Anda di halaman 1dari 5

Majelis Hakim yang kami muliakan

Penasihat Hukum Terdakwa yang kami hormati,


Serta pengunjung sidang sekalian

Terlebih dahulu kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Majelis Hakim

yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyampaikan pendapat atau

bantahan atas keberatan (eksepsi) yang telah diajukan Penasihat Hukum Terdakwa

Andy Pha Thienut yang telah disampaikan pada sidang hari Rabu 5 Juli 2017.

Dalam kesempatan persidangan ini, atas keberatan (eksepsi) yang diajukan

Penasihat Hukum Terdakwa tersebut, kami sebagai Penuntut Umum akan

menyampaikan pendapat atau bantahan materi keberatan/eksepsi dari Penasihat

Hukum Terdakwa.

Namun sebelumnya kami akan menjelaskan terlebih dahulu ketentuan yang diatur

dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengenai materi

yang berhubungan dengan keberatan (eksepsi) Terdakwa/ Penasihat Hukum maupun

pendapat / bantahan Penuntut Umum yaitu sebagaimana disebutkan dalam pasal 156

(1) KUHAP :

Dalam hal terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan bahwa

pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat

diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan

kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya, Hakim

mempertimbangkan keberatan tersebut selanjutnya untuk mengambil keputusan.

Dari ketentuan tersebut diatas maka secara limitative materi keberatan atau eksepsi

yang dapat diajukan oleh terdakwa maupun penasihat hukum hanya meliputi :

- Masalah Penyimpangan penyidikan dalam pembuatan dakwaan.

- Masalah dakwaan yang tidak dapat diterima;

- Masalah surat dakwaan yang harus dibatalkan

Diluar ketiga permasalahan tersebut bukanlah merupakan materi keberatan (eksepsi)

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 156 ayat (1) KUHAP.


Majelis Hakim yang kami muliakan dan

Tim Penasihat Hukum Terdakwa yang kami hormati,

Setelah mendengar dan mempelajari meteri keberatan (eksepsi) yang disampaikan

oleh penasihat hukum Terdakwa tersebut pada pokoknya keberatan (eksepsi) yang

diajukan adalah menyangkut tiga hal :

1. Keberatan menyangkut hak asasi dan prosesual

2. Eksepsi Mengenai Kewenangan Mengadili ( Exeption Obevoegheid Van de Rechter)

3. Keberatan Tentang Dakwaan Error In Persona

Selanjutnya kami menanggapi eksepsi Penasihat Hukum terdakwa sebagai

berikut :

1. Keberatan menyangkut hak asasi dan prosesual

Mengenai dalih penasehat hukum, yang menguraikan terkait dengan Hak


Asasi Manusia (HAM), dimana KUHAP telah memberi jaminan dan penghormatan
terhadap harkat dan martabat manusia (human dignity), Dimana salah satu
jaminan dan penghargaan HAM terdakwa adalah Ketentuan yang termuat dalam
pasal 51 KUHAP tentang hak-hak seorang tersangka/terdakwa dan mereka yang
memberikan bantuan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 51 KUHAP
memberikan hak kepada seorang tersangka/terdakwa untuk diberikan
sangkaan/dakwaan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti tentang apa yang
disangkakan/didakwakan kepadanya, pada saat pemeriksaan dimulai. Sehingga
dalam menentukan suatu dakwaan pidana/criminal terhadapnya, setiap orang
berhak mendapat jaminan penuh untuk diberitahu dalam bahasa yang dimengerti
tentang hakekat dan sebab-sebab dari dakwaan tersebut. Menjadi persoalan ialah
bahwa apakah hak dalam pasal 51 KUHAP tersebut dapat “verstaan” dengan
dakwaaan yang didalamnya memuat istilah teknis yuridis yang bersifat formalitas
dan tekhnikalitas, karena hal itu dapat menimbulkan persoalan terhadap terdakwa
yang notabene bukan sarjana hukum (awam) dan tidak mengerti bahasa yang
penuh tekhnikalitas hukum yang mengandung pengertian-pengertian yang masih
berkembang terus meski terdakwa memaklumi perkara korupsi adalah eksis
dihadapannya. Kemudian dalam yurisprudensi khususnya telah mengembangkan
pengertian mengenai dakwaan yang bersifat luas dan lengkap sebagaimana yang
diatur dalam pasal 143 KUHAP, yang juga dianut, bahwa dakwaan itu harus
memenuhi syarat, yaitu bersifat “feiteljk” dan bersifat bersifat “begrijpelijk” (dapat
dimengerti). Kemudian dalam system penyusunan isi surat dakwaan diadakan
pemisahan antara Kualifikasi Yuridis (“Yuridicshe Kwalificatie”) dan fakta (“feit”),
sedangkan yang biasa dilakukan justru fakta dirumuskan menjadi satu dengan
kualifikasi yuridis, kemudian yang berhubungan dengan fakta-fakta tersebut
biasanya dibuat panjang lebar secara teknikalitas sehingga menghilangkan sifat
begrijpelijk dakwaan itu sendiri.
Kami Penuntut Umum memberikan tanggapan bahwa, terdakwa dalam hal
ini memang notabenenya bukan seorang sarjana hukum, namun terdakwa telah
memahami mengapa sehingga disangka melakukan tindak pidana perikanan yang
telah disangkakan kepadanya. Kemudian Feit dalam dakwaan telah diuraikan
secara jelas, dan telah menguraikan bahwa apa yang dilakukan oleh terdakwa
merupan perbuatan yang melanggar hukum materil. Kemudian hal begrijpelijk
Dimana kami Penuntut Umum, telah menguraikan dakwaan dengan jelas,
menggunakan bahasa yang sederhana dan disusun secara sistematis telah
memenuhi semua unsur yang menjadi kesalahan dari terdakwa. Kemudian
tersangka telah menerima salinan dakwaan yang telah diberikan kepadanya
sehingga terdakwa memahami lebih dalam terkait dakwaan yang dituduhkan
kepadanya. Jadi secara teknis, Hak terdakwa telah terpenuhi.

