Anda di halaman 1dari 3

NASKAH KULTUM

NAMA : CHITRA DWI PRASTIWI

NIM : 20164021043

Assalamualaikum wr wb

Alhamdulilahi rabbil ‘alamin, Was sholatu wassalamu ‘ala,Asyrofil ambiyaa iwal mursalin,
Sayyidina wa maulana Muhammadin,Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi ajmain. Ama ba’du. Marilah kita
panjatkan puji dan syukur ke haddirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
kesehatan lahir dan batin kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini dalam
rangka menghambakan diri kepada Allah SWT. Salawat dan salam tidak lupa kita kirimkan
kepada junjungan kita nabi Allah Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat manusia dari
peradaaban hidup yang jahiliyah menuju pada peradaban hidup yang modern. Perkenankanlah
saya pada kesempatan ini untuk menyampaikan topik yang berjudul “sabar dan bersyukur”

Dalam hidup kita sehari-hari, ada dua hal berbeda yang datang silih berganti yaitu
kesenangan dan kesusahan. Bahkan menurut beberapa orang, kalau hidup itu indah karena
perbedaan tersebut. Bayangkan kalau orang senang terus atau susah terus, tentu bukan sesuatu
yang baik. Ketika kita senang, maka kita diharapkan ingat ketika dulu pernah susah. Dan ketika
kita susah ingatlah bahwa suatu saat akan ada kesenangan. Hal ini seperti firman Allah SWT:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan” (QS Alam Nasyrah 5-6)
Hal penting yang perlu diperhatikan bagaimana sifat dasar seorang manusia dalam menghadapi
kedua hal tersebut. Allah SWT berfirman:

“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan
membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia
berputus asa.” (QS. Al Israa’ 83). Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan sifat manusia
terhadap kesenangan terlebih dahulu karena ujian terhadap kesenangan adalah lebih berat.

Dari ‘Amr bin ‘Auf r.a. berkata: Rasulullah mengutus Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah r.a. ke
Bahrain untuk menagih pajak penduduk. Kemudian ia kembali dari Bahrain dengan membawa
harta yang sangat banyak dan kedatangan kembali Abu ‘Ubaidah itu terdengar oleh sahabat
Anshar maka mereka pun shalat Shubuh bersama Rasulullah saw. Kemudian setelah selesai
shalat mereka menghadap Rasulullah saw maka beliau tersenyum melihat mereka kemudian
bersabda, “Mungkin kamu telah mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah yang membawa harta
banyak?” Jawab mereka, “Benar, ya Rasulullah.” Lalu Nabi saw bersabda, “Sambutlah kabar
baik dan tetaplah berpengharapan baik untuk mencapai semua cita-citamu. Demi Allah, bukan
kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu, tetapi aku khawatir kalau terhampar luas dunia ini
bagimu, sebagaimana telah terhampar untuk orang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu
berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga membinasakan kamu
sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada saat inipun bisa kita lihat. Seorang miskin apabila dia tidak sabar maka yang dicuri adalah
hape atau sepeda motor. Sedang orang yang menjadi tersangka KPK telah didakwa dengan
korupsi sampai miliard rupiah. Hal ini menunjukkan orang tidak tahan dengan kesenangan dan
kemewahan. Atau hal ini tersebut dalam Al Quran tentang orang yang mendapat musibah di
lautan akan berdoa kepada Allah, tetapi lupa ketika sudah sampai darat.

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali
Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu
adalah selalu tidak berterima kasih” (QS. Al Israa 67)

Secara psikologis, seorang muslim apabila ditimpa musibah maka dia akan mendekat
kepada Allah SWT dan bersabar, sedang orang yang berhasil biasanya memiliki ego bahwa
keberhasilan itu adalah karena hasil jerih payahnya. Kembali kepada sifat manusia jika mendapat
kebahagian seperti yang tertera pada QS. Al Israa 83. Jika mendapatkan kesenangan maka dia
memiliki dua kecenderungan yaitu berpaling dari Allah SWT dan sombong terhadap manusia.
Jika kesuksesan terjadi pada orang yang tidak beriman maka akan memperkuat keyakinannya
bahwa tidak perlu percaya kepada Allah SWT untuk meraih kesuksesan. Mereka akan
mencibirkan kaum Muslim yang rajin sholat tapi kehidupannya masih miskin. Sedang bila
keberhasilan pada orang munafik, maka mereka berkata “Buat apa sholat? Toh saya masih bisa
mendapatkan rizki dari Allah.” Memang Allah SWT melimpahkan rizqi pada setiap manusia di
dunia ini tanpa pandang bulu apakah mereka beriman atau mengingkari. Bagi seorang muslim,
keberhasilan masih membuat dia melaksanakan sholat dan ibadah lain. Tapi ada hal lain yang
mungkin tidak kalah bahayanya, yaitu adanya perasaan sombong terhadap apa yang
didapatkannya.

Apa sombong itu? Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” (HR. Muslim)


Hal ini yang sering sulit untuk dihindari. Orang yang sukses terkadang sulit untuk menerima
kebenaran yang disampaikan oleh orang lain, apalagi dari orang yang lebih muda, lebih miskin
atau lebih rendah derajatnya. Penolakan kebenaran tersebut biasa dibarengi dengan merendahkan
orang lain, karena dia menganggap dialah yang lebih tinggi, lebih berhasil dan lebih berkuasa.

Demikianlah, kita semoga kita selalu bisa menjaga hati dalam setiap keadaan.

“Alangkah menakjubkannya kehidupan seorang mukmin. Sungguh seluruh kehidupannya baik.


Hal itu tidak dimiliki melainkan oleh mukmin. Jika dikaruniai kebaikan; maka ia bersyukur, dan
itu baik untuknya. Dan jika ditimpa keburukan; maka ia bersabar, dan itu baik untuknya” (HR.
Muslim) Dan memang kita harus siap dalam setiap kondisi, seperti yang disampaikan oleh
sahabat ‘Umar bin al-Khaththab: “Kalaulah sabar dan syukur itu ibarat dua ekor unta, maka
aku tidak peduli unta mana yang aku kendarai” (‘Uddatus Shobirin wa Dzakhiratus
Syakirin hal.144).

Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan, yang benar datangnya dari Allah SWT Yang Maha Benar, dan
yang salah, khilaf, atau keliru itu datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa yang tidak
pernah luput dari salah, khilaf dan dosa.

Wassalamualaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai