Anda di halaman 1dari 24

OBAT GINJAL

(DIURETIK)
Faal Ginjal & Cairan Tubuh
Fungsi Ginjal :
Menjaga volume plasma dan cairan tubuh
Mengatur tekanan osmotik cairan tubuh dengan cara mengatur keseimbangan
elektrolit
Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh

Gangguan keseimbangan cairan tubuh dapat terjadi karena :


1. Diare
2. Dehidrasi
3. Pendarahan
4. Udema
Anti Diuretik Hormon (ADH) = Vasopressin
Merupakan hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisi yang berfungsi
mengatur jumlah cairan dalam tubuh
Sekresi vasopressin diatur oleh :
1. Osmoreseptor bila dehidrasi, sekresi ADH meningkat
2. Volume reseptor bila volume darah menurun sekresi ADH
meningkat
3. Stres emosional dan fisik ADH meningkat
4. Obat-obat nikotin dan morfin ADH meningkat
5. Alkohol dan feniton ADH menurun
Kekurangan A.D.H. menyebabkan penyakit diabetes insipidus
(dengan gejala sering kencing)
Kelebihan A.D.H. retensi air dalam tubuh
ADH interaksi sel tubuli permeabilitas meningkat
masa kerja vasopressin pendek.
Penggunaan
ADH digunakan untuk diabetes insipidus.
Obat Diuretik
Diuretik adalah obat yang mempunyai titik tangkapan kerja pada ginjal guna
meningkatkan produksi kemih
Indikasi : mengatasi oedema yang disebabkan berbagai gangguan penyakit
seperti Jantung, Hepatitis Serosis, Ginjal
Penggunaan obat diuretika
1. Hipertensi
Penggunaan diuretik pd hipertensi untuk mengurangi volume darah
seluruhnya shg TD menurun.
Mekanisme kerja diuretika sbg antihipertensiva : mengurangi reabsorpsi Na+
shg pengeluaran Na+ & air lewat ginjal (urin) ditingkatkan shg volume darah &
TD menurun.

Thiazid: Pilihan utama pd hipertensi esensial ringan; thiazida bekerja sbg


vasodilator ringan. Thiazid memperkuat efek obat hipertensi, beta-blockers &
ACE-inhibitors shg sering dikombinasi. Penghentian penggunaan thiazid pd
lansia tidak boleh secara mendadak karena menimbulkan kelemahan jantung
& peningkatan TD.
Diuretik / kuat / furosemid : digunakan bila ada kontraindikasi dg thiazid (misal :
gangguan fungsi ginjal), atau bila diperlukan efek diuretik yg segera. Pada jangka
lama, efek antihipertensi diuretik kuat lebih ringan karena tidak mempunyai efek
vasodilatasi arteriol secara langsung seperti thiazid.
Diuretik hemat kalium (Spironolakton) : digunakan bersama thiazid / diuretik kuat,
bila ada bahaya hipokalemia
Dosis diuretik untuk antihipertensi lebih rendah daripada dosis untuk diuresis.
2. Gagal jantung kongestif
Cirinya : peredaran darah tak sempurna & terdapat cairan berlebihan di jaringan. Akibatnya air
tertimbun & terjadi udem (misal : di paru-paru).
Penggunaan diuretik untuk mengurangi akumulasi udem (di paru-paru) shg terjadi penurunan
kongesti vaskular paru-paruyg akan memperbaiki oksigenasi & fungsi miokard.
Diuretik yg digunakan : diuretik kuat (furosemid) jika fungsi ginjal normal; kombinasi diuretik
kuat dg thiazid bila terjadi gangguan ginjal. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama thiazid
atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.
3. Penyakit ginjal
Cirinya : udem akibat proteinurea karena permeabilitas membran glomeruli meningkat.
Pemilihan diuretik untuk penyakit ginjal harus diperhatikan hal-hal sbb :
a.Asetazolamid (diuretik penghambat enzim karbonik anhidrase) & diuretik hemat kalium
dihindari karena menyebabkan asidosis & hiperkalemia.
b.Diuretik thiazid tidak efektif bila GFR turun < 30 ml/menit.
c.Diuretik kuat (furosemid) merupakan obat pilihan terbaik pd pengobatan udem penyakit gagal
ginjal.
d. Penggunaan diuretik berlebihan menyebabkan fungsi ginjal menurun, konsekuensinya lebih
serius.
4. Sirosis hepatik
Adalah penyakit hati yg mengeras (sirosis hati), diikuti dg udem & asites (busung perut, air
tertumpuk di rongga perut).
Sebaiknya digunakan dahulu diuretik hemat kalium (spironolakton), kemudian diuretik kuat
atau thiazid.
5. Batu ginjal
Penyakit batu ginjal karena ada kebocoran kalsium ginjal shg menyebabkan hiperkalsiuria.
Pemberian thiazid untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubuli proksimal shg menurunkan
konsentrasi kalsium urin.
Diuresis dapat dengan beberapa cara :
1. Dari luar ginjal
a. Menghambat hormon anti diuretik dengan
memberi air banyak, larutan hipotonik dan
alkohol
b. Meningkatkan kardiak output meningkat-
kan peredaran ginjal dengan digitalis
c. Memobilisasi cairan udema perifer
albumin
2. Pada Ginjal (Sebagai diuretik)
a. Pada tubulus renalis proxinal mencegah
reabpsorspsi air contoh : osmotic diuretik
b. Pada ansa henle asenden = loop diuretik
menghambat transportasi klorida dan
reapsorpsi natrium volume urine
Contoh : furosemide, etakrinik acid dan
bumetanide
c. Pada kortikal diluting segmen ansa henle
mencegah reapsorpsi natrium : tiazide
d. Pada tubulus distal
Mengeluarkan natrium , tetapi menarik
kalium : triamteren, amiloride,
spironolakton bila Na tidak diapsorpsi, air juga
tidak diapsorpsi hasilnya : diuresis
Penggolongan Obat Diuretik
1. Diuretik Garam Pembentuk Asam seperti Amonium
Chlorida yang digunakan sebagai campuran OBH
2. Diuretik Osmotik seperti Manitol,dan Sorbitol yang
sering digunakan untuk mengatasi : Dehidrasi Otak,
Glaukoma, Tumor Otak, Gegar Otak Oedema Otak
3. Diuretik Penghambat Karbonik Anhydrase seperti
Natrum Bicarbonat guna menjaga keseimbangan asam
basa cairan tubuh
4. Diuretik Tiazid seperti HCT untuk hipertensi yang
fungsinya menghambat karbonik anhydrase dan
resorbsi Na + dan Cl -
Penggolongan Obat Diuretik
5. Diuretik Furosemid sejenis Sulfonamide digunakan
