di daerah wajah.
Kelainan ini dapat bersifat sementara atau menetap, berpindah-pindah dari satu bagian
tubuh ke bagian tubuh yang lain, dapat dicetuskan oleh pemberian panas,
dan memucat jika ditekan. Tanda mayor demam rematik ini hanya ditemukan pada kasus
yang berat.
5) Nodulus subkutan
p a d a u m u m n y a h a n y a d i j u m p a i p a d a k a s u s y a n g b e r a t d a n terdapat di
daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta kolumna vertebralis. Nodul ini berupa massa
yang padat, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan dari kulit diatasnya, dengan diameter dan
beberapa milimeter sampai sekitar 2 cm. Tanda ini pada umumnya tidak akan ditemukan
jika tidak terdapat karditis.
Kriteria Minor
1) Riwayar demam rematik sebelumnya
dapat digunakan sebagai salah satu kriteriaminor apabila tercatat dengan baik
sebagai suatu diagnosis yang didasarkan padak r i t e r i a o b y e k t i f y a n g s a m a .
A k a n t e t a p i , r i w a y a t d e m a m r e m a t i k a t a u p e n y a k i t jantung rematik inaktif yang
pernah diidap seorang penderita seringkali tidak tercatatsecara baik sehingga sulit dipastikan
kebenarannya, atau bahkan tidak terdiagnosis
2) Artralgia
Artralgia adalah rasa nyeri pada satu sendi atau lebih tanpa disertai peradanganatau
keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus dibedakan dengan nyeri padaotot
atau jaringan periartikular lainnya, atau dengan nyeri sendi malam hari yang lazim
terjadi pada anak-anak normal. Artralgia tidak dapat digunakan sebagai kriteriaminor apabila
poliartritis sudah dipakai sebagai kriteria mayor.
3) Demam
pada demam rematik biasanya ringan,meskipun adakalanya mencapai39°C,
terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai suatudemam derajat
ringan selama beberapa minggu. Demam merupakan pertanda infeksiyang tidak spesifik, dan
karena dapat dijumpai pada begitu banyak penyakit lain, kriteria minor ini tidak
memiliki arti diagnosis banding yang bermakna.
5) I n t e r v a l P - R y a n g m e m a n j a n g
biasanya menunjukkan adanya keterlambatanabnormal sistem konduksi pada
nodus atrioventrikel dan meskipun sering dijumpai p a d a demam rematik,
p e r u b a h a n g a m b a r a n E K G i n i t i d a k s p e s i f i k u n t u k d e m a m rematik. Selain
itu, interval P-R yang memanjang juga bukan merupakan pertanda yang memadai akan
adanya karditis rematik.
Tirah baring
Tabel 1 : Pedoman istirahat dan mobilisasi penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik
Artritis Karditis Karditis tanpa Karditis
minimal kardiomegali dengan
kardiomegali
Tirah baring 2 minggu 3 minggu 6 minggu 3-6 bulan
Mobilisasi
bertahap di
2 minggu 3 minggu 6 minggu 3 bulan
ruangan
Mobilisasi
bertahap diluar
3 minggu 4 minggu 3 bulan 3 bulan atau
ruangan
lebih
Pengobatan Korea
Korea pada umunya akan sembuh sendiri, meskipun dapat berlangsung selama beberapa
minggu sampai 3 bulan. Obat-obat sedative, seperti klorpromazin, diazepam, fenobarbital atau
haloperidol dilaporkan memberikan hasil yang memuaskan . haloperidol sebaiknya tidak
diberikan pada anak dibawah 12 tahun.
Diet
Bentuk dan jenis makanan dengan keadaan penderita,. Pada sebagian besar kasus cukup
diberikan makanan biasa, cukup kalori dan protein. Tambahan vitamin dapat dibenarkan.
Penanganan gagal jantung
Gagal jantung pada DR/PJR dapat ditangani seperti kasus gagal jantung pada umumnya.
Komplikasi ini biasanya dapat diatasi dengan tirah baring dan pemberian kortikosteroid,
meskipun seringkali perlu diberikan digitalis dan diuretic.
Penatalaksanaan penyakit jantung reumatik kronik :
1. Penatalaksanaan medik
a. Kemoprofilaksis sekunder untuk mencegah serangan ulang demam reumatik
b. Pengobatan gagal jantung
c. Pencegahan endokarditis bakterialis
d. Pengaturan aktivitas
2. Penatalaksanaan bedah Pada anak, indikasi bedah pada umumnya ialah:
a. Kardiomegali berat yang menetap yamg menghalangi kehidupan normal
b. Kardiomegali progresif
c. Gagal jantung yang tidak dapat diatasi dengan terapi medis
2.12 REHABILITASI DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Penyakit demam reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa (sequele) yang amat penting
pada jantung sebagai akibat berat ringannya karditis selama serangan akut demam reumatik. Dari
beberapa penelitian tentang insidens karditis dan PJR yang menetap adalah akibat kekambuhan
DR tanpa PJR sebelumnya adalah 6-14%. Kekambuhan yang terbanyak dan terpenting adalah
akibat perjalanan penyakit demam reumatik itu sendiri. Cukup banyak dilaporkan insidens dari
kekambuhan demam reumatik yang berlanjut dan mengakibatkan PJR.
DR dapat diatasi dengan antibiotika penisilin-V atau benzatin penisilin parentral yang
adekuat terhadap kuman SGA hemolitikus. Pasien DR berisiko tinggi untuk terjadi kekambuhan
kembali, sehingga diperlukan pencegahan yang berkelanjutan dengan antibiotika sebagai
pencegahan sekunder terhadap kekambuhan tersebut. Tetapi yang sulit adalah menetapkan
berapa lama pencegahan sekunder ini dilakukan. Walaupun risiko kekambuhan berkurang
dengan bertambahnya umur dan juga interval kekambuhan makin panjang tetapi kekambuhan ini
bisa terjadi selama 5-10 tahun. Hanya akan berkurang atau menghilang bila dilakukan
pengobatan pencegahan sekunder secara teratur untuk waktu yang cukup lama.
Program pencegahan sekunder yang dapat mengurangi atau menghilangkan perjalanan
penyakit DR dan PJR, yang dapat dilakukan adalah :
1. Untuk pasien <20 tahun, berikan suntikan Benzatin Penisilin G 1,2 juta unit tiap 4 minggu
sampai umur 25 tahun
2. Bila umur pasien >20 tahun, berikan suntikan Benzatin Penisilin G (long-acting) selama 5 tahun.
3. Bila pasien telah selesai dengan protocol 1 dan 2 sedangkan terjadi kekambuhan lagi maka aka
mendapatkan kembali suntikan Benzatin Penisilin G dengan dosis 1,2 juta unit tiap 4 minggu
untuk selama 5 tahun berikutnya. Bila kasus berat tiap 3 minggu.
Tidak semua penderita infeksi saluran nafas yang disebabkan infeksi Streptokokus β
hemolitik grup A menderita demam reumatik. Sekitar 3 persen dari penderita infeksi saluran
nafas atas terhadap Streptokokus β hemolitik grup A di barak militer pada masa epidemi yang
menderita demam reumatik dan hanya 0,4 persen didapati pada anak yang tidak diobati setelah
epidemi infeksi Streptokokus β hemolitik grup A pada populasi masyarakat sipil. Dalam laporan
WHO Expert consultation Geneva, 29 October–1 November 2001 yang diterbitkan tahun 2004
angka mortalitas untuk penyakit jantung reumatik 0,5 per 100.000 penduduk di negara maju
hingga 8,2 per 100.000 penduduk dinegara berkembang dan didaerah Asia Tenggara
diperkirakan 7,6 per Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan
Indonesia 100.000. Diperkirakan sekitar 2000 – 332.000 yang meninggal diseluruh dunia karena
penyakit tersebut. Angka disabilitas pertahun (The disability-adjusted life years (DALYs)1 lost)
akibat penyakit jantung reumatik diperkirakan sekitar 27,4 per 100.000 dinegara maju hingga
173,4 per 100.000 dinegara berkembang yang secara ekonomis sangat merugikan.
d. Stenosis aorta
Stenosis aorta adalah obstruksi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta dimana lokasi
obstruksi dapatterjadi di valvuler, supravalvuler, dan subvalvuler.Gejala-gejala stenosis aorta
akan dirasakanpenderita setelah penyakit berjalan lanjuttermasuk gagal jantung dan kematian
mendadak.Pemeriksaan fisik pada stenosisaorta yang berat didapatkan tekanan nadi menyempit
dan lonjakandenyut arterimelambat.
Kerusakan jaringan yang disebabkan tersebut berupa peradangan difus yang menyerang jaringan ikat
berbagai organ, terutama jantung, sendi dan kulit. Terserangnya jantung merupakan keadaan
yang sangat penting, karena :
1. Kematian pada fase akut, yang sebagian besar karena gagal jantung.
2. Kecacatan jantung, yang sebagian besar oleh adanya deformitas katup.
Keterlibatan jantung pada penyakit demam rematik dapat mengenai setiap komponen
jaringannya. Proses radang selama karditis akut paling sering terbatas pada endokardium dan
miokardium, namun pada pasien dengan miokaditis berat, pericardium dapat juga terlibat.
Peradangan di endokardium biasanya mengenai endotel katup, sekitar 50%kasus adalah katup
mitral, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir katup yang ditunjukkan
dengan adanya vegetasi seperti manik-manik (verruceae) di sepanjang pinggir daun katup. Proses
ini mengganggu penutupan katup yang efektif, mengakibatkan regurgitasi katup. Jika tidak ada
pembalikan proses dan penyembuhan, proses ini akhirnya akan menyebabkan stenosis dan perubahan
pengapuran yang kasar, yang terjadi beberapa tahun pasca serangan.
Peradangan di miokardium, terdapat pembentukan lesi nodular yang khas pada dinding
jantung berupa sel Aschoff yang terdiri dari infiltrat perivaskuler sel besar dengan inti polimorf
dan sitoplasma basofil tersusun dalam roset sekeliling pusat fibrinoid yang avaskular.
Peradangan Perikardium, adanya penumpukan cairan (eksudasi) di dalam rongga perikard yang
disebut sebagai efusi perikard. Dan hal ini mengganggu pengisian ventrikel sehingga volume
sekuncup berkurang.
Bila terjadi karditis seluruh lapisan jantung akan dikenai. Perikarditis paling sering terjadi
dan perikarditis fibrinosa kadang-kadang didapati. Pada keadaan fatal, keterlibatan miokard
menyebabkan pembesaran semua ruang jantung. Pada miokardium mula-mula didapati
fragmentasi serabut kolagen, infiltrasi limfosit, dan degenerasi fibrinoid dan diikuti didapatinya
nodul aschoff di miokard yang merupakan patognomonik DR.
(1) Komponen bagian dalam adalahpeptidoglikan, yang memberi kekakuan dinding sel,
menimbulkan arthritis, sertareaksi nodular pada kulit binatang percobaan.
(2) Komponen kedua adalahpolisakarida dinding sel, atau karbohidrat spesifik grup. Struktur
imunokimia komponen ini menetukan serogrupnya.
Karbohidrat grup A merupakan polimer polisakarida, yang terdiri dari pendukung utama
Ramnose dengan rantai samping yang diakhiri ujung terminalN-asetilgluktosamin. Karbohidrat
ini terbukti memiliki determinan antigenicbersama dengan glikoprotein pada katup jantung
manusia.
(3) Komponenketiga terdiri dari mosaic protein yang dilabel sebagai protein M, R dan T.
Dariketiga protein ini yang terpenting adalah protein M, yakni antigen spesifik tipe dari
streptococcus group A.
• Polartritis
Apakah ada b en gk ak yan g t e rj adi t i ba -t i ba pad a sendi -sendi besa r(l ut ut ,
per gel an gan k aki at au t an gan, pah a,l en gan, si ku dan bahu) sebelumnya?
Apakah bengkak pada sendi simetris dan berpindah?
Apakah bengkak tersebut disertai nyeri?
• Karditis
Adakah sesak? Apakah sesak dipengaruhi aktivitas? ---di psnoe ---oneffort
Adakah sesak pada malam hari? (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea)
Adakah s esak yan g t erj adi pada posi si berbari n g dan hi l an g pada posisi duduk?
(orthopnea)
Adakah nyeri dada? Bagaimanakah sifat nyeri?
Adakah pembengkakan (udem)?
• Korea
Adakah gerakan-gerakan yang tidak disadari?
Adakah kelemahan otot?
Adakah ketidakstabilan emosi?
• Eritema marginatum
Adakah bercak kemerahan yang tidak gatal?
Apakah bercaknya seakan-akan menjauhi pusat lingkaran?
Apakah bercak berpindah-pindah?
• Nodul Subkutan
Adakah teraba massa padat?
Apakah massa tersebut tidak terasa nyeri, mudah digerakkan dari kulitdi atasnya?
Riwayat medis dimasa lalu
Kondisi sebelumnya (termasuk masa kanak-kanak) dan terkait, seperti infark miokard,
hipertensi, diabetes, demam reumatik. Informasi resep dan obat lainnya, serta kepatuhan pasien.
Tinjauan kembali tekanan darah, kadar lipid, rontgen toraks, dan EKG sebelumnya.
3. Riwayat keluarga, pekerjaan,dan sosial
4. Riwayat keluarga
5. Hal-hal yang memperberat dan memperingan
6. Aktivitas, iklim, makanan, kebiasaan dan Obat-obatan
sementara tanda dan gejala perikarditis serta gagal jantung kongestif biasanya
baru t i m b u l p a d a k e a d a a n y a n g l e b i h b e r a t . B i s i n g p a d a k a r d i t i s r e m a t i k
d a p a t b e r u p a bising pansistol di daerah apeks (regurgitasi mitral), bising awal
diastol di daerah basal (regurgitasi aorta), dan bising mid -diastol pada apeks
(bising Carey-Coombs)yang timbul akibat adanya dilatasi ventrikel kiri.
2) Poliartritis
ditandai oleh adanya nyeri, pembengkakan, kemerahan, teraba panas, dan
keterbatasan gerak aktif pada dua sendi atau lebih. Artritis pada demam rematik paling sering
mengenai sendi-sendi besar anggota gerak bawah. Kelainan ini
hanya b e r l a n g s u n g b e b e r a p a h a r i s a m p a i s e m i n g g u p a d a s a t u s e n d i
d a n k e m u d i a n berpindah, sehingga dapat ditemukan artritis yang
s a l i n g t u m p a n g t i n d i h p a d a beberapa sendi pada waktu yang sama; sementara
tanda-tanda radang mereda pada satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat. Perlu
diingat bahwa artritis yang hanya mengenai satu sendi (monoartritis) tidak dapat
dijadikan sebagai suatu kriteria mayor. Selain itu, agar dapat digunakan sebagai
suatu kriterium mayor, poliartritisharus disertai sekurang -kurangnya dua kriteria
minor, seperti demam dan kenaikan
laju endap darah, serta harus didukung oleh adanya titer ASTO at
a u a n t i b o d i antistreptokokus lainnya yang tinggi.
3) Korea
secara khas ditandai oleh adanya gerakan tidak disadari dan tidak bertujuanyang
berlangsung cepat dan umumnya bersifat bilateral, meskipun dapat juga hanya
mengenai satu sisi tubuh. Manifestasi demam rematik ini lazim disertai kelemahan
otot dan ketidak-stabilan emosi. Korea jarang dijumpai pada penderita di bawah
usia3 t a h u n a t a u s e t e l a h m a s a p u b e r t a s d a n l a z i m t e r j a d i p a d a p e r e
mpuan.
K o r e a Syndenham merupakan satu-satunya tanda mayor yang sedemikian penting
sehinggadapat dianggap sebagai pertanda adanya demam rematik meskipun tidak
ditemukankriteria yang lain. Korea merupakan manifestasi demam rematik yang muncul
secaralambat, sehingga tanda dan gej ala lain kemungkinan sudah tidak ditemukan lagi padasaat
korea mulai timbul.
4) Eritema marginatum
m e r u p a k a n w u j u d k e l a i n a n k u l i t y a n g k h a s p a d a d e m a m rematik dan
tampak sebagai makula yang berwarna merah, pucat di bagian tengah, tidak terasa
gatal, berbentuk bulat atau dengan tepi yang bergelombang dan
meluass e c a r a s e n t r i f u g a l . E r i t e m a m a r g i n a t u m j u g a d i k e n a l s e b a g a i
e r i t e m a a n u l a r e rematikum dan terutama timbul di daerah badan, pantat
, a n g g o t a g e r a k b a g i a n proksimal, tetapi tidak pernah ditemukan di daerah wajah.
Kelainan ini dapat bersifat sementara atau menetap, berpindah -pindah dari satu bagian
tubuh ke bagian tubuh yang lain, dapat dicetuskan oleh pemberian panas,
dan memucat jika ditekan. Tanda mayor demam rematik ini hanya ditemukan pada kasus
yang berat.
5) Nodulus subkutan
p a d a u m u m n y a h a n y a d i j u m p a i p a d a k a s u s y a n g b e r a t d a n terdapat di
daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta kolumna vertebralis. Nodul ini berupa massa
yang padat, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan dari kulit diatasnya, dengan diameter dan
beberapa milimeter sampai sekitar 2 cm. Tanda ini pada umumnya tidak akan ditemukan
jika tidak terdapat karditis.
Kriteria Minor
1) Riwayar demam rematik sebelumnya
dapat digunakan sebagai salah satu kriteriaminor apabila tercatat dengan baik
sebagai suatu diagnosis yang didasarkan pada k r i t e r i a o b y e k t i f y a n g s a m a .
A k a n t e t a p i , r i w a y a t d e m a m r e m a t i k a t a u p e n y a k i t jantung rematik inaktif yang
pernah diidap seorang penderita seringkali tidak tercatatsecara baik sehingga sulit dipastikan
kebenarannya, atau bahkan tidak terdiagnosis
2) Artralgia
Artralgia adalah rasa nyeri pada satu sendi atau lebih tanpa disertai peradanganatau
keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus dibedakan dengan nyeri padaotot
atau jaringan periartikular lainnya, atau dengan nyeri sendi malam hari yang lazim
terjadi pada anak-anak normal. Artralgia tidak dapat digunakan sebagai kriteriaminor apabila
poliartritis sudah dipakai sebagai kriteria mayor.
3) Demam
pada demam rematik biasanya ringan,meskipun adakalanya mencapai39°C,
terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai suatudemam derajat
ringan selama beberapa minggu. Demam merupakan pertanda infeksiyang tidak spesifik, dan
karena dapat dijumpai pada begitu banyak penyakit lain, kriteria minor ini tidak
memiliki arti diagnosis banding yang bermakna.
5) I n t e r v a l P - R y a n g m e m a n j a n g
biasanya menunjukkan adanya keterlambatanabnormal sistem konduksi pada
nodus atrioventrikel dan meskipun sering dijumpai p a d a demam rematik,
p e r u b a h a n g a m b a r a n E K G i n i t i d a k s p e s i f i k u n t u k d e m a m rematik. Selain
itu, interval P-R yang memanjang juga bukan merupakan pertanda yang memadai akan
adanya karditis rematik.
Tirah baring
Tabel 1 : Pedoman istirahat dan mobilisasi penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik
Artritis Karditis Karditis tanpa Karditis
minimal kardiomegali dengan
kardiomegali
Tirah baring 2 minggu 3 minggu 6 minggu 3-6 bulan
Mobilisasi
bertahap di
2 minggu 3 minggu 6 minggu 3 bulan
ruangan
Mobilisasi
bertahap diluar
3 minggu 4 minggu 3 bulan 3 bulan atau
ruangan
lebih
Pengobatan Korea
Korea pada umunya akan sembuh sendiri, meskipun dapat berlangsung selama beberapa
minggu sampai 3 bulan. Obat-obat sedative, seperti klorpromazin, diazepam, fenobarbital atau
haloperidol dilaporkan memberikan hasil yang memuaskan . haloperidol sebaiknya tidak
diberikan pada anak dibawah 12 tahun.
Diet
Bentuk dan jenis makanan dengan keadaan penderita,. Pada sebagian besar kasus cukup
diberikan makanan biasa, cukup kalori dan protein. Tambahan vitamin dapat dibenarkan.
Penanganan gagal jantung
Gagal jantung pada DR/PJR dapat ditangani seperti kasus gagal jantung pada umumnya.
Komplikasi ini biasanya dapat diatasi dengan tirah baring dan pemberian kortikosteroid,
meskipun seringkali perlu diberikan digitalis dan diuretic.
Penatalaksanaan penyakit jantung reumatik kronik :
1. Penatalaksanaan medik
a. Kemoprofilaksis sekunder untuk mencegah serangan ulang demam reumatik
b. Pengobatan gagal jantung
c. Pencegahan endokarditis bakterialis
d. Pengaturan aktivitas
2. Penatalaksanaan bedah Pada anak, indikasi bedah pada umumnya ialah:
a. Kardiomegali berat yang menetap yamg menghalangi kehidupan normal
b. Kardiomegali progresif
c. Gagal jantung yang tidak dapat diatasi dengan terapi medis
2.12 REHABILITASI DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Penyakit demam reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa (sequele) yang amat penting
pada jantung sebagai akibat berat ringannya karditis selama serangan akut demam reumatik. Dari
beberapa penelitian tentang insidens karditis dan PJR yang menetap adalah akibat kekambuhan
DR tanpa PJR sebelumnya adalah 6-14%. Kekambuhan yang terbanyak dan terpenting adalah
akibat perjalanan penyakit demam reumatik itu sendiri. Cukup banyak dilaporkan insidens dari
kekambuhan demam reumatik yang berlanjut dan mengakibatkan PJR.
DR dapat diatasi dengan antibiotika penisilin-V atau benzatin penisilin parentral yang
adekuat terhadap kuman SGA hemolitikus. Pasien DR berisiko tinggi untuk terjadi kekambuhan
kembali, sehingga diperlukan pencegahan yang berkelanjutan dengan antibiotika sebagai
pencegahan sekunder terhadap kekambuhan tersebut. Tetapi yang sulit adalah menetapkan
berapa lama pencegahan sekunder ini dilakukan. Walaupun risiko kekambuhan berkurang
dengan bertambahnya umur dan juga interval kekambuhan makin panjang tetapi kekambuhan ini
bisa terjadi selama 5-10 tahun. Hanya akan berkurang atau menghilang bila dilakukan
pengobatan pencegahan sekunder secara teratur untuk waktu yang cukup lama.
Program pencegahan sekunder yang dapat mengurangi atau menghilangkan perjalanan
penyakit DR dan PJR, yang dapat dilakukan adalah :
1. Untuk pasien <20 tahun, berikan suntikan Benzatin Penisilin G 1,2 juta unit tiap 4 minggu
sampai umur 25 tahun
2. Bila umur pasien >20 tahun, berikan suntikan Benzatin Penisilin G (long-acting) selama 5 tahun.
3. Bila pasien telah selesai dengan protocol 1 dan 2 sedangkan terjadi kekambuhan lagi maka aka
mendapatkan kembali suntikan Benzatin Penisilin G dengan dosis 1,2 juta unit tiap 4 minggu
untuk selama 5 tahun berikutnya. Bila kasus berat tiap 3 minggu.
Tidak semua penderita infeksi saluran nafas yang disebabkan infeksi Streptokokus β
hemolitik grup A menderita demam reumatik. Sekitar 3 persen dari penderita infeksi saluran
nafas atas terhadap Streptokokus β hemolitik grup A di barak militer pada masa epidemi yang
menderita demam reumatik dan hanya 0,4 persen didapati pada anak yang tidak diobati setelah
epidemi infeksi Streptokokus β hemolitik grup A pada populasi masyarakat sipil. Dalam laporan
WHO Expert consultation Geneva, 29 October–1 November 2001 yang diterbitkan tahun 2004
angka mortalitas untuk penyakit jantung reumatik 0,5 per 100.000 penduduk di negara maju
hingga 8,2 per 100.000 penduduk dinegara berkembang dan didaerah Asia Tenggara
diperkirakan 7,6 per Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan
Indonesia 100.000. Diperkirakan sekitar 2000 – 332.000 yang meninggal diseluruh dunia karena
penyakit tersebut. Angka disabilitas pertahun (The disability-adjusted life years (DALYs)1 lost)
akibat penyakit jantung reumatik diperkirakan sekitar 27,4 per 100.000 dinegara maju hingga
173,4 per 100.000 dinegara berkembang yang secara ekonomis sangat merugikan.
d. Stenosis aorta
Stenosis aorta adalah obstruksi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta dimana lokasi
obstruksi dapatterjadi di valvuler, supravalvuler, dan subvalvuler.Gejala-gejala stenosis aorta
akan dirasakanpenderita setelah penyakit berjalan lanjuttermasuk gagal jantung dan kematian
mendadak.Pemeriksaan fisik pada stenosisaorta yang berat didapatkan tekanan nadi menyempit
dan lonjakandenyut arterimelambat.
Kerusakan jaringan yang disebabkan tersebut berupa peradangan difus yang menyerang jaringan ikat
berbagai organ, terutama jantung, sendi dan kulit. Terserangnya jantung merupakan keadaan
yang sangat penting, karena :
1. Kematian pada fase akut, yang sebagian besar karena gagal jantung.
2. Kecacatan jantung, yang sebagian besar oleh adanya deformitas katup.
Keterlibatan jantung pada penyakit demam rematik dapat mengenai setiap komponen
jaringannya. Proses radang selama karditis akut paling sering terbatas pada endokardium dan
miokardium, namun pada pasien dengan miokaditis berat, pericardium dapat juga terlibat.
Peradangan di endokardium biasanya mengenai endotel katup, sekitar 50%kasus adalah katup
mitral, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir katup yang ditunjukkan
dengan adanya vegetasi seperti manik-manik (verruceae) di sepanjang pinggir daun katup. Proses
ini mengganggu penutupan katup yang efektif, mengakibatkan regurgitasi katup. Jika tidak ada
pembalikan proses dan penyembuhan, proses ini akhirnya akan menyebabkan stenosis dan perubahan
pengapuran yang kasar, yang terjadi beberapa tahun pasca serangan.
Peradangan di miokardium, terdapat pembentukan lesi nodular yang khas pada dinding
jantung berupa sel Aschoff yang terdiri dari infiltrat perivaskuler sel besar dengan inti polimorf
dan sitoplasma basofil tersusun dalam roset sekeliling pusat fibrinoid yang avaskular.
Peradangan Perikardium, adanya penumpukan cairan (eksudasi) di dalam rongga perikard yang
disebut sebagai efusi perikard. Dan hal ini mengganggu pengisian ventrikel sehingga volume
sekuncup berkurang.
Bila terjadi karditis seluruh lapisan jantung akan dikenai. Perikarditis paling sering terjadi
dan perikarditis fibrinosa kadang-kadang didapati. Pada keadaan fatal, keterlibatan miokard
menyebabkan pembesaran semua ruang jantung. Pada miokardium mula-mula didapati
fragmentasi serabut kolagen, infiltrasi limfosit, dan degenerasi fibrinoid dan diikuti didapatinya
nodul aschoff di miokard yang merupakan patognomonik DR.
(1) Komponen bagian dalam adalahpeptidoglikan, yang memberi kekakuan dinding sel,
menimbulkan arthritis, sertareaksi nodular pada kulit binatang percobaan.
(2) Komponen kedua adalahpolisakarida dinding sel, atau karbohidrat spesifik grup. Struktur
imunokimia komponen ini menetukan serogrupnya.
Karbohidrat grup A merupakan polimer polisakarida, yang terdiri dari pendukung utama
Ramnose dengan rantai samping yang diakhiri ujung terminalN-asetilgluktosamin. Karbohidrat
ini terbukti memiliki determinan antigenicbersama dengan glikoprotein pada katup jantung
manusia.
(3) Komponenketiga terdiri dari mosaic protein yang dilabel sebagai protein M, R dan T.
Dariketiga protein ini yang terpenting adalah protein M, yakni antigen spesifik tipe dari
streptococcus group A.
• Polartritis
Apakah ada b en gk ak yan g t e rj adi t i ba -t i ba pad a sendi -sendi besa r(l ut ut ,
per gel an gan kaki at au t an gan, pah a,l en gan, si ku dan bahu) sebelumnya?
Apakah bengkak pada sendi simetris dan berpindah?
Apakah bengkak tersebut disertai nyeri?
• Karditis
Adakah sesak? Apakah sesak dipengaruhi aktivitas? ---di psnoe ---oneffort
Adakah sesak pada malam hari? (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea)
Adakah s esak yan g t erj adi pada posi si berbari n g dan hi l an g pada posisi duduk?
(orthopnea)
Adakah nyeri dada? Bagaimanakah sifat nyeri?
Adakah pembengkakan (udem)?
• Korea
Adakah gerakan-gerakan yang tidak disadari?
Adakah kelemahan otot?
Adakah ketidakstabilan emosi?
• Eritema marginatum
Adakah bercak kemerahan yang tidak gatal?
Apakah bercaknya seakan-akan menjauhi pusat lingkaran?
Apakah bercak berpindah-pindah?
• Nodul Subkutan
Adakah teraba massa padat?
Apakah massa tersebut tidak terasa nyeri, mudah digerakkan dari kulitdi atasnya?
Riwayat medis dimasa lalu
Kondisi sebelumnya (termasuk masa kanak-kanak) dan terkait, seperti infark miokard,
hipertensi, diabetes, demam reumatik. Informasi resep dan obat lainnya, serta kepatuhan pasien.
Tinjauan kembali tekanan darah, kadar lipid, rontgen toraks, dan EKG sebelumnya.
3. Riwayat keluarga, pekerjaan,dan sosial
4. Riwayat keluarga
5. Hal-hal yang memperberat dan memperingan
6. Aktivitas, iklim, makanan, kebiasaan dan Obat-obatan
sementara tanda dan gejala perikarditis serta gagal jantung kongestif biasanya
baru t i m b u l p a d a k e a d a a n y a n g l e b i h b e r a t . B i s i n g p a d a k a r d i t i s r e m a t i k
d a p a t b e r u p a bising pansistol di daerah apeks (regurgitasi mitral), bising awal
diastol di daerah basal (regurgitasi aorta), dan bising mid -diastol pada apeks
(bising Carey-Coombs)yang timbul akibat adanya dilatasi ventrikel kiri.
2) Poliartritis
ditandai oleh adanya nyeri, pembengkakan, kemerahan, teraba panas, dan
keterbatasan gerak aktif pada dua sendi atau lebih. Artritis pada demam rematik paling sering
mengenai sendi-sendi besar anggota gerak bawah. Kelainan ini
hanya b e r l a n g s u n g b e b e r a p a h a r i s a m p a i s e m i n g g u p a d a s a t u s e n d i
d a n k e m u d i a n berpindah, sehingga dapat ditemukan artritis yang
s a l i n g t u m p a n g t i n d i h p a d a beberapa sendi pada waktu yang sama; sementara
tanda-tanda radang mereda pada satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat. Perlu
diingat bahwa artritis yang hanya mengenai satu sendi (monoartritis) tidak dapat
dijadikan sebagai suatu kriteria mayor. Selain itu, agar dapat digunakan sebagai
suatu kriterium mayor, poliartritisharus disertai sekurang -kurangnya dua kriteria
minor, seperti demam dan kenaikan
laju endap darah, serta harus didukung oleh adanya titer ASTO at
a u a n t i b o d i antistreptokokus lainnya yang tinggi.
3) Korea
secara khas ditandai oleh adanya gerakan tidak disadari dan tidak bertujuanyang
berlangsung cepat dan umumnya bersifat bilateral, meskipun dapat juga hanya
mengenai satu sisi tubuh. Manifestasi demam rematik ini lazim disertai kelemahan
otot dan ketidak-stabilan emosi. Korea jarang dijumpai pada penderita di bawah
usia3 t a h u n a t a u s e t e l a h m a s a p u b e r t a s d a n l a z i m t e r j a d i p a d a p e r e
mpuan.
K o r e a Syndenham merupakan satu-satunya tanda mayor yang sedemikian penting
sehinggadapat dianggap sebagai pertanda adanya demam rematik meskipun tidak
ditemukankriteria yang lain. Korea merupakan manifestasi demam rematik yang muncul
secaralambat, sehingga tanda dan gej ala lain kemungkinan sudah tidak ditemukan lagi padasaat
korea mulai timbul.
4) Eritema marginatum
m e r u p a k a n w u j u d k e l a i n a n k u l i t y a n g k h a s p a d a d e m a m rematik dan
tampak sebagai makula yang berwarna merah, pucat di bagian tengah, tidak terasa
gatal, berbentuk bulat atau dengan tepi yang bergelombang dan
meluass e c a r a s e n t r i f u g a l . E r i t e m a m a r g i n a t u m j u g a d i k e n a l s e b a g a i
e r i t e m a a n u l a r e rematikum dan terutama timbul di daerah badan, pantat
, a n g g o t a g e r a k b a g i a n proksimal, tetapi tidak pernah ditemukan di daerah wajah.
Kelainan ini dapat bersifat sementara atau menetap, berpindah -pindah dari satu bagian
tubuh ke bagian tubuh yang lain, dapat dicetuskan oleh pemberian panas,
dan memucat jika ditekan. Tanda mayor demam rematik ini hanya ditemukan pada kasus
yang berat.
5) Nodulus subkutan
p a d a u m u m n y a h a n y a d i j u m p a i p a d a k a s u s y a n g b e r a t d a n terdapat di
daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta kolumna vertebralis. Nodul ini berupa massa
yang padat, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan dari kulit diatasnya, dengan diameter dan
beberapa milimeter sampai sekitar 2 cm. Tanda ini pada umumnya tidak akan ditemukan
jika tidak terdapat karditis.
Kriteria Minor
1) Riwayar demam rematik sebelumnya
dapat digunakan sebagai salah satu kriteriaminor apabila tercatat dengan baik
sebagai suatu diagnosis yang didasarkan pada k r i t e r i a o b y e k t i f y a n g s a m a .
A k a n t e t a p i , r i w a y a t d e m a m r e m a t i k a t a u p e n y a k i t jantung rematik inaktif yang
pernah diidap seorang penderita seringkali tidak tercatatsecara baik sehingga sulit dipastikan
kebenarannya, atau bahkan tidak terdiagnosis
2) Artralgia
Artralgia adalah rasa nyeri pada satu sendi atau lebih tanpa disertai peradanganatau
keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus dibedakan dengan nyeri padaotot
atau jaringan periartikular lainnya, atau dengan nyeri sendi malam hari yang lazim
terjadi pada anak-anak normal. Artralgia tidak dapat digunakan sebagai kriteriaminor apabila
poliartritis sudah dipakai sebagai kriteria mayor.
3) Demam
pada demam rematik biasanya ringan,meskipun adakalanya mencapai39°C,
terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai suatudemam derajat
ringan selama beberapa minggu. Demam merupakan pertanda infeksiyang tidak spesifik, dan
karena dapat dijumpai pada begitu banyak penyakit lain, kriteria minor ini tidak
memiliki arti diagnosis banding yang bermakna.
5) I n t e r v a l P - R y a n g m e m a n j a n g
biasanya menunjukkan adanya keterlambatanabnormal sistem konduksi pada
nodus atrioventrikel dan meskipun sering dijumpai p a d a demam rematik,
p e r u b a h a n g a m b a r a n E K G i n i t i d a k s p e s i f i k u n t u k d e m a m rematik. Selain
itu, interval P-R yang memanjang juga bukan merupakan pertanda yang memadai akan
adanya karditis rematik.
Tirah baring
Tabel 1 : Pedoman istirahat dan mobilisasi penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik
Artritis Karditis Karditis tanpa Karditis
minimal kardiomegali dengan
kardiomegali
Tirah baring 2 minggu 3 minggu 6 minggu 3-6 bulan
Mobilisasi
bertahap di
2 minggu 3 minggu 6 minggu 3 bulan
ruangan
Mobilisasi
bertahap diluar
3 minggu 4 minggu 3 bulan 3 bulan atau
ruangan
lebih
Pengobatan Korea
Korea pada umunya akan sembuh sendiri, meskipun dapat berlangsung selama beberapa
minggu sampai 3 bulan. Obat-obat sedative, seperti klorpromazin, diazepam, fenobarbital atau
haloperidol dilaporkan memberikan hasil yang memuaskan . haloperidol sebaiknya tidak
diberikan pada anak dibawah 12 tahun.
Diet
Bentuk dan jenis makanan dengan keadaan penderita,. Pada sebagian besar kasus cukup
diberikan makanan biasa, cukup kalori dan protein. Tambahan vitamin dapat dibenarkan.
Penanganan gagal jantung
Gagal jantung pada DR/PJR dapat ditangani seperti kasus gagal jantung pada umumnya.
Komplikasi ini biasanya dapat diatasi dengan tirah baring dan pemberian kortikosteroid,
meskipun seringkali perlu diberikan digitalis dan diuretic.
Penatalaksanaan penyakit jantung reumatik kronik :
1. Penatalaksanaan medik
a. Kemoprofilaksis sekunder untuk mencegah serangan ulang demam reumatik
b. Pengobatan gagal jantung
c. Pencegahan endokarditis bakterialis
d. Pengaturan aktivitas
2. Penatalaksanaan bedah Pada anak, indikasi bedah pada umumnya ialah:
a. Kardiomegali berat yang menetap yamg menghalangi kehidupan normal
b. Kardiomegali progresif
c. Gagal jantung yang tidak dapat diatasi dengan terapi medis
2.12 REHABILITASI DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Penyakit demam reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa (sequele) yang amat penting
pada jantung sebagai akibat berat ringannya karditis selama serangan akut demam reumatik. Dari
beberapa penelitian tentang insidens karditis dan PJR yang menetap adalah akibat kekambuhan
DR tanpa PJR sebelumnya adalah 6-14%. Kekambuhan yang terbanyak dan terpenting adalah
akibat perjalanan penyakit demam reumatik itu sendiri. Cukup banyak dilaporkan insidens dari
kekambuhan demam reumatik yang berlanjut dan mengakibatkan PJR.
DR dapat diatasi dengan antibiotika penisilin-V atau benzatin penisilin parentral yang
adekuat terhadap kuman SGA hemolitikus. Pasien DR berisiko tinggi untuk terjadi kekambuhan
kembali, sehingga diperlukan pencegahan yang berkelanjutan dengan antibiotika sebagai
pencegahan sekunder terhadap kekambuhan tersebut. Tetapi yang sulit adalah menetapkan
berapa lama pencegahan sekunder ini dilakukan. Walaupun risiko kekambuhan berkurang
dengan bertambahnya umur dan juga interval kekambuhan makin panjang tetapi kekambuhan ini
bisa terjadi selama 5-10 tahun. Hanya akan berkurang atau menghilang bila dilakukan
pengobatan pencegahan sekunder secara teratur untuk waktu yang cukup lama.
Program pencegahan sekunder yang dapat mengurangi atau menghilangkan perjalanan
penyakit DR dan PJR, yang dapat dilakukan adalah :
1. Untuk pasien <20 tahun, berikan suntikan Benzatin Penisilin G 1,2 juta unit tiap 4 minggu
sampai umur 25 tahun
2. Bila umur pasien >20 tahun, berikan suntikan Benzatin Penisilin G (long-acting) selama 5 tahun.
3. Bila pasien telah selesai dengan protocol 1 dan 2 sedangkan terjadi kekambuhan lagi maka aka
mendapatkan kembali suntikan Benzatin Penisilin G dengan dosis 1,2 juta unit tiap 4 minggu
untuk selama 5 tahun berikutnya. Bila kasus berat tiap 3 minggu.
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : An. Mawar
Umur : 5 tahun
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Kawin
Pendidikan : TK
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Papua
Tanggal Masuk : 27 September 2012
Tanggal Pengkajian : 27 September 2012
No. Register : 031776
Diagnosa Medis : Demam Reumatik
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Keluarga px mengatakan saat px masuk rumah sakit px mengalami panas
2) Pernah dirawat
Keluarga Px mengatakan sebelumnya px tidak pernah di rawat di rumah sakit
3) Alergi
Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai alergi terhadap apapun
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit :
Keluarga px mengatakan, px biasa makan 1 piring nasi dengan lauk dan sayur ( 3xsehari). Px
juga biasa minum air putih kurang lebih 6- 8 gelas
Saat sakit :
Keluarga px mengatakan, nafsu makan px menurun dan hanya menghabiskan ½ porsi nasi
dengan lauk dan sayur. Dan minum kurang dari 6-8 gelas/ hari
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit :
Keluarga px mengatakan sebelum sakit BAB px normal 1x sehari setiap pagi dengan konsistensi
lembek kecoklatan dan bau khas feses
Saat sakit :
Keluarga px mengatakan dari masuk rumah sakit tgl 27 September 2012 sampai tgl 29
September 2012 px BAB sedikit dengan konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas feses
2) BAK
Sebelum sakit :
Keluarga px mengatakan px biasa BAK 5-6 x sehari dengan konsistensi kuning cair dan bau khas
urine
Saat sakit :
Keluarga Px mengatakan saat sakit BAK px kurang dari 5-6 x shari
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit
Keluarga px mengatakan sebelum sakit px biasa melekukan aktivitas sehari – hari seperti
bermain
Saat sakit
Keluarga px mengatakan saat sakit px hanya bisa berbaring di tempat tidur
h. Pola Peran-Hubungan
Keluarga px mengatakan hubungan px dengan keluarganya baik telihat ayah ibu, ayah dan
keluarga lainnya menemani px bergiliran dan selalu member support untuk tetap tenang agar
cepat sembuh dan pulang
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Px beragama Kristen dan keluarga px mengatakan px hanya bias berdoa di tempat tidur sambil
berbaring ditemani keluarganya
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : komposmetis
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal: 6 Psikomotor: 4 Mata :5
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 88 x/mnt, Suhu = 38 0C , TD = 140/100 mmhg, RR =28x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
Kepala : I : Rambut hitam, penyebaran rambut merata, tidak ada rontok dan tidak ada kebotakan
P : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
Mata I : simetris,konjung tipa anemis, skera anikterik, pupil isokor, tidaka ada kantung mata, tidak ada
edema palpebra.
P : tidak ada nyeri tekan
Hidung : I : simetris, penyebaran rambut silia merta, terdapat sekcret, dan ada nafas cuping hidung,dan
penggunaan otot bantu nafas.
P : tidak ada nyeri tekan pada sinus prontalis, etmoidalis, maksilaris.
Mulut : I : tidak ada cyanosis,tidak ada karies,tidak ada stomatitis,bibir simetris.
Telinga : I : simetris, tidak ada lesi,tidak ada luka,tidak ada serumen dan discharge.
P : tidak ada nyeri tekan pada kartilago.
b. Dada :
Paru
I : simetris
P : vokal taktil premitus terasa getaran
P : sonor
A : vesikuler
Jantung
I : terlihat iktuskordis
P : Teraba iktuskordis di ICS 5
P : dallnes
A : muffled
d. abdomen :
I : simetris, tidak ada hiperpigmentasi
A : Peristaltik
P : tidak ada nyeri tekan
P : timpani
e. Genetalia :
Tidak terkaji
f. Integumen :
I : tidak ada hiperpigmentasi
P : turgor kulit elastis
g. Ekstremitas :
Atas:
I : simetris,tidak ada lesi
P : CRT kurang dari 3 detik
Bawah
I : Simetris, tidak ada lesi tidak ada luka
P : CRT kurang dari 3 detik
a. Neurologis :
Status mental da emosi :
Baik
Pengkajian saraf kranial :
Tidak Terkaji
Pemeriksaan refleks :
Hammer : Otot bisep dan trisep :+ /+
Patela :+
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
27 september 2012
Di temukan kardiomegali, bunyi jantung muffled dan perubahan EKG.
Tgl 28 september 2012
Diperoleh nilai ASTO> 100 IU/ ml, LED meningkat dan CRP (+)
2. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji
3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji
h. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA Etiologi MASALAH
1. Ds :pasien mengeluh badanya Proses implamasi Hipertermi
panas
Do : suhu tubuh pasien 380C .
pasien terlihat lemas
27 September
2012 /10.00 Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai
dengan porsi makanan pasien menurun dengan
makan setengah piring nasi , lauk dan sayur
1. Mengetahui PQRST
2. Mengetahu tanda-
tanda vital
3. Menurunkan
3 Setelah diberikan kebutuhan oksigen
asuhan keperawatan 4. mengatasi nyeri
selama 3x24 jam
1. Kaji P,Q,R,S,T pasien 5. untuk meminimalkan
Kamis/ diharapkan 2. Kaji tanda – tanda vital
pasien resiko cedera
27 dapat mengontrol
3. Lakukan reposisi sesuai 6. analgesic untuk
septemb nyeri yang petunjuk misalnya semi fowler mengurangi rasa nyeri
er 2012 dirasakannya 4. Anjurkan px untuk memberitahu
dengan criteria perawat dengan cepat bila terjadi
hasil: nyeri
-. Pasien 5. Beritahu pasien untuk istirahat 1.Menambah nafsu
mengatakan nyeri total makan pasien
terkontrol dengan 6. Kolaborasi dengan dokter dalam 2.Mengetahui alergi
skala 1-3 pemberian obat analgesic terhadap makanan
- pasien tidak salisalat 3. Mengetahui adanya
tampak gelisah ketidak seimbangan
- TTV dalam nutrisi
rentang normal 4. memudahkan pasien
Setelah diberikan untuk mencerna
asuhan keperawatan
1. Kaji makanan kesukaan klien makanan
selama 3x 24 jam 2. Kaji alergi makanan 5. Meningkatkan
diharapkan pola 3. Monitor adanya tanda-tanda pengetahuan agar
makan px seimbang malnutrisi pasien lebih kooperatif
Kamis, dengan kriteria 4. Berikan makanan lunak pada 6. Menjaga keseimbang
27 hasil : pasien nutrsisi
Septemb - Asupan nutrisi px 5. Berikan pendiddikan kesehatan
er 2012 meningkat tanpa tentang kebutuhan kalori dan
keluhan tindakan yang berhubungan
- Tidak ada tanda – dengan nutrisi
tanda mal nutrisi 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
seperti : turgor kulit tentang pemenuhan nutrisi
tidak elastis,
membrane mukosa
kering, konjungtiva
anemis
- Porsi makan px
normal 3x sehari
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ No Tindakan Evaluasi proses Ttd
Tgl/Jam Dx Keperawatan
1.
17.00 wita 1,23.Memantau tanda- tanda DS: Pasien mengatakan sudah lebih nyaman
vital DO: TD: 110/80mmHg
N: 86x/menit
S:37oC
RR: 28x/menit
18.00 wita 2 4. Memantau pola makan DS : pasien mengatakan tidak nafsu makan
pasien DO : pasien terlihat lemas
19.00 wita 1 5.Membantu pasien dalam DS: pasien mengatakan merasa lebih nyaman
posisi semi fowler DO: pasien terlihat lebih nyaman
3.Memantau tanda-tanda
vital
11.00 wita 1,2 DS: pasien merasa lebih nyaman
DO : TD: 120/ 80 mmHg
S: 37 0 C
4.Mengkaji pola makan N : 80 x/menit
pasien RR: 20 x/ menit
12.00 wita 2 DS: pasien mengatakan pola makannya sudah mulai
kembali walaupun tidak bisa menghabiskan 1
piring nasi
DO: pasien makan ¾ piring nasi , lauk. Sayur
4.Mengkolaborasi
pemberian obat salisilat
12.30 wita 1,2 dan vitamin C DS: pasien mengatakan merasa lebih nyaman
DO: pasien terlihat meminum obatnya
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl
No No Dx Evaluasi TTd
Jam
1 Sabtu , 29 1 S: Pasien mengatakan nyerinya sudah
september 2012 berkurang dan merasa lebih
17.00 wita nyaman
O:Skala nyeri pasien 2 pada daerah
persendian
TD: 110/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 37 oC
RR : 20 x/ mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutan Rencana Keperawatan