Oleh:
Vivi Lutfiyani Mardhatilla, S.Ked
Pembimbing:
dr. Linda Trisna, SpM (K)
HALAMAN PENGESAHAN
Short Case
Oleh:
Short case ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
periode 11 Desember 2017 s.d. 15 Januari 2018.
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. MH
Umur : 22 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sumatera
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Sekip Ujung No. 122
Tanggal Pemeriksaan : 16 Desember 2017
2. Anamnesis (Autoanamnesis)
b. Keluhan Utama
Penglihatan kedua mata kabur pada saat melihat jarak jauh.
3. Pemeriksaan Fisik
b. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,7o C
c. Status Oftalmologis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Kedudukan Ortoforia
bola mata
GBM
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
4. Pemeriksaan Tambahan
Autorefraktometri
5. Diagnosis Kerja
Miopia Simpleks ODS
6
6. Tatalaksana
KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)
- Menjelaskan pada pasien mengenai miopia
- Membaca dengan pencahayaan yang cukup
- Menghindari membaca sambil tiduran
- Kacamata harus terus dipakai
- Beristirahat jika mata mulai terasa lelah
Konservatif
- Kacamata
OD : menggunakan kacamata S-1,25
OS : menggunakan kacamata S-1,00
7. Prognosis
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MIOPIA
1. Definisi
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang
memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina.
Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar
yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di
retina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan
akibat bayangan yang kabur.1,2
Gambar 1. Miopia
Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai
dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang miopia mempunyai
kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau unutk
mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien miopia mempunyai punctum
remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi.
Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam
atau esotropia.2
8
2. Klasifikasi
Dikenal beberapa tipe dari miopia:1,3
- Miopia Aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada
orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter
anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi
sebesar 3 dioptri.
- Miopia Refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan
lebih kuat.
Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti
miopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian
temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi
ini mengelilingi papil yang disebut annular patch. Dijumpai degenerasi
dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit harimau
9
yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer
(degenerasi latis).2,3
Degenerasi latis adalah degenerasi vitroretina herediter yang paling sering
dijumpai, berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai
pigmentasi, garis putih bercabang-cabang dan bintik kuning keputihan.
Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada mata miopia dan sering disertai
ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio retina.2,3
3. Gejala klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:2,6
- Kabur bila melihat jauh
- Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
- Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi).
b. Miopia patologik :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks. Gambaran
yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada:
- Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia
- Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi
oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.2,3
11
4. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada
mata, pemeriksaan tersebut adalah: 2,4,5
1. Refraksi Subjektif
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rekraksi subjektif,
metode yang digunakan adalah dengan metode “trial and error”. Jarak
pemeriksaan 6 meter dengan menggunakan kartu Snellen.
12
2. Refraksi Objektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis +2.00 D pemeriksa
mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah
gerakan retinoskop (against movement).
3. Autorefraktometer
Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer.
5. Tatalaksana
a. Lensa Kacamata
Kacamata masih merupakan yang paling aman untuk memperbaiki
refraksi. Untuk mengurangi aberasi nonkromatik, lensa dibuat
dalam bentuk meniskus (kurva terkoreksi) dan dimiringkan ke
depan (pantascopic tilt). 1
b. Lensa Kontak
Lensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca yang berisi cairan. Lensa
ini sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan
rasa tidak enak pada mata. Lensa kornea keras, yang terbuat dari
polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak pertama yang benar-benar
berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan
selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel udara., yang terbuat
dari asetat butirat selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon;
dan lensa kontak lunak, yang terbuat dari beragam plastik hidrogel; semuanya
memberikan kenyamanan yang lebih baik, tetapi risiko terjadinya komplikasi
serius lebih besar. Lensa keras dan lensa yang permeabel-udara mengoreksi
kesalahan refraksi dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata.
Daya refraksi total merupakan daya yang ditimbulkan oleh kelengkungan
belakang lensa (kelengkungan dasar) bersamsa dengan daya lensa sebenarnya
yang disebabkan oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang.
Hanya yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan lensa kontak.
Lensa keras dan lensa permeabel-udara mengatasi astigmatisme kornea
13
6. Komplikasi
Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi
berupa: 2
- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis
14
- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga
terdapat risiko tinggi terjadinya robekan pada retina
- Ablasi retina
- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaucoma
7. Prognosis
Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien miopia sederhana
yang telah dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik.
Prognosis yang didapat sesuai dengan derajat keparahannya. Penyulit yang dapat
timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling.
Juling biasanya esotropia akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat
juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat
amblyopia.1,3
15
BAB III
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis didapatkan keluhan pandangan kedua mata kabur yang timbul
secara perlahan, pertama kali 1 tahun yang lalu. Pandangan kabur saat melihat jauh
tetapi membaik jika melihat dalam jarak dekat. Hal ini mendukung diagnosis ke arah
Miopia yang merupakan kelainan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat, dibiaskan di depan retina sehingga
pada retina didapatkan bayangan kabur. Bila objek digeser lebih dekat, bayangan akan
bergerak mendekati retina dan terlihat lebih fokus. Kebiasaan memicingkan
(menyipitkan) mata pada saat melihat jauh adalah untuk mencegah aberasi sferis atau
untuk mendapatkan efek pinhole sehingga penglihatan menjadi lebih jelas. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan :
Ph (+) berarti terdapat perbaikan tajam penglihatan dengan melihat melalui lubang
kecil, hal ini menandakan bahwa penurunan tajam penglihatan terjadi akibat kelaianan
refraksi dan bukan kelainan organik media penglihatan. Menurut derajat beratnya
miopia, pasien ini termasuk dalam miopia ringan, dimana miopia lebih kecil dari 3
dioptri. Dari hasil pemeriksaan funduskopi, pada pasien ini tidak dtemukan kelainan.
Umumnya kelainan pada fundus dapat ditemukan pada pasien dengan miopia tinggi
(lebih dari 6 dioptri) berupa degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer.
Pasien ini diterapi dengan lensa sferis negatif pada oculi dextra dan sinistra. Untuk
memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi, ukuran lensa yang digunakan
adalah yang terkecil yang memberikan visus maksimal pada saat dilakukan koreksi.
Sebagai contoh, pada mata kanan dengan visus 6/21, dikoreksi menggunakan lensa S-
1.25 memberikan tajam pegelihatan 6/6, demikian juga bila diberi lensa S-1.50, maka
pada pasien ini dipilih lensa koreksi S-1.25.
16
Prognosis quo ad vitam pada kasus ini adalah bonam, dan quo ad fungtionam pada
kasus ini dubia ad bonam. Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien
miopia sederhana yang telah dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih
baik. Prognosis yang didapat sesuai dengan derajat keparahannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, HS. 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Cetakan I. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta
2. Vaughan A dan Riordan E 2000. Ofthalmologi Umum. Ed 17 .Cetakan 1. Widya
Medika, Jakarta.
3. Nana Wijana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta. Abadi Tegal.1993
4. Ilyas S, Tanzil M, Salamun dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2003:5
5. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. Refraksi dalam: Ilmu
PenyakitMata. Suhardjo, Hartono.Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Ma
ta FK UGM,2007;185-7
6. Ilyas S. Optik dan refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata untuk dokter
umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Balai penerbit Sagung Seto,2002
18
LAMPIRAN