2. Eksepsi Mengenai Kewenangan Mengadili (Exeption Obevoegheid Van de

Rechter)

Tim penasihat hukum terdakwa berpendapat bahwa serangkaian perbuatan

hukum terdakwa tersebut adalah bukan lingkup kewenangan mengadili Pengadilan

Negeri pontianak melainkan kewenangan mengadili Pengadilan Negeri tanjung

pinang yang merupakan tempat atau lingkup terdakwa ditangkap tangan dan di

tahan.

Dalam hal ini perlu diketahui bahwa serangkaian perbuatan pidana yang dilakukan

terdakwa merupakan tindak pidana perikanan yang masuk didalam lingkup

pengadilan perikanan, sehingga dari semua perbuatan yang dilakukan terdakwa

pengadilan perikananlah yang berwenang memeriksa dan mengadili, dimana

pengadilan perikanan ialah pengadilan khusus yang berada dibawah lingkungan

peradilan umum. Dalam hal ini dalih penuntut umum bahwa kapal yang di nahkodai

oleh terdakwa yang ditangkap tangan diatas kapal KM OI OENG LHA 014 TS pada
saat di dekati oleh kapal TNI yang akan memeriksanya sempat melarikan diri dari

pengejaran petugas dan mengarah keperairan Pontianak jadi pengadian Negeri

Pontianaklah yang berwenang mengadili.

3. Keberatan tentang Dakwaan Error In Persona (keliru orang yang

didakwakan)

Dalam hal ini penuntut umum berpendapat bahwa alasan-alasan yang disampaikan

oleh penasehat hukum terdakwa sangat tidak berdasar yang mulia, Karena

walaupun disini saudara terdakwa hanya merupakan orang yang menjadi alat untuk

memperlancar segala kejahatan yang akan dilakukan oleh Direktur perusahaan U

Phe Yen Marine Company Ltd dalam hal ini yaitu Mr. Khai Ris Tho, tetap saja

terdakwa menerima tawaran untuk tetap melakukan serangkaian perbuatan pidana

perikanan meski mengetahui bahwa tindakan yang hendak dilakukan tidak

sepatutnya, dimana berlayar tanpa membawa kelengkapan dokumen-dokumen

berlayar seperti SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) dan SIUP (Surat Izin Usaha

Perikanan) dan juga menangkap ikan secara illegal diperairan Indonesia dan

tentunya dengan mengetahui segala kemungkinan konsekuensi hukum yang akan

diterimanya.

Setelah memberikan pendapat kami terhadap eksepsi terdakwa, Maka kami

mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini

untuk

- Menolak seluruh eksepsi Penasihat Hukum terdakwa;

- Menyatakan Pengadilan Negeri Pontianak Berwenang mengadili.

- Menyatakan dakwaan Penuntut Umum dalam perkara terdakwa Andy Pha

Thienut adalah sah karena telah memenuhi ketentuan pasal 143 KUHAP.
Pontianak, 12 Juli 2017

JAKSA PENUNTUT UMUM I

KRISTOPEL HENDRA TONGLO.L, S.H,.LL.M


JAKSA MUDA NIP.19501341 05 1011

JAKSA PENUNTUT UMUM II

FETRIANI, S.H.,M.H
JAKSA MUDA NIP. 19811143 06 1012

Anda mungkin juga menyukai