untuk mengatasi kegawatan karena proses kerjanya
cepat, menurunkan kadar Ca ++ dalam darah, namun
efek antihipertensinya rendah
6. Diuretik Asam Etakrinat yang fungsinya sama
dengan Furosemid
7. Diuretik Hemat Kalium seperti Spironolakton.
Triamteren,Amilorid yang berfungsi melepas Na +
dalam darah
Penyalahgunaan diuretika
Untuk melangsingkan tubuh bagi orang gemuk
(overweight) dg jalan mengeluarkan cairan tubuh.
Penyusutan BB hanya sementara.
Penggunaan diuretika pada udem kehamilan tidak
dianjurkan karena membahayakan penyaluran darah ke
janin.
Efek samping diuretik
1. Hipokalemia
Yaitu kekurangan kalium dalam darah karena kadar kalium plasma turun.
Gejala : kelemahan otot, kejang, obstipasi, mual-muntah, kadang-kadang
aritmia jantung.
Contoh : pengobatan gagal jantung dg furosemid dosis tinggi &
dikombinasi dg thiazid.
Thiazid dosis rendah untuk hipertensi (misal : HCT & klortalidon 12,5
mg/hari), hanya sedikit menurunkan kadar kalium shg tidak perlu ditambah
kalium dari luar, cukup dikombinasi dg diuretik penghemat kalium.
Aritmia jantung yg diobati dg digitalis harus dimonitor ketat, karena
kekurangan kalium memperhebat keluhan & menaikkan toksisitas digoksin
serta dikhawatirkan kematian mendadak.
2. Hiperurisemia
Hampir semua diuretik (kecuali amilorid) menyebabkan
peningkatan kadar asam urat serum karena sekresi asam urat
dipengaruhi secara langsung oleh diuretik.
Diuretik thiazid (klortalidon) beresiko tinggi untuk retensi asam
urat & serangan encok pd pasien yg sensitif.
Penggunaan diuretik dapat terjadi penyakit gout (pd orang
normal/sensitif), shg hiperurikemia dapat diobati dg pemberian
allopurinol / probenesid.
3. Hiperglikemi
Dapat terjadi pd pasien DM, terutama dosis tinggi thiazid &
furosemid.
Mekanismenya diduga karena dikuranginya sekresi insulin dari
pakreas, meningkatkan glikogenolisis & berkurangnya
glikogenesis.
Bila hal ini terjadi maka penggunaan diuretik dihentikan.
4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan terjadi dg peningkatan kadar kolesterol
total, LDL, VLDL, & trigliserida.
Klortalidon menurunkan kadar kolesterol HDL (faktor pelindung
PJP), kecuali indapamida praktis tidak menaikkan kadar lipid tsb
di atas.
5. Hiponatremia
Diuretik kuat / lengkungan / furosemid dosis besar atau diuretik
lain yg bekerja di tubuli distal menyebabkan diuresis yg terlalu
cepat & kuat menyebabkan kadar Na+ plasma menurun drastis
shg terjadi hiponatriemia.
Gejala : gelisah, kejang otot, haus, mengantuk, kolaps.
Lansia peka dehidrasi shg pemberian diuretik kuat diawali dg
dosis rendah, berangsur-angsur dinaikkan / obat diberikan
berkala (misal : 3 4 kali seminggu).
6. Efek samping lainnya
Mual, muntah, diare, letih, nyeri kepala, pusing, reaksi alergi
(jarang).
Furosemid dosis besar menimbulkan ototoksisitas (gangguan
pendengaran yg erat hubungannya dg dosis & reversibel).
Biasanya terjadi pada pasien gangguan ginjal / yg mendapat
obat-obat ototoksis lain (misal : antibiotik aminoglikosid).
Interaksi obat
Kombinasi diuretika dg obat lain secara bersama
menimbulkan interaksi yg tak dikehendaki, sbb :
1. ACE inhibitor vs diuretik (semua), terjadi hipotensi mendadak,
sebaiknya diberikan setelah penggunaan diuretik dihentikan
selama 3 hari.
2. ACE inhibitor vs diuretik hemat kalium (spironolakton,
amilorida, triamteren), mengurangi ekskresi kalium
mengakibatkan hiperkalemia.
3. Indometasin / NSAIDs vs diuretik hemat kalium,
menyebabkan nefrotoksisitas.
Kehamilan & laktasi
Thiazid & diuretik kuat dapat mengakibatkan gangguan elektrolit
pada janin & kelainan darah pada neonatus.
Ibu hamil hanya dapat menggunakan diuretik pada fase terakhir
kehamilan atas indikasi ketat & dg dosis serendah-rendahnya.
Spironolakton & amilorida, penggunaannya pada ibu hamil
dianggap aman di beberapa negara (misal : swedia).
Furosemida, HCT, spironolakton dapat mencapai ASI &
menghambat laktasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai