Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


DENGAN GANGGUAN POLA PEMENUHAN AKTIVITAS
“MOBILISASI”

A. Pengertian Mobilisasi

1. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan
bebas.
2. Mobilisasi adalah kemampuan orang untuk bergerah secara bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
3. Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.
4. Suatu keterbatasan dalam kemandirian pergerakan fisik yang bermanfaat dari
tubuh satu ekstremitas atau lebih dengan tingkatan:

a. Tingkat 0 : Mandiri penuh


b. Tingkat 1 : memerlukan peralatan atau alat bantu
c. Tingkat 2 : memerlukan bantuan orang lain untuk pertolongan, pengawasan
atau pembelajaran
d. Tingkat 3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan / alat bantu.
e. Tingkat 4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas

B. Konsep Dasar Mobilisasi

Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas men\rupakan


salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Imobilisai adalah suatu
keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak
fisik. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang. Imobilisasi dapat
berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktifitas fisik dan kebutuhan
oksigentubuh, mengurangi nyeri dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu
normal mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3 % sehari
(atropi disuse). Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskuler, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, tendon, kartilago dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan
klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi
isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot
memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung,
tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien
yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik)
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang : panjang,
pendek, pipih dan ireguler (tidak beraturan). Sistem sekeletal berfungsi dalam
pergerakan, melindungi organ vital, membantu ,engatur keseimbangan kalsium,
berperan dalam pementukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di atara tulang, diklasifikasikan menjadi :

1. Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan


stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh : sakrum, pada sendi
vertebrata.
2. Sendi kartilaginous/sinkondrial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan
menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.
3. Sendi fibrosa/sindesmodial adalah sendi dimana kedua permukaan tulang
disatukan dengan ligamen atau membran.
4. Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan
secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago
atikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Ligamen adalah
ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih mengkilat, fleksibel mengikat sendi
menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu
elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat yang
menghubungkanotot dengan tulang. Tendon itu kuat, f;eksibel dan tidak elastis,
serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi
Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler, terutama berada di sendi dan thoraks, trakea, laring, hidung dan telinga.
Sistem sengatur pergerakan dan postur tubuh. Proprisosepsi adalah sensasi yang
dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktivitas nol.

C. Tujuan Mobilisasi

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia.


2. Mencegah terjadinya trauma.
3. Memperhatikan tingkat kesehatan.
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari.
5. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

D. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

1. Gaya hidup
2. Proses penyakit dan injury
3. Kebudayaan
4. Tingkat energi
5. Usia dan status perkembangan

E. Etiologi

Postur abnormal

a. Tortikolis : kepala miring pada satu sisi, dimana adanya kontraktur pada otot
sternoklei demanstoid.
b. Lordosis : kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anterior.
c. Kifosis : peningkatan kurva spinal torakal.
d. Kipolordosis : kombinasi dari kifosis dan lordosis
e. Skoliosis : kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/
pinggul dan bahu.
f. Kiposkoliosis : tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral
g. Footdrop : plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf
peroneal
h. Gangguan perkembangan otot, seperti distropi muskular, terjadi karena gangguan
yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal
i. Kerusakan sistem saraf pusat
j. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal.

F. Manifestasi Klinis

a. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada :

 Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi


dan abnormalnya sendi dan gangguan metebolisme kalsium.
 Kardiovaskuler seperti hipotensi orthostastik, peningkatan beban kerja jantung
dan pembentukan thrombus.
 Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktivitas.
 Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolik, metabolik karbohidrat,
lemak dan protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan kalsium dan gangguan pencernaan.
 Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkanresiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
 Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan.
 Neurosensori : sensori deprivation

b. Respon psikososial antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual,


sensori dan sosiokultural.
c. Keterbatasan rentan pergerakan sendi.
d. Pergerakan tidak terkoordinasi.
e. Penurunan waktu reaksi (lambat)

G. Komplikasi

1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan irama dan tidak teratur.


2. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan distol/ hipotensi orthostatic.
3. Pernafasan tidak terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
4. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
5. Kecepatan dan posisi disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan
ketidakstabilan posisi tubuh.
H. Patofisiologi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem


otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan
klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi
isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot
memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung,
tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien
yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan
Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada
ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari
kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan,
sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan
otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan
relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi
menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka
pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan
ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi
organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar X tulang
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan tualang.
2. Laboratorium
Darah rutin, faktor pembekuan darah crostet dan analisa.
3. Radiologis
 Dua gambar antero posterior (AP) dan lateral
 Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur
 Memuat gambar foto 2 ekstremitas yaitu ekstremitas yang terkena cidera dan
ekstremitas yang tidak terkena cidera (pada anak dilakukan 2 kali yaitu
sebelum dan sesudah tindakan).

J. Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai