Anda di halaman 1dari 18

1.

Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam
pelabuhan
2. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang
dan arus
3. Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhanditentukan oleh kapal terbesar yang
akan masuk ke palabuhan dan kondisi meteorologi dan oseanografi
4. Dalam perjalanan masuk ke pelabuhan melalui alur pelayaran kapal mengurangi
kecepatan sampai kemudian berhenti di dermaga
5. Ada beberapa daerah yang dilewati selama perjalanan:

 – Daerah tempat kaapl melempar sauh di luar pelabuhan


 – Daerah pendekatan di luar alur masuk
 – Alur masuk di luar pelabuhan dan kemudian di dalam daerah terlindung
 – Saluran menuju dermaga, apabila pelabuhan berada di dalam daerah daratan
 – Kolam putar

Pemilihan Karakteristik Alur


Faktor‐faktor yang mempengaruhi pemilihan karakteristik alur masuk ke pelabuhan:

 – Keadaan trafik kapal


 – Keadaan geografi dan meteorologi di daerah alur
 – Sifat‐sifat fisik dan variasi dasar saluran
 – Fasilitas‐fasilitas atau bantuan‐bantuan yang diberikan pada pelayaran
 – Karakteristik maksimum kapal‐kapal yang menggunakan pelabuhan
 – Kondisi pasang surut, arus dan gelombang

Suatu alur masuk ke pelabuhan yang lebar dan dalam akan memberikan keuntungan:

 Jumlah kapal yang dapat bergerak tanpa tergantung pada pasang surut akan lebih besar
 Berkurangnya batasan gerak dari kapal‐kapal yang mempunyai draft besar
 Dapat menerima kapal yang berukuran besar ke pelabuhan
 Mengurangi waktu penungguan kapal‐kapal yang hanya dapat masuk ke pelabuhan pada
waktu air pasang
 Mengurangi waktu transito barang‐barang

Kedalaman Alur
Elevasi pengerukan alur ditetapkan dari elevasi dasarlaut nominal dengan memperhitungkan:

 – Jumlah endapan yang terjadi antara dua periode pengerukan


 – Toleransi pengerukan
 – Ketelitian pengukuran
Draft Kapal: ditentukan oleh karakteristik kapalterbesar yang menggunakan pelabuhan, muatan
yang diangkut, dan juga sifat‐sifat air, seperti

 – berat jenis,
 – salinitas dan
 – temperatur

Squat: pertambahan draft kapal terhadap muka air yang disebabkan olehkecepatan kapal.
Squat diperhitungkan berdasarkan:

 – Dimensi
 – Kecepatan kapal
 – Kedalaman air

Gerak Kapal karena Pengaruh Gelombang


Parameter dalam menentukan elevasi dasar alur nominal:

 Di laut terbuka yang mengalami gelombang besar dan kecepatan kapal masih besar,
ruang kebebasan bruto adalah 20% dari draft kapalmaksimum
 Di daerah tempat kapal melempar sauh di mana gelombang besar, ruang kebebasan bruto
adalah 15% dari draft kapal
 Alur di luar kolam pelabuhan dimana gelombang besar, ruang kebebasan bruto adalah
15% dari draft kapal
 Alur yang tidak terbuka terhadap gelombang, ruang kebebasan bruto adalah 10% dari
draft kapal
 Kolam pelabuhan yang tidak terlindung dari gelombang, ruang kebebasan bruto adalah
10‐15% dari draft kapal
 Kolam pelabuhanyang terlindung dari gelombang, ruang kebebasan bruto adalah 7% dari
draft kapal

Lebar alur tergantung pada beberapa faktor:

 – Lebar, kecepatan dan gerakan kapal


 – Trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua jalur
 – Kedalaman alur
 – Apakah alur sempit atau lebar
 – Stabilitas tebing alur
 – Angin, gelombang, arus, dan arus melintang dalam alur

Layout Alur Pelayaran


Ketentuan dalam merencanakan trace alur pelayaran:
 Sedapat mungkin trase alur harus mengikuti garis lurus
 Satu garis lengkung akan lebih baik daripada sederetan belokan kecil dengan interval
pendek
 Garis lurus yang menghubungkan dua kurva lengkung harus mempunyai panjang
minimum 10 kali panjang kapal terbesar
 Sedapat mungkin alur tersebut harus mengikuti arah arus dominan, untuk memperkecil
alur melintang
 Jika mungkin, pada waktu kapal terbesar masuk pada air pasang, arus berlawanan dengan
arah kapal yang datang

Layout Alur Pelayaran


Ketentuan dalam merencanakan trace alur pelayaran:

 Gerakan kapal akan sulit apabila dipengaruhi oleh arus atau angin melintang. Hal ini
dapat terjadi ketika kapal bergerak dari daerah terbuka ke perairan terlindung. Untuk itu
maka lebar alur dan mulut pelabuhan harus cukup besar.
 Pada setiap alur terdapat apa yang disebut titik tidak boleh kembali di mana kapal tidak
boleh berhenti atau berputar, dan mulai dari titik tersebut kapal‐kapal diharuskan
melanjutkan sampai ke pelabuhan. Titik tersebut harus terletak sedekat mungkin dengan
mulut pelabuhan dengan merencanakan/membuat tempat keluar yang memungkinkan
kapal‐kapal yang mengalami kecelakaan dapat meninggalkan tempat tersebut, atau
dengan membuat suatu lebar tambahan.

ALUR PELAYARAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki 17.504 pulau yang
membentang dari Sabang sampai Meraoke dengan panjang garis pantai kurang lebih
81.000 Km serta luas wilayah laut sekitar 5,9 juta Km². Sebagai negara kepulauan
berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan Negara Kepulauan
(Archipelago State) oleh konfrensi PBB yang diakui oleh dunia Internasional maka
lndonesia mempunyai kedaulatan atas keseluruhan wilayah laut lndonesia. Indonesia
terletak pada posisi silang yang sangat strategis di antara Benua Asia dan Benua
Australia. Peranan laut sangat penting sebagai pemersatu bangsa serta wilayah
lndonesia dan konsekwensinya Pemerintah berkewajiban atas penyelenggaraan
pemerintahan dibidang penegakan hukum baik terhadap ancaman
pelanggaran terhadap pemanfaatan perairan serta menjaga dan menciptakan
keselamatan dan keamanan pelayaran.

Dalam perencanaan pelabuhan /bangunan dermaga hal yang terpenting yang harus
diperhatikan adalah pengetahuan tentang alur pelayaran . Alur pelayaran adalah untuk
mengatur lalulintas kapal yang keluar-masuk ke pelabuhan serta untuk memastikan
keselamatan navigasi dari kapal kapal yang akan berlabuh, maka perlu dibuat alur
pelayaran yang akan digunakan kapal-kapal sebagai panduan untuk memasuki dan
keluar pelabuhan. Selain alasan diatas, karena adanya gaya-gaya arus, gelombang dan
angin yang dapat merubah arah kapal untuk memasuki gerbang pelabuhan yang
memiliki lebar tertentu, maka pengetahuan tentang alur pelayaran sangat penting
adanya agar tidak terjadi perubahan orientasi kapal yang dapat berakibat fatal juga
menjadikan satu parameter keberhasilan / kesempurnaan pembangunan sarana dan
prasana pelabuhan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari
oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan
buku petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur
pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh
karena itu harus melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan arus
yang tidak terlalu kuat.

Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan digunakan untuk
mengarahkan kapal yang akan masuk kekolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam
pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang dan arus. Perencanaan
alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal besar yang akan masuk
kepelabuhan dan kondisi metereologi dan oseanografi.
Dalam perjalanan masuk kepelabuhan melalui alur pelayaran, kapal mengurangi
kecepatan sampai kemudian berhenti di dermaga. Secara umum ada bebberapa
daerah yang dilewati selama perjalanan tersebut yaitu :
1. Daerah tempat kapal melempar sauh diluar pelabuhan
2. Daerah pendekatan diluar alur masuk
3. Alur masuk diluar pelabuhan dan kemudian didalam daerah terlindung
4. Saluran menuju kedermaga, apabila pelabuhan berada didalam daerah daratan
5. Kolam putar

Penguasa pelabuhan berkewajiban untuk melakukan perawatan terhadap alur


pelayaran, perambuan dan pengendalian penggunaan alur. Persyaratan perawatan
harus menjamin: keselamatan berlayar, kelestarian lingkungan, tata ruang perairan dan
tata pengairan untuk pekerjaan di sungai dan danau.
[sunting] Peranan pemerintah
Berdasarkan Undang-Undang Pelayaran No. 17 Tahun 2008, Pemerintah mempunyai
kewajiban untuk:
1. menetapkan alur-pelayaran;
2. menetapkan sistem rute;
3. menetapkan tata cara berlalu lintas; dan
4. menetapkan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya.

B. Faktor‐faktor yang mempengaruhi pemilihan karakteristik alur masuk ke


pelabuhan:
· Keadaan trafik kapal
· Keadaan geografi dan meteorologi di daerah alur
· Sifat‐sifat fisik dan variasi dasar saluran
· Fasilitas‐fasilitas atau bantuan‐bantuan yang diberikan pada pelayaran
· Karakteristik maksimum kapal‐kapal yang menggunakan pelabuhan
· Kondisi pasang surut, arus dan gelombang

Suatu alur masuk ke pelabuhan yang lebar dan dalam akan memberikan keuntungan:
· Jumlah kapal yang dapat bergerak tanpa tergantung pada pasang surut akan lebih
besar
· Berkurangnya batasan gerak dari kapal‐kapal yang mempunyai draft besar

· Dapat menerima kapal yang berukuran besar ke pelabuhan

· Mengurangi waktu penungguan kapal‐kapal yang hanya dapat masuk ke pelabuhan


pada waktu air pasang

· Mengurangi waktu transito barang‐barang

C. Standar dan Kriteria Desain Alur Pelayaran


1. Dasar Perencanaan
Keselamatan navigasi, kemudahan operasi kapal, topografi, cuaca dan fenomena laut
serta koordinasi dengan fasilitas harus menjadi pertimbangan dalam merencanakan
alur pelayaran.
2. Layout Alur Pelayaran

Sudut dari garis pusat pada perpotongan alur pelayaran berbentuk kurva tidak boleh
melebihi 30 derajat. Radius kurva tidak boleh kurang dari 1500m atau 4 kali atau lebih
keseluruhan panjang kapal, sedangkan lebarnya harus cukup untuk kapal bermanuver.

Meski begitu hal ini tidak berlaku jika alur pelayaran hanya dikhususkan untuk kapal
dengan kemampuan berputar tinggi seperti kapal pesiar dan perahu motor atau ketika
keselamatan dan kelancaran operasi kapal dapat dibantu oleh kendali lalulintas seperti
marka dan sinyal
3. Lebar Alur Pelayaran
Lebar alur pelayaran ditentukan berdasarkan:
1. Alur pelayaran standar: 2 jalur alur pelayaran dibuat berdasarkan Table 6.1 tergantung
panjang dari alur pelayaran dan kondisi navigasi.
2. Alur pelayaran untuk perahu nelayan atau kapal dengan bobot kurang dari 500 ton:
lebar ditentukan menurut kondisi aktual.

3. Kedalaman Alur Pelayaran


Kedalaman alur pelayaran harus ditentukan berdasarkan draft kapal dengan beban
penuh dari kapal terbesar yang akan direncanakan pada Chart Datum, terutama pada
level Low Water Spring, ditambah dengan keel-clearance. Kapal rencana harus
ditentukan atas dasar pertimbangan ekonomi.
Pertimbangan serupa harus diberikan terhadap jenis tanah pada alur pelayaran dan
kolam saat menentukan keel clearance.
4. Jarak Pemberhentian
Panjang alur pelayaran pada gerbang masuk pelabuhan dan daerah kolam tambatan
harus memperhitungkan jarak pemberhentian kapal.
5. Ketenangan Alur
Ketenangan alur harus ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi keselamatan
kapal, tempat keberangkatan dan pemakaian tugboat. Terutama pada daerah kolam,
perlu diambil tindakan-tindakan untuk membuat ketenangan sesuai dengan ukuran
serta jenis kapal, dan ukuran tugboat ketika digunakan. Lebih jauh lagi, gelombang
yang muncul yang mempengaruhi gelombang pantai dan refleksi dari breakwater atau
tembok dermaga harus diperhitungkan
6. Perawatan Alur
Kedalaman serta lebar alur harus dirawat secara menyeluruh untuk efisiensi pelabuhan
dan keselamatan navigasi kapal.
Ketika alur direncanakan pada mulut sungai atau pantai dimana arus pesisir
diharapkan, tingkat perawatan pengerukan diperlukan untuk waktu yang akan datang
harus diperkirakan dengan memperhitungkang tingkat transpor sedimen oleh arus
sungai atau tingkat arus pesisir yang disebabkan oleh gelombang dan arus.

D. Standar Desain dan Kriteria Kolam Basin


1. Dasar Perencanaan
Kolam harus mempunyai ketenangan, memiliki perairan lebar yang sesuai dan
kedalaman untuk buang jangkar, tambatan dan manuver kapal dengan aman.

2. Lokasi dan Area Basin


Kolam harus menempati tempat dengan air yang tenang yang dapat diperoleh dengan
mempertimbangkan layout dari fasilitas seperti breakwater, piers dan alur pelayaran.

3. Area Basin untuk Buang Sauh atau Jangkar


a. Basin digunakan untuk buang jangkar atau tambatan selain itu didepan dermaga, titik
tambatan, harus memiliki luas permukaan air melebihi lingkaran yang disebutkan pada
Table 6.2, dan sesuai dengan kondisi alam seperti topografi, cuaca dan fenomena laut.
b. Dalam hal kolam untuk tambatan, radius putaran dapat dikurangi sesuai dengan Table
6.3. Namun jika penempatan horizontal dari pelampung harus diperbesar karena
kondisi seperti pasang surut yang tinggi, radius harus disesuaikan.
c. Kolam untuk buang jangkar atau tambatan pada dermaga, titik tambat ataupun
dermaga apung harus memilik permukaan air yang cukup. Panjang minimal harus
didapat dengan menambahkan lebar terhadap keseluruhan kapal, untuk memungkinkan
kegiatan tambatan dan keberangkata kapal berlangsung aman.

d. Lebar kolam antara dua dermaga yang saling berhadapan harus ditentukan dengan
mempertimbangkan kondisi seperti ukuran kapal, jumlah dermaga dan pemakaian
tugboat. Kolam antara dermaga paralel harus memiliki lebar minimum 8B, dimana B
adalah lebar kapal terbesar.
e. Untuk menentukan lokasi, pertimbangkan hal-hal berikut:
deviasi dari posisi sandar dan jangkar, dan
jarak aman dalam hal kapal sandar dengan muatan barang berbahaya
4. Luas Kolam untuk Manuver Kapal
1. Kolam Putar
Luas kolam untuk berputar haluan harus melebihi luas lingkaran dengan radius 1,5 kali
panjang keseluruhan kapal. Agar dapat berputar haluan (putar haluan) dengan
menggunakan jangkar ataupun tugboat, luas kolam harus melebihi luas lingkaran
dengan radius panjang keseluruhan kapal. Namun untuk kolam yang sangat tenang
dan kapal dengan kemampuan putar haluan tinggi, luas dapat dikurangi dengan jarak
yang tidak menyulitkan putar haluan.
2. Kolam Tambat
Ukuran kolam tambat harus ditentukan dengan hati-hati mempertimbangkan pemakaian
tugboat, pendorong haluan dan buritan, serta pengaruh angin dan arus.

5. Kedalaman Kolam
Kedalaman kolam harus 1,05 – 1,15 kali draft dengan beban penuh dari kapal yang
direncanakan dibawah level chart datum, mempertimbangkan gerak oscilatoris dari
kapal akibat kondisi alam seperti gelombang, angin dan arus pasang. Dimana:
a. kedalaman kolam berhubungan dengan gelombang laut (dasar laut)
b. .05 = keel clearance di kolam dalam
c. .15 = keel clearance di kolam luar

Namun hal ini tidak akan berlaku untuk kolam yang digunakan untuk jangkar atau
tambatan khusus. Dalam hal kolam digunakan untuk kapal feri, perbedaan draft antara
haluan dan buritan harus diperhitungkan untuk menentukan kedalaman basin. Lebih
jauh, dimana tinggi permukaan laut dari kolam dapat saja dibawah tingkat Chart Datum
karena perubahan musiman dari ketinggian rata-rata muka air lebih besar dari
perubahan tinggi pasang, atau karena kolam terbuka terhadap gelombang tinggi dan
swell, pengaruh-pengaruh in harus dipertimbangkan.
6. Ketenangan Kolam
Kolam harus memiliki air yang tenang, untuk manuver kapal dan kegiatan pelabuhan.
Untuk memperoleh ketenangan tersebut, rencana menyeluruh harus dibuat dengan
memperhatikan pengaturan panjang dan tinggi puncak breakwater, dan pembuatan
penyerapan gelombang untuk mengurangi pengaruh fenomena kapal seperti difraksi,
overtopping dan refleksi

E. Pengerukan alur pelayaran


Untuk mempertahankan kedalaman dan lebar alur pelayaran sebagaimana
dikehendaki perlu dilakukan pengerukan. Pengerukan secara reguler penting
khususnya dipelabuhan-pelabuhan yang sedimentasinya tinggi ataupun disungai-
sungai yang banyak membawa material erosi atau sampah dari hulu sungai.
Pengerukan (Bahasa Inggris: Dredging) berasal dari kata dasar keruk (dredge),
menurut kamus berarti proses, cara, perbuatan mengeruk. Sedangkan definisi
pengerukan menurut Asosiasi Internasional Perusahaan Pengerukan adalah
mengambil tanah atau material dari lokasi di dasar air, biasanya perairan dangkal
seperti danau, sungai, muara ataupun laut dangkal, dan memindahkan atau
membuangnya ke lokasi lain.
Menurut SNI 19-6471.3-2000 tentang Tata Cara Pengerukan Muara Sungai dan Pantai
Bagian 3: Pemilihan Pantai; Pengerukan adalah pemindahan tanah, batuan atau debris
dari bawah air dan diangkat melalui air keatas.
Pengerukan agitasi adalah pengerukan endapan dari dasar laut dan dengan
pengadukan ember bila diisi pada elevasi ujung pemotongan.
Kapal Keruk adalah peralatan mekanik, hidraulik atau listrik yang digunakan untuk
pengerukan.
Karakteristik Jenis kapal Keruk, antara lain:
a. Kapal Keruk Hisap berpalka bergerak;
b. Kapal Keruk Hisap Stationer Berpalka;
c. Kapal Keruk Potong Hisap;
d. Kapal Keruk Hisap
e. Kapal Keruk Roda Berember;
f. Kapal Keruk Grab Hopper
g. Kapal Keruk Ponton Grab
h. Kapal Keruk ’backhoe’
i. Kapal Keruk Dipper
Sebuah trailing suction hopper dredger atau TSHD menyeret pipa penghisap ketika
bekerja, dan mengisi material yang diisap tersebut ke satu atau beberapa penampung
(hopper) di dalam kapal. Ketika penampung suda penuh, TSHD akan berlayar ke lokasi
pembuangan dan membuang material tersebut melalui pintu yang ada di bawah kapal
atau dapat pula memompa material tersebut ke luar kapal. TSHD terbesar di dunia
adalah milik perusahaan Belgia yaitu Jan De Nul TSHD. Vasco Da Gama (33.000 m3
penampung, 37,060 kW total tenaga yang ada) dan perusahaan Belanda Boskalis
TSHD. W.D. Fairway (35.000 m3 penampung).
PT Pengerukan Indonesia memiliki pula kapal keruk jenis ini seperti TSHD. Halmahera
dan TSHD. Irian Jaya. Digunakan untuk melakukan maintenance dredging di
pelabuhan-pelabuhan seluruh Indonesia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari
oleh kapal di laut, sungai atau danau.

Fasilitas Kolam Pelabuhan


Informasi Fasilitas Kolam Pelabuhan
Sesuai Struktur dasar laut di perairan Pelabuhan Ciwandan yang terdiri dari lapisan batu karang,
maka untuk mendapatkan kedalaman kolan tertentu pada awal pembangunan Pelabuhan harus
dilaksanakan pengerukan (dragging), dan juga pengerukan kolam pelabuhan walaupun tingkat
sedimentasinya relatif sangat kecil.

Alur dan kolam Pelabuhan Umum Ciwandan Banten memiliki kedalaman -7 M sampai dengan -15 M
LWS, dapat melayani kapal sampai dengan 72.000 DWT.

Di Pelabuhan Umum Ciwandan Banten, terdapat 2 sungai di sebelah timur laut (Citayur) dan
disebelah barat daya (Cikepuh). Pada musim hujan kedua sungai tersebut berpotensi membawa
partikel-partikel tanah, sehingga okupasi yang berlebihan di daerah perbukitan disekitar
hinterland pelabuhan terbawa kemuara kedua sungai tersebut. Dan mengingat topografinya yang
relatif datar (kemiiringan 0-2%) sehingga partikel yang terangkut akan mengendap dalam
perjalanan dari hulu sampai ke hilir sedangkan pengendapan dimuara sungai sangat sedikit, jadi
sedimentasi yang diakibatkan oleh sungai tersebut relatif kecil.

Apa kabar sahabat semua dan saya semua baik-baik saja dan kita ketemu lagi di blog Materi
Perkapalan yang pada kali ini akan berbagi artikel mengenai apa PENGERTIAN DERMAGA
DAN FUNGSINYA UNTUK KAPAL DI PELABUHAN. Mungkin diantara kita masih belum
tahu benar atau masih belum tahu pasti apa sebenarnya itu DERMAGA ? maka pada kali ini
akan berbagi definisi atau pengertian dari dermaga beserta dengan fungsinya.
DERMAGA
DERMAGA merupakan bangunan yang dirancang khusus pada suatu pelabuhan yang digunakan
atau tempat kapal untuk ditambatkan/merapat untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang
dan penumpang kapal. Bukan Cuma sebagai tempat untuk melakukan tempat bongkar muat
barang atau penumpang tetapi dermaga juga digunakan sebagai tempat melakukan pengisian
bahan bakar kapal, air bersih, air minum ataupun saluran kotor. Adapun jenis dari dermaga
antara lain sebagai berikut :

JENIS DERMAGA

1. Dermaga barang umum


Merupakan dermaga sebagai tempat

[Advertisement]
melakukan aktivitas atau kegiatan bongkar muat barang keatas kapal.
 Dermaga khusus
Merupakan dermaga yang dibuat khusus untuk dijadikan pengangkutan barang khusus seperti
contoh : Bahan bakar minya dan lain sebagainya.
 Dermaga peti kemas
Merupakan dermaga yang ditempati untuk melakukan bongkar muat peti kemas dengan
menggunakan crane atau alat angkat.
 Dermaga curah
Merupakan dermaga untuk bongkar muat barang curah dan biasanya menggunakan ban berjalan.
 Dermaga kapal ikan
Merupakan dermaga untuk para kapal ikan.
 Dermaga marina
Merupakan dermaga yang biasanya ditempati untuk kapal speed boat, kapal pesiar.
Cukup sekian untuk PENGERTIAN DERMAGA DAN FUNGSINYA UNTUK KAPAL DI
PELABUHAN dan semoga artikel ini dapat membantu sahabat-sahabat dan dapat menambah
ilmu serta mangamalkan/berbagi ilmunya pada sahabat lainnya. Terima kasih semoga
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai